Three Demons Guard

Summary : Pengedar obat-obatan terlarang, Penjual senjata api ilegal, dan... Pecandu sex bebas. Sanggupkah Hinata seorang detektif amatir menangani tiga pemuda bermasalah yang super tampan ini. AU, Typo, OOC, Gaje, DON'T LIKE DON'T READ !

Pairing : ...? x Hinata

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Romance/Humor

Rated : T+ ...Zura polos gak bisa buat yang M *digampar* XD

Menampilkan : Jreng...jreng...jreng...Artis kita !

Hyuuga, Uchiha, Sabaku dan Namikaze

Hinata : 21 tahun

Sasuke : 23 tahun

Gaara : 23 tahun

Naruto : 20 tahun

Sisanya menyesuaikan ^^

Let's Read

.

.

.

Seorang pemuda berambut nanas menatap bosan sekelilingnya, di liriknya seorang pemuda bertato segitiga merah di pipinya tengah menggigil meringkuk di sebelahnya dengan wajah yang terbilang pucat. Biar bertampang datar dari sikapnya terlihat jelas bahwa ia sangat cemas dengan keadaan sahabatnya itu.

"Hei. Kau Shikamaru kan, yang tadi menelponku?"

"Sudahlah jangan bertele-tele mana barangnya?"

"Hehe, kau itu tipe orang yang tidak sabaran yah. Tenang-tenang ada uang, ada barang !" pemuda berambut pirang dengan mata sebiru laut lepas ini tiba-tiba saja datang sebari menyeringai puas, membuat pemuda bernama Nara Shikamaru itu memutar bola matanya pertanda bosan.

"Cepatlah, aku yakin temanmu itu sangat membutuhkan barang ini bukan?" pemuda pirang itu menunjuk pemuda bertato segitiga bernama Inuzuka Kiba yang masih meringkuk didalam mobil Shikamaru.

"Kau pasti yang membuat Kiba jadi seperti ini!" kilat marah jelas terlihat di matanya tapi sayang, bukannya membuat pemuda pirang itu takut. Sebaliknya sudut bibir pemuda itu mengangkat, menyunggingkan seringai lebar.

"Itu efek samping dari penggunaan barang ini. Jelas bukan salahku!" ucapan pemuda pirang itu membuat shikamaru mendecih kesal sebari merogoh kantung celananya, mengambil sedikit uang di dompetnya kemudian memberikan secara kasar pada pemuda pirang di depannya.

"Cepat berikan barang itu!" pemuda berambut pirang itu menurunkan sedikit kerah bajunya, mengambil sebuah plastik kecil yang di sambut hangat oleh Shikamaru sedangkan pemuda berambut pirang itu hanya tersenyum geli sebari melihat punggung Shikamaru yang perlahan memasuki mobilnya.

"Hati-hati dijalan!" ucap pemuda pirang itu lagi sambil melambaikan tangan seiring dengan melajunya mobil tersebut.

"NAMIKAZE NARUTO. ANGKAT TANGAN, JANGAN COBA MEMBERI PERLAWANAN KALAU TIDAK KAMI TAK AKAN SEGAN-SEGAN MELEPASKAN PELURU INI KE TUBUHMU!" mata pemuda berambut pirang yang di ketahui benama Namikaze Naruto itu melebar seketika, mulutnnya berkomat-kamit mengeluarkan umpatan kecil kepada para polisi yang selalu saja mengganggunya.

"Damt, kalian menyebalkan !" ucap Naruto sebelum sebuah seringai kembali terpampang di bibirnya. "Bodoh !" umpatnya lagi.

"KAMI ULANGI SEKALI LAGI, JANGAN COBA MEMBERI PERLAWANAN! BERGERAK SEDIKIT SAJA, KAU AKAN TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA!" di lihatnya polisi-polisi itu tengah bersiaga menembakkan peluru panas kearahnya namun...

"Aku menyerah... !" Naruto mengangkat kedua tangannya kemudian berjalan mendekati para polisi yang masih siaga dengan senjata apinya.

"Letakkan semua senjata yang kau punya Naruto !" ucap salah satu komandan polisi disana.

Naruto berjongkok mengeluarkan sebuah pisau dari dalam sepatunya yang kemudian ia lempar sembarang arah. Siaga polisi itu mulai berkurang, konsentrasinya tertuju pada penangkapan Naruto seorang buronan pengedar obat-obatan terlarang kelas kakap.

