Mansion Uchiha
By : F.Y.-chan~ :v
Disclaimer : Om Masashi Kishimoto :v
(Because, all of character are belongs to this UncleJ)
The story is MINE
Pair: SasuHina (~slight~ ItaSaku)
Warn: OOC, AU, and other weakness.
So… Don't Like Don't Read~! Arigatou!^^
Chapter 1
·
Mansion Uchiha
Seluruh keluarga Uchiha; Madara, Fugaku, Mikoto, Itachi dan Sasuke, tengah berkumpul dimeja makan pagi ini untuk menikmati sarapan. Seperti biasa, sarapan kali ini pun berjalan kaku. Tidak ada pembicaraan hangat diantara mereka. Topik pembahasan mereka pagi ini hanya sebatas bagaimana keadaan perusahaan yang sekarang tengah dikelola oleh Fugaku, bagaimana kuliah S3 Itachi, dan juga Sasuke yang baru saja memasuki semester pertama di Universitas. Jujur saja, meskipun sifat asli Uchiha mengalir dalam darah Sasuke, dia tetap merasa bosan. Diluar maupun di dalam rumahnya, baginya itu sama saja. Seperti orang asing. Hanya Itachi-lah yang selalu setia menemani Sasuke saat sedang kesepian. Sebagai sesama anak yang terlahir di keluarga Uchiha, Itachi juga merasakan hal yang sama.
"Baiklah, sampai disini dulu. Mikoto, antar aku ke kamar." Perintah orang yang tertua di Uchiha, Madara, kakek Sasuke.
"Baiklah, Tou-san."
Sarapan pagi itu diakhiri Madara yang ingin ke kamarnya. Seluruh keluarga Uchiha bersiap-siap hendak pergi ke tujuan mereka masing-masing.
Mikoto kembali turun ke meja sarapan dan memberikan salam hangat untuk suaminya.
"Aku pergi dulu. Jaga dirimu, Anata." Ucap Fugaku seraya mencium kedua pipi dan kening sang istri lembut. "Kalian juga, jangan terlalu sibuk bermain."
"Baik, Tou-san." Ucap Sasuke dan Itachi hampir bersamaan. 'Main katanya? Sejak kapan kami suka bermain? Ada-ada saja.' Batin Sasuke.
"Oi, Sasuke, kau ikut denganku tidak?" Ajak Itachi.
"Tidak, aku bawa mobil. Nii-san duluan saja." Tolak Sasuke.
"Baiklah." Itachi langsung menuju mobil sport berwarna merah miliknya dan langsung menancap gas.
"Baiklah, Kaa-san. Aku berangkat–" Sasuke sangat berharap mendapat balasan. Namun, harapan itu seketika sirna saat Mikoto malah pergi menjauh tanpa sedikitpun menoleh pada Sasuke.
'Argh! Kuso!'
~^^Mansion Uchiha^^~
~oOo~
Brrm... Brrm...!
Ciiitt!
Suara decitan ban mobil begitu terdengar di halaman parkiran Tokyo Universitas saat mobil hitam metalik Sasuke tiba. Semua orang melirik mobil keren nan mahal itu dengan takjub. Meskipun sudah melihatnya setiap hari, pasti saja di antara mereka ada yang tetap mengagumi Sasuke. Sasuke sempat merasa risih pada awalnya, namun tampaknya semua sudah menjadi rutinitas biasa. Semakin Sasuke memikirkannya, semakin risih Sasuke dibuatnya. Jadi, lebih baik dihiraukan, bukan?
"Oi, Teme! Kenapa kau baru datang?" Seseorang memanggil Sasuke dari belakang.
"Oi, oi! Kau ini kenapa, huh?" Karena tak kunjung mendapat balasan dari Sasuke, akhirnya pemuda dengan rambut jabrik itu menghampirinya. Dilingkarkannya tangan dengan kulit berwarna tan yang manis itu dileher Sasuke. Sasuke terlihat biasa saja, tidak merasa terganggu. Yah, seperti yang sudah diketahui, semakin dipikirkan, maka semakin membuatnya risih. Seperti ini, kan, lebih baik.
"Oi, Teme. Kudengar kelas kita hari ini akan dimasuki mahasiswi baru!" Ucap si jabrik dengan semangat.
"Hn."
"Aku yakin dia pasti cantik!"
"Hn."
Pemuda jabrik itu mulai kesal dengan sikap Sasuke. "Apa-apaan kau ini? Apakah tidak ada kata lain selain dua konsonan huruf membosankan itu?" Pemuda itu tampak kesal melihat respon Sasuke yang tak seantusias dirinya. "Dasar membosankan, huh!"
