Urban Legend Game!
Disclaimer : Furudate Haruichi.
Warning : OC,OOC, Typo dan lain sebagainya.
A/n : Jangan coba-coba melakukannya demi ingin membuktikan apakah ini benar atau tidak. Soalnya Hikari juga belum pernah mencobanya. :v
Happy Reading
Gym sore itu terlihat damai, tak ada teriakan, perselisihan ataupun perpecahan.
Ini dikarenakan Pelatih Ukai dan Takeda-sensei sedang ada urusan, karena itu mereka berlatih dengan santai. Sesekali mereka perlu istirahat bukan?
Jadi disinilah mereka, duduk melingkar di tengah ruang gym.
"Hm.. membosankan kalau seperti ini terus Senpai. Lebih baik kita berlatih seperti biasa." Keluh Kageyama.
"Kau benar-benar maniac berlatih ya? Sesekali kita harus istirahat." Sahut Tanaka.
"Aish sudah-sudah. Daripada bertengkar bagaimana kalau kita saling sharing cerita saja?" Usul Sugawara yang diangguki oleh Shimizu.
"Benar kata Tanaka, Kageyama. Sesekali kita harus bersantai." Ucap Daichi. Ah sepertinya mereka tengah dilanda rasa malas akan berlatih.
"Baiklah senpai."
"Jadi bagaimana kalau mengikuti usul Sugawara-senpai?" Ucap Yamaguchi sembari tersenyum cerah.
"Ya, ya! Tapi cerita apa?" Tanya Hinata bingung.
"Terserah saja. Um.. horor, romance atau humor." Sahut Sugawara menjelaskan pada Hinata. Hinata hanya mengangguk.
"Jadi siapa yang mau duluan?" Tanya Asahi menatap satu persatu teman satu klubnya.
"Ah aku saja senpai. Aku punya sebuah cerita." Ucap Tsukishima tersenyum remeh menatap kearah Hinata.
"O-oi kenapa kau menatapku begitu?"
"Karena ini tidak baik untuk kau dengar. Nanti kalau kau mendengarnya, kau akan ketakutan setengah hidup." Ucap Tsukishima membuat Hinata kesal.
"Aku bukan anak kecil yang akan ketakutan hanya karena ceritamu!"
"Oh ya? Kalau begitu jangan menyesal ketika mendengarnya."
"Uh.. tentu saja, kau pikir aku ini anak kecil apa." Hinata masih menggerutu.
"Sudah-sudah. Mulai saja sekarang, Tsukishima." Lerai Daichi tak sabar ingin mendengar apa yang akan diceritakan oleh Tsukishima.
"Baiklah.. ini cerita tentang salah satu permainan urban legend dinegara kita. Namanya Daruma-san. Kalian pasti sudah pernah mendengarnya." Semua yang ada disana mengangguk serius.
"Tapi aku belum tahu loh." Celetuk Hinata dengan polosnya. Semua yang ada disana otomatis menghela nafas.
"Dengarkan saja kalau begitu." Sahut Tsukishima.
"Baiklah."
"Ini merupakan Permainan Memanggil Hantu wanita yang meninggal dikarenakan jatuh di dalam bathtub dan matanya menancap pada keran." Lanjut Tsukishima, Tim Karasuno mendengarkan dengan serius.
"Oh astaga.." ucap Hinata karena merasa ngeri membayangkan cara meninggal hantu itu.
"Salah satu temanku mencoba permainan ini. Ia bilang padaku sehari sebelum dia akan mencobanya."
"Oh jangan bilang ini permainan berbahaya." Gumam Hinata menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya. Tsukishima dan yang lainnya menatap kearah Hinata.
"Tuh kan kamunya takut sendiri. Yachi saja tidak takut sepertimu. Udah sana jauh-jauh. Duduk dipojokan aja biar tidak dengar kelanjutannya. Dasar anak kecil." Ejek Tsukishima. Hinata? Tentunya langsung melaksanakan apa yang diucapkan oleh Tsukishima dengan polosnya.
Ia memilih duduk dipojok ruangan yang agak jauh dari teman-temannya dengan tangan mungil miliknya yang masih setia menutupi kedua belah daun telinga.
Hinata memperhatikan dari jauh, Ia bisa melihat ekspresi teman-temannya yang agak terkejut. Ah benar-benar mengerikan, pikir Hinata.
