Title : Portrait of Death
Chapter : 1/2
Pairing : SiWook/HaeSica
Rated : T
Genre : Mistery, Romance
Author : Cho Ryeona
Warning : Genderswitch
Summary :
Jalinan cinta Hae-Sica berakhir tragis di awal tahun karena sebuah bangku kecil yang ditemukan Ryeowook di kamar kekasihnya, Choi Siwon. Ada apa sebenarnya?
Kim Ryeowook as female (20 th)
Choi Siwon as male (27 th)
Lee Donghae as male (25 th)
Jessica Choi as female (16 th)
Choi Jiwon as female (15 th)
Kim Kibum as male (25 th)
Tuesday, December 25th 2012
Ryeowook, seorang yeoja manis dengan rambut sepinggul celingukan memasuki kediaman keluarga Choi. Tentu saja setelah diizinkan masuk dari pembantu rumah tangga yang bertugas di situ. Tas yang dominan dengan warna ungu tetap tenang bertengger di dada sebelah kanan meskipun langkah sang penggamit terkesan tergesa. Setelan jeans gelap dan kemeja lengan pendek berwarna ungu tua terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Motif kotak – kotak sedikit menambah kesan formal pada si pemakai. Ya, pakaian sedikit resminya kali ini menandakan kalau dia baru saja pulang kuliah.
Seperti biasa, kalau ada waktu luang dia selalu menyempatkan mampir ke rumah ini. Rumah namja yang sajak satu tahun lalu -lebih tepatnya sejak kembalinya Ryeowook dari Jepang- resmi menjadi kekasihnya, Choi Siwon. Anak pertama dari dua bersaudara pemilik sah Choi Coorporation, perusahaan yang menaungi mall-mall besar di Korea Selatan.
Tanpa perlu waktu lama, suara detak sepatu yeoja mungil itu sudah memenuhi satu ruangan yang diketahui merupakan kamar kekasihnya.
"Oppa mau kemana?" Tanya Ryeowook heran bercampur kecewa ketika melihat Siwon keluar dari kamar mandi dengan berpakaian hampir rapi jika sekarang ia tidak terlihat sedang sibuk dengan resleting celananya.
Berbalut kaos warna hitam polos yang dilengkapi jas berwarna abu – abu,dan jangan lupakan celana jeansnya, Ryeowook tentu sangat yakin Siwon tidak akan berdiam di rumah kali ini.
Siwon sedikit memiringkan kepala, menatap Ryeowook.
"Eh… kau sudah datang chagi?" Siwon balik bertanya sambil meluruskan langkahnya ke arah Ryeowook."Mianhae ne? Oppa kali ini tidak bisa menemanimu."
Ryeowook mempoutkan bibir sebagai tanda protes. Dilemparkan tas nya asal ke ranjang yang terbalut seprei biru dan dengan segera mendudukkan pantatnya kasar tanpa menjawab Siwon.
Siwon tersenyum. Mendudukkan dirinya tepat di samping Ryeowook.
"Oppa harus menyelesaikan proposal proyek yang diberikan Appa kemarin. Kau masih ingat kan? Dan Oppa rasa hanya Jonghyun Hyung yang bisa membantu Oppa kali ini. Oppa harus ke rumah Jonghyun Hyung karena besok pagi proposal ini yang akan jadi bahan utama meeting Oppa di kantor." Jelas Siwon panjang lebar, membawa-bawa nama Jonghyun yang diketahui Ryeowook merupakan sekretaris kekasihnya di kantor. Ryeowook hanya mengangguk tanpa sedikit pun persetujuan di dalam hatinya.
"Gwaenchana?" tanya Siwon yang tangannya tak hanya tinggal diam. Dengan cekatan ia mengancingkan kedua kancing jas tanpa mengalihkan pandangan dari yeoja berbibir cherry di sampingnya.
"Ne, ne. Pergi saja." Sungut Ryeowook ketus dilengkapi dengan tatapan sadis pada Namja chingunya.
Siwon menghembuskan nafas berat.
"Oppa pergi dulu. Kalau butuh apa – apa panggil Kwon Ahjumma."
Ryeowook hanya berdehem panjang. Memilih mengalihkan tatapannya pada seprei biru bermotif bulan berwarna kuning terang.
Siwon kembali tersenyum, kali ini lebih lebar. Kekasihnya sangat terlihat manis kalau sedang cemberut seperti ini. Tanpa mempedulikan mood Ryeowook yang sedang memburuk sedikit direndahkan kepalanya hingga menyamai kepala Ryeowook.
.
~chuu
.
Hanya sedetik.
Tapi… efeknya sangat lama bagi jantung Ryeowook. Ciuman Siwon mampu membuat pipi Ryeowook bersemu merah di waktu itu juga. Ya, sepertinya kali ini Ryeowook harus mengakui kehebatan Siwon. Hanya dalam sedetik Siwon mampu meredakan rasa kesalnya. Seketika sinar bulan di lautan biru yang menjadi objek penglihatannya tak mampu lagi menarik perhatian Ryeowook lagi. Hanya dalam sedetik pula Siwon kembali menjadi yang terbaik di mata Ryeowook.
Dan ketika Ryeowook sadar dari keterkejutannya, matanya menangkap bayangan Siwon telah keluar kamar dengan wajah penuh kemenangan.
Ryeowook tersenyum tipis. Siwon adalah namja paling sempurna di dunia, menurutnya. Terlahir dari keluarga kaya tak urung membuat Siwon suka berpangku tangan. Ia sudah belajar membantu Appanya di kantor sejak ia duduk di bangku SMA. Dan alasan yang paling membuat Ryeowook mencintainya, dia mampu membuat hidup Ryeowook lebih berwarna. Ryeowook sadar, harusnya kali ini ia juga lebih bersikap dewasa. Apa yang dilakukan Siwon tak lebih dari urusan pekerjaan yang memang menjadi tanggung jawabnya sebagai pewaris utama Choi Coorporation. Ia sangat bersyukur memiliki Siwon yang tulus mencintainya sepenuh hati.
