Disclaimer: Black Butler punya Yana Toboso, Square Enix dan siapapun yang terlibat dalam proses pembuatannya.
Warning: Dark Theme, Rating T, DLDR, authornya nggak tahu ini mau dimasukkin ke genre apa #plak
Sebastian
a Kuroshitsuji's fanfiction written by yukasvanidz
.
.
.
.
"Siapapun, tolong! Siapapun, tolong aku! Siapapun, tolong lepaskan aku dari sini! Siapapun!"
Dalam siluet berwarna hitam ia pertama kali menampakkan diri – sengaja dengan sedemikian rupa sehingga pemilik sepasang mata biru itu tidak akan mengingatnya.
"Apa yang akan kubayarkan bila aku menolongmu?"
"Apapun, apapun itu! Bagaimanapun aku pewaris takhta Keluarga Phantomhive – aku sanggup membayarmu!"
"Keluarga Phantomhive?" Andaikan ia manusia, pasti akan dituliskan bahwa kini ia mengangkat alis seraya mencibir dan menertawainya, tetapi Ciel hanya mengenali ekspresi itu dari cara bicaranya.
"Apa... apa yang kau inginkan?! Cepat katakan apa yang kau inginkan!" Suaranya mulai tambah panik.
"Apa yang ada di dalam dirimu, Tuan kecil."
"Ambillah! Ambillah semuanya, asal kau lepaskan aku dari sini!"
"Baiklah. Kau siap membuat kontrak denganku?"
Ciel merinding ketika mendengarnya – rasa waspadanya hilang dibawa rasa panik dan amarahnya, sehingga ia tak menyadari dengan makhluk apa ia mengikat janji. Namun, Ciel tak merasa ingin mengurungkan niat. Ia membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan keinginan makhluk itu. Ia memberikan apa yang diinginkannya. Ia menepati semua janjinya kepada makhluk yang kini dinamainya Sebastian – bahkan, ia memberinya nama sama dengan mendiang anjing kesayangannya. Sebastian lah kesayangannya – Ciel duduk di takhta mengikuti darah, namun Sebastian melakukan semua hal mengikuti kemampuannya.
Tak ada iblis yang tak akan setuju dengan Sebastian yang telah memilih Ciel. Anak itu umurnya bisa dihitung dengan jari, tetapi tak ada persyaratan yang tidak ia lampaui. Jiwa manusia semacam itu akan menjadi incaran bagi setiap makhluk sepertinya – jiwa yang menginginkan segala, dipenuhi dengan dendam dan dengki, serta dengan kesadarannya sendiri memilih jalan yang paling terkutuk.
Namun, menguasai jiwa semacam itu bukanlah pekerjaan mudah.
Dalam literatur dikatakan bahwa keserakahan adalah salah satu dari deadly sins. Karena iblis adalah bapak dari segala dosa, maka makin bersemangatlah Sebastian ketika melihat bahwa jiwa anak lelaki itu memancarkan hal itu dengan sempurna, bahkan sama sekali tak segan menunjukkannya di depan sesosok yang merupakan penciptanya.
Sebastian seringkali menghabiskan waktu senggangnya untuk menertawai tindakan anak itu.
Konyol, tetapi betapa menakjubkannya ia.
Lalu ia akan melepas jasnya dan melempar benda itu ke lantai. Jas yang menandakan bahwa proyeknya belum selesai – belum juga ia mengambil jiwanya seperti janjinya.
Memang ada sumpah yang belum terlaksana, tetapi andaikan Sebastian ingin menagihnya secara paksa, ia memiliki banyak kesempatan – hei, kau harus ingat betapa ringkihnya bocah itu ketika ia terlelap dalam tidurnya.
Namun, itu berarti ketidaksempurnaan. Sementara, seperti alter ego nya sebagai pelayan, Sebastian selalu menghendaki kesempurnaan.
Jiwa yang telah sempurna itu bertambah sempurna lagi dengan keserakahannya. Namun, akan menjadi yang paling sempurna bila dengan keserakahannya, Ciel akan menyatakan diri secara terang-terangan untuk berada di sampingnya.
Mustahil memang – mana ada manusia serakah yang mau berbagi.
Tetapi, Sebastian akan menampakkan senyumnya yang paling manis ketika mengingat betapa Ciel terus membantah.
Bantahlah itu terus, Ciel, itulah justru yang akan mendekatkanmu, pikirnya.
Dan Sebastian akan terus mengikuti bocah itu dengan senyum kalem, anggukan kepala serta sebuah mantra, "yes, My Lord.".
.
.
.
Tamat
Author Notes: Makasih udah baca. Mind to review? ^-^
