° ChanBaek Fanfiction °
By - Viomonalette atau Chocoalette
= CAST =
• Park ChanYeol
• Byun Baekhyun
• Other EXO's Member
= GENRE =
• Kingdom age
• Yaoi
• Romance
• Absurd
= RATED =
• Teen
= DISCLAIMER =
Cerita ini berasal dari pikiran saya, para karakter tokoh tentu saja milik Tuhan.
Don't copy without permission!
Don't steal!
=o=o=o=o
Selalu pada minggu kedua musim semi datang, setiap kerajaan di negara Denver menurunkan salah seorang anggota keluarganya terjun di tengah penduduk desa untuk melaksanakan kegiatan rutin yang disebut 'Hari kesuburan' dimana para penduduk mengumpulkan hasil panennya kemudian dimasak dan di makan bersama-sama, agar penduduk dan beberapa bangsawan dapat menjadi lebih dekat.
Tak terkecuali kerajaan paling jaya dan tebesar -Pearlescent Park Kingdom yang paling wajib melibatkan salah seorang keturunannya untuk ikut serta.
Tlok!
Tlok!
Tlok!
Sepatu kulit milik seorang pemuda itu melangkah menyusuri lorong berlantai marmer yang terbilang sangat review
Ia tiba di depan sebuah pintu tinggi berukir, dua pengawal disana membuka pintu megah baginya.
"Ada apa ayah?" Tanya pemuda berambut platina blond kepada sang ayah yang duduk di singasananya.
"Kau sudah kubilang tentang hari kesuburan kan? Nanti siang kau berangkat naik kereta kuda bersama dua pengawal kerajaan." Kata pemimpin negara itu bernada memerintah namun terdengar berwibawa.
"Baik ayah, aku mengerti." Pemuda itu menunduk hormat kemudian pamit pergi untuk segera bersiap.
? ゚ムム?
"Kakak, ijinkan aku ikuut." Seorang gadis remaja berambut panjang itu bergelayut manja di lengan orang yang dipanggilnya kakak. Gadis itu tertarik akan dunia di luar sana, karena selama 17 tahun hidupnya belum pernah ia keluar dari istana. Jadi begitu kakaknya kembali dari ruangan ayah mereka, ia menghambur ketika mendapati kakaknya berada di kamar untuk bersiap.
"Tidak boleh! Kau masih terlalu muda untuk ikut, Yeora! Lagipula bahaya jika gadis sepertimu ikut ke luar sana. Kau harus tetap di dalam istana! Minggir sana, aku mau ganti baju!" Kakak laki-lakinya itu mendorong bahunya menuju pintu keluar, menghiraukan rengekannya lebih lagi.
"Huh menyebalkan!" Yeora menendang kesal pintu kayu kamar kakaknya setelah ditutup kasar di depan hidungnya, kemudian ia pergi menuju kamar ibunya.
Tok! Tok! Tok!
Pangeran muda itu membuka pintu kamarnya kesal, "Ada apa lagi Yeo..." Ia tak mendapati adiknya disana, namun seorang wanita dewasa bernama Yojung dengan tas besar di tangan yang ia kenal sebagai perancang busana kerajaan Park.
"Selamat pagi pangeran Chanyeol yang tampan." Salam Yojung ceria.
"Ah... Yojung, cepat masuk, kau tahu jadwalku siang nanti kan?" Chanyeol membuka pintu kamarnya lebih luas.
"Baiklah." Perancang busana itu masuk dan menutup pintu kamar. Kemudian wanita berusia kisaran tiga puluhan itu membuka tas kain cokelatnya, mengeluarkan beberapa lembar pakaian yang ia buat seminggu lalu dengan ukuran tubuh pangeran Chanyeol khusus untuk acara hari kesuburan.
"Silahkan pangeran pilih." Yojung menunjuk 3 pakaian semi formal namun terkesan santai itu diatas kasur besar berwarna merah maroon yang biasa Chanyeol tiduri.