Sasuke hanya menatap bosan. Temannya yang satu ini memang sangat ceria, mudah bergaul, dan juga ramah, berkebalikan dengan Sasuke, yang sifatnya seratus delapan puluh derajat berbeda.
"Jangan memasang wajah begitu, Dobe. Kau terlihat semakin buruk." Itulah kalimat pertama yang diucapkan Sasuke sejak mereka bertemu sampai sekarang saat sudah memasuki kelas.
"Ugh! Berhenti menghinaku atau kutonjok wajah sok ganteng mu itu!" Ujar si Jabrik, Naruto, dengan kesal.
"Bahkan kau sendiri mengakui jika wajahku memanglah tampan." Tukas Sasuke sembari medudukkan diri di kursi favoritnya, tepat disebelah jendela pojok kanan belakang. Dan Naruto sendiri duduk di sebelahnya.
"Terserah kau saja. Semakin hari kulihat kau semakin Pe-De saja. Tapi, itu tidak masalah. Ketampananku tidak ada yang bisa menandinginya–"
Ctak!
"Akh!" Tepat sesaat setelah Naruto menyelesaikan kalimatnya, satu jentikan keras mendarat di keningnya. "Apa-apaan kau– S-Sakura?!"
"Hm, apa kabar Sasuke-kun?""
"Baik. Kau sendiri?""
"Aku baik dan akan terus membaik jika didekatmu," Ucap Sakura tersenyum senang.
"Hei! Aku yang kau jitak kenapa kabar Sasuke yang kau tanyai? Uh, dunia ini memang tidak adil!" Naruto bersungut-sungut.
"Apa-apaan kau ini? Dijitak sedikit saja sudah menangis seperti anak kecil! Ubahlah dirimu, Naruto. Hanya kau yang tidak pernah berubah."
"Inilah aku, Sakura, yang tidak pernah berubah dan akan selalu ada untukm–"
Ctak!
"Akh! Ya, ya! Aku akan berubah! Jangan sentil aku lagi, Sakura-chan! Ugh!" Ucap Naruto sambil mengusap keningnya yang sudah berubah warna menjadi merah."
"Nah, begitu." Sakura tersenyum senang saat melihat wajah kesal Naruto.
"Bagaimana bisnismu disana?" Kali ini Sasuke membuka suara.
"Semua berjalan baik. Tapi, kau tahu sendiri, kan? Aku tidak mengerti dengan semua bisnis yang dijalani Tou-san. Jadi, aku menyerahkannya pada Kakashi."
"Kakashi?! Si pria bermasker yang tampan itu ya?! Waah...! Sampaikan salamku padanya, ya, Sakura!" Naruto tiba-tiba saja nimbrung saat nama Kakashi disebut-sebut. "Lihatlah ototnya itu, Sasuke. Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Kkk~" Ucap Naruto berbisik di telinga Sasuke.
"Baiklah," Sakura menjawab dengan anggukan.
"Lalu, jika kau serahkan pada Kakashi, apa yang kau lakukan disana? Bukankah lebih baik jika kau tetap disini?" Sasuke bertanya tanpa menghiraukan Naruto.
"Aku juga ingin begitu, Sasuke-kun. Tapi, kurasa akan lebih baik jika aku tetap melakukan sesuatu meskipun tidak ada urusannya dengan bisnis Tou-san. Jadi, aku memilih untuk menjadi model." Sakura menjawab dengan santai.
"Pfftt...!"
Ctak!
"Akh!" Lagi-lagi Naruto mendapatkan sentilan di keningnya yang memerah. "Kurasa aku akan kehilangan ingatanku untuk sesaat. Apa kau suka sekali dengan keningku? Aku tahu keningku memang mulus! Hiks..." Naruto memasang wajah sedih yang lebih mirip seperti badut.
"Jangan sombong. Lagian kenapa kau menertawaiku, hah?!""
"Hee? Jadi, kau pikir aku menertawaimu? Siapa yang menertawaimu? Aku hanya merasa lucu dengan video Youtubers ini." Naruto menampilkan salah satu aksi lucu dari ponselnya.
Sakura melihatnya sekilas dan kembali melanjutkan perbincangannya dengan Sasuke. "Jadi, kau sibuk apa sekarang?"
"Tidak ada apa-apa. Hanya kuliah dan berbagai aktivitas tidak penting lainnya.""