.
"Maaf Noona, Mana Jessica?"
.
Suara seorang namja berbadan tegap tetapi sedikit lebih pendek dari Siwon tiba – tiba terdengar hendak membangunkan Ryeowook dari lamunannya. Entah sejak kapan namja itu berdiri di hadapan Ryeowook.
"Noona!" ulang namja yang dikenal se-antero Seoul bernama Donghae ini lebih keras karena merasa tidak mendapat jawaban.
Ryeowook sedikit terperanjat. Sadar dari lamunannya. Sosok namja yang sering ia lihat di layar televisi memenuhi pandanggannya.
Benarkah ini?
"Eh? Dong.. Donghae…" Ryeowook terbata. Mengerjap –ngerjapkan matanya, seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Kau… Lee… Lee Donghae Oppa?" Ryeowook tanpa sadar berdiri dan menuding Donghae dengan tangan bergetar.
"Nn.. ne? Apa kita saling kenal?"
Donghae mengerutkan kening karena merasa bingung.
Ryeowook segera menurunkan tangannya. Sadar ia telah bersikap tidak sopan.
"Mianhe… Mianhae.." ujar Ryeowook sembari membungkukkan badan sangat dalam.
"Eh? Gwaenchana Noona. Harusnya aku yang minta maaf karena tadi langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Aku fikir tadi kau…" Donghae mengamati bentuk tubuh mungil Ryeowook yang menurutnya sekilas mirip ….. "Jessica."
Donghae menggaruk kepalanya yang sedikit gatal.
Ryeowook sibuk memperhatikan penampilan namja di hadapannya sambil bangun dari acara membungkuknya. Ia mulai mengamati setiap detail tubuh Donghae mulai dari bawah sampai atas. Kaos putih tipis, polos dan traineeng(?) warna hitam. Sangat sederhana tapi sama sekali tak mengurangi charismanya seperti ketika di dalam Televisi. Bentuk tubuhnya yang kekar sangat jelas terlihat. Namja ini, Lee Donghae, adalah idola Ryeowook. Salah satu member Boyband ternama di Seoul, Super Junior.
Group asal Korea Selatan yang beranggotakan 12 member, Hangeng, Donghae, Eunhyuk, Heechul, Leeteuk, Kangin, Kyuhyun, Sungmin, Yesung, Shindong, Zoumi dan Henry, sukses membuat Ryeowook menggilai mereka semenjak 6 tahun lalu. Bahkan sebelum Kim Kibum, member paling misterius di antara mereka memutuskan untuk meninggalkan Super Junior 5 tahun lalu karena ingin konsen di dunia acting, Ryeowook sudah menyukai mereka. Ryeowook sangat kecewa mendengar berita hengkangnya Kibum yang secara tiba – tiba itu. Tapi toh siapa dia? Dia tidak bisa memaksa Kibum untuk tetap bertahan bersama Super Junior.
.
"Maaf Noona, kau melihat Jessica?"
Donghae merasa risih karena sedari tadi terus diperhatikan.
"Eh? Kau bilang apa? Jessica? Adik Siwon Oppa?" ulang Ryeowook karena hanya mendengar setengah bagian akhir perkataan Donghae.
"Ne, ada yang salah? Kau…. kakaknya Jessica?" Donghae balik bertanya.
Ryeowook menggeleng,
"Bu..Bukan… aku… ummm…. Kekasihnya… Siwon Oppa."
Ryeowook merasa sangat malu. Seketika ia menunduk.
Donghae sedikit mengerutkan kening. Ia kini justru tersenyum geli melihat tingkah malu – malu Ryeowook. Semburat merah sudah jelas menghiasi pipi Ryeowook. Menambah kesan manis dan membuat siapa pun ingin memandangnya lebih lama. Donghae sedikit memiringkan kepala untuk melihat perubahan pada wajah yeoja berpipi tirus di hadapannya.
"Kalian sedang apa?" Ketus seseorang dari arah pintu tiba-tiba.
Jessica muncul dengan wajah angkernya. Sedikit mengagetkan kedua manusia yang tengah berhadapan di tengah ruangan itu. Posisi mereka seperti hendak berciuman jika dilihat dari tempat Jessica berdiri. Apalagi dengan posisi tubuh Donghae yang menutupi tubuh mungil Ryeowook.
Donghae, Ryeowook seketika menoleh ke arah yeoja berambut pirang-merah yang entah sejak kapan bersender di pintu sambil melipat tangan di dada.
Ryeowook terbelalak melihat penampilan Jessica yang menurutnya terlalu … minim. Apalagi di sini ada namja asing.
Jessica hanya terbalut gaun tidur di atas lutut berwarna putih. Meskipun di dalamnya masih ada kain yang lebih tebal, tetap saja Ryeowook menganggapnya minim karena yang tertutup kain tebal hanya bagian dada dan bagian bawah pusar sampai paha atas. Sedangkan perutnya dibiarkan begitu saja, hanya tertutup kain luar yang sangat tipis.
"Sica… Cepat ganti bajumu."
Tanpa sadar Ryeowook memerintah dengan nada yang sedikit tegas.
Jessica mendecih.
"Kau menggoda kekasihku Eonni?"
"Ke.. Kekasih? Maksudmu… " mata Ryeowook melirik ke arah Donghae sekilas.
"Ne," Jessica masuk ke dalam kamar dan bergelayut manja di lengan kekar Donghae. Tanpa mempedulikan tatapan sipit sang namjachingu.
"Donghae Oppa kekasihku. Ada masalah?"
Donghae makin menyipit. "Ne, ne. Kau kekasihku. Tapi kenapa kau juga jadi terlihat se-posesive(?) ini? Tadi aku mencarimu dan ku kira Noona ini adalah kau. Harusnya aku yang kau salahkan. Aku seenaknya masuk kamar ini."
Jessica menatap Ryeowook meminta penjelasan, "Benar itu Noona?"