Naruto terus berjalan menuju para polisi yang menunggunya di sana dengan tenang seolah-olah yang di hadapannya itu bukan sesuatu yang akan mengancam dirinya, jaraknya semakin dekat saja dengan para polisi itu namun Naruto masih saja berjalan dengan santainya sampai...

"Halo. Ya, kami sudah temukan tersangka Namikaze Naruto! Baik kami pastikan, akan membawa tersangka Namikaze Naruto secepatnya tanpa luka sedikit pun di tubuhnya! " pemuda berambut panjang berwarna coklat itu tersenyum bangga dengan hasil kerjanya, menangkap Namikaze Naruto berarti sama saja membuat posisinya semakin dekat dengan jabatan tinggi lainnya.

Naruto mengembangkan sebuah seringai saat...

*Srekkkk...

Senyuman Hyuuga Neji Sang komandan polisi itu menghilang tergantikan dengan raut cemas, wajahnya semakin memerah menahan kesal yang luar biasa. "Apa yang kalian lakukan? Cepat kejar NAMIKAZE NARUTOOO...!"

Naruto menahan tawa sebisa mungkin mendengar suara Komandan Neji yang sepertinya terdengar sangat-sangat kesal, beruntung dirinya menenukan sebuah gang kecil tak jauh dari tempat para polisi itu berada. Yang kini dia perlu lakukan hanya berlari sebelum anak buah Komandan Neji itu menemukanya, sedangkan Hyuuga Neji hanya merutuki kebodohannya tertipu sandiwara konyol dari Namikaze Naruto. Pasalnya bukan hanya sekali-dua kali dirinya tertipu dengan tipuan bodoh dari pemuda berambut pirang itu. Dirinya lupa bahwa yang di hadapinya sekarang ini adalah seorang pengedar obat-obatan terlarang kelas kakap. Yah, NAMIKAZE NARUTO.

)))0000(((

"Kau dimana? Aku sudah ditempat, semua sudah kusiapkan! Kau sudah membawa yang aku mau bukan? Ya baiklah!"

Pemuda berambut merah bata dengan tato ai didahinya berjalan dengan santai memasuki sebuah gudang tua sebari membawa sebuah tas kecil yang cukup berat namun tidak untuknya. Di liriknya seorang pria pemilik mata setajam ular tengah menyeringai puas melihat apa yang dia bawa pemuda berambut merah bata itu.

"Cepat berikan uangnya, kurasa kita tak perlu membuang-buang waktu bukan?" ucap datar Sang pemilik tato ai itu.

"Kau benar waktu adalah uang. kami butuh barang yang kau bawa dan kau butuh uang yang kami punya!" ucap pria bernama Orochimaru dengan seringai yang masih terpampang di sudut bibirnya.

"Kau mau mengeceknya?" tanya pemuda berambut merah bata masih dengan nada datar.

"Tentu saja, biar aku sendiri yang akan mengeceknya!" ucapnya sebari membuka tas yang di bawa pemuda berambut berambut merah didepannya.

Seringai puas kembali terukir di wajahnya melihat lima buah pistol perak dengan desain yang sangat langka beserta dua puluh lima butir peluru perak yang tipis membuat kelima pistol itu terlihat sangat menakjubkan di mata pria itu. Pemuda berambut merah bata itu sangat yakin bahwa pelanggannya ini sangat-sangat puas dengan kelima pistol buatannya yang ia bawa.

"Boleh ku ambil bagianku? Kurasa waktuku tidak cukup banyak!" mendengar ucapan pemuda berambut merah bata itu seseorang bernama Kabuto memberikan sebuah koper berisikan sejumlah uang yang terbilang cukup banyak.

"Terimakasih, saya undur diri Orochimaru-sama!" ucapnya sebari berjalan meninggalkan gudang tua dengan seringai puas. Di liriknya jam menunjukkan pukul sembilan malam lebih lima belas manit.

"ANGKAT TANGAN, JATUHKAN SENJATA KALIAN! KAMI DARI KEPOLISIAN !" Tiba-tiba saja terdengar suara polisi sontak saja anak buah Orochimaru menjadi kalang kabut mencari tempat kabur untuk menyelamatkan diri, sayangnya gudang tua itu sudah terlebih dahulu di kepung oleh pada polisi.