"Oh, ayolah, Sasuke-kun. Percayalah, seluruh kegiatan yang dilakukan Uchiha selalu saja penting. Sekecil apapun itu. Apa kau tidak ingat saat Itachi-nii menyiram bunga di halaman rumahmu, dan kebetulan saja seseorang sedang lewat lalu memuji-muji nya? Hhh~ dasar Uchiha. Kalian ini mengerikan." Sakura mengucap kata Uchiha seolah-olah bosan mendengarnya.
"Hm," Sasuke tersenyum dibuatnya dan mengacak pelan rambut pink Sakura. "Apa kau tidak rindu pada Itachi-nii?"
Mendengar kembali nama Itachi, mau tidak mau membuat Sakura tersadar akan kenangan indah itu.
Flashback On
"Sakura, kau... Ehm, apa kau sudah memiliki kekasih?"
"Ng? Tidak. Memangnya kenapa, Itachi-nii? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Kau mau menjadi kekasihku?" Ucap Itachi to the point.
"Apa?!" Skakmat!"
"Yah, jika kau tidak mau juga tidak masalah. Tapi, kurasa itu akan meninggalkan sedikit luka disini." Ucap Itachi seraya memegang dada kirinya.
"Kau ini... Jangan bertanya jika kau juga yang menjawabnya. T-tentu saja aku mau!" Ucap Sakura sambil menolehkan wajahnya yang sudah merah ke arah lain.
"Benarkah? Terima kasih, Sakura!" Itachi langsung memeluk hangat tubuh mungil Sakura dan Sakura pun membalas pelukan hangat itu.
Flashback Off
"Hei, sudahlah. Jangan kau ingat lagi hal menyedihkan itu. Dia sudah memiliki kekasih baru sekarang." Ucap Sasuke santai disertai pekikan Sakura.
"Apa?! D-dia... s-secepat itukah... dia move on dariku? Ugh! Ini sangat menyebalkan! Menyebalkan! Hiks... dia tega sekali. Padahal, semenjak hubunganku berakhir darinya, aku tidak pernah memikirkan untuk mendapat pengganti secepat dirinya. Ugh! Menyebalkan kau, Itachii!" Sakura terlihat frustasi sendiri.
"Sudahlah, Sakura-chan. Kenapa kau tidak denganku saja?" Naruto menawarkan diri yang langsung dibalas dengan tatapan kau-mau-ku-jitak-lagi?!. "Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda."
"Datanglah kerumahku malam ini. Kaa-san pasti sangat merindukanmu." Ucap Sasuke. Terasa getir saat Sasuke mengucapkan 'Kaa-san'.
"Apa Kaa-san masih seperti itu padamu?" Sakura bertanya dengan wajah serius. Seolah-olah jawaban atas pertanyaannya ini tidak boleh terlewatkan.
Sasuke memejamkan matanya sesaat sebelum dengan berat ia menjawab, "Hn." Dan lagi-lagi hanya dua konsonan itu yang keluar dari bibir tipisnya. "Sudahlah, jangan dipikirkan. Kujemput kau jam tujuh."
"Baiklah. Aku tunggu. Jangan sampai terlambat ya!" Ucap Sakura meskipun hatinya turut merasa sedih atas sikap Mikoto pada Sasuke.
Dan Naruto? Huh, jangan tanyakan dia yang sedang asik bermain video game di ponsel pintar baru miliknya.
~^^Mansion Uchiha^^~
~oOo~
Sakura's House, 06.50 P.M.
Tiiin...!
Suara klakson mobil terdengar di pekarangan rumah milik keluarga Haruno. Sang kepala keluarga, Kizashi, keluar dan menghampiri mobil sport hitam Sasuke. Sasuke mematikan mesin dan keluar dari mobilnya. "Oyasumi, Oji-san." Ucap Sasuke.
"Waah... Sasuke. Seperti biasa, kau terlihat sangat tampan. Kau ingin menjemput Sakura, bukan? Dia sedang bersiap-siap. Ayo, masuklah dulu." Ajak Kizashi, namun Sasuke menolaknya.
"Tidak, Jii-san. Biar aku menunggu disini saja. Beritahu saja padanya bahwa aku sudah datang."
"Hm, baiklah. Tunggu sebentar," Ucap Kizashi kemudian masuk ke dalam rumah mewahnya.
Tak lama setelah itu, Sakura keluar dengan mengenakan dress berwarna soft pink selutut yang dipadukan dengan sepatu berhak 5 cm berwarna senada. Rambut sepunggung yang digerainya pasti terlihat begitu indah, dimata Itachi nanti. Karena Sasuke terlihat biasa saja saat melihat penampilan Sakura. "Hei! Apa kau ini tidak normal? Kenapa kau tidak berekspresi sama sekali saat melihatku? Setidaknya beri aku sedikit pujian, Sasuke." Ucap Sakura kesal. Karena setiap kali Ia berdandan, tak sekalipun Ia mendengar Sasuke memujinya.
