Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Romance, Drama

Warning :Maybe typo(s), OOC for Sakura, a high school fic, dll.

"Wow, itu sekolah nomor satu terbaik di Jepang kan? Kenapa kau pindah ke sekolah ini?"

"Aku.. sedang mencari seseorang."

Connince mempersembahkan,

To Find You

Enjoy this!

Sesosok gadis berdiri di depan sebuah bangunan sekolah. Ia memandang sekolah itu cukup lama. Matahari sudah muncul seutuhnya di timur, menandakan hari sudah tidak pagi lagi. Pagar sekolah pun sudah terkunci. Tapi ia yakin, penjaga sekolah ini pasti akan mengizinkannya masuk walaupun sudah terlambat setengah jam dari jam masuk.

Betul saja, saat penjaga sekolah itu tak sengaja melihat ke arah pagar dari pos satpamnya, ia segera membukakan pintu gerbang. Memperbolehkannya masuk setelah menanyakan siapa dirinya.

"Silahkan masuk, murid baru," sapanya ramah pada gadis itu.

Sang gadis hanya tersenyum tipis dan kemudian masuk ke area sekolah.

-Tofu-

"Ya silahkan masuk," kata seorang guru yang sedang mengajar ketika mendengar suara ketukan pintu.

Dari balik pintu, munculah Shizune, salah satu guru yang sedang bertugas menjadi guru piket bersama seorang perempuan berseragam yang sepertinya merupakan murid Konoha High School. Kelas menjadi sedikit gaduh dengan suara bisik-bisik dari para murid perempuan, dan murid-murid lelaki yang terang-terangan membicarakan seorang murid yang tidak mereka kenal di depan.

"Ya anak-anak, tolong diam sebentar. Kelas kita kedatangan murid baru," kata sang guru, Orochimaru. Kelas pun menjadi hening. "Nah, sekarang perkenalkan dirimu."

Murid baru itu mengangguk lalu menghadap ke isi kelas. "Perkenalkan, namaku Sakura."

Kelas menjadi riuh kembali, tapi dengan cepat menjadi kembali hening setelah mendapat ancaman dari sang guru. "Kalau kalian tidak menjadi tenang, akan ku beri tugas menyalin seluruh isi buku paket kalian di buku catatan."

Anak-anak yang mendengarnya hanya bisa sweatdrop berjamaah dan menuruti perintah sensei mereka, untuk menghindari penyakit jari tangan keriting kronis yang mengancam.

"Lanjutkan perkenalan dirimu, Haruno-san."

"Aku murid pindahan dari Sunagakure, doozo yoroshiku," murid baru itu membungkukan tubuhnya sedikit dengan cepat. Rambut pink panjangnya sedikit terurai mengikuti gerakan membungkuknya.

"Baiklah, kau bisa duduk di salah satu dari dua kursi kosong disini. Terserah kau mau duduk dimana,"kata guru itu lagi yang dijawab dengan anggukan.

Murid baru itu, Sakura, mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Memang tersisa dua kursi, satu disamping gadis berambut pirang panjang, dan satu lagi di samping seorang laki-laki berambut bob dan beralis tebal.

Akhirnya ia memilih kursi yang disamping gadis berambut pirang. Letaknya strategis, berada di baris kedua dari pintu dan ketiga dari depan. Lalu ia segera duduk dan melepas tas selempangnya.

"Hai, namaku Yamanaka Ino. Panggil saja Ino," kata gadis blondie yang tengah tersenyum pada Sakura.

Sakura hanya menatapnya sekilas dan mengangguk, lalu kembali menatap senseinya yang sedang menjelaskan.

-Tofu-

KRINGG..

Hampir semua murid bersorak mendengar bel tanda jam pelajaran kedua telah selesai. Hampir semuanya, karena beberapa murid hanya menanggapinya dengan berbicara pelan dan diam saja. Sakura termasuk beberapa murid yang hanya diam itu. Ia hanya memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Beberapa murid berdatangan ke meja Sakura. Tujuannya sudah jelas, untuk berkenalan dengan bagian baru dari kelas ini.

"Hai, namaku Naruto," kata murid berambut jabrik berwarna kuning menyala. Dialah murid pertama kali yang mengajak Sakura berkenalan selain Ino, karena ia duduk di depan Sakura.

Sakura mengangguk. "Kau pasti sudah tahu namaku."

"Hai Sakura, aku Rock Lee. Oh ya kenapa tadi kau tidak duduk di sampingku saja? Malah duduk di samping nenek cerewet itu." Tiba-tiba seorang lelaki berambut bob muncul di hadapan Sakura.