Chanyeol mengangkat pakaian berwarna hijau tua, menimang-nimang apakah itu cocok dengan seleranya. Pakaian hijau tua itu celananya pendek di atas lutut, jadi Chanyeol menaruh kembali pakaian itu.
Kemudian pandangannya beralih pada pakaian berwarna cokelat muda, Chanyeol kembali mengamati pakaian itu, yang ini lengannya pendek, dia tak mau kepanasan nantinya. Jadi Chanyeol memilih pakaian terakhir berwarna biru donker gelap yang berlengan panjang dan celananya pun juga panjang, dilengkapi dengan topi memanjang keatas.
"Ini saja! Kau boleh keluar sementara aku ganti baju." Yojung mengangguk paham dan keluar sebentar.
Setelah Chanyeol selesai berganti, Yojung memekik girang melihat penampilan pangerannya begitu sangat lebih menawan dengan pakaian itu, "Aih, tampannya."
Yojung mengisyaratkan Chanyeol untuk duduk diatas kasur dan sementara ia mengambil beberapa alat di tasnya.
Yojung menghampiri pangeran muda itu, menata setengah rambut platina blond Chanyeol ke belakang, menyisakan poni dan sebagian rambut tetap seperti biasa namun diberi pelembab rambut agar terlihat tetap rapi.
? ゚ムム?
Pukul sebelas tepat Chanyeol sudah bersiap, dihalaman istana kereta kuda dan dua pengawal sudah menunggunya dan membuka pintu kereta untuknya masuk.
Perjalanan menuju desa tidaklah memakan waktu yang sedikit, kira-kira dua jam lagi mereka sampai. Kalau di pusat kota hanya perlu setengah jam untuk sampai.
Ini pertama kalinya ia ikut terlibat dalam acara hari kesuburan ini, dua tahun lalu ayahnya hadir, dan tahun kemarin ibunyalah yang datang, dan kini gilirannya menghadiri acara itu. Sebenarnya ia sungguh malas, apalagi siang panas begini, dirinya bakal memilih untuk berlatih pedang saja ketimbang berpanas-panasan dan berkumpul dengan orang asing dan mengakrabkan diri, tetapi perintah ayahnya mana mungkin bisa di tolak, apa yang keluar dari mulut ayanhya harus terlaksana, memikirkan itu semua Chanyeol menguap mulai mengantuk.
Kini mereka masih tiba di pusat kota, disitu banyak anak-anak kecil bermain bola dipinggir jalan, para wanita asyik berbelanja sayur disana, dan beberapa orang berlalu lalang dengan kesibukan tersendiri.
Chanyeol dapat lihat dari jendela, orang-orang di jalan yang tadinya sibuk dengan aktivitas masing-masing, begitu melihat kereta kuda berlogo Park Kingdom mereka langsung berbisik, namun Chanyeol bisa mendengarnya sedikit bisikan apa yang di lontarkan mereka.
"Wuah! Bangsawan! Dari kerajaan Park loh!"
"Benar!"
Chanyeol memutar bola matanya malas, tak pernah liat bangsawan apa? Batin Chanyeol tersenyum miring.
Chanyeol kemudian tak menghiraukan tatapan dan bisikan diluar sana, ia mulai terlelap, mencoba untuk menghemat tenaganya untuk nanti.
? ゚ムム?
Drak!
Chanyeol menyesuaikan pandangannya, menyentuh kepalanya yang terasa sedikit pusing karena terbangun dengan cara tak terhormat baginya. Chanyeol membuka jendela kecil berukuran kotak, menampilkan pengawalnya yang duduk di depan sana, "Ada apa sih?"
"Maaf pangeran, seseorang menghambat perjalanan kita." Kata pengawal itu khawatir.
Chanyeol berdecak dan turun dari kereta yang berhenti di tengah jalan sepi dengan hutan di samping kiri sana. Bersiap untuk meledakkan kejengkelannya terhadap seseorang yang membuat tidurnya tak nyaman.