"Tenanglah, Sakura. Apa kau tidak ingin Itachi menjadi orang pertama yang akan memujimu malam ini?" Sasuke mencoba menggoda Sakura. "Kau ingin, bukan?"
"S-Sudah, hentikan! Ayo, pergi." Sakura menarik lengan Sasuke dan mengajaknya ke dalam mobil.
"Dasar tidak bisa move on!" Ledek Sasuke yang mendapat tatapan sinis dari Sakura, yang sialnya malah terlihat lucu di mata Sasuke. "Jangan mencoba menandingi tatapan para Uchiha, Sakura."
~^^Mansion Uchiha^^~
~oOo~
Uchiha Mansion field, 07.15 P.M.
Sasuke memarkirkan mobilnya di halaman rumah mewah nan luas itu. Setelah selesai, Ia keluar dan membukakan pintu yang ada di sisi lain kemudi. "Silahkan, Tuan Puteri." Ucap Sasuke yang membuat Sakura merasa bak puteri raja.
Sakura berjalan dengan anggun menuju pintu utama dari mansion Uchiha diikuti oleh Sasuke di sampingnya.
Cklek!
Suara pintu terbuka membuat selutuh aktifitas yang ada terhenti. Para pelayan menatap takjub ke arah Sasuke dan Sakura. Mereka terlihat bagaikan sepasang kekasih yang sangat serasi, yang satu cantik, dan yang satunya lagi tampan.
Sasuke melangkah lebih dulu menuju ruang makan. Disana sudah terdapat para penghuni mansion, tak kurang satu pun. Sakura mengikuti dari belakang dan menyapa semuanya.
"Selamat malam, semua!" Ucap Sakura sumringah saat mendapati ada Itachi di sana. Dan yang lebih meneyenagkan lagi... Itachi menatapnya kagum!
"Selamat malam, Sakura." Sahut Madara.
"Oh, selamat datang kembali, Sakura. Lama tidak melihatmu." Ucap Fugaku.
"Selamat malam, sayang...!" Mikoto datang menghampiri Sakura dan memeluknya. Melihat itu Sasuke merasa sedikit risih mengingat hubungannya dengan ibunya sendiri sedang tidak baik.
Mikoto melepaskan pelukannya. "Kau kemana saja, huh? Kenapa jarang meneleponku? Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" Mikoto lagi-lagi memeluk Sakura.
"Aku tidak kemana-mana, Bibi. Hanya pergi sebentar dan kembali lagi."
"Ayo, duduk disini. Kau belum makan, kan? Biar Bibi yang ambilkan."
"Tidak apa-apa, Bibi." Sakura menahan Mikoto agar tetap di tempat duduknya. "Aku bisa mengambilnya sendiri." Sejujurnya Sakura merasa tak enak melihat Mikoto yang sangat baik padanya, tapi pada Sasuke? Ah, Sasuke. Kemana dia? "Bibi, kemana Sasuke? Apa dia tidak makan?"
Seketika air muka Mikoto berubah. "Biarkan saja, Sakura. Yang terpenting kau harus makan." Ujarnya sembari mengambil piring dan menaruh beberapa makanan pembuka.
'Maaf, Sasuke.' Batin Sakura. Ia semakin merasa tak enak dengan perlakuan Mikoto. "Err, Bibi, kurasa aku harus menemui Sasuke." Kemudian Sakura berdiri dan meninggalkan ruang makan tanpa mempedulikan tatapan kecewa dari Mikoto.
Sreet!
"Kalau begitu aku juga sudah siap. Aku ingin ke kamar dulu." Tak disangka-sangka, Itachi pun menyudahi makan malamnya dan meninggalkan ruang makan, berniat menuju kamar Sasuke, tujuan yang sama dengan Sakura.
"Apa kau setega itu pada puteramu sendiri, Mikoto? Jujur saja, aku sangat prihatin pada cucu bungsuku itu." Ujar Madara.
"Tou-san benar." Sahut Fugaku. "Kenapa kau masih menyimpan dendam padanya?"
"Apa kau tidak ingat apa yang dia lakukan?! Aku tidak bisa melupakan maupun memaafkannya, Suamiku! Dia... dia hampir saja membunuhmu jika Sakura tidak segera menyelamatkanmu."