"Dan.. katanya jika kita membuka mata kita saat masih didalam kamar mandi. Daruma-san akan membunuh kita dengan cara yang sama seperti cara dia mati." Ucap Tsukishima mengakhiri ceritanya.
"Woouaah.. ceritamu membuatku berdebar-debar." Ucap Nishinoya mengelus dadanya.
"Tapi kurasa itu hanya sebuah cerita sih." Ucap Shimizu.
"Tapi temanku benar-benar mati dua hari setelah melakukan permainan itu." Ucap Tsukishima dengan nada serius.
"What seriusan?" Ucap Tanaka tak percaya.
"Hm.." Tsukishima mengangguk.
"Kalau senpai tak percaya kenapa tidak mencobanya saja?" Usul Tsukishima pada Tanaka.
"No! Aku masih sayang nyawa!" Ucap Tanaka keras.
"Tapi itu masih kabar simpang siur juga kan Tsukishima." Ucap Sugawara mencoba menenangkan suasana.
"Tapi aku masih penasaran sih, itu benar atau tidak ya?" Ucap Daichi penasaran.
"Waw Senpai, tadi Tsukishima bilang kalau penasaran kenapa tidak dicoba sendiri saja?" Ujar Nishinoya menatap Daichi.
"Maunya sih mencobanya, tapi.. dirumahku bathubnya masih diperbaiki." Sahut Daichi memejamkan matanya.
"Kau saja yang membuktikannya, Tsukki." Tunjuk Yamaguchi.
"Hell, why me? Kalian yang penasaran kenapa aku yang mau ditumbalkan?!"
"Soalnya kau biang keroknya." Sahut Kageyama dengan santainya. Tsukishima mendengus.
"Oh kenapa tidak Ousama kita saja? Bukankah kalau Daruma-san melihat wajah mengerikannya itu dia akan kabur lebih dulu sebelum menakutinya. Jadi dia aman."
"Bukankah kau lebih bagus? Kau sering mengabaikan orang lain. Nah bukankah itu modal awal yang bagus saat Daruma-san sudah ada di dekatmu?!" balas Kageyama.
Aksi saling ejek antara Tsukishima dan Kageyama pun tak terelakkan. Hinata hanya menatap bingung ke arah mereka. Pasalnya ia tak tahu menahu akan apa yang terjadi.
"J-jangan bertengkar.. ano.. etto.. kalian melupakan sesuatu kurasa." Ucap Yachi, membuat semua orang yang ada di gym menengok kearahnya kecuali Hinata.
"Maksudmu?"
"H-Hinata. Dia.. dia disana sejak tadi, otomatis dia tak tahu apa yang sedang kalian ributkan. Bukankah seharusnya dia juga disini, bukannya di diskriminasi sendirian disana." Yachi mencoba mengingatkan teman satu klubnya.
"Oh ya.." Tiba-tiba mereka mendapat sebuah ide.
"Oiii Shoyo!!" Teriak Nishinoya. Hinata menatap senpainya itu dengan pandangan bingung.
"Kemari!! Kami sudah berhenti bercerita horor!"
"B-baiklah." Hinata yang memang radanya polos ini pun duduk kembali diposisinya sebelumnya, tanpa merasa ada hal buruk yang akan terjadi padanya.
"Hinata kau ingin menjadi seorang pria sejati kan?" Ucap Tanaka lebih kearah pernyataan.
"Ooh.. Ha'i senpai!!" Pekiknya semangat. Shimizu dan Yachi hanya bisa terdiam. Dalam hati mereka, berkata 'Hinata jangan mau, atau kau akan berada dalam masalah.'
"Kalau begitu, kau mau melakukan sebuah permainan? Oh iya, tapi ini memerlukan keberanian yang besar sih." Nishinoya melanjutkan kata-kata Tanaka tadi.
"Hm.. apapun itu aku mau senpai!" Pekik Hinata bersemangat.
"Benar?" Hinata mengangguk.
"Kau janji ingin melakukannya?" Untuk kedua kalinya Hinata mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu..."
oOo
Untuk pertama kalinya Hinata tak ingin lagi percaya pada teman satu klubnya.
Bahkan biarpun itu Shimizu-san atau Yachi sekalipun. Hinata sudah tak ingin lagi percaya pada mereka.
