Ketika seseorang bertanya:
Apa arti seorang Park Jimin untukmu?
Kau akan jawab apa?
x
x
ARTI DARI SOSOKMU
(BTS Fict, semi-canon, OOC, non-pair, cheesy, absurd, typos, etc)
(Proyek untuk hari ulang tahun Park Jimin, akan diupdate setiap tanggal 13 pada setiap bulan dari bulan Mei hingga Oktober, setiap bulan akan ada 1 chapter baru setiap tanggal 13. Saya tidak menjanjikan pair manapun, mungkin akan ada siratan perasaan suka, kagum, sayang, cinta atau apalah itu, namun jangan berharap terlalu banyak. Saya tidak bisa menjamin kepuasan apapun.)
Happy reading~
x
x
Jimin tengah terdiam di kamar hotelnya, memandang pada langi malam melalui jendela kaca besar di hadapannya. Negara yang asing, bahasa yang asing, hiruk pikuk orang-orang asing hingga kerlip lampu yang bukan Seoul.
Sayapnya tumbuh besar, mengepak cepat membuat tubuhnya berada di ketinggian yang tidak pernah ia bayangkan. Jika ditanya apakah ia pernah bermimpi menjadi sosok seperti sekarang ini?
Maka jawabannya adalah: tidak.
Ia tidak berani walau hanya sekedar bermimpi bahwa ia akan ada pada posisi seperti sekarang ini. Meski ia percaya serarus persen pada kemampuan Yoongi membuat melodi, atau Namjoon dengan guratan lirik-liriknya, tarian Hoseok, suara indah milik Jungkook dan Seokjin, juga pada Taehyung dan segala bakat yang dimilikinya, nyatanya ia tidak pernah bermimpi akan seperti ini.
Usianya sekarang 22. Bukan lagi remaja juga belum matang untuk di sebut dewasa.
Usianya sekarang 22. Ia tidak pernah merasa jika kehadirannya membawa suka cita untuk orang lain.
Usianya sekarang 22. Dan ia merasa bahwa ia bukanlah apa-apa.
"Sebenarnya selama ini apa yang aku lakukan?"
Sebentar lagi usianya 23, ia masih tidak memiliki apa yang mereka sebut dengan kepercayaan diri.
Yang ia percayai hanya orangtuanya, adiknya, sahabatnya, agensinya, juga grupnya yang sudah ia anggap sebagai sebagian dari dirinya. Terasa sedekat denyut nadi namun di saat yang bersamaan terasa sejauh matahari.
Yang jelas apapun itu, itu bukanlah dirinya sendiri.
"Tanpa mereka, aku bisa apa?"
Pertanyaannya 'tak terjawab.
Hening.
Hanya bunyi air conditioner di sudut ruangan yang mendengung lirih.
"Aku memang tidak berarti."
x
x
x
"Pokoknya aku tidak mau surprize yang biasa-biasa saja." Taehyung berujar ngeyel.
Taehyung yang meminta semua anggota selain Jimin untuk berkumpul di kamar Yoongi dan Hoseok.
Bukan tanpa alasan, selain karena ia ingin mendiskusikan surprize party untuk ulang tahun Jimin juga karena Yoongi tipe orang yang tidak akan mau beranjak dari ranjangnya setelah perjalanan melelahkan mereka dan Taehyung tidak mau mendengar orang itu terus melayangkan protes karena diminta meninggalkan kasur yang sudah menjadi habitat hidupnya.
"Lalu apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Yoongi malas, semua orang mendadak berkumpul di kamarnya dan Hoseok kecuali Jimin tentu saja.
Nah 'kan benar, belum apa-apa nada bicaranya sudah semalas itu.
"Justru itu, Hyung. Aku tidak tahu," erangnya, "Hyung pikir aku mengumpulkan kalian semua karena aku tahu?"
"Cepatlah memutuskan, aku mau main game." Kali ini anggota termuda mereka yang mengajukan protes, kakinya bergerak-gerak tidak sabar.
"Maknae." Tegur Seokjin sebagai yang tertua.
"Baiklah, aku tidak akan main game. Jadi apa ada yang punya saran?" Tanyanya kemudian.
Semuanya terdiam, terlihat sibuk dengan pemikiran masing-masing. Taehyung sudah menduganya, ia sendiri sudah nyaris botak memikirkannya.