"Ne," jawab Ryeowook cepat.
"Tuh kan," sahut Donghae tak kalah cepat.
Jessica kembali mendecih. "Sudahlah. Aku mencurigainya juga bukan tanpa alasan."
"Maksudmu?" Tanya Ryeowook dan Donghae bersamaan.
"Tuh kan… Tanya ginian aja kenapa bisa barengan. Kenapa kalian terlihat… errr…" Jessica melirik Donghae – Ryeowook bergantian, "….tidak jadi."
"Terlihat apa?"
Dan lagi – lagi keduanya harus saling pandang karena pertanyaan yang mereka lontarkan sama persis. Jessica memutar bola mata, sangat bosan.
"Sudahlah… Lupakan saja." Putus Jessica sepihak. menimbulkan hawa penasaran menyelimuti keduanya.
Jessica bukan tidak tahu kalau selama ini Ryeowook juga penggemar berat Donghae. Sudah berjalan bertahun-tahun malah. Jadi menurutnya mencurigai Ryeowook sama sekali tidak ada salahnya. Meskipun ia sendiri tahu bagaimana Ryeowook tidak bisa kehilangan kakaknya, Choi Siwon. sama sekali tak menutup kemungkinan bagi Ryeowook untuk berpaling.
Ryeowook dan Donghae hanya saling pandang. Mereka sama sekali tidak mengerti apa maksud perkataan Jessica.
"Aku bilang lupakan. Kenapa kalian malah saling pandang?" Jessica bersungut.
"Aku tidak suka kau menatap yeoja lain Oppa…" rajuk Jessica manja. Ditariknya lengan Donghae yang sedari tadi dipeluknya dan member isyarat agar duduk di ranjang.
Donghae menurut. Ia segera memindahkan bantal di pinggiran ranjang ke tempat yang agak jauh dan menduduki bekasnya dengan punggung bersender di pinggiran ranjang dan kaki terjulur tanpa sempat melepas sepatu.
Jessica sumringah. Tanpa basa – basi ia segera duduk di pangkuan Donghae.
Donghae tersentak. Terlihat dari gerakannya.
"Sica!" sentak Donghae reflek.
Ryeowook melongo. Tak tahu harus berkata apa lagi. Ini sangat keterlaluan!
"Apa? Bukankah aku sudah biasa duduk di sini? Ini memang tempatku!" bela Jessica.
"Tapi…"
"Apa? Kau takut yeoja itu menjauhimu?" desak Jessica dengan nada menyindir.
Ryeowook menarik nafas berat. Dipijatnya pelipis pelan. Ia tak tahu akan jadi apa dia kelak jika harus serumah dengan calon dongsaengnya yang galak ini.
Donghae melirik Ryeowook dengan tatapan tidak enak. Bagaimana pun dia telah mengganggu Ryeowook.
"Tidak apa – apa. Lanjutkan saja."
Sebisa mungkin Ryeowook berusaha tersenyum. Meski hatinya sangat kesal kali ini.
'apa mereka tidak punya tempat lain, heh?!'
Dengan sedikit hentakan kuat dilangkahkan kakinya menjauhi kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Cukup kuat untuk menyalurkan rasa kesalnya tanpa sadar akibatnya kelakuannya kali ini membuat kakinya lumayan nyeri.
Jessica tertawa puas. Ada perasaan senang ketika ia bisa membuat Ryeowook kesal. Entah kenapa sejak awal ia berkenalan dengan Ryeowook, ia merasa yeoja ini tidak terlalu tulus mencintai Siwon. Harta, ya, harta. Mungkin saja kan yeoja ini mengincar harta?
Tak mau kencannya kali ini terulur lagi, Jessica segera memfokuskan pandangan dan perhatiannya pada Donghae.
..
^Cho Ryeona^
..
Ryeowook melirik ranjang itu sekali lagi. Dari tadi ia terlihat sibuk mengotak – atik labtop hitam kesayangannya. Padahal sebenarnya pikirannya dipenuhi dua anak manusia yang tidak tahu malu itu.
Entah ini sudah ciuman ke berapa kali. Ryeowook merasa jengah. Sekitar satu jam lebih mereka bermesraan di kamar , kali ini ia sedikit bersyukur karena tidak lupa membawa benda kesayangannya, setidaknya benda ini cukup untuk membuatnya tidak terlihat terlalu bodoh.
"Hahh…. "
Ryeowook menghembuskan nafas berat. Kembali diputarnya video music yang ia sendiri yakin telah memutarnya berpuluh – puluh kali dalam satu jam ini.
"Kau tidak merasa bosan eoh?" gumam Ryeowook sepelan mungkin. Cukup dia sendiri yang mendengar.
"Kau menari – nari di layar labtop ku dengan lagu dan gerakan yang sama persis selama hampir satu jam. Aku sangat – sangat - sangat dan sangat bosan melihatmu." Tuding Ryeowook pada sosok manusia di dalam layar.
Tak sadarkah kegiatanmu kali ini amat sangat tidak berarti, Kim Ryeowook?
"Mulai hari ini aku sudah membuat keputusan…" Ryeowook melipat tangannya di dada, sebentar kemudian tangannya kembali terjulur. Bersiap menutup layar. " Aku berhenti menjadi penggemarmu." Geram Ryeowook lebih pelan namun terkesan tegas. "Dasar namja tidak tau malu."
.
~brakk
.
Ryeowook menutup labtop nya kasar. Mengabaikan sosok Donghae di dalam layar yang mungkin menjerit kesakitan karena terjepit seandainya yang di dalam layar itu adalah benda hidup.
Untungnya Donghae versi hidup kini sedang berada di dalam dunianya sendiri. Memanjakan kekasihnya dengan pelukan dan ciuman. Dan menganggap Ryeowook yang tengah berada di meja seberang ranjang seolah benda mati.
Tak mau berlama – lama menonton bioskop nyata, tanpa berpindah tempat Ryeowook kembali menyibukkan diri dengan mencari benda – benda di laci meja yang sepaket dengan tempat labtopnya. Siapa tahu ada mainan menarik.
