F L O W
Naruto © Masashi Kishimoto.
Genre : Friendship, Romance & Hurt/Comfort.
Warning: Membaca fanfic ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti mulut berbusa dan kepala pening luar biasa. Anda dipersilahkan mundur untuk menghindari tindak anarkis yang mungkin akan Anda lakukan di kotak review (?).
-oOo-
Collaboration with Yukio Valerie (SASUKE P.O.V).
-oOo-
Chapter 1 : F for First Meet.
-oOo-
Enjoy~
~F L O W~
Wig biru panjang, stocking hitam setengah paha, sebuah pedang imitasi, sepatu boots putih sebetis, dan sebuah short dress berwarna biru muda yang dipadukan jubah pendek tanpa lengan berwarna perak dengan dua garis vertikal yang melingkari bagian bawah dada dan perut. Sebuah kalung berwarna senada dengan jubahku turut mempermanis penampilanku, tak lupa dengan sebuah sarung tangan panjang putih dengan garis biru gelap menghiasi setiap sisinya menjuntai dari pertengahan lengan atas dengan diameter lingkar yang semakin melebar ke bawah. Aku sukses menjadi seorang Yuuki Asuna dalam versi undine.
Oh hai, namaku Sakura, Haruno Sakura tepatnya, mahasiswi fakultas kedokteran di Universitas Tokyo Daigaku atau yang biasa disebut dengan Todai University yang kini sedang ber-cosplay ria menjadi salah satu karakter dalam anime berjudul Sword Art Online. Ucapkan terima kasih banyak kepada sahabatku tercinta, Yamanaka Ino yang telah sukses memaksaku untuk mengikuti hobi gilanya, cosplay!
"Ah, Sakura, ayo ikut aku beli goodies," rengek Ino yang kini tengah menarik-narik tangan kananku dengan sedikit paksaan, aku mendesah pelan melihat tingkah sahabatku yang satu ini.
"Goodies? Lagi?" Aku mengernyitkan dahiku dalam-dalam —yang dibalas dengan pandangan memelas dari sepasang permata biru laut milik gadis pirang di depanku.
"Ayolah~ aku ingin beli goodies-nya Kirito-kun!"
"Ha'i, ha'i." Dan kaki berbalut sepatu boots coklat milik Ino segera melonjak pelan —gadis berjubah Hogwards di depanku ini segera menarik pergelangan tangan kananku dan menyeretku dengan cepat ke arah stan yang diyakininya menjual berbagai macam souvenir.
Ya, saat ini, sahabatku ini juga sedang ber-cosplay menjadi Luna Lovegood —salah satu karakter dalam film Harry Potter. Dia hanya perlu menggunakan jubah kebesaran sekolah sihir itu dan sepatu boots-nya untuk cosplay-nya kali ini —mengingat jika dia memang sudah memiliki rambut pirang panjang dan mata biru yang indah —good!
"Auch, pelan-pelan dong Ino, stan itu juga tidak akan lari jika kita berjalan dengan sedikit lebih pelan," desisku sambil menahan paksa langkah Ino yang bagaikan menggunakan speed booster.
"Araaa~ gomen, Sakura~ aku kan tidak sabar untuk ketemu dengan Kirito-Kirito itu~" Dan jiwa fansgirl Ino telah kembali –membuahkan sebuah helaan napas pasrah dariku yang kini tengah mengelus pelan pergelangan tanganku yang memerah.
"Errr~ maaf Asuna-san, Luna-san, boleh minta fotonya?" Sebuah suara lembut mendadak menguar dari samping badanku.
Aku menoleh dan mendapati jika sudah banyak orang yang berkumpul di dekatku dan Ino. Yak! Waktunya bekerja, sebagai cosplayer tentunya.
Dengan sebuah senyuman kecil, aku mengiyakan permintaan gadis remaja berambut coklat yang tadi menegurku —serta merta membuat lengkungan-lengkungan manis terbit di beberapa belah bibir manusia yang mengerubungiku.