Flashback On
"Hahaha... ayo, Tou-san! Larimu sangat lamban. Kalau begini bagaimana Tou-san bisa menangkapku?" Ujar Sasuke kecil sambil berlari.
"Awas kau, ya. Tou-san akan menangkapmu!" Teriak Fugaku semangat.
Mereka berlari kesana-kemari. Melewati kebun dan mengelilingi bangku taman.
Fugaku yang tak bisa menangkap Sasuke mulai lelah. "Hah... hah... tunggu dulu, Sasuke. Tou-san lelah. Nanti kita main lagi, ya?"
"Tidak, aku tidak mau. Pokoknya Tou-san harus bisa menangkapku!"
"Tapi–" Kalimat Fugaku terputus saat Sasuke menarik-narik lengannya. "Baiklah, baiklah."
Mereka memulai kembali permainan yang sempat terhenti. Fugaku berlari mengejar Sasuke yang lincah. Melompat dari satu sisi ke sisi yang lain. Dan dari satu sudut ke sudut yang lain.
Sampai pada akhirnya Fugaku merasakan sakit di dada bagian kiri. Nafasnya terasa sesak dan memburu. Ia terjatuh di atas rerumputan hijau yang segar. Sasuke tak melihat kondisi ayahnya. Ia tetap berlari sampai seorang gadis memanggil nama ayahnya…
"Paman Fugaku!" ...dan dia adalah Sakura. "Paman, paman! Bangunlah, Paman! Sasuke, kenapa dengan Tou-san mu?! Cepat panggil Bibi di dapur!""
Sasuke terkejut melihat ayahnya yang sudah terbaring dengan nafas yang sesak. Ia segera berlari mengikuti apa yang dikatakan Sakura.
Plak!
Suara tamparan keras terdengar di seluruh ruangan kamar Fugaku dan Mikoto. "Kenapa kau ini, hah?! Apa kau tidak mengerti jika Tou-sanmu itu tidak bisa lelah?! Lihat apa yang sudah kau lakukan, Sasuke! Suamiku tak berdaya... dan ini semua gara-gara dirimu! Apa kau ingin membunuh Tou-sanmu sendiri, huh?!""
"Sudahlah, Mikoto! Jangan memarahinya seperti itu! Dia masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Jangan terlalu keras padanya!" Sergah Madara.
"Hiks... Hiks... M-maafkan aku, Kaa-san. Hiks... aku tidak sengaja melakukannya... Hiks..."
Mikoto tak mempedulikan isak tangis Sasuke dan malah berniat ingin memukulnya lagi sebelum Itachi datang dan melindungi adik kecilnya. "Hentikan, Kaa-san! Jangan pukuli dia! Dia itu masih kecil." Itachi semakin mempererat pelukannya pada Sasuke.
"Apa maksudmu, Itachi?! Dia ingin membunuh Tou-sanmu! Jadi, biarkan aku yang akan membunuhnya duluan!" Bentak Mikoto.
Plak!
"Kaa-san!" Sasuke memanggil ibunya yang terdiam.
Mikoto merasakan nyeri di pipi kanannya. Ya, Madara menampar keras pipinya setelah mendengar kalimat terakhir Mikoto. "Apa kau sudah gila?! Kau ingin membunuh anakmu sendiri?! Tidak akan kubiarkan cucuku terluka, Mikoto! Tidak akan! Jadi, jangan sekali-kali untuk berpikiran seperti itu!" Bentak Madara. "Sekarang istirahatlah. Pikirkan semua dengan kepala dingin." Ucap Madara kemudian berlalu membawa Sasuke dan Itachi meninggalkan Mikoto.
"Aku tidak akan melupakan kejadian ini, Tou-san.""
Flashback Off
"Mikoto? Mikoto!" Panggil Fugaku yang membuat Mikoto kembali ke alam nyata. "Kau ini kenapa?"
"Tidak. Aku hanya mengingat kejadian itu, Suamiku. Semakin aku membayangkannya, semakin besar rasa benciku padanya."
"Jangan seperti itu, Mikoto. Dia itu puteramu dan juga puteraku. Bagaimana kau bisa setega ini padanya?" Fugaku menatap nanar istrinya. "Sudahlah, jangan dipikirkan. Sudahi saja makan malam ini, aku ingin tidur. Oyasumi, Tou-san." Pamit Fugaku pada Madara.
"Antar aku juga ke kamar, Mikoto." Perintah Madara.
"Baik, Tou-san.""
~^^Mansion Uchiha^^~
~oOo~
Tok, tok!
Cklek!
