Kuroko no basuke bukan milik saya

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Saya mah minjem tokohnya aja

Sebelumnya,, maaf kalau banyak typo dan salah kata. Enjoy! ^^b

Menjadi murid baru selalu membuatku lelah.

Pertama, aku harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru.

Kedua, aku terpaksa mengingat jalan baru menuju rumah. Kau tahu? Itu adalah pekerjaan paling sulit. Masalahnya adalah, AKU BUTA ARAH! Aku bahkan tidak bisa membedakan mana barat dan timur. Terakhir kali aku tersesat, sampai di sungai beraliran deras. Bagaimana mungkin aku bisa sampai di sana padahal area perumahanku tidak ada sungai! dan aneh sekali aku bisa sampai rumah dengan selamat tanpa bertanya pada orang.

Oh iya! Aku jadi ingat. Masalah terakhir yang menjadi penghalang bagiku adalah BAHASA! Hellooo… aku di Negara orang, oke? Pindah dari Indonesia untuk ikut orang tuaku ke Jepang. Mungkin sebagian orang merasa iri padaku. Tapi sungguh, jangan pernah merasa seperti itu. Karena aku sama sekali nggak bahagia dengan kenyatan ini. Di pikir sekolah di Negara orang itu gampang?

Pada kenyataannya, aku sama sekali nggak bisa mengikuti pelajaran meskipun sudah setahun berlatih bahasa Jepang. Aku ingin pulang ke Indonesia saja. Sudah sendirian, nggak punya teman pula. Jangan berpikiran aku kurang gaul dong.. aku cukup gaul untuk ukuran pendatang. Sayangnya aku tidak punya kepribadian menarik.

Tidak ada seorangpun yang mau dekat-dekat denganku. Jangankan menyapa 'ohayaou', Melihatku saja mereka tampak tidak rela. Aku juga sebenarnya tidak suka di seperti-itukan. Memangnya enak dianggap seperti hama? Nggak.

Hari ini hari pertama sekolah, ada yang tahu aku kelas berapa? Haha.. aku masih SMP. 2 tahun lalu baru lulus SD. Tahun berikutnya aku berlatih bahasa Jepang. Jadi tahun ini masuk SMP. Sayang sekali aku tidak bisa merasakan masa-masa SMP di Indonesia.

Aku merasa

kesepian?

Itu kata paling tepat tuk menjelaskan keadaanku. Andai aku punya teman. Satu pun tak masalah. Asal aku punya teman. Tinggal di sini tanpa teman rasanya hampa. Aku mau pulang ke Indonesia..

Tap.

Kakiku berhenti melangkah. Tiba-tiba gerbang besar nan tinggi menjulang di hadapanku. Tertera dengan jelas 'teiko' di temboknya. Ini dia sekolah baruku. Aku biasa menyebutnya SMP teiko. Kalau orang sini menyebutnya teiko chugakkou. Artinya juga SMP teiko. Kata orang tuaku, sekolah ini sekolah hebat. Dimana hebatnya aku nggak tahu. Apa yang membuat hebat pun aku nggak tahu. Lebih tepatnya nggak tertarik.

Untuk apa juga aku cari tahu, nanti juga tahu sendiri.

Saat aku hendak mengkahkan kaki, sebuah mobil berhenti tepat di belakangku. Keluarlah sesosok makhluk bertubuh hitam besar berparas mengerikan dari mobil itu.

Ah mana mungkin.

Maksudku, keluar seorang laki-laki berambut merah dan tatapan teduh. Di sampingnya berdiri seorang lagi, menggunakan setelan jas berwarna hitam dan terlihat sangat menghormati orang tadi.

Aku berhenti. Memerhatikan mereka ngobrol tentang sesuatu, kemudian berbalik. Tidak tertarik sama sekali. mereka seperti pemabantu dan majikan saja. Jadi kuputuskan untuk tidak mengganggu. Aku tetap melangkah. Kata Ayah, pengumuman kelas akan di beritahukan saat penerimaan siswa. Aku heran, bisa-bisanya ayah membiarkanku berngkat sendiri padahal tahu kalau aku buta arah. Unutng saja aku masih selamat.

Ayah bilang aku harus mencari papan pengumumang yang di pajang di dekat pintu masuk. Tidak lain dan tidak bukan adalah di sana. Tempat sekumpulan manusia mengerubungi sesuatu. Sepertinya itu papan yang dimaksud ayah. Saat aku mendekatinya, kulihat beberapa gadis sibuk berteriak girang ketika mendapati ia sekelas dengan sahabat atau orang yang di sukai. Ada juga tampak kecewa karena tidak bisa bersama teman maupun kekasih. Hey! Itu masih lebih baik daripada aku, oke? Harusnya dia bersyukur. Bukannya menghela nafas berat seperti itu!

"sumimasen.." aku menyeruak lautan manusia ini sekuat tenang. Tapi tak berhasil. Tak ada yang mau memberiku jalan. Bukannya sampai di barisan depan, aku malah terdorong kebelakang.

Sial!