"Hei aku dengar itu, Alis Tebal!" seru Ino mendelik kesal. Sementara yang dipanggil 'Alis Tebal' itu hanya meringis sambil membentuk huruf 'V' dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Sakura yang memperhatikan kejadian itu hanya mendengus pelan. Ia berdiri lalu berjalan keluar kelas, setelah melihat penghuni kelas lainnya mulai berdatangan ke kursinya.

"Hei kau mau kemana?"tanya Ino dengan suara keras. Semua murid kini menatap Sakura.

Sakura menghentikan jalannya lalu menengok ke belakang sebentar. "Aku mau keluar." Lalu ia kembali berjalan.

"Tunggu, kau pasti belum tahu daerah-daerah di sekolah ini." Ino langsung berlari menyusul Sakura. Tak peduli dengan tatapan lainnya.

-Tofu-

"Sakura, chotto!" Ino berseru memanggil Sakura yang sudah jauh di depan. Baru diketahuinya, jalan Sakura itu cepat sekali. Baru saja sosoknya keluar dari kelas mereka, X-B, tapi kini sudah berada di ujung koridor kelas X. 'Mungkin tadi dia berlari,' batinnya.

Ino berlari semakin kencang. Untungnya koridor sepi, tidak ada murid lain selain mereka berdua di luar.

"Sakura, jalanmu cepat sekali sih!" Ino mengeluh setelah akhirnya bisa berjalan sejajar dengan Sakura.

"Aku tak memintamu mengikutiku," jawabnya santai.

'Ih sombong sekali murid ini,' batin Ino.

"Kau sombong sekali, nanti tidak ada yang mau berteman denganmu lho," kata Ino yang sebenarnya bercanda.

Tiba-tiba sakura menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke samping kanannya, mendapati Ino yang tengah memasang tampang bingung.

"Kau diam saja. Kau tak tahu apa-apa tentangku. Jangan bersikap seolah-olah kaulah yang paling mengerti aku."

Ino terkejut mendengarnya. "Ya ampun Sakura, aku kan hanya bercanda! Jangan dianggap serius."

Jujur, Ino kaget sekali mendengarnya. Maksudnya kan baik, hanya berusaha mengajak Sakura bercanda. Soalnya dari pertama kali Sakura masuk kelas, belum pernah dilihatnya Sakura tertawa. Hanya sekali senyum, itupun seperti dipaksakan. Dan saat bel pergantian pelajaran tadi juga...

Tiba-tiba Ino menepuk dahinya. Ya ampun, ia lupa. Ini kan masih jam pelajaran! Tapi mereka berdua malah berada di luar kelas. Pantas saja koridor sepi, murid-muridnya masih pada belajar!

Seakan lupa dengan ucapan pedas Sakura tadi, Ino menarik tangan Sakura dan langsung berlari berbalik arah. Masalahnya, kini mereka tidak lagi berada di sekitar kelas. Mereka juga sudah tidak di koridor kelas X. Tadi mereka sudah berbelok, dan sekarang sudah berada di depan toilet di samping ruang guru.

Kalau Asuma-sensei masih berada di ruang guru, ia baru bisa lega. Karena untuk menuju kelasnya, Asuma-sensei hanya bisa melewati koridor ini. Tapi, lain lagi jika dia tidak berada di ruang guru. Bisa saja senseinya itu ada di lantai satu dan naik ke kelasnya melewati tangga yang satu lagi. Bukan yang dekat ruang guru, tapi di ujung koridor sana.

Ino tidak memedulikan Sakura yang berusaha keras melepas tangannya. Dalam hati ia berdoa, semoga saja Asuma-sensei telat. Ataupun sekalian saja tidak masuk.

Kini mereka sudah berada di depan kelas. Tidak didengarnya suara-suara berisik yang biasanya terdengar sampai keluar kalau tidak ada guru. Ino makin merasa takut. Bukannya apa-apa, Asuma-sensei itu paling tidak suka ada murid yang telat. Apalagi berkeliaran di luar kelas seperti dia dan Sakura.

Tok Tok Tok

Sakura baru saja mengetuk pintu kelas. Ino langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya kesal. "Kenapa nggak di cek dulu ada guru atau nggak?"

Sakura tidak menjawab, menoleh pun tidak. Ia lalu mendorong engsel pintu dan melihat seluruh isi kelas kini mengalihkan pandangan ke dirinya. Ino yang berada di belakang Sakura menyeruak dan juga dipandang oleh orang-orang seisi kelas.