"Tunggu dulu, apa ada di antara kalian yang bernama Sabaku No Gaara?" semua menggeleng mendengar pertanyaan dari seorang pria berambut perak yang memakai masker itu. "Sai. Berikan aku foto Sabaku No Gaara !" ucapnya lagi kepada salah satu tangan kanannya.

"Ini, Kakashi-san !" ujar pemuda bermana Sai itu kepada komandan Hatake Kakashi.

Kakashi mengamati satu per-satu tersangka yang tertangkap digudang tadi sebari membawa foto Sabaku No Gaara yang di berikan oleh anak buahnya tadi.

"Sial dia lolos lagi !" ujar Komandan Kakashi menghela napas.

Sementara itu terlihat pemuda berambut merah bata tengah berjalan melewati sebuah minimarket yang jarang di kunjungi pelanggan, namun satu yang membuatnya tertarik untuk memasuki minimarket tersebut.

Seorang gadis berambut indigo berbalut dress ungu tuanya kini berjalan mengambil satu per-satu baraang-barang yang ia butuhkan, sampai seorang pria tua berbadan besar menabraknya. Di lihatnya gadis itu terjatuh dengan dressnya yang basah tertumpah minuman dingin yang di bawa pria tua berbadan besar itu. Bukannya meminta maaf pria itu malah memaki gadis yang air matanya hampir saja turun dari mata lavendernya itu.

"Gadis yang menarik, aku yakin dia bisa dimanfaatkan !" ujar pemuda berambut merah bernama Sabaku No Gaara sebari menyeringai membayangkan tampang pelanggannya barusan saat melihat polisi memasuki gudang tua tadi, terlebih lagi para polisi bodoh yang percaya dengan informasi darinya tentang kebaradaan Sabaku No Gaara Sang Penjual Senjata Api Ilegai.

)))0000(((

Di sebuah club malam terlihat sesosok pemuda dengan rambut raven dan mata onyxnya tengah terduduk di salah satu kursi mini bar yang terdapat di club malam tersebut. Matanya berkeliling seakan mencari mangsa, mengamati satu per-satu gadis-gadis yang terlihat sangat menikmati gemerlapnya lantai dansa dibawah sana. Tekstur wajahnya yang tegas, tubuh atletisnya ditambah penampilannya yang sangat HOT. Terbukti dengan kerah kemeja hitam yang mencetak butuh atletisnya itu, Ia taikan sehingga memperlihatkan dengan jelas leher jejang miliknya, lalu dua kancing kemeja yang memang sengaja tak ia pasang membuat dada mulusnya terpampang jelas di mata gadis-gadis liar yang sedari tadi memandangnya. Diliriknya seorang wanita berambut coklat panjang dengan pakaian yang terbilang sangat minim tengah berjalan mendekat kearahnya. Andai saja ia tak menyadang marga Uchiha, mungkin saja darah sudah mengucur deras dari hidungnya saat melihat pemandangan yang sangat-sangat menggoda iman itu.

Di rasakan lengan jejang wanita itu mulai melingkari lembut leher Sang Uchiha bungsu. Aroma pekat yang memabukkan khas wanita itu pun kini tercium jelas olehnya. Hangatnya hembusan napas wanita itu di lehernya membuat ujung bibir Sang Uchiha bungsu sedikit terangkat menciptakan sebuah seringai, menyebabkan setiap wanita yang melihatnya mendadak histeris karena wajahnya yang kelewat tampan itu.

"Kau sendirian tampan?" tanya wanita itu sedikit mendesah di telinga pemuda berambut raven itu.

"Menurutmu?" jawabnya sebari menngecup mesra tangan kanan wanita tadi.

"Kurasa kau kedinginan tampan, butuh penghangat?" tanya wanita itu lagi masih dengan desahan dari bibir merahnya.

"Kalau begitu, hangatkan aku baby?" mendengar jawaban Sang Uchiha, langsung saja ia tarik pemuda itu menuju sebuah kamar sewaan yang ada di club malam itu.

Sesampainya di kamar. Dapat di lihat dengan agresifnya wanita tadi membelai dada pemuda berambut raven yang berada di pelukannya itu. Mengerti dengan tanda yang di berikan wanita cantik itu, ia selipkan kedua tanganya mengalungi pinggang ramping wanita berambut coklat panjang yang sengaja di uraikan.

