Menjelang kelulusannya dari SMP Teikou, seorang cowok berambut baby blue, lantas membereskan tas besarnya yang berisi baju-baju bebas dan beberapa peralatan mandi di kamarnya yang berwarna senada dengan rambutnya. Pemuda minim aura itu lantas bergumam dengan pelan, "Yup. Semuanya sudah selesai. Tinggal pergi ke villa Akashi-kun."

.

.

.

The Basketball Which Kuroko Plays ~Kelulusan!

© Himomo Senohara

Warnings : OOC, AU, labil, pengalaman waktu SD dan di-mix dengan beberapa pengalaman di SLB a.k.a Sekolah Luar Biasa, semua karakter KuroBas digabung dalam 1 sekolah dan 1 angkatan, guru!senior-senior kelas 2 Seirin. *dikeplak*

Disclaimer : The Basketball Which Kuroko Plays © Tadatoshi Fujimaki

A/N (Mun) : O-Oke, aku nggak tau harus pidato apa lagi… Selamat membaca! Flame dilarang keras.

.

.

.

Day #1

Cuaca hari itu sangatlah sejuk. Biru langitnya memayungi hari yang akan menjadi hari yang paling indah, sekaligus dramatis.

Seorang cowok bertubuh kecil, kira-kira seratus enam puluh delapan sekian sentimeter, kini berdiri tepat di depan villa gede milik sang gembong gunting itu. Beruntung banget dia bisa menawarkan villanya yang kayak istana Buckingham kepada semua anak seangkatannya. Wajar. Anak orang terlalu kaya namanya sih. Ia lalu mengencangkan syalnya, berhubung hari itu cukup sejuk, oh boleh dibilang bersuhu sekitar lima belas derajat sampai delapan belas derajat Celcius. Pokoknya, cuaca hari itu sangatlah sejuk, sekian.

Ia sangat gugup memandangi gerbang villa gede itu, namun–.

"KUROKOCCHI!"

–akhirnya diganggu gugat oleh suara berisik yang satu itu.

Benar.

Kini semua anak-anak kelas tiga SMP Teikou yang sedang berlibur ke villa sang Emperor sekalian gembong gunting itu, berkumpul di depan gerbang villa gede itu. Tak terkecuali geng basket lain yang pada versi official-nya malah beda sekolah dengan geng pelangi itu. Cowok yang dipanggil 'Kurokocchi' ini, dengan tas besar ditenteng di bahu sebelah kanannya, lalu menoleh ke belakangnya, di mana ada seorang makhluk berwajah manja dan berambut kuning kepirangan yang sangat senang kalo berada di dekat-dekatnya, sambil berkata dengan suara monoton, "Kise-kun, jangan berisik."

"Hidoi-ssu!" Kise, demikianlah nama cowok yang beberapa senti lebih tinggi darinya, menggelembungkan kedua pipinya dengan muka bertambah manja.

CKRIS.

Seketika semua anak-anak Teikou itu beralih dari dunianya masing-masing ke seorang cowok berambut merah dengan mata heterochromic. Ia lalu memasukkan guntingnya yang sedari tadi protes terus, dan berkata dengan nada absolute, "Selamat datang di villa saya. Tolong berbaris yang benar, mulai dari 3-1 sampai 3-4. Lima detik nggak melakukannya, kalian pergi ke neraka. SEKARANG."

Duh, anak ini lagi-lagi mengandalkan absolute-nya.

"Oke, Akashiiiii!" seru anak-anak lain kompak.

Dan semua anak-anaknya langsung berbaris dengan manis di depan dirinya dan gerbang masuk villa itu. Kuroko Tetsuya, sang pemain bayangan, berbaris di barisan kelas 3-1. Kise Ryouta, demikianlah nama cowok blonde yang seneng banget kalo deket-deket dengan Tetsuya, dengan pilu dan tak relanya, berbaris di dalam barisan kelas 3-2. Geng pelangi minus Akashi sang gembong gunting plus villa yang asri bin luar bi(n)asa mewahnya, juga pada ikutan berbaris di kelas yang berbeda-beda.

