Jongin duduk dalam gedung bioskop, berdua. Bukan bersama Jongdae sih yang pasti, memangnya siapa yang mau menghabiskan malam minggu bersama kakak menyebalkan tipe Jongdae?
No, thanks. Ew.
Jadi, Jongin ke bioskop bersama Kana, nonton Taken 3. Sebenarnya hanya Kana yang ingin, Jongin tidak pernah menonton season 1 atau 2 jadi tidak begitu mengerti. Ah, Tokyo ghoul lebih seru dari ini, sungguh!
'Tokyo Ghoul eps 4 update, aku duluan!'
'Nontonnya nanti saja, tunggu aku pulang. Nonton sendiri apa asiknya? Tunggu aku saja ya ya ya ya,'
'Ngomong ngomong kenapa membalas pesanku? Kenapa tidak fokus film? Tidak mengerti alurnya? Heh sudah kuduga, otakmu itu isinya cuma anime, iyakan?
Nah. Kakak seperti Jongdae ini sama sekali bukan tipe kakak idaman. Keahliannya dalam men-jugde orang -bahkan adiknya sendiri- tak diragukan lagi, pasti turunan dari ibunya.
'Iya terserah. Tunggu aku!'
'Oke. Es krim gratis 2 hari. Deal? Deal.'
Es krim gratis untuk 2 hari. Terdengar seperti bukan sesuatu yang berat untuk di penuhi oleh seorang Jongin jika saja kakaknya yang asdfghjkl itu tidak membeli seluruh stok es krim di 2 swalayan. Heol!
"Sepertinya asik sekali. Sedang berkirim pesan dengan siapa?"
"Kakakku,"
"Kau tidak memperhatikan filmnya?"
"Tidak, aku tidak mengerti jalan ceritanya."
"Kenapa tidak bilang? Kita bisa memilih film lain."
"Sudah, tidak apa-apa. Kau kan maunya nonton ini. Aku akan menuruti semua yang kau mau."
"Uh manisnyaaa,"
Ya, inilah drama percintaan anak kelas 1 SMA yang sering membuat Jongdae menggerutu sebal jika Jongin menceritakan hari indahnya bersama Kana.
Jongdae itu sebenarnya iri.
Dia dan Hana sama-sama siswa kelas 3 jadi harus fokus belajar untuk ujian. Tidak bisa kencan seenak hati. Huh, "dimana keadilan untuk Kim Jongdae?!" Itulah kalimat yang selalu di gaung gaungkan Jongdae ketika Jongin membuatnya iri tentang sesuatu, atau ketika dimarahi ibunya.
"Dingiiiin."
Kana menggumam pelan tapi masih bisa didengar oleh Jongin. Diluar sana sepertinya sedang hujan karena ketika Jongin dan Kana sampai tadi sudah mulai rintik. Belum lagi AC ruangan, pantas saja Kana kedinginan.
"Sini sini, mendekat padaku. Biar aku peluk,"
"Ey mencari kesempatan, dasar hitam!"
"Tau emisivitas, tidak?"
"Tidak, kenapa?"
"Emisivitas itu tingkat kehitaman. Semakin hitam maka semakin mudah menyerap dan melepas panas. Karena aku hitam, jadi aku mudah melepas panas. Cepat sini, peluk aku. Biar aku hangatkan."
Kana bersemu.
Ah, anak jaman sekarang. Rayuannya pun sudah mulai menerapkan konsep fisika :')
END
Kangen nulis tapi lagi sibuk alhasil cuma bisa curi curi waktu dan tadaa! Terbitlah ff singkat ini hehehehe. Semoga suka ya. Maaf kalo ada typo, ye kan tanpa edit (ceritanya lagi sibuk banget sampe ga sempet ngedit. Ga deng) Abis baca jangan lupa review, biar tambah semangat kalo ntar mau bikin lanjutannya. Makasih buat yang udah baca :3 :3
