JUST FULFILL

.

.

.

MarkChan/MarkHyuk

Mark x Haechan/Mark x Donghyuk

Ft. Baby Chenle

.

.

.

Donghyuck menatap sekeliling dengan mata yang sedikit memicing tidak suka. Ia benci dengan opsi pilihan yang diberikan oleh Mark padanya. Kenapa dari sekian banyak hal yang bisa mereka berikan pada anak semata wayang mereka, Mark malah mengusulkan untuk hanya memberikan hadiah camilan yang begitu banyak untuk anak mereka. Dia heran sebenarnya di manakah gerangan otak milik sang suaminya itu berada. Seharusnya dia bisakan mengusulkan hal lain untuk diberikan pada sang anak sebagai hadiah ulang tahun kan? Seperti mengajak sang anak pergi jalan-jalan entah kemana begitu dengan uang yang dimiliknya. Dan bukan malah hanya memberinya ini dengan alasan bahwa anak mereka itu sangat suka makan snack.

"Baby, kenapa memasang wajah cemberut seperti itu?" Mark berhenti dari acara mendorong troli belanjaannya saat melihat jika Donghyuk, sang istri tercintanya tersebut terus saja memasang wajah cemberut sejak tadi.

"Kembalikan seluruh jajanan tidak sehat yang telah kau masukkan ke dalam troli sekarang juga! Kau harus tahu Mark, jika semua makanan yang kau ambil itu mengandung terlalu banyak pewarna dan sudah pasti juga mengandung bahan pengawet. Bayangkan bagaimana jadinya anak kita nanti di masa depan jika di usianya yang bahkan baru menginjak 5 tahun ini sudah kau sumpali dengan makanan tidak bergizi seperti itu!" Ia menatap Mark dengan tatapan sadisnya lalu mulai beraksi mengembalikan seluruh camilan yang telah diambil oleh Mark tadi ke rak tempatnya semula.

"Tapikan anak kita menyukai semua snack itu, Babe." Mark mencoba mengajak sang istri untuk merenungkan kembali keputusannya yang telah mengembalikan seluruh snack itu kembali ke atas rak.

"Dan semua itu karena dirimu, sialan. Sebenarnya anak kita tidak akan terlalu addict dengan makanan sampah ini jika saja kau tidak mengenalkan hal itu padanya." Kini Donghyuck menarik troli belanjaan mereka setelah selesai mengembalikan semua jajanan tidak sehat tadi di atas rak. Kini ia ingin membelikan anak kesayangannya itu dengan jajanan yang lebih sehat dan baik. Jajanan sehat tanpa pengawet berlebih, tanpa pewarna makanan yang mencolok, dan tentu saja tanpa pemanis buatan. Maaf saja, putra manisnya itu masihlah sangat belia jika harus dibuat jadi begitu candu terhadap snack-snack tidak sehat yang begituan.

"Lalu kita akan membelikannya apa?" Mark mengikuti saja langkah sang istri kemanapun ia menarik troli belanjaan mereka. Ia sekarang lebih baik menurut saja dengan segala keputusan yang akan dibuat oleh sang istri. Daripada membuat keputusan sendiri nanti yang ada dirinya malah diomeli terus olehnya.

"Kita akan tetap membelikannya snack sebagai hadiah ulangtahunnya, tapi bukan kau yang memilihkannya melainkan biar diriku saja yang memilih snacknya." Donghyuck memperhatikan deretan berbagai macam jenis snack yang ada di depannya, "Karena jika kau yang memilih, aku yakin sekali kau pasti tidak akan memperhatikan takaran gizi yang ada di kemasannya. Dan jika kau asal dalam memilih makanan, memangnya kau mau melihat anak kita jadi kekurangan gizi karena kau?" Donghyuk berkata ketus pada Mark.

"Ah, istriku pandai sekali." Mark memeluk bahu sang istri lalu mengecup gemas pipi miliknya. Sejak dulu istrinya itu selalu menjadi yang paling ahli dalam hal mengurus keluarga. Sangat pandai berhemat, pandai memilihkan makanan yang baik dan cocok untuk masing-masing anggota keluarganya. Jika begini sudah terbuktikan jika dirinya itu memang sangat pandai memilih pasangan hidup.

