Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: AU, OOC


.

.

.

Malam yang belum terlalu malam setelah restoran sudah tutup, Kagami yang sedang mencopot baju chef nya dihampiri oleh rekan kerjanya, Mizuki.

"Hey Kagami, bisa bantu aku membersihkan dapur?" tanyanya.

"Aku harap aku bisa, tapi aku nggak mau." jawab Kagami.

"Hey!" kata Mizuki kemudian dia mengamati Kagami yang merapikan bajunya. "Memangnya kau mau kemana?"

"Pulang." jawab Kagami pendek.

"Lalu…?" tanya Mizuki.

"Sampai di rumah."

Mizuki memicingkan matanya dan mengamati Kagami sebelum senyum maklum menghiasi wajahnya, "Woohoo, seseorang akan mempunyai malam romantis~~~" katanya dan bersiul.

Kagami membalasnya hanya dengan tersenyum.

"Hey… hey… siapa?" tanya Mizuki penasaran dan menghampiri Kagami.

"Seseorang." jawab Kagami rahasia.

"Jangan pelit," kata Mizuki dan memukul lengan Kagami. "Oh oh, apakah cowok tinggi berambut biru dan tubuh cokelat seksi yang kemarin menjemputmu?" tanya Mizuki dan menaik-turunkan kedua alisnya.

Kagami mengalihkan wajahnya dari Mizuki yang membuat Mizuki tertawa.

"Benar kaaannn? Selamat~~~ tapi jangan terlalu keras-keras sampai besok kau tidak bisa berangkat kerja," nasihat Mizuki.

"Kita hanya akan makan malam," kata Kagami.

"Hm? Apakah kau membersihkan kamarmu?" tanya Mizuki.

"Iya…" jawab Kagami.

"Ha!"

"Apa, itu bukan masalah besar. Aku membersihkan kamarku setiap hari," kata Kagami.

"Kagami, tidak apa-apa. Itu hal yang normal jika kau ingin melakukannya dengan pasanganmu," kata Mizuki serius.

Kagami mendengus.

"Dia kelihatannya masih muda. Berapa umurnya?" tanya Mizuki yang mulai menyapu lantai.

"Seumuran dengan kita." jawab Kagami.

"Waktu kita masih…?"

Kagami menghela napas dan memandang Mizuki dengan sebal, "Oke dia memang beberapa tahun lebih muda, tapi umur bukan masalah kan?"

"Tentu, tentu. Tapi jangan lupa untuk membangunkannya pagi-pagi untuk menonton Spongebob." kata Mizuki.

"Aku tidak berkencan dengan anak SD!" seru Kagami lalu menutup pintu dan meninggalkan Mizuki yang tertawa terbahak-bahak.

.

.

.

"Aomine, kau ikut?"

Aomine yang akan mencangklong tasnya untuk bersiap-siap pulang ketika salah satu temannya menanyainya.

"Tidak. Sorry man, aku sibuk malam ini," katanya menyeringai.

"Yeah… yeah…" kata temannya yang sudah terbiasa dengan Aomine yang akan berkencan dan melupakan kegiatan hangout dengan teman-temannya.

Aomine kemudian pulang untuk bersiap-siap nge-date malam ini dengan SO barunya. Mereka baru bertemu satu bulan yang lalu dan mulai berkencan dua minggu yang lalu. Ini kencan kedua mereka dan akan dilakukan di apartemen Kagami, nama SO baru Aomine. Meskipun mereka bisa dibilang baru menjalin hubungan tapi Aomine sudah mendapat feeling kalau mereka akan menjadi pairing paling bersinar (haha) sejagad raya.

Sebenarnya Aomine sangat merasa deg-degan dengan kencan kali ini karena Aomine akan membeberkan jati dirinya yang sebenarnya ke Kagami dan berharap Kagami akan memaklumi situasi dan kondisinya.

.

.

.