'Padahal sudah mau bel masuk. Bagaimana ini? Aku masih belum tahu dimana kelasku! Ya Tuhan.. apa yang harus kulakukan?'

Tepat setelah aku meratap, jalan di depanku terbelah. Sekumpulan manusia itu menyingkir memberi sebuah jalan. Lalu lewatlah seseorang dari belakangku. Santai, ia melewati jalan itu sambil sesekali tersenyum tipis. Tahu jika kesempatan ini tidak datang dua kali, maka aku segera mengekor. Tepat setelahnya, gerombolan itu kembali menutup jalan.

'Fyuh, save.' Batinku senang.

Kelas pertama, tidak ada namaku disana. Kedua pun nihil. Kelas ketiga juga. Penasaran, aku akhirnya berkeliling asal. Semua orang pakai nama dari kanji. Tapi pasti namaku tidak pakai. Selain bukan keturunan orang Jepang, namaku cukup unik karena hanya terdiri dari satu kata.

"mana yaa.." aku menggumam pelan

"doushita?"

Aku menoleh.

Itu orang tadi! Orang yang membelah lautan manusia. Juga orang yang kutemui sebelum masuk gerbang.

"ah,"

apa bahasa Jepangnya 'kelasku dimana?' aku lupa!

"kelas.."

"kenapa? Mau kubantu mencari?" ia tersenyum menawarkan.

"o-onegaishimasu." Setahuku itu kata-kata untuk menerima pertolongan orang lain.

"namae wa?"

"[name] desu"

"[name]?" dahinya berkerut.

"ano, nihon jin dewa nai. I'm not Japanese."

"souka? If you don't understand, I can speak with English." Pelafalan macam apa itu! Terlalu british! Aku bahkan tidak bisa menirunya.

"aku bisa sedikit-sedikit. Masih belajar." Sekuat tenaga aku berpikir untuk menjawab seperti itu. Ini semua karena aku belum terbiasa. Di rumah juga aku selalu pakai bahasa Indonesia.

"ini namamu bukan?"

"mana? Coba kulihat."

Ia menuding salah satu nama. Terletak paling atas. Mengejutkan dia bisa menudingnya padahal dia cukup pendek. Ah maksdku.. kecil. He? Memangnya dia kecil? Bagaimana aku harus menyebutnya? Tidak mungkin aku bilang dia cebol.

"aku memang kecil. Tapi tidak sekecil itu sampai tidak bisa menuding ini."

Aku memasang wajah bingung. apa dia baru saja baca pikiranku?

"semua terlihat jelas di matamu." Ia melanjutkan.

Mata? Tanganku terulur memegang mataku.

"tidak usah memegangnya." Imbuhnya lagi.

"begitukah? Kalau kututup mataku kau masih bisa baca pikirangku?"

Kulihat alisnya naik sedikit.

Detik berikutnya dia tersenyum geli.

Ada yang salah?

"kore kara yoroshiku ne, [name]." tepat setelah itu dia menghilang di balik kerumunan manusia yang semakin berjubel.

Bel sekolah berdentang tiba-tiba. Membuatku terlonjak dari lamunanku.

'Siapa dia?' batinku penasaran.

Aku menoleh pada papan yang ditunjuknya. "Kelas 7.1"

Aku harus bergegas. Tidak boleh ada waktu terbuang sia-sia. Ingat! Ini Jepang!

"hajimemashite, watashi no namae wa [name] desu. Yoroshiku onegaishimasu." Gila! Aku deg-degan sekali. perkenalan diri sambil dilihat seisi kelas membuatku gemetar tak keruan.

"ano.. [name]-san, anata wa nihon-jin desuka?"

ada yang bertanya! Mati aku! Aku harus jawab sesuatu! Tenang jantung. Aku harus jawab pertanyaan orang itu. Jangan berdetak terlalu cepat! Nanti aku bisa tersedak suaraku sendiri!

"em- maaf bukan. Saya orang Indonesia, tahun lalu baru pindah."

"Indoneshia? Are wa doko?"

ada lagi yang tanya! Aku harus tenang.. aku pasti bisa jawab. Tapi aku harus jawab apa? Indonesia dimana? Mana kutahu! Pokoknya ya di situ.

"em.. sore wa—"

Grak.

Pintu geser terbuka tiba-tiba. Tampak seorang berubuh kecil dengan rambut merah menyala. Masuk sambil mendongakkan kepalanya. Tampak sedikit angkuh. Dan aku sedikit kesal karena sikapnya itu… Tunggu!

Itu orang tadi. Kenapa dimana-mana ada dia?

"permisi, maaf saya dari UKS." Kira-kira itu yang ku bisa artikan. Cara bicaranya sopan sekali. aku baru tahu dia bisa sesopan itu dengan sikapnya barusan.

"Akashi-kun, ya?"

Dia mengangguk.

"kalau begitu kamu bisa duduk di sana." Guru atau biasa di sebut sensei itu menunjuk satu-satunya tempat kosong. Tepat di sampingku!