"Tolong pak! Beri aku tumpangan, kalau tidak aku akan terlambat." terdengar suara memohon. Pengawal itu berusaha mencegah orang tersebut, "Tidak, kami bukanlah transportasi, nona! Kami bersama dengan..."
"Kenapa ribut sekali!" Chanyeol melihat seorang gadis yang matanya berkaca-kaca menatapnya dan kemudian berlari memeluknya. Kedua pengawal dan kusir melotot tak percaya melihat kelancangan gadis asing itu. Sedangkan Chanyeol? Ia kebingungan sekarang dan berusaha melepaskan pelukan gadis itu, takutnya nanti ada ingus menempel di pakaiannya.
"Ya! Hentikan!" barulah gadis itu sadar dan segera melepaskan pelukannya.
"Mohon maaf! Kumohon bantu aku." wajah gadis itu memohon ke arah Chanyeol.
"Beri aku tumpangan cukup sampai di hutan sana lagi." gadis itu mulai menangis lagi.
Chanyeol bingung, melihat kesekeliling, kasihan juga seorang gadis sendirian di jalanan sepi , "Baiklah, tapi berjanjilah tak menyentuhku lagi!" dan gadis itu kembali menangis, tangis bahagia.
"Terimakasih." nyaris saja ia memeluk pangeran itu sanking bahagianya.
"Jadi, kenapa gadis sepertimu bisa disana sendirian?" tanya Chanyeol setelah mereka duduk di dalam kereta yang mulai kembali melaju.
"Aku disuruh ibuku mengumpulkan buah-buahhan dari hutan untuk acara hari kesuburan, tadinya aku bersama Torrys kudaku, tapi saat aku kembali Torrys sudah tak ada di tempat aku meninggalkannya." Mata sipit gadis itu terlihat sedih.
"Dan aku ini bukan gadis!"
"Apa maksudmu?!" Chanyeol mendekatkan telinganya ke arah gadis bergaun panjang itu, sepertinya ia salah dengar bahwa gadis berambut pirang panjang itu mengatakan bahwa dia bukan gadis.
Gadis itu cemberut, ia membuka kancing atas gaunnya dan Chanyeol hampir menjerit melihat kelakuan tak sopan gadis dihadapannya.
"Apa yang..?!"
Gadis itu membuka lebih lebar lagi gaunnya, "Aku lelaki tulen!" dan Chanyeol melihat dada gadis itu datar.
"Hah! Yang benar saja!" Jerit Chanyeol tercengang, jelas saja, wajah orang di sebelahnya terlihat seperti perempuan tulen!
"Yah, ini hobbi ibuku! Dia suka sekali mendandaniku jadi perempuan." gadis yang ternyata lelaki tulen itu kembali memasang kancingnya.
"Tolak saja kalau dia mendandanimu."
"Tidak! Aku tak setega itu pada ibuku."
Hening mengambil alih keadaan. Chanyeol melipat kedua tangannya diatas perut dan menatap tanpa arti alas kakinya sedangkan lelaki berpenampilan perempuan itu memaninkan jarinya.
"Oiya, namaku Baekhyun! Salam kenal." Baekhyun tersenyum manis.
"Ya, kau tentu tahu aku siapa kan?" Chanyeol memandang Baekhyun dengan kepercayaan diri tinggi. Baekhyun mengamati wajah tampan di sampingnya, dilihat terus menerus seperti itu membuat Chanyeol risih.
"Sepertinya aku tahu wajahmu. Tapi dimana aku pernah melihatmu ya." Tiga kerutan di dahi Baekhyun terlihat makin jelas. Mata sipitnya melebar ketika pandangannya menangkap sebuah lambang kerajaan di badan kereta.
"Woaah, kau pangeran dari kerajaan Pearlescent! Tapi aku lupa namamu, kalau tidak salah, Chayou...?, Chanjo...? Ah Chanjo! Benarkan?!" Chanyeol memutar bola matanya malas.