Namun naas, beberapa menit setelah mencari, Ryeowook hanya menemukan tumpukan berkas, berkas dan berkas. Selebihnya kertas, stempel dan beberapa alat tulis. Sama sekali tidak menarik.
Ryeowook kembali menutup laci kasar. Disenderkan punggungnya pada kursi kerja Siwon. Dan menarik tangannya ke atas, menghilangkan rasa penat.
Bersamaan dengan gerakannya, sebuah kertas terlihat melayang perlahan dari laci yang baru saja ditutup. Seperti… akta kelahiran.
Ryeowook segera membungkukkan badan dan meraih kertas yang jatuh di dekat kakinya. Sembari kembali ke posisi duduk ia mulai membaca lembaran itu.
"Telah lahir pada tanggal 11 Mei 1998 Choi…. Ji…Jiwon" Ryeowook membuat dua lipatan kerutan di keningnya 'apa mungkin salah tulis?'
"... anak dari Choi Kinho… eh?" Ryeowook membaca kata Jiwon dan Kinho berulang – ulang.
Ada yang membuatnya bingung di sini. Choi Kinho, ayah Siwon bukannya hanya mempunyai dua anak. Siwon dan Jessica.
"Lalu siapa Choi Jiwon?" Ryeowook menambah kerutan di keningnya menjadi tiga buah,kebiasaanya jika sedang berpikir. "Kalau salah tulis kenapa tahun kelahirannya juga beda? Apa mungkin….. Ah… Sebaiknya nanti aku menanyakannya pada Siwon Oppa." Tanpa mau berpikir terlalu jauh Ryeowook segera mengembalikan surat kelahiran itu di tempatnya.
Usaha awalnya tak berhenti sampai di situ. Matanya tetap beraksi mencari sesuatu yang menarik yang mungkin ada di dalam kamar. Tidak mungkin kan tidak ada sesuatu yang menarik di dalam kamar sebesar ini?
Matanya mulai menelisik mulai dari pintu masuk, sebelah kirinya ada meja kecil yang bagian atasnya hanya cukup untuk tempat lampu model klasik milik Siwon. Di sebelahnya lagi ada ranjang kayu berukuran king size dengan sepasang manusia di atasnya. Selebihnya secara berurutan ada meja rias lengkap dengan kaca, meja dan kursi kerja yang tengah ia duduki, almari berukuran jumbo yang berada di samping meja kerja dengan posisi melintang. Dan terakhir kamar mandi dengan pintu tepat di berada di dekat almari.
"Tak ada yang menarik" Ryeowook kembali bergumam.
Siwon memang penyuka kerapian. Jadi wajar jika hanya benda – benda penting saja yang berada di kamarnya.
Ryeowook yang masih bersender di kursi kembali mengamati kegiatan Hae-Sica. Meskipun sangat membosankan, entah kenapa matanya terus terarah ke ranjang.
Donghae yang masih memangku Jesica kini menggerakkan tangannya mengelus lembut rambut Jessica sambil terus mendengungkan rayuan – rayuan mautnya.
Jessica terlihat sangat senang. Terlihat dari pipinya yang bersemu merah dengan senyum merekah.
Ryeowook menguap.
'Membosankan!'
Sedikit disipitkan matanya berniat ingin memejamkan mata. Tapi…
'Yang tadi itu apa?'
Hanya dalam sedetik Ryeowook kembali membuka mata. Tapi kali ini sedikit lebar. Ia sangat heran dengan keberadaan meja dengan tinggi sekitar 30 cm dan lebar 50 centi di samping ranjang yang hampir berdekatan dengan meja yang ia tempati. Seumur – umur ia masuk kamar Siwon baru kali ini ia melihat benda ini. Meja berbahan dasar kayu, berwarna coklat dan terlihat sangat lusuh. Dari tempat duduk Ryeowook terlihat sangat jelas bekas coretan – coretan entah dari tip-x, bolpoint dan bekas goresan silet. Sarang laba – laba dan debu juga menambah kesan aneh sekaligus kontras dengan kamar Siwon yang secara keseluruhan hampir tidak ada debu.
Karena sangat penasaran, Ryeowook dengan cekatan mengambil kemuceng yang ia sudah hafal tempatnya dan langsung mendekati meja kecil, mengabaikan tatapan Jesica yang menganggapnya mirip pembantu.
'Untuk apa Siwon Oppa meletakkan benda ini di sini?' Ryeowook terus membatin.
Sementara tangannya reflek membersihkan debu dan sarang laba – laba yang memenuhi meja menggunakan kemuceng yang ia pegang, sembari membolak – baliknya sampai benar – benar bersih. Terakhir ia meletakkan kembali meja dengan posisi selayaknya.
Ryeowook berjongkok, meletakkan kemuceng di lantai. Mencoba membaca setiap coretan yang terbentuk. Dari sekian coretan tak berarti, hanya satu yang dapat Ryeowook tangkap. Dan bukan bentuk tulisan. Melainkan pahatan menjorok ke dalam seperti relief.
Ryeowook mencoba memperhatikan pahatan itu lebih seksama. Menghubungkan garis demi garis yang sepertinya terbentuk dari goresan silet. Dan sedikit terkejut karena ternyata pahatan itu membentuk wajah yeoja tanpa ekspresi berambut lurus sebahu.
.
~grrr
.
Ryeowook memegangi bulu tengkuknya yang tiba – tiba berdiri. Bukan hanya bulu di tengkuknya, tapi bulu di seluruh tubuhnya sekarang seolah menjadi serbuk besi yang tertarik magnet. Ryeowook merasakan suasana horor yang tiba – tiba menyelimuti pikirannya.