"Aku tahu, sejak dulu aku itu memang sudah pandai." Donghyuk acuh saja pada perilaku dari sang suami dan tetap fokus pada beberapa bungkus jajanan yang saat ini tengah ia teliti takaran gizinya. Sebuah chips yang terbuat dari ubi yang sepertinya tidak terlalu buruk juga jika dikonsumsi oleh sang anak. Kandungan energinya cukup ok, dan lemak jenuh di dalamnyapun juga tidak terlalu banyak. Ok, ini tak masalah jika dimakan oleh sang anak.

"Bagaimana jika cokelat?" Mark mengalihkan perhatian milik Donghyuk sejenak untuk fokus pada satu bungkus cokelat yang kini ada di tangannya. Mungkin Mark berpikir jika cokelat bukanlah makanan yang akan mengancam gizi milik sang anak jadi ia pamerkan saja makanan tersebut di depan wajah milik sang istri.

"Hmm, coba ku lihat ada bahan tambahan apa saja di sana." Donghyuk mengambil cokelat bungkus itu dan memperhatikannya dengan sangat serius, "Di sini mengandung flavonoid, ini bagus untuk mencegah penyakit jantung dan kanker." Ia masih serius memperhatikan bungkus cokelat itu, "Aku rasa ini tidak akan ada jadi masalah jika kita memberinya beberapa cokelat juga, lagipula cokelat juga baik untuk mengatasi rasa lelah setelah beraktivitas. Kitakan tahu jika Chenle itu anaknya sangat hyperaktif." Setelah memasukkan satu bungkus cokelat yang ada di tangannya itu ke dalam trolinya dan menambahkan dua bungkus cokelat lagi kini ia lanjut menodorong trolinya kembali untuk memilihkan beberapa snack lainnya untuk sang anak.

"Baby, lihat ini." Mark berhenti dan menunjukkan satu bungkus snack dengan bentuk ikan yang berwarna-warni warnanya pada Donghyuk. Makanan ini memiliki bentuk yang begitu lucu dan menggemaskan jadi ia yakin jika anaknya nanti pasti akan suka dengan jenis camilan yang satu ini.

"Kali ini kau ditolak. Kembalikan itu, pewarnanya terlalu banyak." Mungkin Chenle memang akan suka dan tidak akan menolak snack yang satu itu, namun hal itu pasti akan berbeda dengan pendapat dari sang istri yang ternyata malah menolaknya. Dan ia pun hanya mampu menurut saja pada perintah dari sang istri dan kembali melanjutkan jalannya dengan mendorong troli belanja milik mereka yang hanya baru diisi dengan dua jenis makanan.

"Chenle juga suka berbagai jenis keripik. Tapi di sini keripiknya terlalu mengandung banyak garam." Ia memeperhatikan berbagai ragam bungkus keripik itu dengan seksama. Ia sekarang tengah bimbang ingin membelikan anaknya keripik atau tidak. Jika ia membelikannya ia begitu khawatir dengan karsinogen yang akan muncul di dalam tubuh anaknya yang mana senyawa itu akan memicu berbagai macam penyakit berat seperti kanker, stroke, dan diabetes. Tapi jika ia mengesampingkan hal itu dan berpikir bahwa mungkin tak akan menjadi masalah jika anaknya sesekali juga makan keripik, sesekali saja tidak sampai sering. Ya benar, mungkin itu bukanlah masalah, namun sekali lagi rasa khawatir akan selalu menderanya saat ia sudah akan memasukkan sebungkus keripik kentang ke dalam troli mereka.

"Jangan mengambilnya kalau kau masih ragu, lagipula kau kan di rumah juga sudah rajin membuatkan anak kita keripik wortel karyamu sendiri. Jadi jika kau ragu kau tak perlu untuk membelinya." Mark tersenyum memberi masukan pada sang istri saat melihat istrinya itu tak bergerak sama sekali ketika memperhatikan kemasan keripik kentang itu.

