Kim Namjoon x Kim Seokjin
Romance x Drama
Rate T
Present : You
.
.
.
By Shephia
"Ayo kita beli barang berpasangan Namjoon-ah. Aku tak peduli dengan harganya, asal darimu aku akan memakainya..."
.
.
.
.
.
Sudah lama kejadian itu berlalu. Waktu kami syuting untuk tayangan berlibur luar negeri. Jika kalian Army, kalian pasti tahu apa maksudku.
Maksud hati hanya sekedar jalan-jalan menikmati kota dan melihat pernak-pernik yang dijual toko pinggiran, mungkin juga membeli beberapa barang sebagai cinderamata, kalimat yang dilontarkan Seokjin begitu membekas diingatanku.
Kalau difikir-fikir, bukannya aku jarang membelikan Seokjin. Sering. Sering sekali. Terlalu banyak malah. Apa yang ia mau, akuwujudkan.
Walau beberapa hal terkadang membuatku tertawa saat membelinya, karena terlalu imut, tapi aku selalu berusaha memenuhi segala keinginannya.
Terlebih Seokjin bukanlah seseorang yang menuntut. Bahkan terkadang jarang membuka diri. Aku harus memancingnya terlebih dahulu untuk tahu apa yang ia rasakan.
Apakah ia sedih, senang, sakit hati, gembira, benci dan sebagainya. Ia termasuk karakter memendam sebenarnya.
Aku tahu itu adalah sifat bawaan, tapi sebagai kekasih aku ingin ia berbagi. Membagikan ceritanya padaku, menyandarkan beban yang ia bawa bersamaku dan menjadikanku sebagai separuh dirinya.
Karena menurutku kekasih harus mengerti dan memahami.
Seperti disaat itu, apa yang Seokjin ucapkan pasti berasal dari hatinya. Mengajarkanku untuk selalu peka. Aku juga tersadar, selama kami berpacaran selama empat tahun belakangan ini, tidak ada satupun kami memiliki barang pasangan.
.
"Taehyung-ah, kau sibuk?" tanyaku pada Taehyung yang tengah sibuk dengan komputer miliknya. Bermain game online dengan lawan tandingnya di sebelah kamar ini. Siapa lagi kalau bukan bayi bongsor kami, Jungkook. Jangan heran atas kelakuan mereka.
Mereka punya dunia sendiri dan hanya mereka sendiri yang mengerti.
"Eoh? Seperti yang kau lihat hyung. Ada perlu apa?" tanpa melihat kearahku sama sekali, Taehyung tetap terpaku dengan tangan yang sibuk menekan-nekan papan keyboard, membuat aku harus duduk didekatnya agar mendapat perhatiannya.
"Aku serius Taehyung. Ini darurat!" sedikit drama boleh juga bukan? Membuatnya panik ditengah kepanikan. Hahaha.
"Kau perlu bantuan apa hyung?" ia akhirnya menyerah. Tertulis dilayar tercetak besar 'you lose' dan cekikikan kelinci juga terdengar.
"Seberapa banyak barang couple yang kau punya dengan Jungkook?" ujarku sedikit berbisik. Taehyung mengerutkan dahinya. Menopang dagu dengan tangannya. Berfikir keras.
"Aku tidak tahu berapa jumlahnya, tapi ku rasa cukup banyak..."
"Lalu apa alasanmu memilikinya?"
"Ya untuk dipakailah hyung!" mengerjapkan mataku berkali-kali. Sepertinya pertanyaan tadi itu sangat tidak berguna. Namjoon bodoh.
"Maksudku kenapa harus barang couple? Barang yang lain yang lebih baik juga banyak..."
Taehyung kembali terdiam. Melipat kaki kanannya bersila kemudian tersenyum simpul.
"Aku bisa memberikan apapun untuk Jungkook, tapi orang lain juga bisa memberikan apapun untuk Jungkook. Apalagi Army. Mereka bahkan bisa memberi hadiah yang lebih mahal lebih bagus lebih mewah. Tentunya hadiahku tak akan artinya jika begitu. Namun, jika itu barang couple, akan memiliki tempat tersendiri dihatinya. Begitu juga aku. Merasa saling terikat, perasaan seperti itu..."
Aku tertegun. Apa yang disampaikan Taehyung ada benarnya. Membuka cara berfikirku yang sempit. Menganggap barang couple adalah sesuatu yang childish.
Tentunya barang couple diciptakan dengan maksud tertentu. Bisa sebagai identitas hubungan pada orang lain, bisa juga seperti alasan Taehyung tadi, membuat pemiliknya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Aku kemudian berfikir begini, jika aku menikah, bisakah aku menganggap cincin perkawinanku yang tentunya salah satu bentuk barang couple sebagai sesuatu yang childish? Bisa-bisa aku di gugat cerai satu menit setelah pemberkatan.