Satu demi satu, kulayani orang-orang yang meminta foto bersama denganku secara pribadi maupun bertiga dengan Ino. Aku menghela napas dengan frustasi melihat semakin banyaknya orang yang berkumpul mengerubungiku —suara mereka yang tidak bisa dibilang pelan justru membuatku berpikir seberapa banyak kekuatan mereka hingga bisa membuat suara sebising ini.
Ini tidak bisa dibiarkan! Jika terus begini, aku dan Ino tidak akan bisa jalan-jalan! protesku keras dalam hati. Aku tahu jika inilah risiko untuk menjadi cosplayer. Tapi ayolah, aku dan Ino juga ingin jalan-jalan!
Batinku semakin bersungut-sungut ria melihat gerombolan orang-orang yang seakan tidak ada habisnya.
"Ino, kita harus pergi sekarang!" bisikku setelah berhasil menarik Ino yang baru selesai berfoto dengan seorang remaja laki-laki yang lumayan tampan.
"Tapi bagaimana dengan mereka yang sudah menunggu giliran?" Ino memandang resah pada antrian pengunjung yang masih bergerombol dengan hebohnya.
"Goodies-goodies itu menunggumu loh. Kamu mau kehabisan hanya karena menunggu ini?" Kukeluarkan mantra jitu itu untuk merayu Ino —dan benar saja, permata biru yang awalnya sedikit meredup karena kelelahan kini sudah berbinar cerah layaknya sehabis dipoles dengan sempurna.
"Ah~ goodies-goodies-ku tercinta~" Mulailah drama lebay dari Yamanaka Ino.
"Ayo kabur!"
Kugenggam pergelangan tangan Ino yang berbalut jubah, Ino segera mengangguk dan dengan satu helaan napas, aku mulai berlari menerjang kumpulan orang-orang yang mulai berteriak panik karena aku dan Ino yang notabene adalah 'model'nya justru malah kabur. Haha, siapa peduli? Yang penting aku harus senang-senang.
Aku segera bergerak gesit untuk menyelinap melalui celah-celah yang ada, dan yak! Aku lolos!
Aku tersenyum lega, setidaknya satu permasalahanku sudah selesai —tapi aku merasa ada yang janggal dengan kondisiku saat ini. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, berusaha mengingat apa yang kurasa janggal. Saat mataku sedang asyik berkelana, tak sengaja retinaku merefleksikan sebuah cafè yang berdiri menantang di depanku.
Cafè yang manis. Apa yang dijual? Kopi? batinku bertanya —mengacuhkan jika kini aku menampakkan ekspresi yang cukup untuk membuat orang gemas saat melihatku.
"Sakura! Tega sekali kau meninggalkanku di tengah-tengah orang-orang itu!" damprat Ino marah sambil memukul lenganku pelan.
Oh iya, ini dia yang terlupa, Ino. Aku lolos dari kerumunan tanpa dia, entah bagaimana ceritanya —tapi yang penting kini Ino sudah keluar dari kerumunan dan kami bisa melanjutkan acara jalan-jalan kami yang tertunda.
Nyengir, dan aku segera mengangkat tangan kananku dan membentuk sebuah tanda 'peace' kepada Ino —gadis barbie-like itu mendengus pelan dan segera menarik tanganku pelan menuju ke stan goodies —tujuan awal kami.
~F L O W~
"Kurasa goodies Usui yang ini lebih lucu deh, Sakura." Sebuah suara maskulin mendadak menelusup ke dalam gendang telingaku, suara berat itu juga dibarengi dengan munculnya sebuah goodies Usui Takumi yang super imut di depan mataku.
"Kawaii~" Tanpa pikir panjang aku segera merebut goodies salah satu karakter dalam anime Kaichou wa Maid-sama dari tangan seseorang tanpa melihat siapakah orang itu.