"Namaku Chanyeol, bodoh! Beraninya kau mengubah nama orang!" Chanyeol menatap Baekhyun sengit, membuat Baekhyun merasa bersalah, "Ah iya-iya maaf."
Dalam perjalanan mereka menghabiskan waktu dengan banyak mengobrol, terutama Baekhyunlah yang mendominasi isi obrolan mereka, ia bercerita tentang desanya yang aman dan tenteram, dimana setiap ada event tertentu para penduduk selalu menyambut gembira dan merayakan, termasuk hari kesuburan kali ini.
Baekhyun bercerita ketika pertama kali ia di dandani menjadi perempuan oleh ibunya, ketika kakak sepupunya mampir ke rumahnya, kakak laki-laki yang terpaut usia lebih tua 3 tahun itu begitu kaget melihat perempuan cantik di rumah bibinya dan tanpa diduga Baekhyun, kakaknya menyatakan suka padanya.
Wajah Baekhyun menerawang, mengingat ingat kejadian itu sambil tertawa mengingat wajah terkejut kakak sepupunya ketika mengetahui ternyata ia adalah Baekhyun, melihat itu Chanyeol tersenyum turut tertular kebahagiaan Baekhyun.
"Eh, itu hutannya!" Baekhyun mengetok kemudian membuka jendela kecil itu, memberitahu kepada pengawal Chanyeol untuk menurunkannya disini.
"Terimakasih tumpangannya Pangeran." Baekhyun beranjak dan membuka pintu, namun tangan Chanyeol mencegahnya untuk pergi, Baekhyun menoleh kepada si pemilik tangan.
"Bukankah desamu masih agak jauh?" Baekhyun sedikit berpikir, "Iya sih, tapi kan aku harus mengambil buah disana."
"Lalu kau pulang dengan jalan kaki?! Yang benar saja! Sudah, kau tetap saja disini! Biar aku membelikanmu buah-buahan disana!" Chanyeol mengetuk jendela kecil itu, memerintahkan pengawal dan kusir melanjutkan perjalanan mereka, ia kemudian melipat kedua tangannya diatas perut, mendengar itu Baekhyun jadi berkaca-kaca, air mata segera siap meluncur, terharu akan kebaikan hati Pangeran Pearlescent.
"Huwaa, Pangeran! Terimakasih, walau bicara Pangeran terkesan sedikit kasar tapi Pangeran memang baik dan pengertian!" Baekhyun mendekap kedua tangannya diatas dadanya, menahan segala keinginannya untuk memeluk Chanyeol.
Chanyeol mengernyit, menatap Baekhyun tajam, "Jangan salah paham! Membiarkan 'gadis' kecil sepertimu sendirian di dekat hutan adalah sebuah kejahatan, aku tak mau disebut penjahat." Chanyeol mencibir. Baekhyun cemberut menatapnya, "Pangeran kan sudah tahu aku itu laki-laki! Jadi tenang saja."
"Kau yakin berjalan kaki ke desa?" dan Baekhyun menggeleng menanggapinya.
"Tapi sebagai gantinya, kau harus menemaiku berkeliling desamu!"
"Siap pangeran!" Sahut Baekhyun terkekeh.
? ゚ムム?
Chanyeol dan Baekhyun turun dari kereta setelah tiba di sebuah pasar, dua pengawal kerajaannya mencoba untuk mencegah Chanyeol, tak membiarkan Pangeran turun ke pasar.
"Sudahlah, kalian pikir aku tak bisa menjaga diri? Apa gunanya aku belajar pedang? Sana jaga keretanya dengan baik." dan kedua pengawal itu melaksanakan perintah Pangeran dengan patuh.
"Wah sungguh tegas dan patut ditiru." Tanggap Baekhyun kagum akan sikap Chanyeol terhadap dua pengawalnya.
"Sudah jangan bahas, ayo." Chanyeol berjalan lebih dulu memasuki pasar.
Chanyeol menatap tercengang akan keramaian pasar di desa ini, banyak orang melakukan aktivitas jual beli dan mondar-mandir di sekitar. Chanyeol menghirup udara pasar, mengingat harumnya, mungkin ia tak akan kesini lagi.