"Nona Yamanaka, apa yang kau lakukan disitu?" kata seseorang.

Ino langsung mengalihkan pandangannya dan melihat Asuma-sensei kini sedang memperhatikannya dan Sakura. 'Glek, apa yang harus kukatakan?'

"Maaf sensei, tadi tiba-tiba perutku sakit dan Ino mengantarku ke UKS," kata Sakura tiba-tiba. Ino menengok ke kearahnya.

Asuma melihatnya sambil mengerutkan alis. "Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Dia murid baru, Sensei," Ino bersuara.

"Oh murid baru, siapa namamu?"

"Haruno sakura," kata Sakura.

"Ya sudah sekarang kalian boleh duduk. Lain kali, jika ada yang ingin keluar kelas di saat jam pelajaran dan belum ada guru, minta izinlah ke ketua kelas. Mengerti?" Asuma mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.

"Kami mengerti!" koor anak-anak.

"Baiklah, kita lanjutkan pelajaran kita."

-Tofu-

"Sakura, tadi saat pergantian pelajaran kau memang mau kemana sih?" tanya Ino. Mereka sedang berkumpul dengan Tenten, Hinata, Naruto, dan Sasuke di meja bundar kantin. Dengan paksaan Ino tentunya.

"Iya, sepertinya buru-buru sekali," sambung Naruto.

Sakura berfikir sebentar. Kira-kira jawaban apa yang bagus? Tidak mungkin kan dia berkata jujur, bahwa sebenarnya ia buru-buru keluar untuk menghindari mereka?

"Aku mau ke toilet," katanya kemudian.

"Ke toilet? Kalau begitu maaf ya, tadi aku menarikmu. Soalnya aku panik Asuma-sensei sudah masuk," Ino nyengir.

"Iya tidak apa-apa."

"Oh ya, kau dari Suna ya? Dari sekolah mana?" tanya Tenten tiba-tiba.

"Suna Internasional School."

"Wow, itu sekolah nomor satu terbaik di Jepang kan? Kenapa kau pindah ke sekolah ini?" tanyanya lagi.

Sakura nampak sedang berfikir lagi. "Aku.. sedang mencari seseorang."

Sebagian dari mereka semua membelalakan matanya. "Mencari seseorang? Kau pindah dari SIS hanya untuk mencari orang?"

"Ya."

Reaksi dari mereka semua –kecuali Sakura tentu- beragam. Ino tak sengaja menyenggol gelas jus jeruknya, Tenten menaikkan kedua alisnya, Naruto dengan ajaibnya menghentikan kegiatan makan ramennya, Lee dengan lebaynya membulatkan matanya (matanya kini semakin bulat saja), Hinata menggeleng-gelengkan kepala, dan Sasuke tampak tenang-tenang saja. Walaupun tak dapat dipungkiri tadi dia sempat kaget.

'Kenapa ada orang di Jepang yang menyia-nyiakan sekolah di SIS? Padahal ada sekitar puluhan ribu orang yang bersusah payah agar lolos diterima di SIS, yang akhirnya gagal.' Hampir semuanya memikirkan yang sama. Hampir, selain Sasuke yang kadang mempunyai pemikiran berbeda.

'Apa maksud perkataannya? Nada bicaranya juga sok datar, padahal dari wajahnya dia sama sekali tak pantas,' batin Sasuke. 'Hn, tidak usah dipikirkan. Aku tidak peduli.'

Temari pun angkat bicara, "Aku juga berasal dari Suna dan aku tahu betapa mewahnya SIS itu. Memang siapa sih yang kau cari sampai-sampai kau pindah dari sana? Kalau aku jadi kau, jujur aku takkan mau pindah dari sana."

"Kalian tahu Akasuna no Sasori?" tanya Sakura dengan raut wajah yang biasa, terlihat datar.

Kini semuanya terkejut kembali.

To Be Continued

Halo, saya newbie di sini.

Setelah cukup lama punya akun FFn tapi hanya sebagai pembaca, akhirnya tertarik juga buat nulis fic hehe.

Chap 1 masih pembuka, konflik memang belum dijelaskan.

Berhubung saya masih pemula, saya masih bingung tuh. Banyak kata-kata yang belum saya tahu *Payah, padahal udah sering baca karya-karya author lain*. Misalnya AU, dll.

Apa ada typo? Bagaimana dengan alurnya? Apa menurut kalian tentang cerita ini? Kritik dan sarannya ditunggu

Review? Tanpa komentar kalian aku nggak tahu bisa ngelanjutin fict ini atau enggak.

Makasih udah baca.