"Kau benar sekali." Donghyuk tersenyum manis mendengar nasihat yang keluar dari mulut milik Mark, "Lagipula karbohidrat yang dipanaskan dalam suhu sangat tinggi bisa berubah menjadi karsinogen dalam tubuh. Jadi lebih baik Chenle memakan keripik buatanku saja." Donghyukpun selesai mengambil keputusan miliknya dengan menaruh kembali satu bungkus snack keripik itu dan berjalan lagi ke depan mencari camilan lain.

Sekarang hari sudah semakin siang dan sebentar lagi sudah tiba saatnya untuk Mark menjemput Chenle dari sekolahnya. Lalu dengan begitu, setelahnya mereka bisa segera memberikan hadiah ulang tahun untuk putra manis kesayangan mereka itu. Astaga, rasanya tak sabar sekali melihat wajah menggemaskan milik sang anak jadi semakin menggemaskan karena terkejut telah diberi hadiah olehnya dan juga Mark.

.

.

.

Donghyuk kini tengah sibuk menata kue ulang tahun buatannya untuk Chenle dengan wakah serius saat Mark telah sampai di dapur setelah tadi selesai mengantarkan Chenle ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat ini waktunya tinggal sebentar lagi dan ia yakin anaknya itu pasti tidak ada waktu labih dari 5 menit hanya untuk berganti baju saja.

"Kau tahu, Baby? Tadi ketika aku menjemputnya, di dalam mobil anak itu terus saja berceloteh tentang kue ulang tahun buatan Mommy yang manislah, yang enaklah, yang baguslah dan yang-yang lainnya lagi padaku. Aku yakin sekali sejak tadi malam anak itu pasti sudah membayangkan kue buatanmu." Mark duduk di kursi depan pantry dan memperhatikan sang istri yang tengah sibuk menancapkan lilin di atas kue. Melihatnya ia sedikit bingung karena jumlah lilinnya malah berjumlah 7, padahal usia anak mereka itu baru berusia lima tahun, lalu kenapa lilinnya malah ada 7?

"Kenapa lilinnya ada tujuh?" Mark menunjuk kuenya dengan wajah bingung.

"Dia yang memintanya, kita hanya perlu memenuhi saja Mark." Saat semua lilinnya telah terpasang ternyata hal itu juga bertepatan sekali dengan suara langkah kaki milik sang anak yang terdengar seperti sedang berlari mulai terdengar. Ia yakin anaknya itu pasti sangat tidak sabar untuk meniup lilin ulang tahun miliknya.

"Mommy!" Dan sekarang inilah anak kesayangannya yang telah tiba di dapur dengan memasang wajah yang sangat sumringah. Apalagi ketika matanya itu menangkap pemandangan kue ulang tahun buatannya yang telah tertancap 7 lilin di atasnya.

"Wah, anak Mommy sudah pulang. Sini peluk Mommy dulu," Donghyuk pun menghentikan seluruh aktivitasnya dan mulai menghampiri sang anak dengan tangan terbuka meminta pelukan darinya.

"Kenapa hanya Mommy saja yang dipanggil? Dan kenapa Daddy tidak?" Mark berucap seolah tengah marah pada anaknya yang hanya dibalas sang anak dengan juluran lidah miliknya.

"Tadi di sekolah aku sudah memanggil dan memeluk Daddy, jadi sekarang gilirannya Mommy, kan lagipula aku juga mau menghabiskan waktu bersama Mommy." Chenle mengatakannya sambil memeluk erat leher milik sang ibu. Dan Donghyuk sendiri yang mendengarkan percakapan antara sang anak dan sang suami itupun hanya tersenyum simpul saja.

"Oh begitu. Jadi ya sudahlah, Daddy tidak akan menjemput Chenle setiap pulang sekolah lagi." Mark balas menjulurkan lidahnya untuk sang anak. Ia ingin melihat reaksi merajuk seperti apakah yang akan dikeluarkan oleh sang anak jika sudah ia ancam seperti itu. Pasti akan sangat lucu dan menggemaskan sekali.

"Tenang saja sayang, jika Daddy tidak mau menjemputmu maka nanti biar Mommy saja yang akan menjemputmu setiap hari." Donghyuk menggendong sang anak setelah tadi membelanya dan ikut menjulurkan lidah miliknya pada Mark.