Chanyeol menoleh, mendapati Baekhyun berjalan kasana kemari meninggalkannya lebih dulu.
"Pangeran! Itu disana buah-buahannya." Baekhyun melambai pada Chanyeol dan menunjuk tempat pedagang berjualan berbagai macam buah yang ditumpuk rapi, ada apel, jeruk, anggur dan masih banyak lagi.
Chanyeol melihat-lihat tumpukan buah segar itu, "Baiklah, kau boleh memilih sesukamu."
"Baik. Ah, pak aku beli apel dan jeruknya dua bungkus."
"Silahkan nona." pedagang itu memberi Baekhyun dua plastik berisi buah. Chanyeol merogoh sakunya, mengambil beberapa koin pas untuk dibayar.
"Terimakasih Tuan. Silahkan berkunjung lain waktu." kata pedagang itu ramah.
Dalam perjalan kembali ke kereta Baekhyun bersenandung ria dan Chanyeol diam menatap sekitar, "Pangeran, terimakasih." Baekhyun menjunjung dua plastik ditangannya. Chanyeol hanya membalas deheman singkat.
? ゚ムム?
Setengah jam kemudian mereka tiba di sebuah gerbang desa yang terbuat dari kayu yangmana tanaman rambat menyelimutinya. Para penduduk berbaris disamping kanan kirinya, Chanyeol turun lebih dulu dan sorakan gembira terdengar kemudian. Ia disambut hangat. Kini Chanyeol berusaha menyesuaikan diri dan tersenyum seramah mungkin.
Penduduk itu sedikit terkejut mendapati anak dari Byun Bomi keluar dari kereta yang sama dengan Pangeran kerajaan, Chanyeol menyadari beberapa ekspresi penduduk yang terkejut menatap di belakang sana. Baekhyun menatap mata Chanyeol yang mengisyaratkanya untuk segera menghampiri Pangeran kerajaan terbesar itu.
"Dia yang menemaniku untuk keliling desa." kata Chanyeol mengakhiri rasa penasaran warga penduduk.
Kepala desa menghampiri Baekhyun dan Chanyeol, "Selamat datang Pangeran Chanyeol dari Park kingdom." kepala desa itu menundukkan badannya hormat.
"Bangsawan lain sudah datang, semua sudah siap untuk melaksanakan acara makannya. Mari ikuti saya."
Chanyeol, Baekhyun dan para penduduk menuju halaman lapang yang terletak di ujung desa. Halaman itu berumput hijau segar, udara terasa sejuk dengan adanya banyak pohon yang ditanam rapi sejajar. Dan dibawah tiap pohon itu ada selembar kain berwarna-warni yang diatasnya sudah ada beberapa hidangan beserta beberapa bangsawan yang duduk disana.
Anak-anak kecil berlari berhamburan ke pohon-pohon, disusul dengan penduduk lain yang saling bercengkrama hangat, mereka boleh memilih tempat yang mereka sukai. Begitu pula dengan Baekhyun, ia membagi buah miliknya ketiap keranjang yang ada disana, agar penduduk lain bisa memakannya.
Hati Chanyeol terasa damai melihat penduduk begitu senang, tanpa sadar segaris senyum tercetak dibibir merahnya.
"Pangeran Park!" seseorang memanggilnya membuat Chanyeol mengalihkan pandangannya. Laki-laki tinggi itu menghampirinya, Chanyeol dapat melihat jelas siapa orang bermata tajam dan berahang tegas ini yang adalah anak pertama raja Oh dari Courtenay Oh kingdom, kerajaan terbesar nomor dua di negara Denver.
"Oh Sehun?"
"Lama tak jumpa hyung!" Sehun melingkarkan tangannya dibahu lebar Chanyeol, menuntunnya untuk segera bergabung dengan penduduk lain.
"Yeah, sejak 3 tahun lalu. Sekarang tinggimu hampir sama denganku! Awas kalau kau melebihi tinggiku!"