Uchiha bungsu itu hanya menyeringai saat memandang wanita cantik yang terlihat sangat bernafsu akan tubuhnya. Padahal wanita itu sama sekali tak mengenal dirinya begitu pula dengan dirinya, namun itu bukan masalah baginya karena nantinya juga wanita itu akan ia tinggalkan, baginya semua wanita didunia ini hanya sampah yang tidak berguna.

"Kau mau aku atau kau yang bermain hmm?" katanya sebari mengecup leher jejang Sang Uchiha menciptakan tanda kemerah-merahan di sana. -kyaaaa... rate M...rate M, gak sanggup *dilempar ke jurang +.+*-

"Maumu?" ucapnya sebari mengeratkan pelukannya pada gadis di depannya itu.

"Diam dan nikmati saja permainanku sayang!" ujar wanita itu sebari mendorong lembut pemilik mata onyx, membuatnya terjatuh pada ranjang yang tidak terlalu besar di belakangnya.

Wanita itu dengan segera menaiki tubuh atletis pemuda berambut raven dibawahnya sehingga kini posisinya terlihat begitu sangat menggoda bagi pemuda itu. Di ciumnya ganas bibir merah Sang Uchiha bungsu itu. Walaupun dalam permainan ini wanita diatasnya yang memimpin bukan berarti dirinya hanya berdiam diri saja, tangannya kini bebas merajalema menjelajahi lekuk tubuh wanita cantik yang tengah menciumnya itu.

Sayangnya semua tidak berlangsung lama hingga sebuah benturan pintu membuat mereka mau tak mau menghentikan aktivitas mereka sejenak. Sang Uchiha mendecih kesal saat melihat seorang wanita dengan seragam kepolisian lengkap ditambah dengan beberapa tangan kanannya.

"ANGKAT TANGAN KALIAN! ATAU AKU TAK SEGAN-SEGAN MENEMBAK KALIAN !" decihan kesal milik Uchiha itu berubah menjadi seringai lebar saat memandang lekuk tubuh Sang Komandan cantik berambut pirang itu.

Dengan sigap pemuda berambut raven itu mengangkat tangannya kemudian berjalan mendekati Komandan cantik yang masih menodongkan sebuah pistol kearahnya. "Aku menyerah. Kau bebas melakukan apa saja dengan tubuhku!" ucapnya masih dengan seringai yang lebar.

Komandan cantik bernama Yamanaka Ino itu tiba-tiba saja terdiam seluruh tubuhnya mendadak lemas, matanya seakan terkunci oleh mata kelam Sang Uchiha. Wajahnya memanas melihat penampilang pemuda berambut raven yang sangat berantakan atau lebih tepatnya sangat menggoda, andaikan saja yang ada didepannya ini bukan buronan kelas kakap mungkin saja ia akan menjeris histeris meminta pemuda itu untuk menciumnya.

"Jadi kau mau menangkapku. Komandan Yamanaka Ino?" mata biru Sang Komandan cantik itu pun melebar seketika saat pemuda tampan menggoda iman itu membisikan namanya.

"Baga...!" sebelum melanjutkan ucapannya pemuda Uchiha itu terlebih dahulu memotong ucapannya.

"Sayang sekali yah. Padahal menurutku kau itu cukup manis untuk menjadi pacarku!" bisiknya membuat serabut merah merona itu menjalar di kedua pipinya saat mendengar ucapan pemuda itu sekaligus saat merasakan hembusan nafas pemuda itu menyapu lehernya.

Melihat reaksi Komandan cantik di depannya membuat pemuda Uchiha itu menahan mati-matian tawanya. Di kecupnya bibir Sang Komandan Cantik yang masih tak bergeming sedikitpun, mungkin gadis ini masih terhanyut dengan pesona Uchiha yang satu ini.

"Satu kecupan untuk salam perpisahan kita!" Gadis itu tersentak mendengar ucapan pemuda tampan tadi.

"Bye!" di lihatnya pemuda Uchiha itu kini sudah berada di luar jendela tengah melambaikan tangan kearahnya kemudian pergi meninggalkan semua yang ada di ruangan itu.