Dilihat dari lekukan dan tonjolan yang tercipta, sepertinya ini bukan karya asal – asalan dari orang yang tidak berpengalaman. Ryeowook yakin. Karya ini sangat indah. Seorang yeoja berbibir sedang dan pipi standart dengan rambut tergerai. Dan jika dilihat lebih teliti lagi, yeoja ini bermata sipit namun mempunyai tatapan dalam, seolah mengisyaratkan yeoja ini menyimpan sesuatu yang sangat berat.
"Sica…" Tanpa sadar Ryeowook memanggil tanpa melepas tatapannya pada benda kecil di hadapannya.
Jessica melepas ciuman, memandang Ryeowook sejenak.
"Ck. Diamlah. Jangan menggangguku!" Sentak Jessica tanpa belas kasihan.
Tanpa menunggu jawaban Ryeowook, ia kembali sibuk dengan benda berwarna merah yang terletak di bawah hidung Donghae.
Ryeowook hanya mendengung sebagai jawabannya. Keinginannya untuk bertanya mengenai sosok gadis ini seolah pudar.
'cantik' puji Ryeowook tanpa suara.
Kepalanya memerintahkan untuk sedikit memiringkan meja itu ke arah tubuhnya agar semakin jelas terlihat. Tiba – tiba dua buah lekukan di meja yang membentuk bibir terlihat seperti tertarik. Dan semakin tertarik hingga membentuk lengkungan senyum penuh.
.
~brakk
.
Donghae sontak melepas ciuman. Bersamaan dengan Jessica, menatap bingung Ryeowook yang diduga sebagai pelaku pendorong meja hingga membentur pinggiran ranjang. Mengakibatkan sedikit kegaduhan yang cukup mengganggu kegiatan mereka.
Ryeowook yang tersentak memundurkan satu langkah posisinya dengan keadaan tetap berjongkok. Wajahnya seketika memucat karena kaget.
"Ada apa Noona?" tanya Donghae khawatir dengan yeoja yang memang ia belum tahu namanya.
Ryeowook memegangi dadanya yang berdetak tak karuan, sementara tangan kannanya menunjuk meja kecil yang tengah terguling.
"Tadi… tadi…" gagap Ryeowook.
"Tadi.. meja… gambar.."
"Cepat katakan!" Sungut Jessica sinis.
"Pelan sedikit chagi… " tutur Donghae yang terdengar seperti membela di telinga Jessica.
Jessica merengut.
"Apa tidak ada kerjaan lain selain mengganggu kami?!" Jerit Jessica sembari melempar bantal tepat mengenai kepala Ryeowook.
"Awwwhh…" Ryeowook melenguh kecil. Sakitnya tidak seberapa. Tapi karena efek kaget yang belum sembuh dan sekarang harus bertambah kaget lagi.
Jessica tersenyum simpul.
"Sudah. Biarkan saja yeoja ini."
"Tapi…" Donghae berusaha membela.
"ayolah Oppa…" Jessica membuat suaranya semanja mungkin hingga Donghae tak kuasa lagi untuk menolak.
Ryeowook menebah dadanya pelan.
'Wookie selama ini salah mengidolakan namja. Namja ini tidak punya pendirian.' Cerca Ryeowook di dalam hati.
Masih mencoba menetralisir detak jantungnya, Ryeowook mencoba berpikir positif.
'Tadi … tadi gambarnya tersenyum, mungkin saja kan gambar ini bermaksud baik?'
Semakin penasaran, Ryeowook kembali mendekati meja dan menariknya hingga berada pada posisi yang benar. Setelah merasa sedikit tenang, Ryeowook mencoba duduk di lantai. Kembali memfokuskan pikirannya pada meja.
Suasana horror kembali menghinggapi pikiran Ryeowook. Di ruangan sebesar ini ia seolah merasa sendiri karena dua manusia di atas sana sama sekali menganggapnya tidak ada.
Sebentar kemudian, telinganya sayup – sayup mendengar suara gemericik air dan suara – suara burung. Entah mungkin ini hanya halusinasi atau imajinasi, hanya dalam satu kedipan, meja yang sedari tadi menjadi obyek penglihatan Ryeowook kini menampakkan tulisan berjalan secara horizontal selama kurang lebih satu menit. Ryeowook menyimpan baik – baik kalimat itu dalam otak yang kurang lebih bunyinya seperti ini,
'karena kamu gadis yang baik, aku akan memperlihatkan salah satu dari banyak keindahan padamu'
Seiring dengan hilangnya kalimat terakhir, meja yang awalnya berbahan kayu tiba – tiba bagian atasnya berubah menjadi kaca bening. Sedikit demi sedikit pahatan gadis tersenyum di atas meja juga mulai memudar. Berganti bayangan aliran air di antara bebatuan yang kian lama semakin terlihat nyata. Suara semilir angin yang berhembus juga semakin menambah panorama keindahan yang terlukis.
Ryeowook terpana. Dari mana asal air ini? Tidak ada apa pun di bawah meja. Ia baru saja memastikan.
"Ckck. Waaaaahh... Hebat.."
Ryeowook tak henti – hentinya berdecak kagum. Pemandangan menakjubkan ini sedikit demi sedikit mengikis rasa takutnya.
"Sudah ku bilang diamlah!"
Tanpa menoleh Ryeowook sudah tau suara siapa barusan. Hanya berusaha fokus, itu yang Ryeowook lakukan sekarang. Benda di depannya ini seribu kali lebih menyenangkan dari pada calon adik iparnya yang super duper jutek. Ia juga tidak habis mengerti, kenapa mereka terus saja bermesraan seperti itu, padahal di sini ada barang antik sekaligus sedikit aneh. Apa mereka tidak tertarik?
Entahlah….
Tak hanya aliran air bening yang ditunjukkan, sekarang mulai berdatangan ikan berwarna – warni dengan lebar sekitar 5 cm. Tujuh ikan berwarna pelangi lengkap berlarian kesana kemari. Ikan dengan bentuk fisik mungil dan cantik. Ryeowook belum pernah melihat ikan jenis ini sebelumnya.