Bagaimana tidak, tenyata permainan yang dimaksud adalah permainan yang diceritakan oleh si Saltyshima tadi. Oh ini membuat Hinata agak kesal.
Tapi janji adalah janji. Kalau Ia melanggar, Ia harus meneguk 1000 jarum. Tapi.. kalau tidak, bagaimana kalau mati ditangan si hantu bernama Daruma-san itu?
Oh jika dipikirkan baik-baik. Pilihan antara melanggar janji atau tidak. Yah, kedua-duanya sama-sama berakhir di kematian juga sih.
'Jadi apa untungnya aku melakukan ini!!' Batin Hinata menjerit.
Hinata menatap pintu kamar mandinya, dan kemudian menatap jam dinding yang terpajang di kamarnya yang kini menunjukkan pukul 22.00 pm.
"Caranya kamu hanya membutuhkan sebuah kamar mandi yang ada bathtub nya. Matikan lampu, mandilah di malam hari dengan mengisi penuh bathtub tersebut dengan air dan duduklah di dalamnya menghadap ke arah keran."
Kembali ucapan Tsukishima terngiang di kepalanya.
Hinata menghembuskan nafasnya pelan, membuka kenop pintu dan mulai mengisi bathup.
'Apa harus? Maksudku.. mereka tidak melihatnya juga bukan?' Hinata menatap air yang kini mulai mengisi bathub.
'Ah tidak, Shoyo. Kalau begitu nanti kamu malah berbohong. Kau tidak boleh berbohong.'
Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya demi mengusir pemikirannya untuk berbohong.
Setelah bathub dirasa penuh, Ia mematikan saklar lampu yang ada di dalam kamar mandi dan mulai melepas handuk yang tadinya menutupi tubuhnya.
Memasuki bathub dengan perlahan dan tentunya permukaan kulitnya langsung disambut dengan rasa hangat dari air yang tadi Ia isi.
Hinata memakai shampo yang sering Ia gunakan, kemudian membilasnya lembut sembari mangucapkan "Daruma-san terjatuh. Daruma-san terjatuh." Dengan mata tertutup.
Beberapa detik setelah Ia mengucapkan itu, tiba-tiba penglihatannya berubah. Yang seharusnya gelap karena Ia tengah menutup mata, malah menunjukkan sesosok wanita yang tengah membilas rambutnya dan saat telah selesai membilasnya, Ia berdiri hendak keluar dari bathub.
Tapi belum sampai Ia keluar, wanita itu seperti terpeleset dan langsung menghantam kran yang ada didepannya dengan mengenaskan. Hinata bahkan meringis melihat itu. Benar-benar Persis seperti apa yang diceritakan oleh Tsukishima di gym tadi.
Setelah penglihatan tentang wanita itu menghilang, Hinata mendengar beberapa barang terjatuh. Baru saja Ia akan membuka matanya, suara Tsukishima berputar kembali di memori otaknya.
"Jikalau mendengar suara atau pergerakan, jangan sampai membuka mata atau menoleh. Tanyakan padanya, kenapa dia sampai terjatuh dalam bathtub. Dan tanpa menunggu jawabannya, perlahan, Kau keluarlah dari bathtub, tinggalkan kamar mandi dan tutup pintunya."
Hinata langsung mengikuti apa yang tadi disampaikan oleh Tsukishima. Ia menanyakan kenapa wanita itu sampai terjatuh. Dan langsung keluar dari bathub, bagai laki-laki brengsek yang meninggalkan gadisnya tanpa berkata-kata.
Ia meninggalkan kamar mandi tanpa menggunakan handuknya kembali. Karena matanya sedari tadi Ia tutup. Untungnya Ia sudah hafal jalan keluar dari Kamar mandi. Jadi Ia tak akan tertabrak apapun saat akan keluar dari kamar mandi.
Dilubuk hati Hinata kini tengah memaki teman-temannya. Oh hell mereka pikir ini tidak mengerikan apa?
Sesudah berhasil keluar, Hinata mengabaikan keadaan kamar mandi. Ia mengambil handuk baru dari lemarinya dan kemudian memakai piamanya.
Ia mengabaikan hal yang baru saja Ia lakukan dan memilih untuk tidur, mengingat besok Ia masih harus sekolah.
oOo
Hinata berjalan menuju ruang makan, sesekali Ia menguap kecil. Ibunya yang melihatnya seperti ini agak mengernyit heran.