Sang Komandan cantik itu berbalik melihat kedua bawahannya, Si manusia karet hijau Lee tengah berdansa konyol di lantai dansa sedangkan Si gendut Chouji masih asik memakan kripik kentang di tangannya.

"KALIAN KETERLALUAN~~~!" teriaknya dengan wajah memerah menahan marah. "Sudah kubilang jangan menyuruhku menangkap buronan tampan macam ini!" Sang Komandan cantik Yamanaka Ino hanya menggerutu sebari berjalan meninggalkan club malam seorang diri tampan kedua bawahannya yang masa bodo ia pikirkan. Dirinya tidak menyangka akan terjerat akan pesona Uchiha bungsu satu ini. Yah, sayangnya gadis ini memang belum mengenal UCHIHA SASUKE yang terkenal dengan pesonanya itu.

)))0000(((

Seorang gadis keturunan Hyuuga asli berambut indigo atau sebut saja Hyuuga Hinata dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya tengah berkutat dengan sejumlah kertas yang berisi tentang data-data rahasia buronan yang harus ia selidiki.

Sejenak Hinata menghela napas melihat masih banyak gulungan kertas yang belum ia baca, sayangnya profesinya sebagai detektif memaksanya untuk harus menyelesaikannya malam ini juga.

"Namikaze Naruto. Anak dari pengusaha sukses Namikaze Minato dan pemilik butik ternama Uzumaki Kushina. Dua tahun belakangan ini menjadi buronan polisi karena di ketahui mengedarkan obat-obatan terlarang. Sudah berkali-kali polisi mencoba menangkapnya, sayangnya ia selalu saja lolos!" Hinata terdiam sebari mengamati sosok berambut pirang dalam foto yang tak lain adalah Namikaze Naruto. "Untuk apa dia menjual obat-obatan terlarang, bukannya dia anak dari pengusaha kaya itu?" heran Hinata.

"Sabaku No Gaara. Seorang kriminal kelas kakap, menjadi buronan karena menjual senjata-senjata ilegal. Namanya memang tak asing lagi didengar. Yah, dia memang anak bungsu dari pemilik perusahaan yang bergerak di bidang prasejarah terbukti dengan musium-musium berlebel Sabaku yang ada di hampir seluruh pelosok Asia. Pemuda satu ini memang mempunyai koneksi di mana pun ia berada, jadi wajar saja jika ia selalu saja lolos dari kejaran para polisi!" bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman saat melihat foto Sabaku No Gaara yang berada di tangannya kanannya itu. "Lagi-lagi anak orang kaya, dilihat-lihat wajahnya lebih mirip dengan panda!" Hinata terkikik pelan.

"Dan yang terakhir !" Hinata tersenyum lega sesaat, tidak sebelum ia membaca gulungan surat yang terakhir ini. "Uchiha Sasuke!" matanya terbelalak seketika saat membaca gulungan surat yanga terakhir itu. "Sang Uchiha bungsu pewaris perusahaan terbesar yang bergerak di hampir seluruh bidang perbankan. Orangtuanya tewas saat dia berumur lima tahun, dan sejak saat itu ia dan kakaknya Uchiha Itachi diurus oleh kakeknya Uchiha Madara. Dirinya di ketahui kabur dari kediaman Uchiha tanpa alasan yang jelas. Menjadi buronan polisi sejak setahun belakangan ini atas kasus pemerkosaan. Selalu saja dapat meloloskan diri dari kejaran polisi dengan kepintaran otaknya, keberadaannya kini masih misterius diduga akan ada lebih banyak lagi korban sebelum ia di tangkap!" Hinata menatap sendu foto pemuda berwajah datar yang ada di tangannya itu. "Sasuke-kun!" ujarnya lirih.

*Brugg...

Gadis berambut Indigo itu di kagetkan dengan suara bising dari ruang tamunya, membuatnya mau tak mau berjalan memastikan ruang tamu miliknya itu aman-aman saja. Di lihatnya seorang permuda berambut pirang dengan mata sebiru langit tengah berada didalam ruang tamunya dengan keringat yang membasahi seluruh wajah tampannya disertai napas yang memburu."Kau!" Hinata memandang pemuda berambut ini dari atas ke bawah. "Kau. Hanya perasaanku saja atau kau sangat mirip dengan...!"

"Namikaze Naruto. Hehe... maaf aku memasuki rumahmu tanpa izin darimu, tapi keadaan di luar mendesakku!" Naruto memberi tanda agar Hinata melihat keluar rumahnya melalui jendela.

