Yahoo! Minna-san! Ohisashiburi desu ne! ^^
Saya kembali lagi, setelah sekian lama tak mempublish fanfic, kali ini saya hadir di fandom berbeda. Mudah-mudahan masih ada peminatnya disini. Soalnya fandom Rewrite sepi pengunjung. :3
Yak. Langsung saja kita mulai. Hajimemashou! ^^
DISCLAIMER
Visual Novel 'Rewrite' by Key Visual Arts 2011, Romeo Tanaka and Yuuto Tonokawa
Fanfic 'Truth Behind of That Gloves' by Sachiya Haruyuki 2014
'Aku merasa inchou mulai bertingkah aneh hari ini.'
Kotarou masih sibuk memutar-mutar ponsel nya setelah berusaha mencari informasi mengenai apa yang ia dapatkan sewaktu berada di ruangan klub beberapa waktu lalu. Perihal mengenai seseorang bernama Asahi Haruka, yang ternyata membawa dampak begitu serius bagi orang-orang yang mengenalnya. Terutama sekali, pada orang-orang yang berhubungan dengan Kazamatsuri 7th Municipal Elementary School di tahun ke-4.
Tepat ketika malapetaka itu terjadi. Ketika kehadiran Asahi Haruka merubah segalanya. Ketika kedamaian berubah menjadi penuh dengan ketakutan. Karena apa yang orang-orang sebut sebagai kutukan. Kotarou paham betul jika Haruhiko, rival nya sendiri yang juga berasal dari sekolah yang sama sudah memberi peringatan akan bahayanya mengusik kembali kutukan lama itu.
Tapi Lucia? Kenapa dirinya juga demikian?
[Flashback, few minutes ago]
~ Kotarou Side ~
"Maafkan aku. Aku tidak mendapatkan informasi apapun dari para siswi."
Setelah menghubungi siswa terakhir, aku bertanya pada inchou sejauh mana saat ini ia mencari informasi yang kuminta. Namun ternyata, reaksinya sama.
"Mereka takut karena beberapa alasan. Mungkin, ini bisa jadi berbahaya."
"Apa mereka menyebutkan sesuatu seperti, kaca?"
"I-iya, kaca! Mereka mengatakan kaca jendela atau bola lampu disekitar mereka ada yang pecah! Tidak hanya satu atau dua, tapi tiap-tiap dari mereka! Apa maksudnya ini!?"
Itu yang juga ingin kutahu. Mudah mengatakan ini kutukan dari Asahi Haruka. Tapi bisa juga sebaliknya. Dengan mengklaim bahwa ada masalah dengan daya listriknya sehingga membuat lampu pecah atau apapunlah itu. Sehingga bisa diartikan, semua lampu yang pecah di perkotaan adalah sebuah kecelakaan besar. Walaupun itu tak dapat menjelaskan mengapa jendela juga ikut pecah seperti layaknya lampu.
"Mungkin mereka benar, ini adalah benar-benar kutukan dari Asahi Haruka. Tennouji, kupikir ini bisa jadi berbahaya. Sangat berbahaya. Kau tahu itu?"
"Hei hei. Jangan bilang seorang ketua kelas sepertimu takut akan kutukan."
"Aku tak percaya kutukan dan aku tak mau itu! Tapi ada sesuatu hal aneh yang terjadi satu demi satu, dan bahkan sudah ada yang terluka! Satu dari para siswi terluka karena pecahan kaca! Untungnya, tak ada satu kejadian seperti itu terjadi padamu, Tennouji. Tapi ini hanya masalah waktu saja sebelum kau juga terluka seperti mereka!"
Dia ketakutan. Tidak, tentu saja dia takut. Bahkan sampai membuatku bingung sendiri. Entah apa kutukan itu benar atau tidak, pasti ada korelasi tertentu antara seseorang yang mencari tahu soal Asahi Haruka, dan beberapa fenomena aneh yang terjadi. Entah apa kita percaya soal kutukan atau tidak, tentu sangat berasalan jika kita takut akan hal semacam itu.