"Shoyo kenapa? Shoyo kemarin begadang ya?" Tanya Ibunya.
"Tidak Kaa-chan. Tapi entahlah, mungkin hanya karena kelelahan kemarin." Ibunya hanya mengangguk dan memberikan sarapan milik Hinata.
"Shoyo makan lebih dulu saja. Soalnya Natsu-chan sama Tou-sanmu hari ini masuk agak siang." Hinata mengangguk dan kemudian memilih menikmati makanannya.
Ibunya keluar dari ruang makan, meninggalkan Hinata sendirian disana.
Entah hanya perasaan Hinata saja kah, saat ini seperti ada orang lain didekatnya.
"Hinata ingat, Esoknya merupakan hari dimana permainan yang sesungguhnya dimulai. Selama sehari penuh, kamu akan merasakan kehadiran sosok Daruma-san di belakangmu."
Bagai tersambar petir, Hinata langsung merasa was-was saat mengingat perkataan Tsukishima kemarin.
"Untuk melihatnya, cobalah lihat melalui bahu kananmu."
Hinata mencoba melihat dari bahu kanannya, dan betapa terkejutnya dia.
Disana.. dibelakangnya ada perempuan berambut hitam panjang dan hanya memiliki satu mata tengah menatapnya.
Hinata langsung mengalihkan pandangan ke arah sarapannya. Nafasnya mulai tak teratur. Ia takut, sangat takut malah.
Wajah perempuan itu sangat mengerikan bagi Hinata.
Tangan Hinata mengambil roti yang ada dihadapannya, Ia berusaha bersikap biasa tapi tetap tak bisa Ia pungkiri tangannya kini masih gemetar.
Beberapa menit berlalu, Hinata kini merasa seperti ada orang yang berusaha mendekatinya.
'A-apa Daruma-san?' Batin Hinata gugup. Jantungnya bahkan berdetak dengan cepat sekarang.
"Dia akan berusaha terus untuk mendekatimu. Jika kamu merasakan hantu tersebut terlalu dekat, maka teriakanlah "Tomare!" yang berarti "Berhenti!" dan larilah."
Kembali ucapan Tsukishima muncul bagai menyelamatkannya dari rasa takutnya.
Semakin lama Hinata merasa sesuatu yang ada dibelakangnya semakin dekat dan semakin dekat.
Ia langsung berdiri dari duduknya, bahkan kursi yang tadinya Ia duduki bergeser beberapa centi.
"Tomare!!" Teriaknya kemudian berlari keluar ruang makan.
oOo
Hinata seharian ini serasa gila. Bagaimana tidak, lagi-lagi Hinata merasa hantu bernama Daruma-san itu kembali mendekatinya saat jam pelajaran disekolah. Dan pada saat itu tengah pelajaran guru killer di sekolahnya pula.
Mau teriak juga tidak mungkin, tapi kalau tidak teriak mungkin saja nyawanya akan melayang.
Jadilah dia berteriak "Tomare!" Dan membuat semua yang ada dikelas terdiam dan menatapnya bingunh.
Atas keberaniannya yang berteriak lantang pula, senseinya yang baik hati itu memberikan hadiah untuknya, yaitu membersihkan toilet.
oOo
Dan hal ini terus terjadi padanya. Hinata tiba-tiba frustasi. Ia sudah sangat malu setiap jam berteriak "Tomare Tomare!" Dengan tidak jelasnya.
Ia berjalan gontai memasuki gym, sedangkan anggota timnya yang melihat Hinata memasuki gym dengan langkah gontai langsung mendekatinya.
"Kau kenapa? Sakit?"
"Shoyo, Kau bertemu dengan Durama-san?"
"Hinata kau tidak apa-apa kan? Kalau kau merasa lelah, sebaiknya istirahat saja."
Hinata menghela nafas mendengat berbagai perkataan yang keluar dari mulut teman satu klubnya.
Tak bisakah mereka tidak menanyakan masalah Durama-san.
Ia sudah cukup frustasi sekarang.
"Hinata kau masih diikuti?" Tanya Tsukishima.
"Hm.. puas?"
"Hei kenapa marah padaku. Kau sendiri yang mau." Sahut Tsukishima.