"Terima kasih Taehyung-ah. Kau memang jenius..." setelah mengatakannya, aku langsung berlari keluar kamar, mengambil smartphoneku untuk membeli suatu barang. Perbincangan tadi membuatku terbayang akan barang itu. Barang yang ku ketahui memiliki cerita dibalik pembuatannya. Cerita yang tak biasa dan teristimewa.
Taehyung yang melihatku hanya bisa terpaku. Ia memilih mengulang kembali permainan, bertanding melawan Jungkook yang sedari tadi menyemarakan kemenangannya.
.
.
.
.
.
Masih dengan jadwal konser tur dunia yang berjalan, membuat kami malam harinya memiliki aktivitas rutin yakni berkemas. Menyiapkan baju, jaket, piyama, pakaian dalam, kaos kaki, sepatu, peralatan mandi, beberapa jajanan, obat pribadi sampai lensa kontak. Sederhana, namun penting.
Meski ada agensi yang mengurus kami dan promotor yang melayani kami, dinegara orang tak sama dengan negara sendiri. Rasa nyaman, itulah yang berusaha kami bentuk untuk bisa tampil maksimal dihadapan para ARMY.
Oya, beberapa waktu lalu kami mendapat jatah untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Jimin dan Jungkook ke Busan, Yoongi dan Taehyung ke Daegu, Hoseok ke Gwangju, Seokjin ke Anyang sementara aku ke Ilsan.
Barang yang dulu aku pesan telah di antar ke rumahku cukup lama dari hari aku dapat mengambilnya. Aku mengetahui itu setelah mendapat pesan dari adikku yang mrngatakan bahwa ibuku shock melihat nominal harga yang tertera pada kardus barang ku beli itu.
Apakah mahal? Ku akui iya.
Tapi sebanding dengan kualitas hubunganku dan Seokjin. Begitu pantas untuk Seokjin yang telah menginspirasiku dalam lagu-laguku, yang disukai banyak orang dan mampu mendulang kesuksesan BTS saat ini. Sstt, ia pilar rahasia.
Melihat keadaan sekitar, aku melangkahkan kakiku ke kamar Seokjin. Membuka pintu kamar dan menemukan sosok yang tengah duduk di tepi ranjang, melipat beberapa baju dan hoody pink miliknya.
"Hyung, Yoongi hyung mana?" Seokjin mendongak. Aku semakin mendekatkan diriku padanya.
"Yoongi? Dia di ruang wardrobe..." jawab Seokjin singkat. Kembali lagi, berkutat pada baju-bajunya.
"Eoh hyung, tanganmu kenapa?" kataku tiba-tiba dengan nada yang sedikit berteriak. Kontan saja itu mengejutkan Seokjin. Ia segera melihat tangannya dan dengan cepat aku menarik tangan kirinya, mengaitkan hadiahku pada lengannya. Dan terdengar bunyi klik.
Satu detik, terdiam
Dua detik, belum bereaksi
Tiga detik, apa Seokjin tak suka?
Mengangkat tangannya tinggi, ke arah bawah lampu. Senyum mengembang dari bibir cherry member tertuaku ini.
"Apa ini?" Seokjin meminta penjelasan. Menggaruk leherku sebagai tanda situasi yang kikuk, aku duduk di tepi ranjang miliknya. Tepat disebelahnya.
"Hadiahku untukmu sebagai keinginanmu di Hawaii waktu itu. Ku harap kau suka Jinseok..."
Seokjin memahami ini. Jika Namjoon telah memanggilnya begitu maka situasi menjadi serius dan bahasan cerita hanya tentang mereka berdua saja.
"Jam tangan kita memiliki julukan the president watches. Saksi bisu perjalanan kesuksesan seorang presiden bersama temannya yang tak kalah hebat. Bukankah itu keren?"
"Jadi maksudmu itu seperti kita?"
"Perjalanan kita bahkan lebih hebat dari mereka. Bagaimana menurutmu?" Seokjin memiringkan kepalanya. Memandang manis jam tangan warna emas dari salah satu merek ternama itu. Kemudian ia mengambil tangan kiri Namjoon yang juga mengenakan jam serupa. Hanya saja dengan warna berbeda. Mengaitkan jemari keduanya.
"Aku selalu suka atas apapun yang kau beri Joonie. Ini sangat cantik, aku ingin memakainya untuk syuting besok..."
"As you wish babe..."
.
.
.
.
.
The End
P.s : hao 🌺 ini phia dan ini cerita terbaru saya sekaligus menjadi yang pertama. Tanggapan baik vote, komentar, suka ataupun favorit dari kalian amat berarti bagi saya. Mohon bantuannya untuk karya yang lebih baik lagi. Terima kasih 🙏
P.s.s : i have wattpad and instagram account with the same name. Lets be a friend 💓