"Bagaimana dengan sandiwara? Kita akan membuatnya kesal seharian dan tengah malam," Hoseok menampilkan senyuman terbaiknya, "BOOM! Kita akan mengadakan pesta ulang tahun untuknya, membuat dia menangis terharu ketika sadar kita tidak serius." Sambungnya penuh semangat.
"Kita sudah pernah melakukannya pada Jungkook." Kilah Namjoon. Sebagai leader akhirnya ia membuka mulutnya.
"Tidak kreatif sekali kau, Hyung," dengus Taehyung, "nanti jadi tidak berkesan lagi."
"Hei, hei, aku 'kan hanya mengeluarkan pendapatku." Balas Hoseok dengan bibir mengerucut sebal.
"Bagaimana dengan video ucapan selamat?" Usul Seokjin.
"Hobie Hyung sudah mendapatkannya." Jawab Jungkook kalem.
Taehyung mengangkat dagunya pongah sebelum mengangguk-angguk bangga seperti Ayah yang melihat anaknya mendapat peringkat tertinggi di kelasnya.
"Kita akan mendekorasi kamarnya penuh dengan pernak-pernik pisang dan memberinya kado bertema pisang," Taehyung menjetikkan jarinya senang, "Jimin suka sekali pada pisang. Ah, aku memang jenius."
Namjoon memutar pandangan, benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Taehyung, "Terdengar menggelikan, aku tidak setuju."
"Aku juga."
"Aku juga."
"Aku juga."
Yoongi mengangguk mengamini keempat rekannya yang lain.
"Aish," Taehyung mengacak rambut, "lalu apa? Akhir-akhir ini dia selalu melamun, murung tidak jelas, memasang senyuman palsu, berhenti membuatku kesal dan itu membuatku khawatir."
Semua orang tahu, Jimin akhir-akhir ini terlihat berbeda. Entah apa yang ada dalam pikiran anak itu tetapi sepertinya ia sedang menanggung terlalu banyak beban.
"Hyung benar," Jungkook mendudukkan tubuhnya di samping Taehyung, "dia terlihat seperti sedang banyak pikiran."
"Kita harus bertanya padanya, menyuruhnya cerita lalu selesai." Jawab Yoongi.
"Aku sudah melakukannya berkali-kali dan dia akan tersenyum lalu menjawab," Namjoon menirukan mimik wajah Jimin sebelum mendesah lelah, "tidak ada apa-apa, Hyung." Diakhiri dengan sebuah helaan napas berat dan senyum menyedihkan.
"Aku bahkan tidak tahu apa yang ada di pikirannya sekarang." Balas Seokjin sedih.
"Biasanya ia akan menempel padaku seperti bayi menempel pada ibunya, tapi akhir-akhir ini aku melihatnya mulai berhenti menempel padaku. Itu membuatku kesal, aish." Decak Hoseok.
"Ia juga jarang memposting di twitter." Ujar Jungkook.
"Dia terlihat seperti pemuda tidak punya harapan hidup," Taehyung menundukkan wajahnya, "aku sedih melihatnya begitu."
"Yang penting dia tidak mengacaukan konser," balas Yoongi, semua orang menatapnya tidak setuju, "hei, aku juga peduli padanya. Jangan menatapku seperti itu."
Yoongi mengelak cepat. Sungguh bukan maksudnya untuk terlihat tidak peduli, hanya saja selama Jimin masih tersenyum dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan baik, kenapa orang-orang harus meributkan perubahan sifatnya? Toh anak itu sudah dewasa, wajar bukan kalau ia sudah tidak sehyper dulu ketika mereka baru pertama kali debut?
"Kau tidak terlihat begitu." Rajuk Taehyung.
"Ayolah Tae, Yoongi 'kan memang begitu." Bujuk Seokjin.
"Aku ingin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi aku tidak tahu harus seperti apa mengungkapkannya agar ia mengerti bagaimana kekhawatiranku." Hoseok menjatuhkan kepalanya di pundak Seokjin.
"Guys," Namjoon membuka suara, "itulah yang akan kita lakukan."
"Apa?" Taehyung bangkit dengan cepat.
"Bagaimana kalau kita menulis sesuatu untuknya agar ia menjadi lebih baik, bukan dengan video, tapi dengan surat tulisan tangan kita masing-masing. Itu akan jauh lebih berkesan untuknya daripada kado-kado mahal." Jawab Namjoon.