Guru pendamping angkatan itu, lantas berjalan di depan mereka bertiga, seraya berkata dengan nada yang sebelas dua belas mirip sama Akashi. Bedanya, dia berkacamata dan berambut hitam kayak landak. Entah, pokoknya dia berkacamata, sekian. Oke, langsung saja, "Selamat datang di acara kelulusan. Saya, Hyuuga Junpei, akan menjadi guru pendamping kalian bareng Riko Aida-san, Mitobe Rinnosuke-san, Koganei-san, dan Tsuchida-san. Jangan lupakan Kiyoshi Teppei ohok-sialan-ohok itu. Sekali bikin kerusuhan, berhadapan dengan saya dan Akashi. SEKIAN."

Sial, dua sadistis itu bergabung! Begitulah pandangan ngeri semua murid kelas tiga itu dengan ngeri. Hyuuga Junpei, sang guru Teikou itu, lantas menoleh ke Akashi dan bernego-nego ria. Semua muridnya lantas menungguinya dengan pandangan ayo-buruan-masuk-ke-sana, dan lima menit kemudiannya, pintu gerbangnya lalu dibuka. Jangan lupa, Akashi dengan segudang guntingnya memaksa mereka masuk secara berurutan, mulai dari kelas 3-1 hingga 3-4. ("Akashi nggak adil mamen!" protes seorang cowok berkulit tan, menggerutu kesal. Wong dia sendiri yang masuk 3-4, beda sama yang lainnya yang udah masuk kelas lain. Tiga detik kemudian, cowok ini langsung dibawa ke RS terdekat lantaran sempat berhenti jantungnya karena diancam dengan indahnya oleh Akashi.)

Setibanya di teras depan villa mewah itu, Hyuuga lalu berkata dengan dingin, "Kalian boleh duduk sebentar."

Alhamdulillah! Semua murid bersuka cita. Berdiri di depan mereka aja udah kayak di-romusha selama lima ratus tahun, apalagi kalo serumah? Mampus udah.

"Sebentar. Aku yang akan menentukan kelompoknya. Nih aku bacakan." kata-ohok-perintah Akashi dengan semena-menanya.

Jangan gue, jangan gue! Seketika semua murid kelas tiga itu berdoa dengan sangat khusyuk agar tidak sekamar dengan sang Emperor sadistis itu.

By the way, mari kita intip pembagian kelompok yang dibuat dengan seenak jidatnya oleh Akashi itu…

Kelompok satu :

1. Aomine Daiki

2. Shoichi Imayoshi

3. Kise Ryouta

4. Eikichi Nebuya

5. Yoshitaka Morimiya

"OI! KOK GUE 1 KAMAR SAMA SI IMAYOSHI ITU? ! SAMA SI GORILLA LAGI! DAN JANGAN LUPAKAN SI MANJA ITU!" protes seorang cowok berkulit tan, sambil membawa dan melambai-lambaikan spanduk gede bertulisan 'TOLAK PENINDASAN DARI AKASHI SEIJUUROU'. Tanpa basa-basi, Akashi langsung membuatnya terpaksa pergi ke neraka duluan. Semua murid seangkatan itu langsung batal membawa spanduk gedenya, takut kalau-kalau nantinya malah diantar dengan paksa oleh sang Emperor itu ke alam baka sana seperti dia.

"Oke, jangan pedulikan Daiki." perintah Akashi kalem. Dengan kedua tangan serta gunting-gunting saktinya dilumuri oleh darah. Beneran kayak abis membunuh seseorang.

Oh God. Mereka pun ngeri memandang kedua tangan plus wajah Emperor itu. Sangat dramatis.

"Lanjut." Hyuuga menghela napas dengan wajah gue-puas-kalo-kau-diam-disitu-Aomine-Daiki. Woah, ternyata Anda kejam juga, Hyuuga-kun…

Kelompok dua :

1. Kuroko Tetsuya

2. Akashi Seijuurou

3. Yoshinori Susa

4. Ryou Sakurai

5. Kasamatsu Yukio

No comment. Kasamatsu cuma bisa terdiam dengan elitnya mendengar namanya disummon. Mana sekamar dengan si Emperor sadistis itu. Yoshinori Susa terpaksa menelan ludah, tak rela kalau dirinya terpaksa berpisah dengan Imayoshi dan malah ditarik sekamar dengan anak berambut merah yang yandere itu. Ryou menangisi nasibnya harus sekamar sama Akashi. Momoi terpaksa menahan darahnya yang keluar dari hidungnya karena mencium hint AkaKuro. ("Lu… Ternyata fujoshi ya?" tanya Aomine ngeri. Momoi langsung meng-copy kemampuan Kuroko dan meng-ignite pass Aomine dengan sepenuh cintanya.)

