Tadinya ini kubuat oneshoot, berhubung ceritanya agak panjang, jadi kubuat twoshoot ajah. hehe

semoga suka.

Happy Reading

-

Ini adalah jam makan siang. Dimana biasanya restaurant atau rumah rumah makan di penuhi oleh orang-orang yang ingin mengisi perut mereka.

Begitupun dengan Park Chanyeol. Lelaki jangkung itu terlihat memasuki sebuah restaurant yang terletak tepat di sebrang perusahaan tempatnya bekerja. Proxima coopration.

Jika kalian berfikir bahwa Chanyeol menjabat sebagai karyawan penting atau bahkan direktur di perusahaan itu, maka kalian salah besar. Karna nyatanya Chanyeol adalah seorang office boy disana. Office boy yang sangat tampan. Ingat, jangan menilai buku hanya dari sampulnya, oke.

Sebenarnya Chanyeol tidak semenyedihkan itu. Dia bekerja disana hanya untuk sampingan di luar jam kuliahnya. Itu adalah bentuk hukuman dari ayahnya.

Chanyeol yang terbiasa hidup boros membuat ayahnya menghukum Chanyeol dengan memblokir semua fasilitas yang Chanyeol dapatkan. Motor, Kartu kredit, laptop, ponsel, bahkan Chanyeol harus tinggal di sebuah flat kecil yang dekat dengan kampusnya. Tujuannya semata agar Chanyeol dapat menghargai bagaimana sulitnya mendapatkan uang.

Ayahnya memang masih membiayai kuliah Chanyeol. Uang sewa flat juga masih di tanggungnya. Hanya saja untuk biaya sehari-hari Chanyeol harus mengeluarkan uang sendiri.

Beruntung Chanyeol memiliki teman-teman yang selalu ada saat dia butuh. Setidaknya itu membuat Chanyeol sedikit terbantu.

Oh sehun misalnya. Lelaki albino itulah yang membantu Chanyeol mendapatkan pekerjaan di Proxima Coopration yang merupakan perusahaan milik pamannya. yaa, walaupun sebagak cleaning service, setidaknya Chanyeol tidak merasakan yang namanya kesana kemari mencari pekerjaan paruh waktu.

Lalu ada Kim Jongin. Lelaki dengan kulit sedikit gelap itu bahkan meminjamkan ponsel lamanya kepada Chanyeol. Dan berhubung kekasih pinguin Jongin itu memiliki rental warnet, Chanyeol bisa mengerjakan tugas kuliahnya disana dengan gratis.

Bukankah selalu ada kemudahan di setiap kesulitan?

-

Kembali ke Chanyeol yang kini memasuki sebuah restaurant untuk makan siang. Sebenarnya Chanyeol sebagai OB, tidak di izinkan menghabiskan waktu istirahatnya untuk keluar dari gedung perusahaan. Biasanya para cleaning service menghabiskan waktunya di kantin yang di sediakan perusahaan.

Berhubung pak direktur alias paman Sehun meminta Chanyeol untuk menemaninya makan di luar, jadilah Chanyeol disini dengan masih menggunakan seragam OBnya.

Mereka berjalan ke kursi pojok dekat jendela. Setelah memesan makanan, mereka mengobrol untuk mengurangi kecanggungan. Bagaimanapun, paman Sehun adalah atasan Chanyeol.

"Chanyeol aku memintamu menemaniku sebenarnya bukan tanpa alasan." ucap pak direktur.

Chanyeol terdiam mendengarnya. Tentu saja Chanyeol tau itu. Dia tidak sebodoh itu untuk menanggapi paman Sehun untuk menemaninya makan siang.

"Sebagai teman dekat Oh sehun, juga perangaimu yang ramah. Itulah kenapa aku memintamu untuk menemaniku." lanjutnya.

Chanyeol mulai menerka apa maksud dari perkataan atasannya itu.