Kagami membersihkan jendelanya yang sebenarnya sudah bersih dari debu dan kotoran apapun ketika microwave nya mengeluarkan suara menandakan lasagna yang tadi dibuatnya sudah siap. Kagami memasang sarung tangan sebelum mengambil dua lasagna dari dalam microwave dan meletakkannya di atas konter dapur dan tersenyum karena lasagna nya terlihat sangat menggiurkan. Sekarang Kagami menuju ruang tamunya dan meletakkan sebotol wine dan dua gelas di atas meja. Setelah itu dia menyalakan lilin untuk membuat suasana menjadi semakin syahdu dan romantis. Kagami sekali lagi mengamati ruangan yang sudah berapa kali dia bersihkan sejak tadi dan tiba-tiba bel pintunya berbunyi. Sebelum Kagami membuka pintu untuk menyambut tamu spesialnya dia mengecek dirinya di pantulan kaca jendela dan merapikan lagi baju dan rambutnya. Setelah yakin semuanya tampak baik-baik saja dan wangi, Kagami membuka pintu.

"Hai," sapa Kagami.

"Hai. Ini untukmu." kata Aomine mencodongkan badannya dan mencium pipi Kagami kemudian menyerahkan kotak cokelat untuk Kagami.

"Oh terima kasih. Ayo masuk," suruh Kagami tersenyum.

Aomine mengangguk dan masuk mendahului Kagami.

"Kau sudah makan?" tanya Kagami.

"Belum. Sengaja karena ingin memakan masakanmu," kata Aomine gombal.

Kagami tertawa dan mengajak Aomine untuk ke dapur. Setelah Aomine sudah duduk dengan rapi, Kagami memotongkan lasagna dan menaruh di piring Aomine dan mengambil untuk dirinya sendiri sebelum ikut duduk di depan Aomine.

"Silakan."

"Selamat makan," kata Aomine dan menggarpu makanannya.

"Jadi bagaimana kelasmu tadi?" tanya Kagami memulai pembicaraan.

"Tadi waktu istirahat kedua aku jatuh di kamar mandi," jawab Aomine yang lebih fokus ke makan malamnya daripada Kagami.

"Istirahat kedua? Kuliah masih ditentukan istirahatnya?" tanya Kagami dan menatap Aomine curiga.

Aomine seketika menghentikan kunyahannya dan menelan makanan di mulutnya dengan susah payah, "Uhh… maksudku waktu aku selesai kelas kedua…" kata Aomine dan memasukkan lasagna ke mulutnya sampai penuh. "Wow ini enak sekali," katanya mencoba mengalihkan perhatian.

Kagami menatap Aomine curiga sebelum mengangkat bahu dan kembali memakan makan malamnya.

.

Setelah kenyang makan malam, mereka duduk santai di ruang tamu yang sudah Kagami persiapkan dengan nyaman tadi sebelum kedatangan Aomine. Kagami menuangkan wine ke kedua gelas dan memberikan satu ke Aomine.

"Terima kasih," kata Aomine setelah menerima gelas dari Kagami.

Kagami kemudian duduk di samping Aomine dan menyalakan televisi tapi perhatiannya ke Aomine.

"Bagaimana harimu?" tanya Aomine.

"Besok restoran akan dipesan untuk pesta dari artis atau orang penting atau apa gitu, jadi besok akan sibuk sekali." cerita Kagami.

"Aww… jadi besok aku tidak bisa menemuimu?" tanya Aomine.

Kagami tersenyum dan meminum minumannya.

"Tapi aku bisa memasukkanmu mungkin,"

"Benarkah?"

"Mungkin. Kau tinggal pinjamkan aku KTP mu dan aku akan menambahkan identitasmu disana," kata Kagami.

Aomine membelalakkan matanya tidak menjawab Kagami dan meminum wine nya.

"Bagaimana? Kau mau?" tanya Kagami.

"Uhh… mungkin aku akan memberitahumu nanti."

"Oke," kata Kagami.

Kemudian mereka berdua terdiam dan menikmati kehadiran masing-masing dengan televisi yang masih menyala. Aomine akan mengatakan sesuatu ke Kagami tapi dering telepon menghentikannya. Kagami meletakkan gelasnya di meja dan beranjak dari duduknya untuk mengangkat teleponnya.