"Haha! Aku tak takut ancamanmu hyung."
Chanyeol dan Sehun duduk dibawah salah satu pohon yang sedikit sepi. Mengenang masa kanak-kanak mereka saat mereka bisa bertemu dengan leluasa, tidak seperti waktu sekarang ini, Sehun dan Chanyeol sibuk melatih diri agar menjadi penerus raja di kerajaan masing-masing.
"Sehuuuuunn~!" Sehun menoleh ke kiri pada seseorang berambut pendek, dari penampilannya sepertinya ia bukan penduduk.
"Siapa dia? Beraninya memanggilmu tanpa embel-embel." Chanyeol menampakkan wajah tak suka.
"Oh, aku lupa memberitahumu hyung, dia tunanganku." Kalimat santai dari Sehun membuat Chanyeol menahan rahangnya agar tak jatuh, "Ya! Berapa umurmu Oh Sehun? Kau masih terlalu muda!"
"Biar saja hyung! Cinta tak memandang umur, lagipula ayah dan ibuku menyetujui kami. Dia dari kerajaan ujung kota." Chanyeol diam saja, melihat tunangan Sehun mendekati mereka.
"Annyeonghaseyo." sapa tunangan Sehun, Chanyeol hanya melirik dan menampilkan segaris senyum.
"Hyung, perkenalkan dia Luhan, dia cantik kan?" Sehun menarik Luhan dipangkuannya, dan Luhan memerah mendengar Sehun memujinya di depan orang lain. Chanyeol memutar bola matanya malas melihat adegan mesra itu, dan dia memilih pamit pergi dengan alasan tak ingin mengganggu Sehun dan Luhan.
Chanyeol berjalan-jalan mengitari bukit hijau itu, mencoba mencari pemandangan baru bagi matanya, Chanyeol melihat sebuah pohon besar di hadapannya, disana terlihat sejuk, jadi Chanyeol duduk dibawahnya. Angin sepoi membias kulitnya, matanya kian surut menutup karena kantuk, namun suara cekikikan terdengar. Chanyeol menoleh was-was sumber arah suara tersebut, angin sepoi jadi terasa dingin.
Ia berdiri dan berjalan mengelilingi batang pohon yang ternyata dibaliknya terdapat hamaparan luas penuh bunga berwarna-warni, saat mengirup udara lebih dalam, bau wangi memenuhi hidung mancungnya.
Chanyeol dapat melihat sesosok gadis dengan rambut pirang panjang berkuncir dua, gaunnya melambai-lambai karena angin. Gadis itu berlari-larian ditengah bunga setinggi lutut hanya untuk mengejar banyak kupu-kupu dengan jaring kecil ditangannya. Gadis itu memekik girang ketika mendapat seekor kupu-kupu tertangkap dijaringnya, Chanyeol tertegun melihat wajah gembira itu, senyum gadis tersebut sangat manis dimatanya, lalu kupu-kupu itu ditaruh kedalam toples transparan yang diletakkan agak jauh. Saat memindahkan kupu-kupu, gadis itu menyadari keberadaan orang lain.
"Pangeran Chanyeol!" suara girang khas Baekhyun membuyarkan lamunan Chanyeol.
"Kemari Pangeran!" gadis yang ternyata Baekhyun itu melambai-lammbaikan tangannya, dan Chanyeol turun dari bukit menuju hamparan bunga itu.
"Hah, wajah gembiramu sampai terlihat dari sana kau tau?" kata Chanyeol menggeleng-geleng heran begitu ia tiba di hadapan Baekhyun.
"Wah, Pangeran memperhatikanku ya?" goda Baekhyun.
"A-apa?! Tentu saja tidak, kau jangan salah paham." Chanyeol berusaha berkilah, entah mengapa wajahnya jadi panas sekarang.
"Lalu kenapa wajah Pangeran memerah?" Baekhyun terkekeh.