"AARGH!! Menyebalkan!! Kalian menyebalkan! Kalau aku mati dibunuh oleh Durama-san. Akan ku kutuk kalian semua agar tidak bisa hidup tenang didunia ini!!" Teriak Hinata mengeluarkan semua uneg-unegnya sejak pagi hari tadi.
Sedangkan Tsukishima dan yang lainnya hanya bisa melongo.
Ini sangat tak terduga, Hinata yang selalu sabar kini malah meledak-ledak. Apa nanti malam akan terjadi hujan ikan? Pikir mereka.
"Hinata kami.." kembali Hinata merasakan ada pergerakan dibelakangnya.
"Apa ada seseorang dibelakangku?" Potong Hinata menatap kearah Sugawara. Sugawara mengernyitkan keningnya heran. Pasalnya tak ada siapa-siapa disana.
Seketika mereka semua memikirkan hal yang sama.
'DURAMA-SAN!!'
Hinata merasa pergerakan dibelakangnya agak cepat dari tadi pagi. Oh sekarang Ia kembali was-was. Tubuhnya bahkan merasakan panas dingin sekarang.
"T-TOMARE!!" Teriaknya mencoba menghentikan pergerakan hantu yang bernama Durama-san itu. Saking takutnya Ia kini terduduk lemas dilantai gym.
"Hinata.."
"Ja-jadi urban legend tentang itu benar-benar terjadi." Ucap Tanaka tak percaya seraya melihat kearah Hinata yang kini memeluk lututnya sendiri.
"Aku tidak ingin lagi. Kumohon pergilah. Aku tidak kuat lagi." Gumam Hinata menahan isak tangisnya.
Oh sepertinya mereka telah membuat Hinata trauma berat.
Apa sebegitu menyeramkannya? Pikir Daichi yang melihat Hinata seperti itu.
Kembali, Durama-san itu kembali berusaha mendekatinya lagi.
Namun pergerakannya berbeda dengan yang tadi, kini Hinata merasa sosok bernama 'Daruma-san' itu kembali ingin mendekatinya dengan pergerakan yang sangat cepat.
Hinata merasa badannya membeku, suaranya seakan tak bisa keluar dari kerongkongannya. Sekarang yang ia lakukan hanya bisa menatap wajah teman-temannya yang agak mengkhawatirkannya.
Pikiran Hinata seakan kacau saat Tsukishima dan yang lainnya seakan tak mengerti akan apa yang terjadi padanya.
Hinata semakin merasakan bahwa sosok itu semakin dekat dengannya bahkan kalau Hinata berbalik sekarang sosok Itu bisa saja menggapai pucuk rambutnya.
"Untuk mengakhiri permainan, teriakkan "Kitta!" yang berarti "Aku melepaskanmu!" sambil menggerakkan tangan ke bawah seperti memotong. Tapi Hal ini harus dilakukan disaat kamu merasakan hantu tersebut sangat dekat denganmu."
Oh kembali, ucapan Tsukishima keluar dari otaknya. Menyelamatkannya dari kepasrahan akan kematian.
Dengan sekuat tenaga Hinata mencoba bersuara.
Semakin dekat, sosok itu semakin dekat.. Hinata mengangkat tangannya dan kemudian menggerakkannya kebawah seakan melakukan gerakan memotong.
"KITTA!!" teriaknya membuat semua orang terkejut. Untungnya yang dilakukannya berhasil.. sosok Itu berhenti.
Hinata langsung menangis sejadi-jadinya. Sugawara tak kuasa melihat Kouhainya menangis hanya karena rasa penasaran mereka.
"Stt.. sudah.. dia sudah pergi." Ucapnya memeluk tubuh mungil Hinata.
"Kalian jahat hiks.. kalian pikir dia tidak menyeramkan.. hiks.. aku benci hiks.. aku benci kalian." Gumam Hinata dalam pelukan Sugawara. Bahkan Hinata sedikit memukul-mukul tubuh Sugawara walaupun tak berefek sama sekali pada Sugawara.
"Maaf, maafkan kami." Sahut Sugawara.
*TBC
Oke.. bab 1 nya selesai :v
Gimana? Absurd ya
Hm.. maklum ya, Hikari masih baru buat bikin yang genrenya horor begini.
Uuh..Hinata kasian ya, jadi tumbal teman satu klubnya *plak
Oke abaikan yang tadi.
Terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk membaca FF ini
Maaf kalau masih ada kekurangannya loh.