Setelah Kagami pergi, Aomine ikut meletakkan gelasnya dan mulai berpikir lagi dengan rencananya. Oke tarik napas… keluarkan… tarik napas… keluarkan… tarik napas… keluarkan…

"Hey apa yang kau lakukan?" tanya Kagami yang tiba-tiba muncul di depan Aomine.

Aomine yang tidak menyadari keberadaan Kagami tersedak ludahnya sendiri dan batuk-batuk.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Kagami dengan tertawa.

Aomine menggelengkan kepalanya masih batuk-batuk dan menarik tangan Kagami sehingga membuatnya jatuh dan duduk di pangkuan Aomine.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Kagami khawatir dan memijat-mijat tengkuk Aomine.

"Ya…" kata Aomine akhirnya setelah berhenti batuk-batuk.

Kagami masih memijat-mijat tengkuk Aomine dan Aomine meletakkan kedua tangannya di pinggang Kagami. Mereka saling bertatapan dan Kagami semakin menurunkan wajahnya dan mencium bibir Aomine. Keduanya saling mengeratkan pelukannya dan memperdalam ciuman dan tidak menghiraukan televisi yang masih menyala.

"Kau ada kelas pagi besok?" tanya Kagami setelah melepaskan ciumannya tapi wajah keduanya masih sangat dekat dengan bibir yang hampir bersentuhan.

Sebenarnya setiap pagi Aomine ada kelas pagi dan besok kelihatannya ada ulangan harian sejarah kalau Aomine masih ingat, tapi Kagami tidak perlu tahu itu kan?

"Tidak," jawab Aomine dan menciumi rahang Kagami.

"Kau mungkin mau menginap?"

"Yeah." kata Aomine tanpa pikir panjang dan mengarahkan tangannya ke belakang kepala Kagami untuk menciumnya kembali. Kagami mengarahkan tangannya yang sebelumnya berada dikalungkan di leher Aomine ke bawah dan bermain-main dengan kancing kemeja Aomine untuk mencopotinya. Sementara Aomine mengarahkan ciumannya ke seluruh wajah Kagami dan lehernya. Setelah Kagami selesai mencopoti tiga kancing Aomine tangannya dimasukkan ke kemeja Aomine dan mengelus-elus dada bidang Aomine dan mendesah ketika Aomine meremas bokongnya.

"Aomine… ayo pindah ke—ah!—kamar," kata Kagami di tengah desahannya.

"Oke." kata Aomine.

Kagami kemudian bangun dari pangkuan Aomine dan berjalan menuju kamarnya dengan Aomine yang memeluknya dari belakang dan menguburkan wajahnya di rambut merah Kagami dan berjalan sangat dekat dengan Kagami. Kagami hanya tertawa menanggapi tingkah Aomine dan membuka pintu kamarnya.

.

.

Aomine telentang dengan tangan terbuka lebar di atas ranjang Kagami dan terengah-engah dengan Kagami di sebelahnya yang juga kehabisan napas.

"Kagami… kau sangat mengagumkan," puji Aomine menolehkan wajahnya ke samping memandang Kagami.

Kagami tertawa malu dan membuat tangan Aomine menjadi menekuk dan menidurkan kepalanya di tangan Aomine dan mencium rahang Aomine. "Oh ya?"

"Pasti. Hey bolehkah aku membawa bokongmu pulang?"

Kagami tanpa ragu-ragu memukul kepala Aomine.

"Bercanda… bercanda…" kata Aomine dan membawa Kagami lebih dekat ke tubuhnya.

"Harus." kata Kagami dan merapatkan tubuhnya dengan lebih nyaman.

Aomine mengelus-elus punggung tanpa baju Kagami dengan gerakan menenangkan. Kelopak mata Kagami akan tertutup ketika Aomine berbicara.

"Hey Kagami kau mau mendengar cerita lucu?" tanya Aomine yang masih mengelus-elus Kagami.

"Tentu. Apa apa?" kata Kagami dan menatap Aomine.