Misalnya saja seperti ini. Jika ada bola bisbol yang melayang ke arahmu, tidak masalah apa kutukan yang menyebabkan itu atau bukan. Kau akan terkena lemparan itu jika kau tak menghindarinya.
"Tennouji, aku serius."
"..."
"Tolong hentikan ini. Sesuatu yang aneh terjadi disini. Kita tak tahu apa yang akan terjadi jika kau tetap melakukan ini."
"Setidaknya tidak ada apapun yang terjadi padaku."
"Ada siswa di masa lalu yang mengalami luka serius saat melakukan apa yang kau lakukan sekarang! Apa kau sendiri ingin merasakan lebih dari itu!? Apa kau ingin terbunuh!? Kejadian-kejadian aneh seperti ini semakin dekat padamu tiap hari! Apa kau lupa tentang insiden mesin fotokopi itu!? Itu peringatan! Kau tak bisa meragukan itu! Nishikujou-sensei sudah menjelaskan mengapa ada sedikit keanehan pada mesin itu, tapi aku tahu itu bukan yang sebenarnya! Itu tak menjelaskan apa yang kulihat waktu itu! Hanya kutukan sungguhan saja yang bisa menjelaskan itu!"
Nada suara Inchou terdengar seperti orang lain jika dibandingkan saat awal-awal kita melakukan ini. Aku tak bisa menyalahkannya. Aku tahu apa yang ia rasakan.
Tapi, tunggu dulu.
Bagaimana mungkin Inchou bisa berubah sampai sejauh itu?
Mungkin...
"Inchou... Apakah... Sesuatu terjadi, padamu?"
Inchou tidak menjawab untuk beberapa saat. Sampai kemudian,
"Tidak ada masalah padaku."
"Apa maksudmu? Apa sesuatu pecah di rumahmu!? Apa kau berada dalam bahaya!?"
"Jangan khawatirkan aku!"
Hei, bukannya itu berarti sesuatu sedang terjadi padanya!?
'Jadi... Bahkan Inchou sendiri...'
~ Kotarou Side End ~
[Lucia's Room]
Di ruangan itu, ruangan gelap milik Konohana Lucia.
Untuk beberapa alasan, lampu kamar tersebut mati. Namun televisi di kamar itu masih menyala, jadi masih ada sedikit cahaya dalam ruangan itu. Walaupun cahaya televisi itu sering sekali berganti warna, bukan berarti suasana saat itu sedang bergelora.
Kenapa dirinya tidak menyalakan lampu kamarnya?
Dia tak bisa melakukan itu. Semua lampu pijar di kamarnya, telah pecah. Dan saat ini, Konohana Lucia sedang menelpon Tennouji Kotarou, dalam suasana gelap dan tak nyaman, dan hanya didukung oleh cahaya televisi kamar nya.
~ Lucia Side ~
"Hei, Tennouji... Tolong..."
"Inchou..."
"Kau boleh mengatakan aku ini pengecut jika kau mau. Tertawalah jika kau mau, tapi tolong hentikanlah ini. Tolonglah, hentikan ini... Tolonglah..."
Beberapa potongan kaca pecah berserakan di lantai, berkilauan di tengah kegelapan. Di tengah cahaya televisi yang kian redup, mataku... Merah karena menangis.
"Maafkan aku..."
"Tennouji..."
"Terima kasih sudah membantuku. Kau tak perlu melakukan hal lain lagi, Inchou."
"Apa kau akan tetap melakukan ini, Tennouji? Kau akan terluka! Tolong berhenti! Aku mohon padamu, berhenti..."
Air mata terus menetes dari mataku selagi aku terus memohon dan memohon padanya. Kotarou tak bisa memungkiri jika aku terlalu mengkhawatirkannya.
"Sebenarnya, aku telah menanyakan para siswa, dan aku sendiri juga tidak mendapatkan informasi dari mereka. Mereka bereaksi sama seperti para siswi. Mereka semua mengatakan tidak ingin mengurusi apapun tentang ini, seperti dirimu sekarang."
