Don't Go; angst; 415w
.
.
.
Jongin berlari dengan sangat cepat di trotoar, tak menghiraukan lirikan tajam pejalan kaki yang lain ataupun teriakan marah mereka karena kecipak air yang diakibatkan olehnya membasahi pakaian mereka. Ia juga tak mempedulikan guyuran hujan yang sudah membasahi tubuhnya karena yang ada dipikirannya saat ini lebih penting daripada hujan yang membuatnya basah kuyup. Lebih tepatnya, rasa takutnya. Rasa takutnya membungkus hatinya ketika tidak ada yang menjawab telpon apartementnya tadi, walaupun ia terus menelpon. Ia justru disambut suara ceria Sehun yang terekam dalam kotak suara telpon. Dan ketika ia mencoba menghubungi ponsel Sehun, suara operator yang menyambutnya mengatakan bahwa nomor yang ia hubungi sudah tidak aktif lagi. Menambah daftar ketakutan yang mengabuti pikiran dan hatinya.
Lelaki itu merogoh kantong jeansnya, mencari kunci apartemennya saat ia mulai melihat pintu apartementnya dari undakan yang ia lompati tiga sekaligus. Jantungnya bedegup kencang sembari tangan kanannya memutar kasar kuncinya dan mendorong pintu apartementnya sama kasarnya. Dan untuk sesaat ia merasa jantungnya berhenti berdetak, dunia seolah tidak berputar dan ia merasakan telinganya berdenging keras membuatnya kehilangan pendengarannya. Tubuhnya membeku mendapati apartemennya kosong. Masih sama seperti ketika ia meninggalkannya tadi pagi berangkat ke studio untuk mengajar tari. Tak ada satu barangpun yang berpindah tempat. Semua masih sama seperti ia terakhir meninggalkannya kecuali titik-titik air yang mulai menggenang di sekitar tubuhnya mengingat ia basah kuyup. Seolah di apartemen itu tak ada tanda kehidupan selain dirinya.
Jongin terhenyak dan mau tidak mau ia merasakan sakit yang mendalam di hatinya. Kekosongan pun ia rasakan dan keadaan apartemennya pun tidak membuatnya merasa lebih baik. Ia melangkah pelan setelah menutup pintu apartemennya (lebih pelan lagi justru, kalau masih memungkinkan) dengan telinga yang ia tajamkan pendengarannya. Entah ia berusaha membodohi dirinya dengan memberi harapan atau apa ini ia tak mengerti namanya, tapi ia berharap omelan panjang "Keluar! Kau tidak boleh masuk sebelum tubuhmu kering dan tidak mengotori lantai apartemen! Kenapa sih kau tidakmenuruti kata-kataku untuk membawa payung? Lihat kau jadi basah kuyup dan mengotori lantai apartemen, bodoh! Capek-capek aku bersihkan dan akhirnya kau kotori lagi! Ugh!" memenuhi pendengarannya dan apartemen ini bukannya gonggongan anjing milik tetangganya di apartemen sebelah.
Ia segera berjalan cepat ke dapur, berharap secangkir coklat panas tersaji di meja makan dan selembar handuk tersampir di sandaran kursi. Namun harapan tinggalah harapan dan Jongin merasa kakinya tak mampu menahan beban tubuhnya. Ia terhuyung menarik kursi terdekat dan duduk di sana, menelungkupkan kepalanya diantara celah kedua tangannya yang terlipat di atas meja makan. Isakan kecil terdengar dari tubuhnya yang bergetar diikuti gumaman kecil tak jelas, "Sehun… Don't go…"
.
.
.
F I N
Halo~ ini dia cerita perdanaku yang aku publish di sini hhehehe~ jadi ini isinya nanti bakal drabble semua yang ceritanya ga lebih dari 1000 kata, jadi jangan protes kalo ini pendek karena memang seperti itulah drabble. tapi kalo protes ini gantung, garing, geje, aneh, dsb(dan saya bingung), boleh banget. sampe demo juga boleh karena aku memang spesialis dalam bikin drabble gantung, garing, geje, aneh, bikin bingung, bikin mual, bikin muntah (loh loh loh?) hhe bercanda yang terakhir XD oh ya, antara chapter satu dengan yang lainnya ga saling berhubungan lho~ jadi jangan dikaitin ya kecuali kalau memang ada nanti, pasti aku kasih note sebelum ceritanya di mulai :D
anyway, terima kasih semuanya yang sudah membaca~ sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya o/