"Ye! Satu - kosong, aku menang dari Daddy karena Mommy membelaku tadi, bukan membela Daddy." Mark hanya mampu membalas sorakan bahagia dari sang anak dengan senyuman tipisnya saja. Selamat untuk sang anak karena telah dibela oleh ibu kesayangannya itu.

"Ya sudah, sekarang Chenle duduk manis di sini ya. Mommy mau menyalakan lilinnya dulu." Donghyuk menurunkan Chenle dari gendongannya dan mendudukkan anak itu di samping Mark karena ia ingin mengambil pematik untuk menyalakan lilin kue ulang tahunnya terlebih dahulu.

"Kenapa Chenle ingin lilinnya berjumlah tujuh?" Mark bertanya pada sang anak yang kini sedang sibuk mencoleki krim yang ada di sepanjang tepi kue ulang tahunnya.

"Karena kemarin Renjun Hyung berulang tahun yang ke-7, jadi aku juga ingin seperti dia, Dad." Anaknya menjelaskan sambil memasukkan jarinya yang penuh dengan krim bekas colekannya tadi ke dalam mulut.

"Renjun? Memangnya kenapa Chenle ingin jadi seperti dia?" Donghyuk datang dan mengambil tangan nakal milik sang anak yang masih saja sibuk mencoleki dan menjilati krim tersebut dengan menggunakan jarinya. Dengan telatennya ia pun segera membersihkan tangan milik sang anak dan memperingatinya untuk berhenti mencoleki krim kue seperti itu karena itu adalah hal yang jorok dan tidak baik.

"Karena Renjun Hyung sangat baik dan begitu sayang padaku jadi aku juga ingin menjadi seperti dirinya, Mum." Chenle melipat tangannya di atas meja dengan sangat manisnya setelah tadi diperingatkan oleh sang ibu untuk berhenti mencoleki krim kue dengan jarinya karena katanya itu adalah hal yang jorok.

"Oh, jadi begitu ya." Mark mengangguk singkat mendengar penuturan yang keluar dari mulut sang anak. Saat ini ia sedang sibuk menyalakan lilin ulang tahun untuknya, rencananya setelah semua lilinnya menyala nanti ia dan Donghyuk akan segera menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.

"Sudah, jangan menyanyikan lagu ulang tahun. Aku mau cepat-cepat tiup lilin, Mum." Chenle sudah bersiap ingin meniup lilinnya karena ia sudah tidak sabar untuk menyantap kue ulang tahun istimewa buatan sang ibu yang sudah bisa dipastikan jika rasanya itu pasti akan sangat enak.

"Iya, tapi make a wish dulu ya sayang." Donghyuk menahan mulut milik sang anak yang sudah mengerucut hendak meniup lilinnya padahal anak itu belum membuat harapan sama sekali untuk ulang tahunnya sekarang ini.

"Ok, aku lupa Mommy. Jadi make a wish-ku adalah." Chenle mengatupkan tangannya di depan dada lalu mengucapkan harapannya di dalam hati dan hal itupun juga diikuti oleh Mark dan Donghyuk yang sama-sama tengah mengucapkan harapan mereka untuk kehidupan anak semata wayang mereka. Mereka berharap semoga anak mereka akan selalu diberikan hal yang terbaik dalam hidupnya.

"Amien! Nah selesai, sekarang aku tiup lilinnya, ya!" Chenle dengan sangat antusiasnya meniup lilin yang ada di atas kue ulang tahun yang kelimanya itu.

"Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga Chenle bisa jadi semakin pandai dan selalu sayang sama Daddy, dan Mommy." Donghyuk mengecup pipi gembil itu dengan lembut yang juga dibalas dengan kecupan tak kalah lembutnya dari sang anak di pipinya.

"Siap Mommy!" Chenle berseru senang lalu bersiap untuk menerima potongan pertama kue ulang tahun miliknya dari sang ayah.