'Siapa pun kamu, trimakasih telah memperlihatkan keindahan ini'
Ryeowook tersenyum tanpa terlalu memperhatikan pada siapa ia tersenyum. Ia sangat yakin ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya.
.
~Baby baby baby baby baby uri jeoldae he-eojiji marja
Oh my Lady lady lady
~pipp
.
Sedikit mendongak ke atas ranjang, Ryeowook mencari sumber suara yang sedikit mengganggu. Itu … salah satu lagu favoritnya.
"Ne Hyung?" sapa Donghae pada seseorang di seberang setelah memastikan telah memencet tombol accept.
Ryeowook ber-oh ria. Ternyata yang tadi suara HP Donghae. Pantas saja lagunya sangat familiar.
"Mwo?! Sekarang? Ne, ne. Aku segera ke sana."
.
~pipp
.
Jessica mendengus, "Siapa?"
"Aku harus pergi. Ada panggilan mendadak dari manager."
.
~Chuu
.
Satu kecupan berhasil didaratkan Donghae di pipi Jessica sedetik sebelum ia pergi. Menyisakan Jessica dengan ekspresi kesal bercampur sebal. Hari ini sangat tidak berpihak padanya.
"Apa lihat lihat?!" Ketus Jessica pada Ryeowook yang tanpa sadar masih menatapnya.
Ryeowook memilih diam dan kembali terpekur menatap mainan barunya.
"Eh, kenapa menghilang?" Bingung Ryeowook sambil membolak – balik meja kecil yang diklaim miliknya. Benda yang tadi sempat berubah sebagian menjadi kaca kini telah kembali ke bentuk semula.
Karena tidak ada kerjaan lain Jessica akhirnya turun. Duduk di lantai sejajar Ryeowook yang sepertinya sedang kehilangan sesuatu.
"Apanya yang hilang?" Jessica sedikit melunak.
"Tadi… Tadi di sini ada air, dan… ikan…"
ucap Ryeowook sejenak menghentikan kegiatannya karena sadar ini justru membuatnya terlihat bodoh. Sedikit dimiringkan kepalanya sekedar menghargai kehadiran Jessica di sampingnya.
Jessica tersenyum meremehkan.
"Ikan apa hm? Ikan di dalam meja lusuh ini?" Jesssica menuding, sebentar kemudian memegangi perutnya.
"Kau… Buahahahaha… Kau tak hanya bermimpi mendapat suami kaya, tapi … Kau memang seorang pemimpi, Kim Ryeowook." Cerca Jessica kasar.
"Jangan menertawaiku! Aku yakin. Aku tidak bermimpi." Ryeowook tidak mau kalah.
Jessica sedikit menahan tawanya. Ditudingkan telunjuknya pada coretan di meja yang langsung diikuti pandangan Ryeowook.
"Lalu apalagi hah? Setelah ini kau akan bilang coretan – coretan ini tiba – tiba memudar dan berubah menjadi air? Begitu? Kkkkkkk. Hanya orang gila yang menganggapmu tidak sedang bermimpi."
Ryeowook terbelalak. Bukan karena kata – kata Jessica. Tapi karena ada sesuatu yang juga ikut hilang di meja itu.
Merasa sangat heran, Ryeowook menepis tangan Jessica yang sedikit menutupi posisi dimana harusnya gambar itu ada.
"Tadi… Tadi ada relief berbentuk yeoja di sini."
"Kenapa juga ikut hilang…" sambung Ryeowook kembali menatap Jessica.
Jessica menyipit,
"Jinja?" tanggapnya singkat dengan nada meremehkan. Sebersit ide baru saja muncul di otaknya. Seketika ia berdiri.
Ryeowook kembali focus memperhatikan bangku kecil sembari menelusuri permukaannya dengan telapak tangan.
"Aku serius. Tadi benar ada. gambar itu tersenyum padaku dan memperlihatkan keindahan yang tadi aku ceritakan padamu."
Ryeowook kembali mendongak ketika mendapati Jessica telah kembali dan jongkok di samping kirinya. Sebuah tip-x sudah terjepit rapi siap pakai di jemari Jessica.
"Apa yang akan kau lakukan?" sentak Ryeowook agak kasar. Jessica sepertinya berniat tidak baik.
Reflek tangannya bergerak melindungi meja itu dan meletakkan sedikit di samping kanannya agar tidak terjangkau Jessica.
Jessica melotot.
"Berikan padaku."
Ryeowook memutar duduknya sembilan puluh derajat, hingga posisinya berhadapan dengan Jessica.
"Jangan mengotori meja ini. Dia akan marah padamu." Entah dari mana Ryeowook bisa mengambil kesimpulan seperti ini.
Jessica mengerut, "Dia? Dia siapa?"
Ryeowook mendorong meja dengan punggungnya hingga tergeser sekitar satu langkah.
"Dia… Yeoja yang di dalam gambar."
"Mwo?! Kau premitif sekali!" Jessica menggenggam erat pergelangan tangan Ryeowook.
"Cepat serahkan benda itu! Akan ku buktikan kau hanya berhalusinasi."
Ryeowook menyentakkan tangan Jessica kasar hingga terlepas.
"Jangan harap."
Jessica menyeringai. Sedikit merunduk didorongnya bahu Ryeowook kasar hingga tergeletak di lantai.
"Awwwhhh… Yak!" Jerit Ryeowook yang hanya mendapat senyuman dari Jessica.
"Kau pikir kau lebih hebat dariku hah? Berani sekali padaku!"
Diinjaknya sekalian kaki mungil Ryeowook, menghasilkan sebuah jeritan. Memastikan tak akan ada yang mengganggunya sampai rencananya tersalurkan.
Tanpa ba-bi-bu segera di goreskan tip-x nya mengotori meja. Menuliskan satu, dua kata di atasnya.
"apa yang kau tulis?" ketus Ryeowook setelah berhasil bangun.
Jessica tertawa renyah. "Kau bisa membacanya sendiri." Jawab Jessica acuh sambil melempar tip-x asal ke atas ranjang.
