Halo minna Author kece kembali lagi. Author mau berbagi cerita lagi nih,aku harap kalian tidak bosan ya, kali ini cerita sedikit berkaitan dengan cerita sebelumnya. Masih ingat dong? Kalo udah lupa boleh ditengok lagi kok. Ok kali ini ceritanya agak sedikit menyedihkan jadi ikutin jalan ceritanya aja ya.

.

.

.

Perhatian! Semua character kepunyaan bang Masashi Kishimoto. Cerita ini mengandung OOC yang melebihi dosis,Typos,dan alur yang sedikit maksa. Jika ada kesamaan dalam alur cerita saya minta maaf karena ini ide real dari otak saya. Dan saya berharap tidak ada yang meng-flame cerita ini,dan menerima saran dan kritik yang baik.

-_Dont like? Gasuka? Ngebosenin? Exit aja minna ^^_- Selamat Membaca.

.

.

.

My secreat

.

.

.

Mungkin aku adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang mendapat kebahagiaan. Aku bahagia bisa bersanding dengan seseorang yang dulu menjadi rekan menyanyiku semasa SMA. Dulu aku tidak pernah berfikir dapat bersanding dengannya di altar pernikahan yang mewah ini,aku tidak pernah menyangka hari ini tepat tanggal 22 November 2012 aku telah resmi menjadi Nyonya Uzumaki,dan aku tidak pernah menyangka di usiaku yang ke 22 tahun aku telah menikah. Kini aku masih duduk di bangku kuliah semester akhir di Universitas Kesenian Konoha, suamiku Naruto Uzumaki telah lulus dari Universitas yang sama denganku. Banyak sekali ucapan-ucapan "selamat menempuh hidup baru" dari orang-orang terdekat kami semasa SMA, mereka semua telah menikah sama seperti kami. Bahkan sudah ada yang membawa anak mereka yang masih kecil. Ingin sekali aku menimang anak seperti mereka, sampai-sampai sahabatku Sakura-chan yang tengah mengandung anak keduanya meraih tanganku dan mengusapkannya keperutnya. Katanya sih biar ketularan cepat mendapat anak dan aku hanya meng-aminkannya saja.

Acara pernikahan kami telah usai, untuk hari pertama kami menginap di mention punya ayahku, Hanabi sudah menghias kamarku menjadi sebuah surga bagi sepasang pengantin baru,dengan bertaburan kelopak bunga berwarna merah dan ungu di ranjang kami. Aku sangat bahagia, tapi entah kenapa aku masih malu dengan suamiku,aku tak tahu harus berbuat apa malam ini.

"Hinata,aku senang sekarang kau menjadi istriku. Aku punya hadiah untukmu,tutup matamu."

Aku menuruti perintah suamiku, entah kenapa bibirku seperti ada yang mencium dengat hangat,aku melenguh sedikit. Tetapi ada yang aneh ditanganku disimpan sebuah kotak yang lumayan besar.

"Buka matamu Hinata,"

"Ini apa Naruto-kun?"

"Buka saja,ku harap kau senang menerima hadiahku."

Aku membuka kertas berwarna merah yang membungkus kotak itu,dan aku terkejut dengan isi dari hadiah itu. Sebuah minatur yang kupilih pada saat memilih souvenir untuk acara pertunangan kakaknya Menma. Kini pasangan Menma dan Sihon telah memiliki sepasang anak, satu pria dan satu wanita. Mereka kembar,karena di keluarga Sihon ada yang memiliki keturunan kembar. Dan Sihon sudah tidak ingin memiliki anak lagi,katanya sih 2 anak lebih baik jadi dia mensterilkan rahimnya.

"Bagaimana hadiahku? Kau suka?"

"Aku suka Naruto-kun.. Aku harap kita seperti pasangan yang ada di dalam mobil ini. Setia selamanya."

"Itu pasti, dan sekarang kau ingin melakukan apa?"

"Itu terserahmu Naruto-kun,"

"Baiklah kalau begitu,"

Naruto suamiku hanya melempar senyum jahilnya,dan dia mematikan lampu kamar dan membawaku ketempat tidur.

"Apa yang akan kau lakukan Naruto-kun?"

"Hal yang pantas dilakukan sepasang pengantin baru Hime," jawabnya.

.

.

.