"Potongan pertama untuk yang sedang berulang tahun. Meski sebenarnya Chenle-lah yang seharusnya memberikan potongan pertama itu untuk Daddy ataupun Mommy, namun tak apalah. Yang terpenting semoga Tuhan bisa selalu memberikan yang terbaik untuk anak kesayangan Daddy yang satu ini." Mark mengecup gemas pipi milik sang anak yang langsung membuat yang dicium jadi merasa risi sendiri karena diperlakukan seperti itu.

"Mommy! Daddy terlalu kencang mengecup pipiku!" Dan anak itupun mengadu pada sang ibu sambil memasang wajah cemberut miliknya. Dan Donghyuk sendiri yang melihat hal itupun hanya mampu tersenyum simpul saja menanggapinya.

"Itu karena Daddy sangat sayang padamu sayang." Donghyuk mencubit hidung milik sang anak dengan sangat gemas hingga membuat yang dicubit jadi menggerutu minta dilepaskan.

"Aye! Sekarang satu - satu, kita imbang karena Mommy sekarang membela Daddy, sayang." Mark menjulurkan lidahnya mengejek sang anak untuk membalas kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu.

"Oh ya, kemarin saat di rumah Jisung, Jeno Samchon memberimu hadiah apa sayang?" Donghyuk duduk di samping sang anak dan memperhatikan sang anak yang tengah sibuk menyuapkan potongan kuenya ke dalam mulut. Kemarin anaknya itu sempat ia ajak untuk brrkunjung ke rumah temannya yaitu Jaemin dan Jeno yang juga telah memiliki putra bernama Jisung, yang di mana Jisung itu juga merupakan teman bermain anaknya. Ia penasaran dengan isi dari bungkusan besar yang kemarin diberikan oleh Jeno untuk anaknya.

"Oh itu, kemarin Samchon dan Imo memberiku hadiah yang sangat aku sukai! Mommy tahu kemarin mereka memberiku apa?" Sang anak menatapnya dengan mata yang sangat berbinar penuh bahagia.

"Memangnya apa?" Donghyuk balas menatap tatapan penuh binar-binar ceria itu dangan tatapan yang tak kalah berbinarnya. Jika sang anak sedang bercerita, maka ia sebagai sang ibupun juga harus selalu bisa menanggapinya dengan sangat baik dan lugas supaya sang anak tidak merasa terabaikan olehnya.

"Kemarin aku diberi hadiah berbungkus-bungkus ramyun. Akukan sering pamer ke Jisung kalau Mommy itu sangat pandai memasak ramyun jadi mungkin anak itu bilang pada orangtuanya kalau aku suka makan ramyun. Padahalkan aku hanya bilang Mommy pandai masak ramyun, dan itu tidak berarti aku hobi makan ramyun. Meskipun aku ingin sekali makan ramyun setiap hari, tapikan Mommy selalu melarangnya. Senang sih dapat ramyun banyak, tapikan percuma juga jika Mommy-nya tidak mau membuatkan Chenle setiap saat." Mata yang tadi penuh dengan binar-binar bahagia itu kini telah berubah menjadi mata yang penuh dengan binar-binar pengharapan. Donghyuk tahu anaknya itu pasti sedang memohon minta dibuatkan ramyun untuk malam ini, dan ia pun hanya mampu menanggapinya dengan suara decakan kecil melihat tingkah dari sang anak.

"Chenle sekarang sedang merayu Mommy ya? Sini Daddy bantu, Daddy malam ini juga sedang ingin makan ramyun." Dan kini sang suami malah ikut bersekutu dengan sang anak. Ia berdecak lebih keras saat melihat tingkah keduanya yang benar-benar sangat menyebalkan. Tadi saja mereka saling bersaing satu sama lain entah untuk apa, tapi sekarang lihatlah mereka. Jika sedang ada maunya saja langsung saling bekerja sama untuk meluluhkan hatinya.

"Baiklah, makan malam nanti Mommy akan buat ramyun untuk Daddy dan juga Chenle." Dan ia pun akhirnya mengalah dan menuruti keinginan mereka. Tidak apa-apa untuk malam ini ia akan memasak ramyun sebagai makan malam. Hal ini tak akan masalah karena terakhir kali mereka menyantap makanan cepat saji itu sekitar dua minggu yang lalu. Jadi mungkin sedikit menyenangkan hati mereka setelah dua minggu tidak mencoba ramyun buatannya bukanlah hal yang salah.