"Begini. Putra kecilku hari ini datang dari Eropa. Dia memang tinggal bersama ibunya disana. mungkin kau sudah tau perihal aku yang telah bercerai dengan istriku."

Chanyeol mengangguk membenarkan perkataan atasannya itu.

"Aku akan sibuk setelah jam makan siang berakhir. Karna itulah aku ingin kau menemani putraku selama aku sibuk."

"Maaf ? Tapi bagaimana bisa, pak?" Chanyeol protes akan apa yang atasannya pinta.

Dan melihat kernyitan di dahi atasannya, Chanyeol langsung meluruskan maksudnya.

"Maksudku, bukankah aku harus kembali mengerjakan pekerjaanku? Lalu..."

"Aku yang membayarmu jika kau lupa Chanyeol. Hanya dengarkan dan turuti apa mauku." pak direktur memotong perkataan Chanyeol.

Chanyeol menelan ludah mendengarnya. Membuat pak direktur menyeringai melihatnya.

"Pertama, aku tau kau tidak memiliki jadwal kuliah tiga hari kedepan. Kedua, Sehun dan orangtuanya akan pergi ke Busan sore ini. Ketiga, kau tidak lupa jika aku hidup sendiri bukan? Ke empat, aku percaya kau bisa mengatasi anak kecil. Bagaimana?"

Chanyeol hanya mematung mendengarnya. Dalam hati dia menolak. Tapi dia tidak berani menentang atasannya.

"Baiklah. Aku mengerti." pada akhirnya Chanyeol hanya bisa menuruti kemauan atasannya itu.

"Bagus. Sehun sedang menjemputnya di bandara. Harusnya sebentar lagi mereka tiba disini." pak direktur melihat arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.

Bersamaan dengan itu, suara Sehun terdengar dari arah pintu masuk. Membuat pak direktur dan Chanyeol melihat ke arahnya.

Berbeda dengan pak direktur yang tersenyum melihatnya, Chanyeol justru di buat bingung oleh kehadiran Sehun.

Bukankah tadi atasannya itu bilang Sehun bersama putranya? tapi Chanyeol hanya melihat Sehun sendirian. Setidaknya sebelum Sebuah kepala melongok dari balik pinggang Sehun.

Chanyeol tertegun melihatnya. Wajah manis itu, mata bening itu, tatapan polosnya. Benarkah dia anak kecil yang akan di titipkan kepada Chanyeol? Sungguh, jika benar, Chanyeol sanggup menemaninya seumur hidup.

"Oh, putra ayah sudah datang ternyata."

Pak derektur berjongkok dan merentangkan tangannya yang di sambut pelukan riang dari tangan kecil itu.

Bibirnya tersenyum menggumamkan "Baekhyunie rindu ayah~" dengan logat imutnya. Namun matanya mengerjap polos menatap Chanyeol di depannya.

Oh, sunggub rasanya Chanyeol ingin menculik anak kecil yang menyebut dirinya Baekhyunie itu dan mengurungnya di flat tempatnya tinggal. Chanyeol gemas bukan main.

"ekhem." Sehun mengintrupsi kegiatan temu kangen anak dan ayah itu.

Sebenarnya Sehun berdehem lebih untuk menggoda Chanyeol yang terpukau melihat sepupu kecilnya itu.

Tatapan menggoda di tambah seringai menyebalkan Sehun membuat Chanyeol mendecih melihatnya.

"Nah, Baekhyunie, sekarang coba perkenalkan diri Baekhyunie ke Chanyeol hyung. Karna nanti Chanyeol hyung yang akan menemani Baekhyunie bermain."

Anak kecil itu mengerjap mendengar perkataan ayahnya. Dia lantas menatap Chanyeol dengan tatapan polosnya. ugh, Chanyeol tegang.

"Hallo, namaku Byun Baekhyun, aku putra ayah dan ibu, dan sekarang aku berusia lima tahun. Salam kenal hyung."