Hinata berjalan mendekati jendela mencoba melihat sesuatu yang ada di luar rumahnya itu. Beberapa polisi tengah berlari kesana-kenari dengan senjata siaga di tangannya, dengan cekatan otak Hinata langsung memahami apa yang membuat pemuda berambut pirang itu berada di rumahnya sekarang dengan napas yang memburu. "Rupanya ia baru dikejar polisi?" pikir Hinata.

Di liriknya gadis manis berambut indigo dengan mata lavendernya mulai menjaga jarak dari dirinya. "Oh. Ayolah, aku ini pria baik-baik tahu. Jangan berlaku seolah-olah aku ini seorang pencuri!" ucap Naruto yang tengah terduduk di salah satu sofa milik Hinata.

"Kau memang bukan pencuri Namikaze Naruto, tapi kau itu pengedar obat-obatan terlarang yang menjadi buronan polisi dan parahnya lagi buronan itu malah bersantai-santai sebari menduduki sofaku DI RUMAHKU!" ujar Hinata lembut namun penuh tekanan -?-.

"Kau ternyata galak juga yah?"

Hinata berbalik mencoba melihat siapakah gerangan sosok yang telah mengatainya galak itu. Matanya terbelalak seketika melihat pemuda berambut merah bata dengan tato ai di dahinya tengah berjalan mendekati dirinya dan berhenti tepat di depan wajahnya.

"Kau Hyuuga Hinata kan?" wajah Hinata semakin memanas saat hidungnya bersentuhan dengan hidung pria tampan di depannya itu.

"Dan kau... Tuan Panda?"

*Krik..krikk...krikk

Suasana di rumah itu mendadak sepi saat Hinata mulai membuka pembicaraan dengan pemuda bertato ai tersebut.

"Bwahahahaaha... kau bilang apa barusan? Tuan Panda, Gaara bahkan gadis polos yang baru saja menemuimu ini berkata jujur bahwa wajahmu itu memang sangat mirip dengan panda. Hahahaha!" Gaara tidak bisa menahan amarahnya saat melihat Naruto yang sedang tertawa dengan sepenuh hatinya -?- setelah mendengar ucapan Hinata tadi.

"Kau bilang apa Naru-chan?" tawa Naruto terhenti seketika tergantikan dengan decihan kecil yang membuat Gaara tersenyum bangga dalam hati. "Dan jangan samakan aku dengan PANDA lagi Hinata!" Hinata hanya mengangguk saat melihat aura Gaara yang begitu menyeramkan di matanya.

"Umm... akan kubuatkan minuman dan akan kuambilkan sedikit cemilan di belakang!" ucapnya sabari berjalan meninggalkan Gaara dan Naruto, namun ia merasakan sebuah tarikan pada tangan menahannya membuatnya terpaksa membalikkan badannya melihat pemuda berambut pirang Naruto dengan wajah dinginnya. "Kemana cengiran lebar yang tadi kulihat?" batin Hinata.

"Aku hanya mengingatkanmu, jangan coba-coba menelpon polisi! Atau...!" Hinata segera mengangguk dan kembali melanjutkan niatnya untuk mengambilkan beberapa cemilan dan minuman sebelum Naruto meneruskan kata-katanya.

)))0000(((

Di dapurnya, gadis berambut Indigo itu hanya berjalan kesana kemari dengan raut wajah cemas mengingat diruang tamunya kini terdapat dua orang buronan yang sedang menungunya membawakan makanan dan minuman yang ia janjikan tadi. Namun langkahnya terhenti di susul dengan senyuman lebar saat sebuah ide tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya.

"Baiklah, akan kubuatkan minuman untuk kalian! Tunggu saja!" senyum itu semakin lebar saja setelah berkata dengan lantangnya tadi.

"Kau pikir hanya mereka saja yang kehausan Hinata?" Jantung Hinata seakan berhenti berdetak saat mendengar suara yang sangat ia kenal itu.

Perlahan Hinata membalikkan tubuhnya melihat seorang pemuda berambut raven tengah terduduk di kursi dapurnya dengan penampilan yang sangat-sangat berantakan tengah menatapnya tajam. "Sa-su-ke-kun !" napasnya seakan tercekat saat melafalkan nama pemuda tampan bernama UCHIHA SASUKE di hadapannya itu.