Pintu kamar Sasuke terbuka perlahan memperlihatkan tubuh tegap itu sedang berbaring di atas tempat tidur. Sakura masuk dan hendak kembali menutup pintu saat sebuah tangan menahannya. Dan itu tangan Itachi. "S-Sedang apa kau di sini?" Bisik Sakura pada Itachi.
"Dia itu adikku, Sakura. Apa kau sudah lupa? Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu.""
Sakura melangkahkan kaki menuju tempat tidur Sasuke sambil mengerutkan bibir mungilnya. "Jangan memasang wajah seperti itu, Sakura." Ucap Itachi.
"Kenapa? Apa ada masalah?" Ketus Sakura.
"Tentu saja ada. Apa kau mau jika aku menciummu?" Goda Itachi.
Wajah Sakura memerah menahan malu. "Cih, hentikan! Itu tidak lucu!"
"Ayolah, Sakura. Kenapa kau semakin kasar saja? Apa itu karena aku sudah memiliki kekasih baru?" Itachi mencoba menerka-nerka.
Deg! "A-apa maksudmu? A-aku tidak mengerti." Sakura mencoba mengelak, namun tidak bisa. Perkataan Itachi tentang dirinya sangat benar.
"Haha... tenang saja, Sakura. Sasuke sudah berbohong padamu. Mana mungkin aku bisa secepat itu move on darimu. Iya, kan?" Itachi terus menggoda Sakura.
Sial. Mau tidak mau, dalam hati Sakura merasa senang saat Itachi bilang begitu. "Oh, begitu? Lalu, apa urusannya denganku?"
'Cih, Sudah ketahuan cemburu masih saja mencoba mengelak. Dasar keras kepala! Batin Itachi. "Tapi aku sudah memiliki tunangan." Lanjut Itachi cepat yang sukses membuat Sakura menolehkan kepala ke arahnya.
"Apa?!" Teriak Sakura terkejut.
"Ssst! Sasuke sedang tertidur! Jangan ribut!" Ucap Itachi pelan.
"J-jadi... kau memang tidak memiliki kekasih baru, melainkan tunangan?! Hiks... Kau jahat sekali, Itachi-nii! Kau jahat...!" Sakura mulai menangis.
Itachi menghampirinya dan memeluk Sakura. Menenggelamkan wajah manis itu di dada bidangnya. "Haha... sudahlah, jangan menangis. Aku hanya bercanda. Lagipula, kenapa masih saja mengelak padahal kau sudah cemburu?"
Sakura tak menjawab. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Itachi. Sesekali isakan kecil terdengar.
"Hei, sudahlah." Itachi mengusap pelan kepala Sakura.
"Oi." Sebuah suara baritone mengejutkan keduanya. "Jika ingin bermesraan kenapa harus dikamarku? Pergi saja sana!" Usir Sasuke yang membuat Itachi dan Sakura buru-buru melepaskan pelukan mereka.
"T-tidak Sasuke. Bukan begitu. Aku kesini hanya untuk melihat keadaanmu. Tapi, si kunyuk ini tetap saja mengikutiku dan entah kenapa dia memelukku." Ucap Sakura yang mendapat tatapan tak percaya dari Itachi. Itachi hanya diam.
"Benarkah? Tapi, bukannya Itachi sudah memiliki tunangan? Kemarin dia baru saja membawanya kemari." Sahut Sasuke.
""A-Apa?! M-membawanya kemari?!" Tanya Sakura kemudian memalingkan wajah ke arah Itachi yang menggelengkan kepalanya dengan kencang.
"Ya. Wanita yang sebaya dengannya, yang pastinya lebih dewasa darimu. Dia itu putih, cantik, berhidung mancung. Sangat cocok padanya.""
"Tidak! Itu tidak benar, Sakura! Dia berbohong! Wanita yang dimaksudnya itu adalah dosen termuda di Universitas ku."
"Benarkah?" Tanya Sasuke ragu.
"Huaaa... Sasuke... Itachi-nii sangat jahat padaku!" Sakura berjalan menaiki tempat tidur Sasuke dan memeluknya. "Hiks... kenapa aku harus jatuh cinta pada orang sejahat dia, Sasuke? Hiks..."
"Hei! Itu tidak benar! Oh, ayolah, Sakura. Kau tidak mungkin percaya begitu saja padanya, 'kan? Dan kau, apa-apaan kau ini? Sudah, jangan memeluknya lagi." Itachi mencoba merebut Sakura dari pelukan Sasuke, tapi Sasuke menahannya.
"Tenanglah, Aniki. Saat ini Sakura butuh pelukan hangat dari orang yang di sayangnya, tapi apa? Bahkan orang yang di sayangnya malah membawa kabar mengenai pertunangannya dengan orang lain." Cibir Sasuke.