Baekhyun mengenalkan dirinya dengan begitu polos. Ditambah dengan logat imutnya itu. Astagaa.. Tolong tahan Chanyeol, jika tidak ingin Chanyeol khilaf.

Baekhyun membungkukan tubuh mungilnya di hadapan Chanyeol.

"A-ah, Aku Chanyeol. Salam kenal." Sungguh tidak keren. Chanyeol merutuk dirinya yang tergagap seperti itu hanya karna Baekhyun.

Sehun menahan tawanya. Dia lalu berujar sebelum undur diri. "Nah, Baekhyunie, Sehun hyung harus pergi sekarang. Baekhyuni baik-baik dengan Chanyeol hyung, yah?"

Sehun mengusak gemas rambut Baekhyun sebelum pamit kepada pamannya dan memberi kedipan menggoda kepada Chanyeol.

Setelah Sehun pergi, mereka bertiga melanjutkan untuk menyantap makan siang mereka di temani celotehan Baekhyun yang tiada henti. Chanyeol hanya tersenyum memperhatikan Baekhyun. Chanyeol rasa dia menyukai Baekhyun dan harinya akan menyenangkan bersama Baekhyun.

Selesai dengan makan siang, mereka kembali ke perusahaan. Pak direktur yang melanjutkan bekerja. Sedang Chanyeol untuk mengganti baju seragamnya.

"Baekhyunie, dengarkan ayah."

Pak direktur berjongkok menyamakan tingginya dengan putra kecilnya itu. Saat ini mereka berada di lobi utama perusahaan.

"Setelah ini, Baekhyunie harus ikut dengan Chanyeol hyung. Dengarkan semua perkataannya. Baekhyunie harus menurut dengan Chanyeol hyung."

Baekhyun menatap lugu ayahnya dan mengangguk riang. Poninya yang menutupi dahi bahkan ikut bergerak karenanya. Oh, jangan lupakan senyuman manis di bibir mungilnya itu. Ugh, Chanyeol ingin pingsan saja melihatnya.

"Chanyeol, aku percayakan Baekhyun padamu." Pak direktur menepuk kedua pundak Chanyeol.

"Baik, Pak." Balas Chanyeol kemudian.

-

Setelah acara penyerahan yang lebih tepat seperti Mertua yang menyerahkan anaknya kepada sang menantu itu, Chanyeol membawa Baekhyun ke ruang loker untuk berganti baju. Baekhyun hanya menurut mengikuti Chanyeol di depannya.

"Mmm, Baekhyunie, Apa Baekhyunie tidak membawa pakaian ganti untuk nanti?"

Sungguh Chanyeol tidak tau apa yang harus dilakukannya. 20 tahun hidupnya, dia belum pernah bertegur sapa dengan anak kecil. Dan sekarang Chanyeol harus mengurusi anak kecil semenggemaskan Baekhyun.

"Semua baju Baekhyunie ada di mobil Sehun hyung. Ayah juga tidak memberikan baju ganti untuk Baekhyunie." Cicit Baekhyun.

Tangan mungilnya tertaut di depan tubuhnya. Bibir mungilnya mengerucut diwajah sedihnya. Kedua bola mata bening itu bahkan bergetar. Ah, tidak. Chanyeol kelabakan mengetahui Baekhyun akan menangis.

"ah, tidak apa Baekhyunie. Nanti hyung belikan baju untuk Baekhyunie." Chanyeol mengusap lembut pucuk kepala Baekhyun.

Astaga, rambutnya sangat halus bagaikan sutera.

"Benarkah hyung? horeee~"

Baekhyun melompat riang dengan kedua tangan terlentang ke atas. Chanyeol menggigit bibir bawahnya melihat itu.