"Maksudmu?" Tanya Seokjin.
"Jadi maksud Hyung kadoku tahun lalu tidak ada artinya begitu?" Taehyung menyalak cepat.
"Kau tahu bukan itu maksudku, Tae." Kilah Namjoon sembari merangkul bahu Taehyung.
Jungkook menggeleng, "Aku tidak bisa menulis hal semacam itu, aku tidak pandai menyemangati orang lain." Jungkook menggumam kecil.
"Kumpulan surat ucapan selamat ulang tahun begitu?" Tanya Hoseok.
"Semacam itulah, apapun yang ingin kalian tulis maka tulislah." Jawab Namjoon.
"Hyung, aku tidak bisa." Erang Jungkook, lagi.
"Aku juga tidak bisa," Seokjin membuka mulutnya dan mendesis kecil, "aku tidak tahu akan menulis apa nantinya."
"Mudah saja," Yoongi yang sedari tadi terdiam akhirnya bicara, "pikirkan ini," ia menatap semua temannya satu persatu, "apa arti Jimin untukmu dan bagaimana jika ia pergi?"
Semuanya terdiam.
"Kau tinggal menulis sembari memikirkan hal itu, kita ingin memperbaiki moodnya yang rusak tepat ketika hari ulang tahunnya bukan? Maka tunjukkan bahwa kalian juga akan selalu ada untuknya dan buat ia mengerti bahwa ia penting, bahwa kita juga akan siap mendengar keluhannya. Anak itu selalu mendengarkan keluhan orang lain tapi tidak pernah mengeluh di hadapan kita, menyebalkan sekali." Ujarnya kemudian.
Tidak ada yang menimpali ucapan Yoongi.
"Baiklah, sepertinya aku bisa menulis sesuatu." Jawab Jungkook pelan sebelum akhirnya ia berjalan pergi meninggalkan ruangan itu disusul member lainnya.
"Ucapanmu benar, Hyung. Tumben tidak terdengar menyebalkan." Taehyung menyunggingkan senyum lebar sebelum menutup pintu kamar yang diakhiri dengan bunyi klik pelan sebagai tanda kunci otomatisnya telah bekerja.
"Memangnya selama ini ucapanku salah begitu?" Gerutu Yoongi.
Hoseok tertawa, "Tidak salah tapi benar-benar menyeramkan mendengarmu bicara, ucapanmu itu lho, Hyung."
Yoongi hanya membalas dengan decihan pelan. Nah lihat, ia sedikit menyebalkan. Benar bukan?
"Hyung," panggil Hoseok 'tak lama kemudian, "kapan kau akan menulis?"
Yoongi yang tengah merapikan selimutnya menoleh sejenak, "Nanti. Saat aku sedang sendiri."
Hoseok tersenyum kecil, "Baiklah. Selamat malam, Hyung."
Lalu lampu kamar mereka dipadamkan.
x
tbc
x
Hahaha, saya bikin fict baru lagi. Ini cuma selingan sih. Yang paling saya cinta di Bangtan itu Jimin soalnya makannya bikin fict ini buat ulang tahun dia Oktober mendatang. Ga kejauhan? Engga dong. Saya malah sengaja ngitungin bulannya biar pas 6 sampe ke Oktober, tadinya mau 7 biar setiap bulan 1 ch tapi setengah tahun lebih kayaknya kelamaan gitu. Jadi 6 aja, biar Oktobernya saya update 2 ch sekaligus sama ch penutupnya. Yeah, bagi yang membaca karya-karya saya pasti tahu kalau rata-rata tokoh utamanya si Chimchim (dan rata-rata dia dibikin menderita, ngenes sampe bejad juga) akun FFn saya emang isinya fict-fict sampah tentang dia huhuks TwT
Ff ini ga terlalu berfaedah, ga dibaca ga direview juga ga apa-apa. Tapi kalau ada yang baca sekaligus review, saya akan senang sekali XD
Ch depan berisi tentang Namjoon pada Jimin, ya. Urutannya jelas Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Kim Taehyung, Jeon Jungkook. Biar mirip teriakannya ARMY XD
Sampai jumpa tanggal 13 Mei, eperibedeeeh~
With Love,
December D.