"Lee Doo-nnghaee… Jeesii-ca" sedikit mengeja Ryeowook membaca tulisan karya Jessica yang memang disengaja menggunakan huruf abjad, bukan hangul.
"Kesulitan membaca? Ckck. Aku tak menyangka kau benar – benar bodoh seperti yang ku kira." Cibir Jessica pedas.
"Aku memang bodoh. Tapi tidak kejam sepertimu." Jawab Ryeowook tak mau kalah. Orang seperti ini tidak bisa disabari terus – menerus.
"Mengaku juga akhirnya. Kekekeke~" Jessica tertawa makin menjadi. "Dan sepertinya aku benar. Tidak terjadi apa pun seperti yang kau takutkan. Dia yang kau maksud hanya halusinasimu."
Baru saja Jessica bicara, tiba – tiba meja kecil itu bergetar. Semakin lama semakin keras saja.
Ryeowook seketika menoleh disusul Jessica yang sekarang mulai merasakan keanehan.
"Ke…kenapa…" Jessica tak melanjutkan kata – katanya karena jujur sekarang ia sedikit takut. Tanpa sadar direngkuhnya lengan mungil Ryeowook untuk dipeluk. "Aku… aku takut."
"Sssttt…" Ryeowook memberi tanda untuk diam dan mengisyaratkan untuk sedikit mendekati meja yang perlahan mengeluarkan sinar kuning bercampur putih.
Jessica menurut, semakin dikencangkannya pelukan pada lengan Ryeowook.
.
~slaappp
.
Wajah Jessica dan Ryeowook seolah tertarik masuk ke dalam sinar. Dan sedetik kemudian ketika membuka mata, keduanya tengah berada di atas gerbong kereta api yang tengah melaju kencang.
.
~wuussshhh..
.
Suara angin yang tercipta karena benturannya dengan badan kereta tidak bisa dikatakan pelan. Laju kereta yang melawan arah angin semakin membuat badan keduanya terasa berat. Rambut sekaligus baju mereka berkibar bak bendera. Sedikit keuntungan bagi Ryeowook karena hanya menggunakan celana jans dan kemeja.
Jessica reflek berjongkok, mengikuti Ryeowook yang sudah terlebih dahulu mencengkeram badan gerbong yang bisa dijadikan pegangan.
"Tempat apa ini?!" Jessica berteriak dengan suara sedikit gemetar.
Ryeowook memeriksa sekeliling.
"Sepertinya… " Ryeowook menatap Jessica sebentar, berusaha tidak terlihat takut agar dongsaengnya sedikit merasa aman. "Kita di atas kereta api!" jawabnya tak kalah keras.
Jessica melongo. Tanpa sadar matanya kini sudah berair.
"Bagaimana… kita bisa turun? Hikz…"
Ryeowook kembali menatap ke depan.
"Kau tenang saja! Dan jangan menangis! Kita harus mencari cara agar secepatnya bisa turun!"
"Iya! Tapi bagaimana?! Hukzz.. " Jessica meraung makin menjadi. Di otaknya hanya berputar – putar kata hidup dan mati.
Ryeowook menarik nafas berat. Ia tidak bisa ikut – ikutan bersikap manja kali ini.
'Andai saja ada Siwon Op…'
Ryeowook sedikit bersinar. Bersyukur kali ini ia sedikit jenius.
Ryeowook menyipit. Mengamati tempat-tempat yang dilaluinya. Laju kereta api yang lebih dari kata cepat membuatnya kesulitan membaca setiap penunjuk jalan. Dan…
""Itu dia… 50 km selatan Busan… "
Ryeowook cepat – cepat menggapai saku dengan tangan kanannya. Tiupan angin terasa semakin kencang dengan keadaan tangannya yang hanya sebelah kiri yang ia gunakan sebagai tumpuan.
"Yak ! Apa yang kau lakukan! Hati hati!" Jerit Jessica dengan nada takut. Jujur ia sedikit khawatir.
"Sial! Tidak ada signal." Rutuk Ryeowook sibuk memenceti HP yang sudah berhasil ia keluarkan dari saku.
.
~wush..
~Wush..
.
Jessica semakin mencengkeram besi yang sedari tadi ia pegang. Angin semakin tidak bersahabat. "Eonni! Hati-hati!"
"Ne… sa…"
.
~Bruukk
.
"Eonniiii!"
"Awwhhh…" Ryeowook meringis. Bahu kirinya membentur pinggiran gerbong tanpa melepas pegangan. Sementara tangan kanannya reflek berpegangan lagi. Melupakan keselamatan handphone nya. Hampir saja ia jatuh, untung ada pinggiran gerbong yang sedikit menonjol dibandingkan bagian lain, menghalangi tubuhnya hinga tidak jadi terjatuh.
"Eonni!" Jessica sudah bisa mengontrol sedikit emosinya. Ia tidak ingin hanya menangis dan menangis.
"Gwaenchana!" sahut Ryeowook tanpa menoleh, "Eratkan peganganmu! Pikirkan keselamatanmu! Jangan pikirkan Eonni!"
.
~tap tap
~sreet
.
Seorang yeoja berpakaian serba putih menutupi seluruh tubuh hingga kaki baru saja lepas landas dengan sangat mulus di atas gerbong. Jessica masih membuka matanya walau menyipit. Ia dapat melihat yeoja berbaju putih yang dengan entengnya meletakkan seorang yeoja berbadan lebih besar. Walau sedikit terhalang posisi yeoja yang membelakangi mereka, ia dapat melihat yeoja yang dibawa kira – kira sebesar dirinya.
Kereta perlahan memelan dan berhenti sama sekali.
Jessica berusaha berdiri sambil merapikan bajunya yang terbuka sana – sini, "Itu… Itu siapa?"
"Itu…" Ryeowook melirik ke belakang sebentar kemudian menghadap depan lagi. "Itu … tapi mana mungkin… kau…" sambung Ryeowook menggantung, melirik Jessica sekali lagi kemudian menatap yeoja yang terduduk sekali lagi. Posisi Ryeowook yang di depan Jessica, membuatnya mampu melihat lebih jelas.