"Sudahlah, aku kembali saja. Menyesal aku menghampirimu kemari." Chanyeol beranjak pergi, namun cekalan tangan Baekhyun pada lengannya membuat langkahnya berhenti.
Baekhyun menyadari dimana letak tangannya sekarang, dengan cepat ia memindahkan tangannya, "Gyaaaa! Maaf pangeran!" Baekhyun menunduk berkali-kali, "Kumohon jangan marah, maafkan aku."
Chanyeol menatap Baekhyun datar, "Beri aku alasan tepat agar aku bisa memaafkanmu." Chanyeol melipat tangannya diperut. Baekhyun melotot kaget, alasan apa yang harus ia gunakan? Baekhyun menggigit bibir bawahnya, matanya melihat kebawah dan menemukan sebuah ide.
Baekhyun memetik salah satu bunga berwarna merah jambu disana, membentuk tangkai bunga itu menjadi sesuatu, Chanyeol mengernyit melihat karya hasil tangan Baekhyun yang ditujukan untuknya.
"Cincin? Dari tangkai bunga? Itu alasanmu?"
Baekhyun mengangguk, "Iya, terimalah kalau Pangeran mau memaafkanku." mata sipit Baekhyun melirik Chanyeol.
"Aku mau menerimanya dengan satu syarat." Chanyeol mengacungkan jari telunjuknya.
"Apa? Apa syaratnya?" tanya Baekhyun antusias.
"Kau harus menemaniku di festival nanti sore." Chanyeol menampakkan wajah meminta jawaban,
"Hanya itu? Baiklah! Saya setuju Pangeran." Dalam hati Baekhyun bersyukur syarat Chanyeol hanya semudah itu.
Chanyeol tersenyum setipis mungkin, kemudian mengambil cincin bunga itu dari tangan Baekhyun dan memasukkannya disaku dada.
"Pangeran, coba hirup udaranya." Baekhyun tersenyum ceria dan menutup matanya seraya mengambil oksigen, bau harum berkelebat dihidungnya. Chanyeol mengikuti kata Baekhyun.
"Harum." gumam Chanyeol.
Baekhyun mengangguk menyetujui gumaman Chanyeol yang didengarnya, "Harum ini berasal dari bunga Bavol berwarna merah jambu ini." Baekhyun menunjuk bunga didekatnya, "Bavol artinya angin, setiap kali angin berhembus maka harum bunga ini akan tercium. Makanya nama bunga ini adalah Bavol." Chanyeol mengangguk paham.
"Oiya Pangeran! Bagaimana kalau kita bermain?" Chanyeol mengernyit mendengar pernyataan heboh Baekhyun.
"Main apa di tempat seperti ini? Memangnya aku anak kecil masih harus bermain?!"
Baekhyun cemberut, "Yang kalah akan melakukan sesuatu yang pemenang perintahkan, tapi hanya untuk hari ini saja, bagaimana?"
Mendengar 'melakukan sesuatu' Chanyeol menjadi tertarik, ia tersenyum miring, "Baiklah, bagaimana mainnya?"
"Pangeran lihatkan banyak kupu-kupu disini?" Chanyeol mengangguk malas.
"Yang bisa menangkap kupu-kupu paling banyak dalam waktu 15 menit dialah pemenangnya, tapi menangkapnya harus pakai tangan."
"Kekanakan..." Chanyeol menatap Baekhyun prihatin.
"...Tapi berhubung 'hadiah'nya menarik, baiklah, aku setuju."
Baekhyun yang tadinya cemberut kini sumringah mendengar Chanyeol setuju, ia yakin akan menang, ia sering berburu kupu-kupu disini.
"Baiklah ini toples untuk Pangeran." Baekhyun memberikan sebuah toples lain pada Chanyeol, sedangkan toplesnya yang berisi makhluk terbang itu dikeluarkannya.
Baekhyun dan Chanyeol memasang gaya bersiap layaknya pelari marathon, sebelum berburu kupu-kupu, mereka saling berpandangan dan berhitung satu sampai tiga.
"Satu. Dua. Tiga!"