Dia melihatku sambil tersenyum. Tapi aku tidak bisa membalas senyumnya. Maaf Akashi-kun! Aku masih ada masalah sulit di sini.

"ya, [name]-san kamu boleh duduk. Sekarang giliran Akashi-kun."

Jadi aku bisa duduk sekarang?

Terimakasih pak guru! Aku cinta padamu!

"watashi no namae wa Akashi Seijurou. Yoroshiku onegaitashimasu." Ia membungkuk khidmat. E, apa? Bungkuk? Aku sudah bungkuk belum ya?

Ya ampun! Aku lupa bungkuk tadi.

"ano.." aku berdiri tiba-tiba.

"maaf tadi aku lupa membungkuk. Itu cara orang jepang menghargai orang lain kan? Maafkan aku karena lupa melakukannya. Biar ku ulangi." Aku pun membungkuk 90 derajat. Seisi kelas hening. Tak ada suara sedikit pun. Apa aku melakukan kesalahan? Apa aku kurang dalam bungkuknya? Mungkin seharusnya bukan 90 derajat.

"pft.."

Ada yang tertawa?

"kamu sedang apa [name]? tidak melakukannya juga tidak apa." Salah satu teman sekelasku menyahut.

"iya. Aku saja jarang membungkuk. Ahaha.." sekarang teman wanita yang duduk tepat di depanku yang menyahut.

"oh.."

AKU MALU!

"hmph, kamu memang menarik." Akashi menyahut.

Tunggu. Apa tadi?

Menarik?

Siapa?

Aku?

Dia gila ya?

"minggu lalu aku sudah cek kejiwaan. Masih normal." Ia menambahi.

Oh tidak. Ini berbahaya.

Mungkin aku harus tutup mata kalau dekat-dekat Akashi. Dia bisa saja melanggar hak asasiku untuk tetap diam. Dia tidak tahu ya, diam adalah emas!

"baiklah [name]-san. Kamu boleh duduk." Wajah pak guru merah padam. Dia juga tertawa?

Jahat!

Aku cemberut seketika.

"padahal aku hanya coba menjadi sopan." Dengusku pakai bahasa Indonesia.

"kamu sudah dapat buku panduan?" Akashi menoleh padaku. Satu tangannya menopang kepala. Tatapannya terlihat menyenangkan. "emm.." aku menggeleng pelan. Setahuku, buku panduan biasa di sediakan untuk murid baru. Tapi aku belum dapat tuh.

"kalau begitu kemarilah." Tangan satunya melambai. Menyuruhku mendekat.

"ada apa?"

"sudahlah, sini sini. Duduk di sampingku."

"tidak ah, aku mau dengar cerita guru saja."

Setelah itu aku memfokuskan diri pada sensei yang sibuk bercerita tentang sekolah ini. Hal yang menarik perhatianku adalah tentang klub basket. Sekolah ini memiliki tim kuat. Itu saja yang kutahu. Tidak lebih.

Tiba-tiba aku merasa Akasi memerhatikanku. Sedari tadi dia hanya menopang dagu sambil mengamatiku. Aku jadi salah tingkah di buatnya.

"nee.. A kashi-san, kau mau pilih klub apa?" aku mencoba alihkan perhatian. Risi rasanya di perhatikan seperti itu oleh orang asing.

"entahlah," ia menghadap depan. "aku tidak tertarik ikut klub apapun…"

"benar? Yah, sayang sekali."

"doushita? Kenapa terlihat kecewa begitu?" ia berbalik lagi padaku.

"kupikir akan keren jika Akashi-san ikut klub. Nee nee, kamu tahu klub basket sekolah ini? Kabarnya mereka kuat lho."

"aku tahu, makanya aku masuk sini."

"ha? Katamu tidak tertarik ikut klub?"

"aku belum selesai bicara, aku hanya tertarik pada basket. Tidak klub lain."

Hoo.. jadi dia suka basket ya..

Aku mengangguk-angguk paham. Semoga dia di terima dalam klub itu. Pasti akan keren jika aku punya teman pemain basket. Hehe, aku juga suka basket, tapi nggak bisa mainnya. Lagi pula tubuhku tidak terlalu gesit. Pernah aku nonton pemain NBA, dan aku tak bisa berhenti menganga saking kagumnya.

"ganbatte nee," aku tersenyum menyemangati. Berharap semangatku akan mengalir padanya juga. Dia diam sesaat.

"hm," angguknya.

Dia kembali menopang kepalanya dengan satu tangan. Tersungging seutas senyum yang tak bisa kujabarkan maknanya di sana.

'Apa yang dipikirkan orang itu ? kenapa senyum-senyum sendiri?' aku membatin tak habis pikir. Tepat setelah aku berpikir demikian,

"[name], mau kuajari sesuatu?"

Kyaaa.. fic ini membuat saya sesak napas! Padahal belom klimaks b

Jadi gimana? Readers? Lanjut? Ato hapus? Hehe.. it's up to you..

Oiya! Maaf ya kalo banyak typo.. saking ngebetnya bayangin akasi nih! *digaplokin readers :3

Re-vi-ew? :v