Bara Hon Alskar Mig
Disclaimer: Hidekaz Himaruya.
Note: genderbent fic (all genderbent), AU, ficlet, Sve x fem!Finland. Don't like don't read. No flames allowed.
Ketika Berwald terbangun, ia mendapati di meja yang terletak sebelah tempat tidurnya ada sebuah kado besar. Kado itu berwarna merah pada bungkusannya dan sebuah pita putih tersemat di sana.
"Apa ini?" gumam Berwald setengah mengantuk seraya memandangi kado besar tersebut ke segala arah dan mengguncang-guncangkan kado besar tersebut tetapi hanya suara berisik yang ia dengar. "Mengapa ada kado? Dan tidak ada nama pengirimnya."
Seingat Berwald, hari ini bukan ulang tahunnya—ulang tahun Berwald sudah lewat sejak tiga bulan yang lalu. Ia teringat beberapa minggu yang lalu Mathias sengaja mengerjai Berwald dengan cara menaruh bungkusan besar di kamarnya. Mulanya ia pikir kado tersebut pemberian Tiina Vainamoinen, gadis Finlandia yang tinggal bersamanya, jadi dengan tanpa rasa curiga Berwald membuka hadiah tersebut dengan semangat. Alih-alih ia mendapatkan hadiah dari Tiina—ia malah mendapatkan tonjokan yang berasal dari isi kado tersebut yang membuat kacamata Berwald pecah dan harus dibawa ke tempat servis kacamata. Sempat ia mendiamkan Tiina karena mengira Tiina-lah yang sengaja ingin mengerjainya. Belakangan ia baru tahu bahwa itu adalah pekerjaan si kambing Denmark yang bernama Mathias Kohler yang kebetulan tetanggaan dengan Berwald. Mengingat hal itu, Berwald malu sendiri dan merasa bersalah tetapi sampai saat ini ia gengsi untuk mengakui kesalahannya.
Akhirnya, ia membawa satu kado besar itu untuk dibuang ke tempat sampah terdekat. Dalam hati Berwald takut jika sampai kado tersebut membahayakan dirinya maupun Tiina. Sudah cukup Berwald kesal gara-gara kacamatanya pecah akibat dari barang jebakan batman semacam itu.
"Ber!" panggil Tiina. "Mau kemana? Wajahmu tampak muram sekali, moi."
Berwald mengangkat kado besar tersebut dengan wajah garang sehingga Tiina ketakutan dan menggigil. "Mau buang benda terkutuk ini."
"Kenapa dibuang?" tanya Tiina dengan nada sedih. "Cobalah dibuka dulu isinya."
"Nej," jawab Berwald dingin. "Semoga yang mengirim benda ini termakan jebakannya sendiri."
Tiina membatin dan teringat beberapa minggu lalu ketika Berwald mendiamkannya dengan alasan yang sama sekali tidak jelas. Pada akhirnya Tiina baru tahu bahwa Berwald mengira Tiina mengirimkan kado yang berisi jebakan berbahaya.
"Ayolah, buka dulu, moi," desak Tiina setengah merajuk, menarik-narik tangan Berwald dengan erat. "Pokoknya dibuka!"
Kali ini giliran Berwald yang menunjukkan wajah bingung melihat Tiina yang terus mendesaknya membuka kado tersebut. "Ini barang jebakan dari Mathias kambing," gumamnya dengan nada ketus. "Mau kubuang."
Mau tidak mau, hati Tiina sedikit terluka. Kado itu sama sekali bukan pemberian Mathias melainkan dari Tiina sendiri. "Jangan dibuang dulu! Buka saja isinya dulu, moi."
"Ada apa sih, sebenarnya?" tanya Berwald, raut wajahnya yang kaku sedikit bingung.
Wajah Tiina merah padam mendengar perkataan Berwald. "Pokoknya dibuka dulu!"
Berwald memandangi kado besar itu seraya menimbang-nimbang. Lalu dengan berat hati ia membuka kado tersebut perlahan-lahan sambil berdoa semoga tidak ada benda aneh-aneh di dalamnya.
Setelah kado tersebut dibuka, betapa terkejutnya Berwald bahwa ia sama sekali tidak mendapati benda jebakan melainkan satu mug kecil terbuat dari tanah liat yang merupakan buatan tangan dengan motif bendera Finlandia di bagian bawah sedangkan di bagian atas adalah motif bendera Swedia. Tidak hanya itu saja, di dalam kado besar terdapat satu amplop berwarna pink. Sudah pasti itu buatan Tiina karena seingatnya Tiina tidak begitu mahir membuat benda-benda dibandingkan dengan dirinya.
"Aku tahu buatan siapa ini," Berwald berkata dan mengangkat mug yang terbuat dari tanah liat yang tidak begitu rapi dibuatnya.
Wajah Tiina merah padam. "Maaf kalau jelek, moi."
"Hn, tack sa mycket," kata Berwald lambat-lambat, mengambil amplop pink tersebut. "Boleh kubuka?"
Tiina mengangguk pelan dan senyuman mengembang di bibirnya. "Ber tahu tidak, bahwa aku membuat itu semua dalam waktu satu minggu," Tiina berkata dengan nada sedikit malu-malu. "Aku membuatnya karena aku ingin membalas kebaikan Ber selama ini. Hanya itu saja."
Berwald membuka amplop pink tersebut dan menemukan secarik kertas berukuran kartu pos bertuliskan mina rakastan sinua. Dalam hati Berwald merasa geli melihat cara yang dilakukan Tiina untuk membalas kebaikannya tetapi itu merupakan kebahagiaan mendalam untuknya.
"Jag alskar dig, Tiina," kata Berwald lembut dan dan mencium kening Tiina dengan penuh kelembutan mendalam.
TBC ke ficlet berikutnya~
A/N Untuk yang mengenali gaya tulisan ini, silahkan cek fic saya yang berjudul Novela Erotica chapter 2 dan anda akan tahu siapa saya sesungguhnya.