"Aye! Kita menang Daddy!" Chenle mengajak sang ayah untuk ber-high five bersama yang langsung disambut oleh Mark dengan senang hatinya.

"Itu karena Daddy begitu pandai merayu Mommy." Mark berkata dengan sangat percaya dirinya sambil mengedipkan satu matanya pada sang istri. Donghyuk yang melihat tingkahnya iti sih hanya mampu memutar bola matanya dengan malas. Ia malas menanggapi tingkah aneh yang mendadak dilakukan oleh sang suaminya itu.

"Itu bohong Mommy, selama ini Daddy tidak pernah pandai merayu Mommy. Kata Jaemin Imo saja, dulu Daddy itu tidak pernah bersikap romantis pada Mommy. Jadi aku tidak akan percaya pada Daddy." Chenle menjulurkan lidahnya dengan sangat panjang ke arah sang ayah bermaksud untuk membantah perkataannya yang tadi.

"Betul sekali, Mommy memang tidak percaya dengan ucapan dari Daddymu itu, jadi sayang kaupun juga harus begitu, ok? Jangan pernah percaya pada ucapan Daddymu itu ya. Mommy tadi bilang iya karena Mommy memang ingin menuruti keinginanmu. Tanpa Daddymu ikut campurpun Mommy juga akan tetap menurutimu." Donghyuk membetulkan ucapan dari sang anak dan kembaki ikut serta menjulurkan lidahnya pada Mark yang hanya dibalas Mark dengan wajah melongo saja. Ia bertanya-tanya padahal tadi anak kesayangannya itu sudah bisa diajak bekerja sama, lalu kenapa sekarang anaknya itu malah menikungnya seperti ini? Dasar anaknya itu, curang sekali.

"Baiklah, Daddy kalah sekarang." Mark angkat tangan dan pura-pura menyerah di hadapan sang anak untuk menyenangkan hati dari sang anak manisnya itu. Tak apa ia dibeginikan oleh anaknya, yang penting baginya itu hanya satu. Yaitu sang anak yang bisa selalu tersenyum bahagia saja itu sudah cukup.

"Tapi Mommy, Jeno Samchon itu sangat membosankan ya? Setiap kali aku main ke rumah Jisung pasti hanya Jaemin Imo saja yang berbicara banyak hal yang terdengar begitu menyenangkan." Chenle bercerita sambil memasukkan potongan besar kue miliknya dengan sangat lahapnya.

"Tapikan Jeno Samchon orangnya juga menyenangkan." Mark berkata sambil ikut mencoba mencicipi potongan kue itu.

"Ck, Daddy bisa bilang seperti itu karena Daddy juga sama membosankannya seperti Samchon. Aku heran mungkin di dunia ini hanya Mommylah orang yang bisa sangat tahan dengan orang yang semembosankan Daddy." Donghyuk terkekeh pelan mendengar penuturan lugu yang keluar dari mulut sang anak. Anaknya itu, kecil-kecil seperti ini sudah pandai bicara ya ternyata. Membuatnya jadi merasa gemas sendiri mendengarnya.

"Chenle ternyata bisa bicara seperti itu juga ya. Siapa yang mengajari itu memangnya?" Donghyuk membersihkan mulut milik Chenle dengan menggunakan tissue karena anak itu memakan kuenya dengan terlalu bersemangat hingga membuat ada beberapa krim kue yang belepotan di sekitar area bibirnya.

"Jisung, Mum." Chenle menghentikan acara makan kuenya sejenak lalu menurut pada sang ibu yang sekarang tengah memegangi dagunya untuk membersihkan seluruh area sekitar bibirnya yang kotor.