"Kenapa dia menyiksa yeoja itu?" Jessica mengulurkan tangan yang langsung disambut Ryeowook.
"Hey!" Pekik Jessica pada yeoja berbaju putih sedang menendang - nendang yeoja dibawanya. Ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa kedua yeoja itu. Yang satu menunduk, sedangkan sang pelaku dengan rambut tergerai sebahu … membelakangi mereka.
"Berhenti!"
Ryeowook berlari. Menghampiri yeoja berambut sebahu dan menepuk bahunya. Tapi….
.
~slapp
.
"Ke… Kenapa tembus?"
"Apa dia hantu?" tanya Jessica yang sudah berdiri di samping Ryeowook dan mencoba melakukan hal yang sama. "dia …. tidak bisa mendengar dan melihat kita."
Yeoja yang disiksa meraung – raung meminta tolong. Suaranya terdengar menyayat hati.
Yeoja satunya sekali lagi menendang manusia di bawahnya tanpa belas kasihan hingga membentur gerbong dan jatuh telentang….
Jessica terperanjat dengan mata membesar. Menatap dirinya dengan balutan busana berbeda pada saat yang sama.
"Itu… itu kan… aku…"
Ryeowook tak kalah kaget. Ia sangat ingin menyelamatkan sosok yang tersiksa itu. Dikibas – kibaskan tangannya berusaha menyentuh salah satu dari dua makhluk itu.
Tapi… sama sekali tak berhasil. Tangannya tetap tak mampu menyentuh.
Detak jantung Jesssica berdegub makin cepat kala melihat yeoja baju putih mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggungnya. Kilatan cahaya dari besi tajam itu mendapat sambutan takut dari yeoja yang wajahnya mirip Jessica. Badannya sudah lemas. Meski takut, ia sudah tidak bisa berbuat apa – apa. Hanya memandang kilatan cahaya yang makin mendekat dan….
.
~Jlebb
.
Darah mengalir deras. Membasahi baju dan daerah sekitar perut dimana pisau itu tertancap. Sosok mirip Jessica kini meregang nyawa. Menahan rasa sakit yang berpusat pada perutnya dengan mata melebar, karena ini satu – satunya yang bisa ia lakukan sekarang. Mata, adalah organ terakhir yang menjadi saksi detik terakhirnya melihat keindahan dunia. Mata itu kini perlahan terpejam diiringi deru nafas yang kian memburu. Satu persatu organ tubuhnya terkulai lemas tak berdaya, hingga akhirnya suara nafas halus itu perlahan juga tidak terdengar sama sekali.
Ryeowook membekap mulutnya. Menetralisir rasa takut yang berpusat pada detak jantungnya yang semakin lama semakin cepat. Baru kali ini ia melihat proses kematian terjadi di depan mata.
Sementara Jessica, sudah sedari tadi ia terduduk lemas. Tangannya sekarang seolah sudah kehilangan fungsi. Matanya yang berair sudah memancarkan rasa takut tanpa harus diucapkan.
Ryeowook baru saja menurunkan tangannya ketika yeoja pembunuh itu tiba – tiba menolehkan kepala tanpa merubah posisi berdiri. Menatap ke arah Ryeowook dengan senyum kepuasan penuh arti. Jujur, Ryeowook sangat takut. Entah karena senyum itu atau karena wajah yeoja pembunuh yang pucat pasi bak hantu di film – film.
Sedetik sebelum ia berhasil menolehkan kepala ke belakang, berniat memeriksa keadaan Jessica, tiba – tiba tubuhnya seolah tertarik ke belakang. Tarikan yang sangat kuat mengakibatkan ia reflek menutup mata karena rasa takut.
.
~Brukk
.
"SSsshhh…"
Ryeowook memegangi punggung. Sensasi tarikan yang sangat kuat berakhir dengan sedikit rasa sakit karena punggungnya membentur benda keras.
Jessica yang seolah mati rasa sama sekali tak merasakan sakit di punggungnya, meski ia juga mengalami hal yang sama dengan Ryeowook. Hanya membuka mata dan kembali duduk terpekur di depan meja kecil. Mereka sudah kembali ke kamar Siwon.
"Gwaenchana… " ucap Ryeowook lembut ketika ia sudah berhasil duduk sambil mengelus bahu Jessica. Ia sangat tahu ketakutan yang dialami dongsaengnya.
Jessica menatap Ryeowook sebentar dengan mata berair. Kemudian meletakkan kepala di bahu Ryeowook. Menyalurkan rasa takut yang dialaminya.
"Tak apa Sica… Anggap yang tadi itu hanya mimpi…" Ryeowook berusaha menenangkan meski sebenarnya ia juga merasa takut.
Melupakan rasa bencinya, Jessica memeluk erat tubuh Ryeowook dan menenggelamkan kepala di dada kakak yang biasnya ia sakiti ini.
"Hikz…"
Hanya berusaha memberi ketenangan, itu yang akan Ryeowook lakukan saat ini. Menyalurkan rasa aman dan nyaman melalui elusan pada rambut Jessica. Jessica yang terus – menerus terisak membuat hati Ryeowook makin teriris. Bagaimanapun ia sangat menyayangi Jessica, adik semata wayang kekasihnya. Bayangan kematian Jessica masih terus terngiang – ngiang di kepala. Sangat jelas dan … nyata.
Dan… tadi… sosok yeoja yang tersenyum ke arahnya? Itu kan…
"lukisan di meja ini…" gumam Ryeowook sambil melirik meja kecil pusat semua ini terjadi.
TBC
Yang satu belum selesai malah maruk bikin yang bernuansa misteri. Hohoho…
Salahin wangsit yang tiba – tiba datang lewat mimpi. Memberiku sedikit ide dalam menuliskan FF aneh yang ngaku ngaku seram ini.
Akhir kata, tuliskan review anda ;-) *maunya*