"Itu… uhh… kau tahu…" mulai Aomine gugup.

"Iya…?" tanya Kagami semakin penasaran.

"Kau ingat aku bilang kalau umurku dua puluh tahun dan aku sudah kuliah?" tanya Aomine dan elusannya semakin cepat di punggung Kagami.

"Hm-hm…" kata Kagami dan mengangguk.

"Aku mungkin sedikit lebih muda dari itu," kata Aomine.

"Apa maksudmu kau mungkin sedikit lebih muda dari itu?" tanya Kagami keras dan mencoba bangun tapi Aomine menghalanginya membuatnya tetap berbaring dengan lengan Aomine sebagai bantalnya.

"Oke… aku belum dua puluh tahun. Aku masih tujuh belas tahun," kata Aomine yang membuat Kagami membuka mulutnya lebar. "Tahun depan." tambah Aomine yang membuat Kagami membuka mulutnya lebih lebar, tidak percaya.

"Jadi kau masih enam belas tahun?" tanya Kagami terkejut.

"Iya,"

"Kau bahkan belum mempunyai KTP?"

"Iya. Tadi waktu kesini saja aku terkena tilang polisi karena belum mempunyai SIM," cerita Aomine.

"Aomine! Jadi kau berbohong padaku?" teriak Kagami dan membebaskan dirinya dari Aomine.

"Tapi itu tidak masalah kan? Aku benar-benar mencintaimu," kata Aomine.

"Apa yang kau tahu, kau masih kecil!" kata Kagami dan wajahnya berubah menjadi ketika dia tahu kenyataan yang mengerikan. "Oh god, so I had sex with kid!" serunya.

Aomine yang tidak mengerti apa yang diucapkan Kagami hanya memandangnya datar.

"Lalu apa yang masih kau lakukan disini? Sekarang sudah larut, kau harus pulang. Besok kau harus sekolah." kata Kagami.

"Kagami… tapi kita masih bersama kan?" tanya Aomine penuh harapan.

"Tentu saja tidak. Aku tidak mau orang-orang menganggapku pedofil," jawab Kagami.

"Jangan peduli apa kata orang-orang. Lagipula aku sudah besar dan kita hanya berjarak tujuh tahun." kata Aomine enteng.

"Tujuh tahun bukan 'hanya' Ahomine! Kau bahkan masih dibawah umur," kata Kagami dan memukul Aomine.

"Tapi aku benar-benar mencintaimu dan ingin selalu bersamamu," kata Aomine dan menatap tepat ke kedua mata Kagami.

Kagami menghela napas dan meletakkan kedua tangannya di pipi Aomine. "Aku juga. Mungkin jika kau lebih tua atau aku lebih muda kita bisa melanjutkan ini…"

"Jadi kita bisa melanjutkan ini?"

"Tidak." kata Kagami bangun dari ranjangnya dan mulai memakai bajunya. "Cepat pakai bajumu, aku akan mengantarmu pulang."

Aomine merengek dan kembali berbaring di ranjang. "Tapi aku mau menginap malam ini,"

"Tidak boleh. Kau besok harus sekolah. Cepat pakai bajumu, aku tunggu di luar," kata Kagami dan meninggalkan Aomine keluar.

.

.

.

"Tapi aku masih boleh menginap di rumahmu kan?" tanya Aomine setelah mereka sampai di depan rumah Aomine.

"Mungkin. Kalau besoknya kau tidak sekolah," jawab Kagami dan mendorong Aomine ke pintunya. "Cepat masuk,"

"Beri aku ciuman selamat malam," kata Aomine.

Kagami tersenyum dan mencium Aomine cepat.

"Aku ingin kau menciumku setiap hari,"

"Mungkin itu bisa dilakukan setelah kau mempunyai KTP. Selamat malam." kata Kagami dan meninggalkan Aomine.

Aomine memandangi Kagami sampai tidak kelihatan dan membuka pintunya untuk bersiap tidur.

.

.

.


SO: Significant other

.

Happy AoKaga Month!