"Lain kali jangan seperti itu, ok. Daddy itu tidak membosankan kok, dia menyenangkan dan juga sangat seru. Buktinya sejak tadi saja Chenle selalu diajak saling bersaing. Entah bersaing untuk apa itu, tapi yang tadi memang menyenangkan, kan?" Ia memberikan Eskimo kiss pada wajah sang anak dengan sangat manisnya. Dan hal itupun langsung menarik perhatian dari Mark yang kini tengah duduk di samping kanan sang anak. Ia memperhatikan istrinya yang sedang duduk di sebelah kiri anak mereka, yang di mana kini sang istri tengah menggesekkan hidungnya dengan begitu gemasnya ke hidung milik sang anak . Dan ia menatap itu dengan wajah yang sedikit iri. Ia juga ingin disepertiitukan, omong-omong.

"Mommy tidak ingin memberikan Daddy Eskimo Kiss juga?" Mark memasang seringaian miliknya pada sang istri dan berharap semoga saja istrinya itu mau memberinya sedikit pengertian dan mau menuruti keinginannya juga.

"Tidak usah, lain kali saja!" Donghyuk menyalak padanya lalu membiarkan Chenle memakan kuenya kembali.

"Daddy," Chenle menatap sang ayah yang langsung dibalas Mark dengan deheman pelan saja karena kini pria itu juga sedang sibuk menyantap kue.

"Tadi Chenle membuat banyak harapan. Tapi ada satu harapan yang ingin sekali Chenle harap bisa jadi kenyataan." Chenle meninggalkan garpu kuenya lalu beralih menatap sang ayah dengan tatapan mata begitu serius yang dimiliknya. Dan Mark sendiri yang ditatap seperti itu oleh sang anakpun hanya mampu untuk mengikutinya saja. Membalas tatapannya lalu mengalihkan perhatiannya dari kue yang tengah ia santap tadi pada kedua mata sok seirus milik sang anak.

"Tadi di sekolah, Jisung pamer padaku kalau sebentar lagi dia akan punya adik. Dan Daddy, aku juga ingin adik. Kata Jisung tadi, kalau aku ingin adik juga maka aku tinggal minta saja pada Daddy. Karena jika aku meminta pada Daddy maka hal itu akan segera diusahakan. Jadi Daddy, tolong usahakan untuk memberiku adik ya?" Chenle mengatupkan tangannya untuk memohon pada sang ayah dan berharap semoga keinginannya bisa segera dikabulkan.

Saat kalimat itu terlontar dari mulut Chenle, ada dua ekspresi kaget yang muncul dari wajah milik Mark dan Donghyuk. Mark terkejut karena ternyata sang anak itu bisa berkata seperti itu hanya karena pengaruh dari mulut seorang bocah bernama Jisung itu. Ia sih tidak masalah soal minta adik atau apapun itu karena ia yakin ia pasti juga akan selalu bisa untuk mengusahakannya, namun yang membuatnya heran itu adalah dari mana si Jisung itu tahu bahwa jika meminta seorang adik itu harus dibicarakan dulu dengan seorang ayah. Anak itu, dapat pengaruh dari mana sih sebenarnya bisa mengajari Chenle untuk bicara seperti itu.

Lalu sekarang beralih pada wajah terkejut milik Donghyuk yang sejak tadi masih menganga tak percaya karena telah mendengar kalimat yang seperti itu bisa diucapkan oleh sang anak. Ia tahu Chenle itu pandai bicara, tapi ia tak pernah sangka jika pandai bicaranya itu bisa sampai seperti itu. Meminta adik? Astaga jika saja menjadi pria yang sedang hamil itu gampang maka sudah sejak dulu ia akan dengan sukarelanya membiarkan dirinya untuk menganduk anak lagi.

Namun menjadi pria yang hamil itu sulit, sulit sekali hingga ia pernah berpikir untuk lebih baik punya anak satu saja, yaitu Chenle seorang. Tidak akan bertambah dan hanya akan satu saja sampai kapanpun. Ia bukannya membenci hamil, ia hanya takut pada kemungkinan terburuk yang akan ia alami jika ia sedang hamil. Ia takut rahimnya akan sangat lemah lalu ia akan kembali di-bed rest selama beberapa minggu di awal kehamilannya. Ia tidak mau jika nanti ia tak mampu bertahan maka ia akan berakhir dengan membunuh anaknya sendiri karena tubuhnya terlalu lemah dan akhirnya ia akan mengalami keguguran.

