LESSON
Assasination Classroom © Yuusei Matsui
Arisa-Amori27
Humor,Romance,Hurt/Comfort,Friendship
Aneh, Gaje, Abal, EYD hancur,Typo(s) everywhere
.
.
.
.
Akabane Karma memiliki tata krama yang amat buruk. Yah, menggemari perkelahian, tukang pancing masalah, anti sosial, sok pahlawan pula. Sebuah vonis mati, menghantarkannya pada kelas 3-E, kelas terendah di SMP Kunugigaoka setelah ia diskors. Maka, mau tak mau pemilik iris pucat itu melangkahkan kakinya menuju kelas yang dikucilkan itu. Ia tahu hari ini ia sangat terlambat –sudah hampir memasuki jam ke-6 tapi ia mana peduli. Yang membuatnya tertarik masuk kelas walau terlambat adalah sang guru yang merupakan target untuk dibunuh.
Selama menyusuri jalan setapak, ia tak henti-hentinya menyeringai sembari menyeruput jus kotaknya. Ketika ia memasuki lapangan, ia bisa melihat beberapa anak yang sedang berlatih untuk membunuh si target yang sekarang dengan santainya menggelar piknik. Tak berapa lama, bunyi bel terdengar, menandakan jam keenam akan dimulai. Iris pucat Karma menangkap bayang sesosok pemuda bersurai biru muda. Karma terus memandangi si surai Aqua dengan intens. Seketika, pandangan keduanya bertemu dan angin semilirpun menyapa keduanya.
"Yo ! Nagisa-kun, Ohisashiburi" Sapanya.
"Karma-kun, kau kembali" Gumam si surai biru muda.
Karma melompat, mendekat ke arah pemuda yang kerap ia sapa Nagisa. Namun, pandangannya teralih menuju sang target. Lagi-lagi bibirnya menyeringai.
"Hee~ jadi ini yang namanya Koro-sensei? Hebat, dia seperti gurita !" Ujarnya sembari melangkah menuju Koro-sensei.
"Akabane Karma,deshou ? Kudengar hari ini kau sudah masuk sekolah, tapi kau terlambat dan itu adalah salah !" Ucap Koro-sensei, wajahnya menjadi berwarna ungu disertai dengan tanda X yang besar.
"Hehehe, Aku agak kesulitan menyesuaikan kembali waktuku di sekolah. Panggil nama depanku saja agar akrab. Tapi yang penting, yoroshiku ne,sensei!" Ujarnya sembari mengulurkan tangan.
"sama-sama Karma-kun!" Sang sensei menjabah tangan Karma.
CRAAAT !
Tentakel milik Koro-sensei melebur menjadi cairan. Karma mendengus kesenangan dan mengeluarkan pisau anti-sensei dari dalam baju lengannya serta menghunuskannya ke arah sang guru. Koro-sensei menghindar dengan kecepatan Mach 20. Karma tersenyum mengejek.
"Kau benar-benar cepat dan pisau ini bekerja padamu. Hebat. Tapi sensei, ini trik yang sangat mudah, aku hanya memotongnya menjadi kecil dan menempelkannya dan kau melompat sejauh itu, apa kau ketakutan ?" Ucapnya.
"Aku juga dengar kau dipanggil Koro-sensei karena kau tak bisa dibunuh, tapi… kau hanya seperti boneka voodoo yang senang sekali ditusuk-tusuk" Lanjutnya sembari melangkah pergi. Terlihat dengan jelas Koro-sensei mukanya menjadi merah dengan perempatan yang muncul.
"Nee,Nagisa. Apa kau tahu seperti apa dia ?" Tanya gadis surai hijau alias Kayano.
"Kami memang sekelas saat kelas satu dan dua, saat kelas dua dia diskors lantaran berkelahi dengan senior dan dipindahkan ke kelas 3-E" Ujar Nagisa, tak melepaskan pandangannya dari Karma yang tengah menatapnya balik sembari berjalan. Karma berhenti tepat di depan Nagisa seraya nyengir tak berdosa.