"Diam kau! Sakura... jangan percaya padanya. Kumohon...""
"Pergilah, Itachi-nii. Jangan ganggu aku! Hiks... huaa...""
"Sudahlah, Sakura. Mungkin dia bukan jodohmu. Masih banyak lelaki diluar sana yang tertarik padamu."
"Ck, kau ini! Besok aku akan menjemputmu jam Sembilan. Jangan sampai terlambat." Sahut Itachi sebelum pergi meninggalkan Sasuke dan Sakura.
Cklek!
"Hiks... apa-apaan dia?! Memangnya mau kemana? Ada-ada saja." Ucap Sakura melepas pelukan. "Tapi, Sasuke, apa itu benar?"
"Apa?"
"Jangan bercanda, Sasuke. Apa tunangannya lebih baik dariku?"
Sasuke berguling menuju sisi yang lain tempat tidur. "Tentu saja tidak. Asal kau tahu, dia tidak pernah melirik perempuan manapun sejak kau pergi."
"Apa?! J-jadi?! SASUKEEE...!"
Jtak!
"Akk!"
~^^Mansion Uchiha^^~
~oOo~
"Terima kasih. Sudah, pulang sana. Hati-hati di jalan." Sakura keluar dari mobil sport merah milik Itachi. Ya, Itachi yang mengantarnya. Sedangkan Sasuke sudah tertidur pulas di kamarnya.
Itachi menyibir, "Apa? Apa begini caramu berterima kasih? Hah, tak kusangka."
"Lalu aku harus bagaimana?" Sakura melipat tangan di depan dada. "Sudah cukup jika ku bilang terima kasih, dari pada tidak sama sekali."
"Paling tidak cium aku, Sakura. Kita sudah lama tak berjumpa. Anggap saja ini sebagai salam pembuka." Rengek Itachi.
"Salam pembuka apanya? Sudahlah, jangan minta yang macam-macam, Itachi-nii." Sakura hendak pergi meninggalkan mobil Itachi.
Dengan cepat Itachi keluar dari mobil dan menarik pergelangan tangan Sakura. Kini Sakura sudah bertatap muka dengannya. "Apa kau tidak dengar?" Setelah mengatakan itu, Itachi langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura dan mengecup manis bibir Sakura.
Sakura melotot kaget. "A-apa yang kau lakukan?!" Wajahnya memerah.
'"Kan sudah kubilang. Kau saja yang tidak dengar, atau kau pura-pura tidak dengar? Tapi, terima kasih, Sakura. Ini adalah salam pembuka yang manis. Haha..." Itachi berjalan menuju mobilnya dan masuk. Dibukanya sedikit kaca mobilnya, "Sudah, jangan kaget. Ayo, cepat masuk. Ini sudah malam, nanti kau bisa masuk angin jika berlama-lama diluar."
"Hei! Jangan pergi!" Teriak Sakura saat mobil Itachi melaju. "Ugh! A-apa yang barusan dia lakukan?! Tapi... This is my first kiss! Dan itu darinya! Oh, huwaa!" Sakura beteriak kegirangan di pekarangan rumahnya. Dia melangkahkan kakinya dengan gembira. Rasa kesal itu kini sudah terganti dengan rasa gembira yang teramat sangat.
Drrt... Drrt...…
Saat Sakura hendak mengambil sekuntum mawar putih yang di tanam ibunya, ponselnya begetar dan layarnya berkedip-kedip menandakan adanya panggilan masuk.
''Hinata-chan is callin'…'
"Oh, Hinata! Moshi-moshi, Hinata-chan...!" Jawab Sakura sambil melangkahkan kaki menuju pintu rumahnya.
"Moshi-moshi, Sakura. Kau sedang dimana? Apa kau pulang dengan selamat?"
"Tentu saja. Aku sedang di rumah. Ada apa?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Ehm, apa kau sudah bertemu Naruto?""
"Naruto, ya? Dia... sudah pindah ke Amerika, Hinata."
"Apa?!" Suara Hinata terlalu kencang hingga Sakura menjauhkan ponselnya beberapa senti. "I-itu benar?" Terdengar nada kecewa di seberang sana.
Sakura membuka pintu rumahnya, "Aku pulang..." Dan langsung pergi menuju kamar tidur. ""Hm... tidak. Dia masih disini, aku baru saja bertemu dengannya tadi pagi. Dia terlihat semakin tampan, Hinata. Haha..."…"
"Oh, syukurlah. Jangan membuatku cemas, Sakura! Lalu… Itachi-nii bagaimana?" Ternyata pertanyaan Hinata membuat Sakura mengingat kejadian yang baru saja menimpanya.