"Chenle yakin mau adik?" Donghyuk bertanya ragu padanya sambil mengelus lembut kepalanya, meski Mark sudah sering memberitahunya bahwa sekarang tubuhnya sudah tidak selemah dulu lagi ketika hamil Chenle namun tetap saja ia masih tetap khawatir untuk hamil lagi. Ia tidak suka pada semua kemungkinan terburuk yang akan menimpa keluarganya jika ia hamil lagi. Dulu saja saat hamil Chenle ia harus berjuang mati-matian untuk tetap bisa mempertahankan anaknya itu supaya bisa terlahir dengan selamat.

Ia berharap semoga Chenle tidak serius pada permintaanya tersebut, agar ia bisa lekas lega juga. Namun sepertinya ia harus gigit jari sekarang juga karena ternyata Chenle menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan antusias yang syarat akan permohonan ingin dikabulkan. Dan dengan beginipun ia hanya mampu menghela napasnya panjang saja, tidak apalah ia sudah pasrah sekarang.

"Sudahlah sayang. Tinggal dipenuhi saja semua keinginannya itu, ok?" Markpun memamerkan seringaian lebar miliknya pada sang istri, karena sekarang akhirnya keinginannya yang juga ingin memiliki anak keduapun juga diiyakan oleh sang istri. Dan semua ini berkat anak sulungnya yang sangat luar biasa pandai itu.

"Chenle tenang saja. Nanti Daddy akan berusaha dengan keras untuk bisa memberikan Chenle adik. Jadi doakan saja semoga Mommy kesayangan kita ini bisa selalu sehat dan kuat, ya." Dan Mark sekarang hanya mampu ikut tersenyum saja saat melihat kini Chenle tengah tertawa dengan bahagianya setelah mendengar jawaban darinya yang tadi telah menyetujuinya untuk segera berusaha memberikannya adik.

Baginya di dunia ini tidak ada yang lebih membahagiakan lagi selain ini. Anak yang manis dan selalu ceria dan istri yang begitu baik serta selalu perhatian pada keluarga adalah anugerah terindah yang pernah ia dapatkan. Dan ia sangat berterima kasih sekali pada Tuhan karena telah memberikan dua orang yang begitu luar biasa itu ke dalam kehidupannya. Dan ia selalu berharap bahwa hal ini akan terus berlangsung sampai selamanya.

.

.

.

END

.

.

.

Saya kepikiran untuk buat ini jadi semi-mpreg(?) Itu disebabkan setelah kemarin saya baca di salah satu artikel berita bahwa ternyata ada seorang cowok dari Amerika yang punya rahim dan jika dibuahi itu bakal bisa hamil. Meskipun cowok itu sadarnya saat dia udah, bisa dikatakan udah lansia, tapi tetep aja saya merasa itu adalah hal yang sangat mengagumkan. Pria itu punya rahim dan selama ini cara menstruasinya itu dengan cara mengeluarkannya bersama dengan air seninya, dan dia selama inipun gak sadar kalau air seninya yang merah itu adalah darah menstruasinya dia.

Ini amazing meskipun saya gak yakin itu benar dan hanya menyimpulkan aja kalau itu mungkin hanyalah kelaianan PMDS saja. Kelainan itu beda sama ambiguous genitalia, karena ambiguous genitalia itu kelaminnya aja yang ganda dan gak jamin kalau dia juga punya organ reproduksi internal yang ganda juga. Gak kayak PMDS yang bisa bikin seorang laki-laki terlahir dengan alat kelamin laki-laki, tapi ternyat juga punya organ reproduksi internal perempuan. Jadi ya saya berkhayal tinggi saja sama hal ini.

Review please~ hargai karya oranglain dan jangan cuma jadi penikmat aja. Setidaknya kalian harus sadar diri, kalau rasanya diabaikan dan gak dihargai itu gak enak. Bukannya saya mau nuntut, tapi kalau emang gak mau review ya gak usah dibaca. Saya buat ini itu untuk orang-orang yang mau menghargai karya orang dan bukan malah hobi baca lalu abaikan. Itu rasanya sakit sekali kalau dibegitukan.