"Bagaimana, Nagisa-kun ? Aku hebatkan ?" Tanyanya bermaksud pamer pada Nagisa.
Wajah Nagisa berubah masam, menandakan ia tak suka.
"Hebat ? Kau tadi tak sopan sekali tahu !" Ucapnya dengan ketus.
"Hei, terserahku dong. Ini kan tata karmaku" Ujar Karma seraya menepuk-nepuk puncak kepala Nagisa. Sedangkan si surai biru hanya melongo mendengar pernyataan kawan lamanya itu. Sejak kapan pula tata krama jadi tata karma ? Nagisa menghela napas, tak tahu lagi harus bereaksi apa.
"Nagisa, pulang duluan yah !" Pamit Kayano.
"ya, hati-hati di jalan, Kayano" Balas Nagisa seraya melambaikan tangannya.
Nagisa melangkahkan kaki jenjangnya, ditemani sang lembayung yang berarak mengikuti setiap langkahnya. Suara burung gagak samar-samar mulai bernyanyi. Berhelai-helai bunga sakura nampak cantik memenuhi pinggiran jalan. Di situlah, ia bertemu si pemuda berambut merah yang bersandar pada salah satu pohon. Pandangan Nagisa sepenuhnya terkunci, dipenuhi dengan bayang pemuda di depannya. Ketika pemuda tersebut menatap Nagisa, ia mengulum seulas senyum manis. Nagisa tenggelam bersama imajinasinya yang kian meliar, membuat logikanya lumpuh.
"Yo, Nagisa-kun !" Sapa si pemuda. Nagisa kembali sadar dari alam delusinya. Menggeleng kuat-kuat dan menepuk-nepuk kedua pipinya.
"Ha-hai, Karma-kun!" Nagisa menyapa balik. Lantas, Karma menaikkan sebelah alisnya, cukup bingung dengan kelakuan si surai biru.
"Apa yang kau lakukan disini,Karma-kun ?" Nagisa bertanya.
"Menunggu"Jawab Karma singkat.
"Siapa ?"
"Nagisa-kun"
Nagisa terbungkam beberapa saat, cukup speechless dengan ungkapan Karma. Sebelum Nagisa kembali membuka mulutnya, Karma menarik tangannya.
"Ayo pulang"
Nagisa mengikuti langkah Karma. Selama perjalanan, hening menyelimuti keduanya, seakan berbicara lewat telepati.
"Nagisa-kun orangnya ramah ya…" Karma berujar, memecah keheningan yang cukup menyesakkan. Kali ini, Nagisa-lah yang mengangkat sebelah alisnya.
"Memangnya kenapa, Karma-kun ?"
"Bukankah kita seperti dua sisi kutub yang berbeda, Nagisa-kun ? Aku selatan, kau utara. Kita berjalan di jalan yang berbeda, begitu pula dengan sifat kita. Kau yang ramah dan baik pada semua orang, sedangkan aku hanyalah manusia monster" Karma menunduk, menyembunyikan kesedihannya yang bisa saja terungkap dari balik irisnya. Nagisa mulai mengerti arah pembicaraan. Langkahnya mendadak berhenti, sehingga Karma ikut berhenti.
"Apa yang kau bicarakan,Karma-kun ? Bagiku kau bukanlah monster, kau itu hanya manusia yang berkelakuan beda. Hanya itu, tak lebih. Aku tahu ada alasan ketika kau memukul orang. Karena, Karma-kun yang kukenal tak pernah sembrono melakukan tindakan. Aku yakin Karma-kun adalah orang yang baik"
Angin musim semi berhembus sepoi-sepoi. Memberikan efek sejuk yang menentramkan hati. Dibawah jatuhnya bunga sakura, Karma menemukan sesosok malaikat yang baru saja jatuh dari surga.