"Anu… Boleh tanya, Akashicchi?" Kise-kun mulai komplen. Berani mati juga dia ternyata…

"Apa itu?"

"HIDOI-SSU! KENAPA KAU MALAH SEKAMAR DENGAN KUROKOCCHI? !" teriak Kise pilu. Yang bikin Narator jadi greget, kenapa Kise malah nggak kasih Akashi spanduk seperti Ahominecchi / Erominecchi? Oke, lupakan kalimat tadi itu.

Dan lima gunting pun membunuhnya, menyusul Aomine pergi ke alam baka. Semua murid langsung menambahkan satu aturan baru di hadapan Akashi : JANGAN SEKALI-KALI KOMPLAIN DI DEPAN AKASHI SEIJUUROU. ATAU KAU AKAN MENYUSULNYA KE ALAM BAKA SEPERTI AOMINE DAIKI DAN KISE RYOUTA. SEKIAN.

Riko Aida lalu memasang wajah mistis seolah-olah dia seneng banget melihat adegan bunuh-bunuhan (?) itu, lalu mengisyaratkan Akashi untuk meneruskannya. Ia lalu membacakan kelompok berikutnya, dengan wajah anak-anak lain kayak mau ngajak berantem secara bergerombol. Benar-benar tanpa ampun.

Kelompok tiga :

1. Midorima Shintarou

2. Takao Kazunari

3. Shuzo Nijimura

4. Shigehiro Ogiwara

5. Reo Mibuchi

Midorima langsung memasang wajah WTF, dan segera krasak-krusuk mencari-cari lucky item-nya, demi keselamatan jiwa dan pikirannya. Gue sekamar sama Takao? Mati gue. Takao cuma bisa masang wajah mesem-mesem, menantikan dua malam terindahnya bareng cowok berlentik ke bawah itu. Nijimura cuma bisa no comment, terpaksa diam di bawah hegemoni mesra terlarangnya Midorima dan Takao. Ogiwara cuma bisa meringis sedih, berpisah dengan Kuroko Tetsuya sang sobat terpercayanya. ("Tetsuya, jaga dirimu ya dari psst-Akashi-psst?" gumam Shigehiro lirih, amat sangat tak rela. Tetsuya cuma bisa menggangguk pasrah.) Yang terakhir, Mibuchi, cuma bisa mundung, nggak bisa memandang adegan terlarang AkaKuro. ("Gue dikutuk…" sumpah serapahnya Mibuchi segera keluar. Dan langsung digunting dengan manisnya oleh Akashi.)

Kelompok empat :

1. Kagami Taiga

2. Murasakibara Atsushi

3. Himuro Tatsuya

4. Kotarou Hayama

5. Kosuke Wakamatsu

"Gue sekamar sama si pemakan snack itu?" gumam Kagami syok.

Himuro happy-happy saja, karena selain 1 kamar dengan partnernya plus rival semasa di Amrik itu, juga bakal kebagian snack-snacknya. Hayama berniat protes, namun udah keburu jadi pengecut karena ngeri melihat gunting-guntingnya minta korban selanjutnya. Wakamatsu cuma bisa no comment. Membayangkan satu kamar dengan dua rival semasa di Amrik itu aja udah bikin dia keder, apalagi Atsushi ditambah Hayama. Gue harus super hati-hati, jangan sampe ngrusak snack-snack punya Atsushi, batinnya merapal nasehat super maha bijak itu.

Kelompok lima :

1. Kouki Furihata

2. Hiroshi Fukuda

3. Kiyoshi Miyaji

4. Shinsuke Kimura

5. Koichi Kawahara

Semua anggota kelompok lima segera sujud syukur, karena tak ada yang 'nggak waras' di dalam kelompoknya. Trio setelah Kagami dan Kuroko itu segera berpesta kecil-kecilan merayakan selamatnya mereka dari siksaan geng pelangi yang mengerikan itu. Kiyoshi Miyaji cuma bisa bernapas lega, membayangkan damainya kamar mereka selama dua malam itu. Kimura hanya bisa memasang senyum sederhananya. Mau sekamar sama geng pelangi kek apa, dia tetep adem ayem. Namanya juga calon ketua geng basket Shuutoku tuh.

"Yak, sekian. Anggota lain, akan diurus guru-guru." ujar Akashi selesai membacakan pembagian kamar yang sangat nggak adil itu.