Pagi pun menyapa kami, aku terbangun lebih awal dibanding suamiku,aku membersihkan tubuhku dan keluar untuk menyiapkan sarapan, untuk suamiku dan juga keluargaku. Kali ini aku memasak bubur ayam,makanan khas pagi. Aku membangunkan seluruh penghuni rumah, dan mereka pun keluar dari masing-masing kamarnya.

"Ayo kita makan bersama,aku sudah menyiapkan bubur ayam. Maaf hanya memasak ini."

"Wah,pengantin baru sudah bangun saja." sahut Tenten,yang dulunya teman SMA ku. Dan sekarang sudah menjadi istri dari kakak sepupuku.

"Ia, dimana Neji Nii-san?"

"Dia sedang mandi,sebentar lagi juga turun bersama Tsuki."

Ya Tsuki adalah anggota baru dari keluarga Hyuga,dia anak dari Neji dan Tenten Tsuki Hyuga masih berumur 5 tahun dan akan masuk akademi tahun depan. Aku sangat iri dengan mereka yang sudah memiliki momongan.

"Dimana suamimu,Hinata?" tanya ayahku yang sambil menyeruput secangkir teh hijau di hadapannya.

"Aku lupa,dia masih tertidur. Aku bangunkan dulu ya,"

Aku berlari kecil menaiki tangga satu per satu untuk membangunkan suamiku. Tiba-tiba perutku sedikit sakit dan aku tak kuasa untuk melanjutkan ke kamarku,padahal tinggal beberapa meter dari tangga terakhir aku sampai dikamarku.

"Auu," aku melenguh kesakitan, untung saja suamiku sudah bangun dan siap untuk turun ke meja makan.

"Kau kenapa Hime? Kau tak apa?" Naruto membantuku untuk berdiri

"Tidak apa-apa Naruto-kun. Hanya sedikit nyeri, di perutku. Ayo kita sarapan,"

"Tapi benar kau tak apa Hime?"

Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum untuk menyembunyikan kesakitanku,aku menuruni anak tangga ke lantai satu untuk sarapan pagi bersama. Tapi ayah melihat tanganku melingkar di leher Naruto, dan ayah mulai khawatir denganku.

"Kau kenapa Hinata?"

"Begini tousan tadi Hinata merasa.." aku membungkam suara suamiku dengan tangan kiriku.

"Tadi aku kesandung,dan masih ngilu sampai sekarang."

"Lain kali kau hati-hati ya."

Aku hanya mengangguk pelan dan duduk dimeja makan sebelah suamiku, kami makan bersama,candaan dan senyuman pun terpancar di masing-masing wajah mereka. Mungkin hanya aku yang tertawa dalam kesakitan,dan mungkin kakakku Neji yang menyadarinya. Kami pun sudah selesai dengan sarapan kami,aku dan adikku Hanabi membereskan sisa-sisa sarapan kami,aku senang dapat memiliki keluarga yang utuh dan harmonis.

Entah kenapa perutku terasa sakit lagi, dan piring pun terjatuh dari lenganku. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba semua menjadi gelap dan aku pun pingsan. Aku tak tahu siapa yang menggendongku sampai ke lantai tiga. Aku tersadar dan pertanyaan bodoh pun aku ucapkan,

"Dimana aku?" aku mencoba untuk duduk tapi tak bisa,perutku tidak bisa diajak kompromi. Nampak seorang pria disebelahku yang sangat khawatir dengan keadaanku.

"Kau sudah sadar Hime?"

"Ya, emm ayo kita ke rumah ayah dan ibumu."

"Besok saja, kau belum pulih total. Akan kupanggil dokter dulu ya."

"Tidak perlu,aku sehat. Mungkin hanya sakit perut biasa."

"Tapi jika kau pingsan lagi,akan kubawa kau ke rumah sakit Hime."

Aku hanya tersenyum simpul sambil memegangi perutku yang masih nyeri, mungkin karena akan datang bulan. Aku berfikir positif dan membuang jauh pikiran negatifku. Ketika aku sedang membaca novelku,seorang pria datang mengunjungiku tak lain adalah kakak sepupuku.

"Dimana Naruto?"

"Tadi dia keluar sebentar,ada perlu?"

"Tidak,boleh aku memeriksamu? Dibagian mana yang terasa sakit Hinata?"