"Nah, sekarang hyung harus berganti baju dahulu. Baekhyunie duduk disini yaa." Chanyeol mendudukan Baekhyun di atas kursi yang tersedia di ruang loker.

selama Chanyeol berganti pakaian, Baekhyun tidak berhenti memperhatikannya. Dan beberapa pertanyaan juga menyertainya. Chanyeol yang bingung harus menjawab apa pun akhirnya hanya menanggapi seadanya. seperti...

"Waah, Chanyeol hyung sangat tinggi. Apa nanti Baekhyunie akan tumbuh tinggi seperti hyung?"

"Tentu. Jika Baekhyunie rajin berolahraga dan memakan sayuran hijau."

Lalu..

"Oh, apa Baekhyunie juga akan memiliki lengan besar seperti Chanyeol hyung? Ah, bagaimana bisa ada coklat di perut Chanyeol hyung?"

"Bisa saja, jika Baekhyunie selalu mengangkat benda benda berat."

"Tapi Baekhyunie tidak suka mengangkat yang berat-berat."

"Itu bagus. Baekhyunie memang tidak boleh melakukannya. Baekhyunie terlalu berharga untuk melakukan hal seperti itu."

"Tapi Baekhyunie juga ingin punya enam coklat susu putih seperti perut hyung"

"Baekhyunie boleh menyentuhnya. Milik hyung, milik Baekhyunie juga."

Ya, itu beberapa hal tanya jawab yang di lakukan Chanyeol dan Baekhyun. Raut wajah Baekhyun yang berubah-ubah, sebentar cemberut dengan bibir terpout, sebentar berbinar riang setelah mendengar jawaban Chanyeol, membuat Chanyeol gemas bukan main. Tapi Chanyeol masih menahan dirinya untuk tidak menerkam Baekhyun.

"Hyung, badan Baekhyunie lengket dan bau. Baekhyunie tidak sukaa."

Baekhyun mengadu setelah mengendusi ketiaknya sendiri. Bibirnya melengkung ke bawah.

"Baiklah, ayo kita beli baju untuk Baekhyunie."

Chanyeol mengulurkan tanganya dan di balas Baekhyun. Astaga, Chanyeol ingin pingsan saat telapak mungil itu menyentuh tangannya. Sangat lembut seperti kapas.

"yeey, ayo hyung." Baekhyun meloncat senang dari duduknya .

Akhirnya mereka pun saling bergandengan tangan menuju toko baju anak-anak guna membeli baju ganti untuk Baekhyun.

-

Mampus. Sungguh sial untuk Chanyeol. Kini keduanya telah berdiri di depan kasir untuk membayar baju yang di beli Baekhyun. Namun sayangnya Chanyeol tidak memiliki uang yang cukup dan Chanyeol baru ingat jika tuan Byun tidak menitipinya uang.

Chanyeol tersenyum kikuk menatap kasir itu. Baekhyun hanya diam berdiri di samping Chanyeol. Menatap tidak tau apa-apa disana.

"Ah, sepertinya dompetku ketinggalan. Ayo Baekhyunie, kita ambil dompet dulu di rumah" Alibi Chanyeol.

Chanyeol segera menggandeng tangan Baekhyun dan melangkahkan kakinya keluar toko.

"Baekhyunie, maafkan hyung. Hyung lupa kalo hyung tidak memiliki cukup uang untuk membelikan baju Baekhyunie." Sesal Chanyeol.

Chanyeol berjongkok di depan Baekhyun untuk mensejajarkan tingginya saat smengatakannya. Tangan besarnya memegang kedua pundak sempit Baekhyun.

"Terus Baekhyunie harus bagaimana? Badan Baekhyunie mulai gatal. huweee" Baekhyun menangis sambil menggaruk perut dan lehernya.

Chanyeol kelabakan melihat Bakhyun menangis. Dia menengok ke kanan dan kiri memastikan tak ada yang melihat. Bahaya jika orang lain menuduhnya jika Baekhyun menangis karna ingin di culiknya.

"Oke, oke. Bagaimana jika Baekhyunie memakai baju hyung untuk sementara. hmm?"