Pagi hari yang cerah hari itu, Nagisa berjalan sembari membaca novel yang kemarin ia pinjam dari Bitch-sensei. Sebenarnya, sang ibunda tercinta sudah melarang Nagisa membaca sambil jalan. Takutnya, bukan pergi ke sekolah malah nyangkut di rumah sakit. Tapi, Nagisa mana peduli, ia sudah cukup terbiasa dengan ini. Hingga, sebuah tepukan lembut di puncak kepala Nagisa mampu mengalihkan atensinya dari sang novel.
"Ohayou, Nagisa-kun" Karma menyapa, senyum manisnya terpahat dengan anggun. Mampu membuat pemilik keping mata Aqua itu terpana sejenak, setelah itu terkesiap.
"O-ohayou,Ka-Karma-kun" Sapa Nagisa dengan gugup. Menyembunyikan ronanya karena sempat terpesona dengan senyumnya.
"Ya ampun, lagi-lagi kau baca sambil jalan ? tak takut tertabrak tiang listrik ?" Karma mengeluh perihal kebiasaan Nagisa.
"Aku sudah terbiasa,kok"
"Ya sudahlah… Ayo, 5 menit lagi jam pertama dimulai !" Karma menarik pergelangan tangan Nagisa, berlari menyusuri jalan.
LESSON 1 : Friendly. Completed.
Karma tak pernah takut. Hal itu merupakan hal mutlak yang alami terjadi dalam kehidupannya. Meskipun dalam keadaan apapun Karma tak sedikitpun takut dan gentar untuk menghadapinya. Hanya satu, cukup satu dan Karma tak mau yang lain. Hal yang benar-benar membuatnya takut adalah Nagisa yang marah. Karma tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali. Kejadian ketika ia menerjunkan dirinya ke jurang dekat kelas 3-E dengan alasan ingin membunuh Koro-sensei dengan tangannya sendiri.
Pada saat Koro-sensei berhasil membawanya ke atas, hal pertama yang ia lihat ialah Nagisa dengan wajah memerah menahan amarah dan tangis.
"APA SIH YANG KAU PIKIRKAN, HAH ?! KALAU KAU MATI BAGAIMANA ?! KAU TAK TAHU SEBERAPA TAKUTNYA AKU MELIHATMU JATUH ?! DASAR CEROBOH ! BODOH ! BAKARMA !" Nagisa memaki Karma habis-habisan.
Well, Karma baru saja duduk, setelah itu diceramahi lalu mendapat julukan 'Bakarma' ? Kurang lengkap apa penderitaan Karma ? Karma menghempaskan nafasnya keras-keras. Tangannya spontan mengusap helain biru muda Nagisa lembut.
"Maaf, aku membuatmu khawatir. Aku yang salah. Jadi maafkan aku yah ?" Karma berucap maaf. Memasang wajah semenyesal mungkin. Nagisa terpaku sesaat, setelahnya tersenyum simpul.
"Janji tak mengulanginya ?" Tanya Nagisa.
"I promise, darl" Jawabnya dengan seringai.
Oke, Nagisa tak bisa menahan sang rona.
LESSON 2 : 'Maaf'. Completed.
Karma tak henti-hentinya memandangi makhluk ciptaan tuhan yang sedang duduk dihadapannya. Sore itu ia dan sang pahatan terindah terkunci dalam kelas disebabkan hujan yang menjebak mereka berdua. Bibirnya tak lelah menunjukkan kurva ke bawah. Berkawan buku tulis dan pensil, si objek pengamatan nampaknya tengah mengerjakan soal. Wajahnya yang serius, terlihat manis dimata Karma. Beberapa kali, Karma tersenyum geli ketika sang objek mendengus kesal kerana tak menemukan jawaban. Tiba-tiba, iris pucat dan Aqua bersibobrok. Selama beberapa menit, Karma terdiam, ikut tenggelam bersama birunya keping mata milik sang pemuda itu.