"Katai aku pengecut karena takut akan kutukan ini. Tapi tolong hentikan investigasi ini... Demi dirimu... Tidak, demi diriku..."
"Tunggu, apa maksudmu? Apa kau ingin mengatakan sesuatu akan terjadi padamu jika ini terus dilanjutkan?"
"Bagaimana aku bisa tahu!? Aku takut! Sangat takut! Lampu kamarku pecah! Kaca jendela retak! Bahkan vas bungaku hancur! Uuuuuuu! Uuuuuuuuu!"
Aku akhirnya berakhir menangis, lagi.
"Ma-maaf, Inchou! Maaf, karena telah melibatkanmu."
Jika semua hal seperti itu telah terjadi pada Kotarou, apakah ia bisa bertahan? Keanehan ini terjadi padaku dan Yoshino, dan kami terlanjur menawarkan bantuan padanya. Baginya, itu jauh lebih menyakitkan ketimbang mengalaminya langsung.
"Maaf... Tennouji... Aku menawarkan bantuan padamu... Dan sekarang aku menangis dan memintamu berhenti... Aku... Aku..."
"Jangan khawatir akan hal itu... Selain itu, aku juga memiliki niat untuk menyerah. Kita tak memiliki informasi apapun."
"Itu benar... Tidak ada satupun yang mengatakan ini pada kita..."
"Tapi, ada satu petunjuk terakhir."
"Eh? Petunjuk?"
Setelah mendengar cerita mengenai seorang laki-laki saat reuni empat tahun lalu, Kotarou fokus pada satu point dari semua panggilan telpon yang ia lakukan. Bagusnya, ia akhirnya mengetahui siapa nama laki-laki itu.
"Itu saja yang kupunya. Jika petunjuk ini tak mengarahkanku pada apapun, aku tak memiliki apa-apa lagi. Dan aku akan menyerah."
"Petunjuk apa yang kau maksud?"
"Aku tak bisa mengatakannya padamu. Kau sudah cukup membantuku, Inchou. Aku akan melakukan semua ini sendiri. Karena, seharusnya aku yang terkena kutukan itu sejak awal."
"Tolonglah... Aku serius, tolong! Hentikanlah ini... Atau... Kau akan..."
"Tidak apa-apa. Kau tak perlu melakukan apa-apa lagi mengenai ini, jadi kau tak perlu khawatir soal kutukan itu."
"..."
"Jangan memikirkan apapun tentang ini lagi. Sekarang istirahatlah. Maaf telah membuatmu melakukan ini." Itulah yang Kotarou katakan sebelum ia menutup telponnya.
Sebagian dari diriku merasa bersalah karena telah membuat orang-orang menderita karena rasa penasarannya.
~ Lucia Side End ~
[Flashback End]
"Sialan kau, Asahi Haruka. Apa kau tak ingin aku melakukan ini?"
Kotarou merutuki nama itu sembari mengingat-ingat kembali pembicaraannya terakhir dengan Lucia. Kesal karena sebenarnya ia ingin melakukan ini karena ingin membersihkan namanya, ingin menghentikan orang-orang yang mengatainya terkutuk. Apalagi sampai menakut-nakuti Haruhiko, Lucia dan orang-orang yang tak tahu apa-apa lainnya.
Ia jadi ingat kata-kata yang tercetak dalam kertas itu.
'Jangan bangunkan aku. Atau kau akan...'
"Ore wa NANDA YO!? Jika kau ingin mengutukku cukup kutuk aku saja! Jangan ganggu orang lain! Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan!?
Tapi jika dipikir kembali, kata-kata itu. Sebenarnya untuk siapa pesan itu dimaksudkan? Dan siapa yang membaca pesan itu pertama kali?
~ To be Continued ~
Sebenarnya tadinya mau bikin oneshot. Cuman baru menyadari ini terlalu panjang. Jadi saya buat beberapa part.
Ini saya ambil dari Lucia Route. Jadi harap maklum kalau ini agak sedikit sama dengan yang aslinya, terutama buat yang sudah pernah main VN ini. ^^
At least, Sankyuu peeri machu desu! ^^
- Sachiya Haruyuki -