Ah, hidupku teralihkan dengan Usui~
"Aku tahu kau akan menyukainya."
"Hehehe, kau kan tahu kalau aku tergila-gila dengan Usui, Gaara." Aku tertawa lebar pada lelaki yang kini tengah ber-cosplay menjadi Akashi Seijuro dari anime Kuroko no Basuke.
Namanya Gaara, Sabaku no Gaara, seorang laki-laki berparas di atas rata-rata yang merupakan teman sejawatku. Dia juga adalah salah satu teman Ino yang juga memiliki hobi ber-cosplay. Beruntung dia memiliki wajah yang tampan —setidaknya tidak akan membuat mata orang sakit jika melihatnya sedang berpakaian aneh-aneh.
Dia adalah satu dari segelintir orang yang tahu jika aku tergila-gila dengan seorang Usui Takumi. Apa Gaara orang yang istimewa di hidupku? Jawabannya tidak! Dia tahu aku menggilai Usui karena dia juga sering mengikuti acara-acara berbau anime seperti ini.
"Kau ini, sadar dong kalau kau sedang cosplay! Mana ada cosplayer yang kabur seperti tadi?!" Aku tersentak kaget saat Gaara mencibirku tentang acara kabur dadakanku tadi.
'Kok dia tahu sih?'
"Aku tadi ada di dekat sana. Ck, gara-gara kau dan Ino kabur, aku yang terkena imbasnya!" dengusnya kesal.
"Imbas? Ah~ kau pasti digandrungi gadis-gadis tadi kan? Kau tampan sih, tak heran mereka mengejarmu." aku menjulurkan lidahku sebentar untuk mengejek Gaara yang kini sedang meradang. Tidak bohong sih, dia memang tampan sekali dengan kostumnya sekarang –aku justru akan heran jika tidak ada gadis yang ingin berfoto dengan Gaara saat ini. Dia tampak sangat keren. Trust me!
"Jangan bilang kalau kau juga terpesona denganku," ledek Gaara yang ternyata sadar jika aku kini sedang memandanginya. Aku mencibirnya pelan, percaya diri sekali sih makhluk merah ini!
"Enggak ye~ kepedean sih lu!" Dan sebuah tonjokan pelan aku daratkan ke lengan kiri Gaara.
"Hn, ya sudah kalau tidak mau mengaku. Tapi tak kusangka kalau Haruno Sakura ternyata seorang tsundere." Namun sepertinya delikan tajam dariku tidak berpengaruh apapun pada manusia merah di depanku.
"Talk to my hand!" Kubentangkan tangan kananku tepat di depan wajah Gaara dengan spontan yang ditanggapi dengan sebuah dengusan kecil.
"Baiklah~ terserahmu. Tapi aku boleh minta foto bareng Asuna tsundere ini, kan?" Walau awalnya aku cemberut mendengar lelaki di depanku ini meledekku, aku tetap menuruti permintaannya untuk berfoto denganku.
"Ino, please?" Gaara menyerahkan iPhone 6-nya kepada Ino yang secara kebetulan sedang memilih goodies Kagamine Len yang berada di dekatku. Ino memutar matanya dengan dramatis melihat Gaara yang hanya memasang wajah datarnya.
"Dasar!"
Sekalipun Ino berkata dengan ketus, tetap saja dia mengambil alih ponsel Gaara dan mulai memasang ancang-ancang untuk memotret kami.
Aku berdiri di sebelah kiri Gaara, aku memasang wajah polosku sambil memegang sebuah goodies Asuna milik Gaara dengan kedua telapak tangan terbuka di depan dada, sedangkan lelaki itu sendiri sedang memasang pose keren yang –auch, dapat membuat cewek-cewek melting dengan mudahnya. Good job Sabaku!
~F L O W~
Perburuan goodies kini telah selesai, aku berhasil membawa pulang 2 buah goodies imut Usui Takumi, beberapa sticker anime kesukaanku, dan sebuah photoset Usui Takumi. Sedangkan Ino? Jangan tanyakan, dia telah memborong banyak barang di stan tadi.