"Ka-Karma-kun, bi-bisakah kau berhenti menatapku ?" Nagisa berucap lirih sembari mengalihkan pandangannya.
"Tak bisa Nagisa-kun. Kau terlalu manis untuk tak kupandangi. Kau itu layaknya gula, aku bahkan rela jadi semut agar aku bisa selalu di dekatmu" Karma mendadak jadi tukang gombal ulung. Ah, jatuh cinta bisa merubah segalanya.
"Tapi aku tak bisa konsentrasi" Nagisa menggembungkan kedua pipinya.
'Shit !' Karma menjerit dalam hatinya. Melolong meminta tolong, agar pada saat itu juga ia tak 'melahap' habis-habisan si surai biru muda. Tangan kanannya yang bertautan dengan tangan satunya, mengerat, saling menyalurkan emosi yang meledak-ledak. Oh, Karma jadi mirip orang kesetanan sekarang.
"Karma-kun ? Kau tak apa-apa ?" Nagisa bertanya, jemarinya menempel pada kening Karma. Memastikan pemuda tersebut tak sakit demam.
"Aku baik-baik saja" Karma menjawab.
"Oh, syukulah. Aku sebentar lagi selesai, jadi jangan ganggu aku" Nagisa memperingatkan. Karma mengangguk.
Seketika ruangan berkayu itu hening. Hanya detakan jam dan derasnya hujan yang mengisi keheningan. Karma menatap langit-langit ruangan, bosan hanya berdiam diri. Ia kembali menegakkan tubuhnya, hendak beranjak untuk membeli minuman. Sebelum terlaksana, dirinya terhenyak menyadari suatu hal yang janggal pada Nagisa.
"Na-Nagisa-kun…" Karma memanggilnya.
"Jangan sekarang, Karma-kun. Aku sedang serius" Nagisa berucap tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ta-tapi, Nagisa-"
"Diamlah !"
"Nagisa-kun, ada darah !" Karma berseru.
Nagisa terkesiap, baru menyadari bila di atas bukunya terdapat bercak berwarna merah. Jemarinya mengusap daerah sekitar hidungnya. Merah. Seluruh tubuh Nagisa gemetar hebat, kepalanya terasa dipukul palu godam, jantungnya bak ditusuk dengan seribu pisau, paru-parunya tersumbat, membuatnya sulit bernafas. Pandangan Nagisa mulai mengabur, lalu menipis hingga akhirnya-
-gelap
Nagisa ambruk di lantai dengan darah yang masih mengucur dari hidungnya. Karma segera merengkuh tubuh ringkih milik Nagisa. Tangannya sibuk mencari letak ponselnya.
'Dapat !'
Karma menekan dial nomor sembilan, menelfon seseorang. Baru tiga kali nada sambung, terdengar suara ceria menyebalkan milik Koro-sensei terdengar.
"yah, tumben sekali kau menel-"
"Sensei, cepatlah kemari ! Nagisa-kun pingsan !" Ujarnya memotong ucapan sang guru.
"Baiklah. Sekarang kalian dimana ?"
"Kelas 3-E. Tolong cepatlah sensei. Tolonglah, Nagisa-kun tak bisa bertahan lebih lama lagi !"
"Baik !"
Klik !
LESSON 3 : 'Tolong'. Completed.
.
.
.
.
TBC
Hai~ Arisa datang kembali ~~
Kepanjangan kah ?
Kata-katanya tak seindah puisi yah ?
Hehe~ Arisa emang lemah di diksi~~
Dan, ini bakal Arisa bagi jadi dua chappie!
Walau begitu Arisa bakal terima kasih kalau senpai sekalian mau bagi saran dan kritik…
BUT NO FOR FLAME ! (Author juga manusia)
Unterzeichnet,
Arisa-Amori27