Di depannya, semua anggota yang namanya disummon sebagian besarnya terpaksa memakan tanah karena udah pasrah kalo namanya dimasukkan dalam kelompok yang bisa dikategorikan 'nggak waras' itu. Cuma Kuroko yang bisa memasang wajah tanpa ekspresi. Mau kek dibom dengan bom atom atau letusan Krakatau, dia tetap tenang. Sampe membuat semua anggota yang lain penasaran, bagaimana caranya dia bisa bersikap seperti itu? ("Teman-teman, kalian harus berkepala dingin." ujar Kuroko tenang. Mereka langsung memasang wajah WTF.)

Riko lantas menambahkannya, "Kelompok pertama sampai lima, cepat masuk! Nanti kalian akan melihat papan bertuliskan kelompok kalian pada pintu kamar masing-masing!"

Semua langsung menggangguk dengan pasrah.

-xXx-

-Kamar kelompok 1-

"Ini kagak adil, mamen… Untung gue bawa majalah Horikita Mai-chan!" gerutu cowok dakian (?) yang wajahnya udah babak belur kena gunting sakti Akashi. Dengan tas besar, si ace Teikou ini lalu mengacak-acak isi tasnya, mencari-cari obat pelipur lara (?)nya. Sedangkan Kise Ryouta, si model dari Teikou itu, hanya bisa mundung dan mundung. Bahkan tasnya sama sekali nggak diurusnya.

Imayoshi yang menatap aura suram dua orang itu, lantas menyeringai sambil bertanya dengan suangat menohok, "Bagaimana? Enak gak, dicakar-cakar (baca : digunting-gunting) oleh gunting-gunting saktinya Akashi-san itu?"

Cowok bersurai biru malam serta dakian itu, langsung mematung seketika. Buku-buku Horikita Mai-nya jatuh dengan nggak elitnya seketika setelah mendengar sindiran Imayoshi itu. Cowok pirang itu makin mojok, mengecilkan dirinya sampai-sampai anggota lain yang kedapetan sekelompok sama mereka, terpana heran membayangkan bagaimana caranya cowok itu mengecilkan tubuhnya sendiri.

Seorang cowok dengan muka mesem (?) serta tampang tegas, langsung menginjak-injak punggung si model itu, "OI! CEPETAN BANGUN! TASMU BELON DIBERESIN TUH!"

"U-Uweee… Morimiyacchi hidoi-ssu! Huweee… Kurokocchiiiiii~! ! !" jerit Kise pilu. Lebih pilu dari pekikan kambing minta disembelih.

"Cih, coba gue bisa dapet 1 kelompok sama Tetsu…" gumam Aomine sambil baca buku Horikita Mai-chan.

Mendengar si cowok dakian itu menyebut nama idolanya, Kise langsung bangkit dengan segenap tenaga, berbalik dan menghadapnya. Membisiki si ace itu dengan kata-kata yang sangat binal sekali serta nista, "Aominecchi. Kita rebut Kurokocchi dari tangan si Emperor-yang-oh-sadis-banget itu! Ayolah, ntar gue kasih buku Horikita Mai-chan keluaran terbaru!"

Buku-buku keramat Aomine pun diabaikan. Mata biru malamnya berganti menjadi mata yang sangat berapi-api, dalam artian lain. Kise yang nyengir nista melihat inspirasinya berapi-api merebut Kuroko Tetsuya, lalu menambah bahan bakar provokasinya, "Aominecchi, mari kita selamatkan jiwa polos dan manisnya Kurokocchi sebelum dinistai oleh Akashicchi!"

"OKE!" Aomine akhirnya berdiri dengan segala amarah dan napsu pengen merape Kuroko (?). Kise pun tambah nista, dan mulai merancang siasat merebut Kurokocchi dari tangan besi dan sadis si Emperor itu!

Nebuya, Imayoshi dan Morimiya cuma bisa berpesta facepalm ria, menyaksikan niat yang nista sekaligus mengerikan punya Aomine dan Kise, dengan segala tetek bengek ke-tidak waras-an mereka berdua. Ya Allah, selamatkan kami dari siksaan Emper– ups, Akashi… Mereka bertiga mendadak menjadi anak soleh (?).

Kelompok 1 akhirnya ber-ending kacau balau, apalagi Kelompok 2 dan seterusnya…? !

.

.

.

[ To be Continued… Atau End? *dihajar* ]