Untungnya Baekhyun mengangguk setuju dan mengusap air mata di kedua matanya. Chanyeol kembali menggandeng Baekhyun menuju flat kecilnya.

-

Kini mereka telah berada di flat kecil Chanyeol. Chanyeol kembali merutuki ucapannya tadi. Chanyeol tidak terpikirkan akan ukuran tubuh Chanyeol yang jauh lebih besar dibandingkan Baekhyun. Yang kepala Chanyeol pikirkan tadi hanyalah bagaimana menghentikan Baekhyun yang menangis. Chanyeol membenturkan kepalanya pada pintu lemari. Baekhyun hanya menatap Chanyeol kebingungan.

"Hyung." cicit Baekhyun

"Ah, lebih baik sekarang Baekhyunie mandi dulu yaa. Hyung akan siapkan baju untuk Baekhyunie selama Baekhyunie mandi." Baekhyun mengangguk mengiyakan.

"nah, ini handuknya."

Chanyeol menyerahkan handuk kecil kepada Baekhyun. Baekhyun menerimanya dan segera melangkahkan kakiknya memasuki kamar mandi.

"Bodoh, Chanyeol bodoh. Apa yang kau lakukan, hah!" Chanyeol bermonolog sembari mencari kiranya ada baju untuk Baekhyun.

Setelah cukup lama mengobrak ngabrik isi lemarinya, Chanyeol yang putus asa pun menjatuhkan pilihannya kepada satu kaos putih polos untuk di pakai Baekhyun.

Sebenarnya kaos itu adalah baju dalaman Chanyeol. Baju itu ngepress di tubuh Chanyeol. Sehingga hanya itu baju Chanyeol yang paling kecil.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar mandi terbuka. Baekhyun telah selesai membersihkan dirinya ternyata.

"Oh, Baekhyunie sudah sele..." ucapan Chanyeol terheti.

Mata bulatnya terbelalak. Mulutnya turut terbuka. Baju yang di pegangnya terjatuh begitu saja.

Bagaimana tidak. Chanyeol melihat Baekhyun dengan rambutnya yang basah. Handuk yang di berikannya tadi melilit sempurna sebatas dada sampai lutut Baekhyun. Kaki, tangan dan bagian tubuh yang tidak tertutupi begitu putih dan terlihat halus tanpa adanya bulu. Jangan lupakan kepala Baekhyun yang meneleng bingung dan kerjapan lucu di kedua mata beningnya. Ugh, Chanyeol merasakan sesuatu mengalir di atas bibirnya dari dalam hidung.

"Hyung? Hyung berdarah!" pekik Baekhyun.

Chanyeol langsung menghapus darah yang keluar dari hidungnya. Sial, dia mimisan.

"Ah, tak apa Baekhyunie. Nah, pakai ini cepat. Nanti Baekhyunie kedinginan."

Chanyeol segera memungut baju yang terjatuh dan memberikannya pada Baekhyun.

Baekhyun segera menerimanya dan tanpa tau malu melepaskan handuk yang melilit tubuhnya di hadapan Chanyeol. Sekali lagi, BAEKHYUN MELEPASKAN LILITAN HANDUK DI TUBUHNYA DI HADAPAN CHANYEOL.

Chanyeol membeku di tempat. Mulut dan matanyanya terbuka semakin lebar. Darah mimisan keluar semakin banyak. Apalagi setelah melihat bajunya yang di kenakan Baekhyun benar-benar membungkus tubuh mungil Baekhyun. lengan kaosya menutupi sampai siku, dan panjang kaosnya menutupi sampai betis Baekhyun.

"Hyung! huweeeeee.." Tangisan Baekhyun memenuhi flat kecil Chanyeol saat melihat Chanyeol terjatuh dengan darah yang keluar banyak dari hidungnya. Ya, Chanyeol pingsan karna kehabisan darah.

~

bersambung..