Setelah puas berbelanja souvenir, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sekedar untuk membeli 2 piring takoyaki dan 2 gelas softdrink dingin di sebuah stan yang berada tidak jauh dari stan tempat kami membeli souvenir.
Aku dan Ino segera mencari tempat yang bisa kami singgahi untuk menghabiskan kudapan kecil kami kali ini. Segera kusenggol siku kiri Ino dengan siku kananku pelan saat kedua retinaku mendapati ada sebuah kursi coklat panjang yang berada di dekat gedung FIB. Sebuah keberuntungan dapat menemukan sebuah kursi kosong di sebuah event seperti ini.
"Ayo cepat Sakura, daripada nanti diisi orang!" Ino dengan lincah segera berlari kecil menuju kursi kosong itu —mengabaikan aku yang masih tetap berjalan dengan santai di belakangnya.
Saat Ino telah mendudukkan pantatnya, aku masih berjarak 100 meter dari kursi itu. Gadis berambut pirang itu segera melambaikan tangannya —menyuruhku untuk segera menghampirinya. Aku mengangguk pelan dan segera mempercepat langkahku agar segera sampai ke tempat Ino berada.
"Hah~ capek sekali sih. Dulu waktu aku cosplay jadi Yuno juga tidak secapek ini." aku mengeluh pelan setelah meletakkan semua souvenir dan makananku ke atas kursi, kini aku sedang memijit pelan kedua kakiku yang sedang kuselonjorkan. Aku tak tahu mengapa Ino tidak merasa kelelahan dengan semua ini. Mungkin karena dia sudah terbiasa cosplay?
"Look! Look! Kirito-kun-ku ganteng kan~" Aku melirik Ino yang kini tengah sibuk memandangi goodies Kirito yang berada di kedua tangannya. Hah, dasar fans!
Membiarkan Ino yang sibuk mengagumi goodies barunya, aku segera mengambil takoyaki-ku dan mulai menusuk makanan berisi daging gurita dengan potongan sayur segar itu dengan perlahan.
Sepertinya ada yang kurang. Tapi apa ya?
Kembali kusapukan pandanganku ke seluruh barang-barangku yang tergeletak di kursi panjang bersama denganku dan barang-barang Ino. Berusaha mencari tahu sesuatu apa yang hilang hingga membuatku gelisah.
Goodies? Ada. Ino? Ada. Kostum? Lengkap. Rapier?
"ARGH! RAPIER-KU! Rapier-ku di mana?!" teriakan histerisku sukses membuat Ino berjengit kaget.
"Apa sih Sakura? Kenapa teriak-teriak kayak gitu sih? Malu tuh dilihatin orang," ketus Ino. Permata birunya mendelik menatapku yang kini tengah berdiri dengan gelisah.
"Pedangku! Pedangku gak ada, Ino!" Aku memutari kursi panjang yang tadi kududuki bersama Ino dan terus melihat ke bawah kursi dan daerah di sekitarnya, mungkin saja pedangku terjatuh di bawah kursi.
Argh! Kalau pedang itu hilang, aku bisa dibunuh Temari-senpai. Pedang itu kan mahal, waktu pembuatannya pun lama. Aduh, tamat riwayatku!
"Kok bisa?! Terakhir kali kau letakkan di mana? Kau bisa dibunuh Temari-senpai kalau pedangnya hilang!"
"Aku gak tahu, aku lupa. Terakhir kupakai waktu foto sama —GOODIES!"
"Hah? Apa hubungannya sama goodies, Saku?" Dahi Ino mengernyit dalam, pandangannya menyiratkan kebingungan yang amat sangat.
"Pedangnya ada di stan goodies tadi, Ino! Tadi aku letakkan di salah satu rak waktu aku sedang memilih goodies Usui Takumi!"
"Dasar! Kalau pedangnya hilang gimana, Saku?!"