Sakura tersenyum geli, "Sudahlah, jangan bahas dia. Aku sedang tidak mood."
"Terserahlah. Oh, ya. Besok aku akan kembali ke Tokyo untuk beberapa bulan. Aku memutuskan untuk mengambil cuti dulu."
"Apa? Wah, itu bagus, Hinata! Oh, apa kau ingat janjiku padamu?" Tanya Sakura.
"Apa? Janji apa?"Jawab Hinata bingung.
"Aku berjanji, jika suatu saat kau kembali ke sini, aku akan memperkenalkan adik dari Itachi-nii padamu! Bagaimana? Kau mau, kan? Hm?"
"M-maksudmu, Sasuke?""
"Ya. Selama ini kau, kan, hanya tahu namanya saja. Pada saat kau kembali ke sini, aku akan membawamu menemuinya. Kau mau, kan? Ya?"
"Tapi... untuk apa aku bertemu dengannya?""
"Ya... siapa tahu kalian berjodoh. Ya, kan?"
"Jangan bercanda, Sakura. Bagaimana dengan Naruto?"
"Apa-apaan kau ini? Dia itu, 'kan, bukan pacarmu lagi. Move on, Hinata, move on~" Ucap Sakura yang tak malu pada dirinya sendiri.
"Sudahlah, Sakura. Terserahmu saja. Sudah dulu, ya. Besok aku akan berangkat jam 7 pagi. Jadi, jangan lupa menjemputku. Jaa~"
"Okay! Jaa~"
Tuut... Tuut...
Sambungan telepon terputus dan Sakura meletakkan kembali ponselnya di atas tempat tidur.
"Haah... malam ini Baka Itachi-nii menyebalkan! Ugh, tak kusangka dia akan melakukannya! Oh, Kami-sama…" Sakura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Belum lama Ia berbaring, ponselnya kembali bergetar. "Haah… kenapa Hinata menelepon lagi?" di ambilnya ponsel pink itu dan melihat nama penelepon.
'Itachi-nii is calling…'
"Apa-apaan dia?! K-kenapa dia meneleponku?" Sakura menatap horor pada ponselnya.
'Angkat, tidak, angkat, tidak? Haah… bagaimana ini! Kami-sama… tolong aku…'
Piip~
"M-moshi-moshi? A-ada apa meneleponku malam-malam begini? Apa tidak ada kerjaan lain?"
"Oh, syukurlah kau mengangkatnya, Sakura. Kupikir kau tidak akan memaafkanku atas tindakanku barusan. Haha…"
'Kurang ajar. Sudah tahu salah, tapi malah tertawa?' Batin Sakura. "Ada apa? Jika tidak ada yang penting, aku akan mematikannya– "
"Jangan!" Cegah Itachi cepat. "Hei, kenapa kau mau mematikannya? Aku hanya ingin mendengar suaramu, apa itu tidak boleh?"
"Itu tidak lucu, Itachi-nii. Sudahlah, besok kita, 'kan, masih bisa bertemu. Oh, ya. Itachi-nii tahu Hinata, 'kan? Dia bilang dia akan pulang ke Tokyo untuk beberapa bulan kedepan."
"Hinata? Ah, si mata aneh, rupanya. Itu bagus." Jawab Itachi.
"Tapi, aku berjanji akan mengenalkannya pada Sasuke, bagaimana?" Tanya Sakura pada Itachi.
"Sasuke? Tapi, kenapa kau ingin mengenalkannya pada Sasuke? Lalu, Naruto?"
Sakura menghela nafas. "Memangnya kenapa dengan Naruto? Dia itu hanya mantan. MANTAN. Aku tidak bermaksud untuk menjodohkannya."
"Aku tahu dirimu, Sakura. Dari dulu kau selalu ingin Sasuke bisa bersama Hinata. Kenapa kau melakukan ini pada Naruto?" Suara Itachi mengecil.
"Tapi aku, 'kan, sudah bilang bahwa aku tidak berniat menjodohkan mereka. Dan, jika Tuhan berkehendak, mau di bilang apapun mereka akan tetap bersama." Seperti kau dan aku, lanjut Sakura dalam hati. "Iya, 'kan?"
~TBC~
Hiks... Hai, Minna-san~ maafkan saya yang newbie ini.. T.T
See yaa! Jaa~~ T^T
Read and Review-nyah~~ Aligato!T^T