"Priiitttt!" Baekhyun membuat suara mirip seperti peluit, cukup melengking dan mengkagetkan telinga Chanyeol yang berada disampingnya jadi tersakiti, Chanyeol berdecak kesal dan mengusap telinganya.
Baekhyun mengumpulkan konsentrasinya, secara perlahan dan tenang tangannya merambat kearah kupu-kupu yang hinggap dibunga Bavol, sedikit lagi tanganya berhasil, namun...
"Grrraaaooowwwrr!" suara menggelegar Chanyeol ditelinganya mengkagetkannya dan kupu-kupu itu sekarang terbang menjauh. Chanyeol sendiri tertawa penuh kemenangan atas terbalasnya dendamnya tadi.
"Pangeran! Curang!" Baekhyun menatap punggung Chanyeol yang menjauh dengan segala kekesalan dihatinya. Baekhyun mengambil nafas dan mengeluarkannya perlahan, mencoba menstabilkan kesabarannya. Baekhyun memilih tempat yang jauh dari Chanyeol, agar Pangeran itu tak menjahilinya lagi.
Chanyeol cukup kesusahan menangkap hewan terbang itu, tiap kali tangannya mendekat ke targetnya, hewan itu malah terbang. Ck! Tapi ia tak mau kalah dari Baekhyun, jadi ia mengelurakan seluruh tenaganya.
Sudah berselang 10 menit, hasil tangkapan Chanyeol cukup memuaskan. Chanyeol menoleh kesekeliling, mencari keberadaan Baekhyun yang ternyata Baekhyun sedang melompat-lompat menggapai kupu-kupu, membuat gaun biru muda itu terangkat, menampakkan paha putih mulus Baekhyun, Chanyeol meneguk ludahnya dengan susah payah.
Kendalikan pikiran kotormu Chanyeol! Batinnya, ia hampir lupa kalau Baekhyun itu laki-laki. Chanyeol menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
Baekhyun melihat Chanyeol sedang menggeleng-gelengkan kepala, tidak jelas ada apa dengannya? Batinnya heran, ini sudah lewat 15 menit. Jadi Baekhyun mendekati Chanyeol.
"Pengeran sudah dapat berapa berburu kupu-kupunya?" senyum Baekhyun mengembang.
"Huh! Tentunya punyaku lebih banyak darimu! Lihat!" Chanyeol memperlihatkan isi toplesnya, "Baiklah, kalau begitu ayo hitung bersama-sama." Baekhyun duduk diantara bunga Bavol, kemudian menarik pakaian Chanyeol untuk pangeran itu duduk bersamanya.
Baekhyun dan Chanyeol serius menghitung kupu-kupu mereka dengan mengeluarkannya satu-persatu, cukup susah karena kupu-kupu itu terbang kesan-kemari dalam toples dan beberapa nyaris kabur.
"Dua belas!" Akhirnya Chanyeol selesai menghitung kupu-kupu hasil tangkapannya, ia menoleh lemas ke arah Baekhyun yang masih menghitung.
"Yeay! Lima belas!" pekik Baekhyun keras, Chanyeol semakin lemas mendengarnya, ia jadi sedikit khawatir apa permintaan Baekhyun yang harus diturutinya karena ia kalah berburu.
Baekhyun menoleh, Chanyeol jadi dapat lihat cengiran bahagia gadis jadi-jadian itu. Chanyeol memghela nafas, "Baiklah aku kalah!" katanya pasrah.
Chanyeol berusaha menekan gengsi kekalahannya, dia harus sportif, "Apa maumu?" Sekali lagi Baekhyun bersorak, mengepalkan tangannya diudara, lalu Baekhyun menatap jahil ke arah Chanyeol yang sedang deg-degan menanti ucapan Baekhyun, "Aku... Ingin pangeran..."
? ゚ムム?
TBC
Terimakasih sudah mau baca sampai akhir.
Maaf kalau masih ada penampakan typos.
Sampai jumpa
Dibutuhkan: review