Aku menunjukan tempat dimana perutku terasa sakit, Neji adalah spesialis dokter kandungan lulusan Universitas terkemuka di New York. Kini dia membuka jasa di mention kami,setiap ada yang melahirkan aku selalu mendengar jeritan perjuangan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya. Terkadang aku iri dengan mereka yang telah menimang anak mereka. Neji menekan lembut perutku dan aku sedikit menjerit kesakitan,

"Datanglah besok keruanganku pukul 5 pagi,aku tahu kau tidak ingin ada yang mengetahuinya kan. Besok akan ku rontagen. Untuk sementara aku kasih obat penghilang rasa sakit,minumlah jika perutmu sangat sakit."

Aku hanya mengangguk setuju,memiliki kakak seorang dokter sangatlah beruntung apa lagi mengerti tentang kandungan.

.

.

.

Sesuai janjiku dengan Neji, aku pergi ke ruangan tempat Neji melakukan praktek. Aku takjub dengan peralatan canggih yang terpasang di ruangan tersebut. Neji menyuruhku membuka setengah bajuku,ia mengolesi gel dan memulai USG disekitar perutku. Aku tak tahu dengan gambar hitam yang tak jelas dilayar monitor itu,yang kulihat seperti gumpalan daging pada rahimku. 'Apa aku hamil?' hanya itu yang terbesit difikiranku,namun semua itu sirna ketika Neji menggelengkan kepalanya,dan menge-print hasil USG ku.

"Ada apa? Apa aku hamil?"

"Tidak,dugaanku benar. Dirahimmu terdapat tumor, tapi tenang saja Hinata. Tumor itu jinak,bisa dibilang itu adalah Miom."

"Apa aku bisa merasakan seperti orang-orang yang dapat melahirkan dan punya keturunan?"

"Bisa saja,namun resiko terlalu besar. Kau harus memperhitungkannya."

Aku tak kuasa membendung tangisku,dan aku bilang pada Neji untuk merahasiakan semua ini. Aku tak ingin mengecewakan semuanya terutama Suamiku. Aku keluar dari ruang praktek Neji,lemas. Itu yang kurasakan,dan suara klakson mobil mengejutkanku dari lamunan dengan kata-kata Neji.

"Hinata,katamu kau sedang sakit."

"Eh ayah,ibu. Ada apa kemari,padahal nanti siang aku akan berkunjung."

"Tidak usah kau sedang sakit,ibu kesini ingin menjengukmu."

"Maaf merepotkan kalian,"

Wanita separuh baya namun masih terlihat muda itu hanya tersenyum dan mengantarku masuk kedalam rumah. Ternyata Naruto sudah mengetahui ibu dan ayahnya akan datang. Dia sedang sibuk memasak didapur dengan resep di tangan kirinya dan tangan kanannya yang mengaduk.

"Naruto bawa istrimu kekamar,dia butuh istirahat."

"Ibu sudah datang? Dimana ayah? Masakanku bagaimana?"

"Biar ibu yang melanjutkan."

Suamiku sangat sabar menghadapi wanita yang belum tentu bisa memberi keturunan untuknya,aku hanya bisa menangis dan menangis. Aku merasa aku telah gagal menjadi seorang wanita.

"Ada apa Hime? Kenapa kau menangis? Ada yang salah denganku?" ia mengusap air mataku dengan jemarinya yang lembut.

"Naru,jika aku tidak bisa memberimu keturunan. Apa kamu akan menuntut cerai denganku?"

"Hei baka,mana mungkin aku seperti itu. Keturunan tidaklah penting bagiku,yang terpenting adalah aku bisa bersamamu selamanya." dia mengecup pelan dahiku

Aku memeluknya sembari meneteskan air mataku, "Apa itu benar? Maafkan aku Naruto,kau terpaksa memilihku. Wanita yang mungkin tidak akan memberimu keturunan. Aku telah gagal menjadi seorang istri."

"Hei kau bicara apa Hime? Sudah ku bilang itu tidak masalah. Sekarang kau istirahat dulu. Jangan terlalu lelah aku akan memanggil ibu untuk menemanimu."

Aku hanya terduduk lemas di pinggir ranjangku,Naruto memanggil ibunya untuk menemaniku yang hanya bisa duduk di tepian ranjangku.

"Boleh aku masuk?" seorang wanita paruh baya itu meminta izin kepadaku.

"Silahkan bu, sini duduk disampingku."

"Ada apa Hinata? Cerita pada ibu."

"Ibu apa boleh aku bertanya?"

"Silahkan,tanyakan sesuka hatimu Hinata,"

"..."

.

.

.

Chapter 1 complete nih tinggal buat chapter selanjutnya. Ah senangnya,jangan lupa Review ya minna ^^ review kalian sangat berarti buat Author ^^