"Ya udah, aku cari dulu, aku titip goodies dan makananku ya!"
Aku segera berlari kencang menuju stan goodies yang tadi kusinggahi bersama dengan Ino.
"Semoga gak hilang, semoga gak hilang ..." Seolah itu adalah sebuah mantra, aku tak henti-hentinya mengucapkan tiga kata itu selama perjalanan.
~F L O W~
Aku berjalan pelan dengan kepala menunduk menatap boots putihku sesaat setelah aku selesai menjelajahi stan goodies itu tiga kali –hanya untuk menerima kenyataan bahwa pedangku tidak berada di sana.
Aku yakin. Aku sangat yakin jika terakhir kali aku melihat pedangku saat berada di stan itu. Tapi entah kemana perginya pedangku sekarang.
Aku nyaris menangis mengingat jika Temari-senpai pasti akan marah kalau dia tahu pedang itu hilang. Jika aku mengganti pedang itu, aku mau dapat uang dari mana? Meminta pada okaa-san jelas bukan pilihan. Lalu aku harus cari uang di ma—
Pluk.
"Hey, Asuna."
Aku memutar badanku dengan tidak bersemangat ketika kudengar ada sebuah suara baritone dari belakang tubuhku yang sedang memanggilku, tangan kekar yang tadi sempat singgah di bahu kananku kini telah ditarik kembali oleh sang empunya tangan.
Naas, karena tak memperhitungkan jarak, kepalaku sukses membentur dada bidang lelaki itu hingga reflek aku memundurkan tubuhku dengan tergesa.
Tapi rupanya hari ini dewi fortuna sedang membenciku, belum sempat kulihat rupa orang yang memanggilku aku sudah terpeleset karena terjerat kakiku sendiri —ceroboh.
Sebuah tangan kekar kini menahan tubuhku yang hampir terjungkal, bola mata sehitam batu obsidian itu kini mengebor bola mataku dengan tatapannya yang tajam. Helaian rambut hitam legam itu turut menggelitik permukaan wajahku karena minimnya jarak antara aku dan lelaki di depanku.
Wajahku memerah dengan instan, lelaki di depanku ini benar-benar tampan dengan pandangan yang tajam dan garis rahang yang kokoh. Aku mungkin masih akan mengobservasi wajah malaikat di hadapanku jika saja aku tidak menyadari ada sebuah pedang yang dipegang oleh tangan kanan lelaki itu dan mengarah ke leherku —hei! Itu pedangku!
Seolah menyadari aku terdiam menatap pedang yang berada di tangannya, lelaki itu segera menegakkan badan kami dan memberikan pedang itu kepadaku.
"Pedang yang bagus."
Singkat, sesingkat perjumpaanku dengannya. Belum sempat aku menyadari apa yang baru saja terjadi, lelaki itu sudah berlalu pergi meninggalkanku sendirian.
Ah, aku belum tahu namanya! Baru saja aku akan membuka mulut untuk memanggil lelaki itu sampai aku sadar jika eksistensi lelaki berambut hitam itu sudah tidak bisa ditangkap oleh bola mata hijauku.
Menekan kuat-kuat perasaan kecewa, aku berharap semoga aku dapat bertemu kembali dengannya —sekadar untuk berterima kasih.
-To be continue-
Aloha~ Miyu here! #grin
Kali ini Miyu datang lagi dengan sebuah kisah fresh dari SasuSaku. Ah iya, Miyu gak sendirian di fanfic ini. Kali ini Miyu beruntung bisa berkolaborasi dengan nee-chan Miyu, yups, si Yukio Valerie.
Jangan lupa baca fanfic © Yukio Valerie ya … di sana kalian akan melihat cerita ini dari sudut pandang Sasuke.
Alright, sekian dulu bacotan dari saya, do you mind to review?
Regards,
.
.
Miyu & Yuki.
Surabaya & Malang.
26 Juli 2014.