"Kenapa kau bisa ada di rumahku?" Hinata bertanya dengan gugupnya.

"Aku di kejar polisi dan aku tidak tahu harus pergi kemana lagi, jadi aku kerumahmu! Memangnya kenapa, tidak boleh yah?" Sasuke dengan mudahnya melepas topeng datarnya menggantinya sesegera mungkin dengan raut wajah kecewa di hadapan Hinata.

Melihat wajah Sasuke yang terlihat sangat-sangat terpukul itu membuat Hinata sedih. "Tidak Sasuke-kun, aku hanya...!"

"Kau lama Hinata-chan?" Naruto datang dengan cengiran lebarnya di susul dengan Gaara di belakangnya. "Hei, kau Sasuke Uchiha itu bukan?" Naruto dan Gaara terheran-heran saat melihat seorang Uchiha Sasuke berada di rumah Hinata.

"Hn!" pertanyaan itu hanya di tanggapi oleh Sasuke dengan singkat membuat Naruto ingin memukulnya sekarang juga.

"Kau menyebalkan, dasar TEMEEEE!" kesal Naruto.

"Hn. Dobe!" Sasuke tersenyum sinis.

"Kau!"

"Sudahlah Naruto!" Gaara dengan cekatan menahan Naruto yang terlihat sudah sangat-sangat gemas melihat wajah Sasuke yang kelewat tampan itu. –dalam artian lain-

"Umm... semuanya, minumannya sudah siap! Bagaimana jika kita obrolkan dengan lanjut diruang tamu saja?" Hinata yang melihat semua itu segera meredam suasana dengan mengajak semua keruang tamu diikuti ketiga buronan tampan nan ganteng itu.

)))0000(((

"Jadi umm... kenapa buronan polisi seperti kalian berada di rumahku? Asal kalian tahu saja aku ini seorang detektif jadi aku bisa saja melaporkan kalian ke polisi sekarang juga!" Hinata menghela napas melihat reaksi ketiga 'tamunya' yang sama sekali tidak berubah.

"Kau seorang detekif Hinata-chan? Hahahaha... wajahmu tidak terlihat seperti seorang detektif! Kau itu manis Hinata-chan!" wajah Hinata merona saat Naruto menyebutnya manis meski agak kesal dengan ucapan sebelumnya.

"Kau mana tega membiarkan polisi menangkapku bukan!" Sasuke menyeringai melihat wajah Hinata yang menunduk menutupi wajahnya yang merona itu dengan poni tebalnya.

"Jika kau melaporkan kami kepada polisi-polisi bodoh itu, kau sendiri juga yang nantinya akan terkena masalah. Menyembunyikan seorang... akh, bukan tapi tiga orang buronan berbahaya dirumahmu!" ucap Gaara dengan wajah coolnya.

"Hahh, jadi apa mau kalian?" pasrah Hinata.

"Kami mau tinggal di rumahmu sementara Hinata-chan!" seru Naruto dengan cengiran lebarnya. "Kemana aura dinginnya tadi?" heran Hinata.

"Jadi?" tanya Gaara.

"Baiklah, selama kalian tidak membuatku dalam masalah kalian boleh tinggal di rumahku!" ujar Hinata dengan wajah tertunduk.

"Ayolah Hinata, kau seharusnya bahagia ada kami disini!" Ucap Naruto sebari merangkul Hinata, sayangnya ia tak melihat dua aura panas yang berada dibelakangnya.

"Bagaimana aku bisa tersenyum, mengingat ada tiga buronan kelas kakap berada di dalam RUMAHKU dan BERSAMAKU! Nyawaku bisa tiba-tiba terancam!" jerit Hinata yang mencoba memaksakan bibirnya melengkungkan sebuah senyuman kepada ketiga pemuda yang nantinya akan tinggal di rumahnya itu.

-Bersambung-

.

.

21-07-2011

.

.

"Huft... capek nih Zura ngetiknya!" (dipelototin)

Hehe... semuanya Zura tau pic Zura blon ada yang tamat -curcol- tapi mau gimana lagi otak Zura pan dibawah rata-rata -?- jadi pokoknya Zura minta reviewnya aja yah...

PLEASE REVIEW

KRITIK

AND

SARAN