HASRAT CINTA

Hallo mina-san. . . kabar baik nieh, Sophia punya fic baru judulnya "hasrat cinta"

Fic ini Romance-nya semakin kental dan ada sedikit bumbu-bumbu dewasanya, Sophia mau nyoba yang sedikit ekstrim tapi tidak terlalu. . . tapi kalo menurut kawan semua ini terlalu ekstrim tinggalin komentar yah dan saran membangun biar Sophia interopeksi diri. . . oke Guys^^

Sophia kasih tau yah, jangan baca deh kalau misalkan gak kasih riviuuuuuwww, saran membangun, ogah deh kalo lewat doang buat baca gak kasih hadiah. . . gak punya duit yah, kasih ajah riviuuuuuuuuuu. Cukup ko!

Yasudah. Ini fic baru yang membuat Sophia kehilangan rasa penasaran, udah yah. . .

Selamat membaca

Masashi Kishimoto

Pair : NARUHINA

Genre : Romance/Drama

Rated : T

SELAMAT MEMBACA

Chapter 1

"Kau harus secepatnya pergi ke kota dan melanjutkan studi mu Naruto, kau harus kuliah dan belajar bagaimana caranya memimpin perusahaan!"

"Tapi nenek aku tidak mau. Biarkan saja paman Iruka yang menjalankannya!"

"Paman mu sudah tua, dan kau harus melanjutkannya. Nenek tahu kau selalu menyendiri disini, maka dari itu nenek ingin kau ke kota dan mencari gairah hidup mu yang baru, carilah teman, atau mungkin seorang wanita. Kau harus lepas dari kungkungan ini Naruto, cobalah mencari teman hidup mu disana!"

Naruto tidak lagi membantah perkataan neneknya, nenek Tsunade. Dia bergegas ke kamar dan membaringkan badannya ke ke tempat tidur. Mengingat kembali ke masa lalu saat dirinya bersama kedua orang tuanya menyelami masa-masa indah dan kenangan bahagia. Tapi kini semuanya berbeda, dia kehilangan semua itu, kedua orang tua dan kebahagiaannya. Dia membutuhkan seseorang yang mampu mengubah pemikirannya bahwa hidup sendiri adalah yang terbaik. Itu adalah pemikiran yang buruk bagi seorang pria yang menginjak dewasa.

Mungkin dengan kuliah dia juga tidak akan bersemangat, lalu untuk apa dia kuliah. Wanita? Apa yang neneknya katakan mengenai seorang wanita. Wanita yang datang dalam hidupnya pun kini sudah hilang dan dia sudah melupakannya, tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Naruto kembali menghembuskan napas saat neneknya menyuruhnya untuk bergegas pergi ke kota. Beberapa jam kemudian Naruto sudah siap, dan disana sudah ada beberapa orang pengawal yang tengah menunggu untuk menjemputnya, "paman mu mengirimkan beberapa pengawal agar kau tidak kabur, berlebihan, tapi ini untuk berjaga-jaga!"

Naruto terlihat kesal, dia sudah seperti putra mahkota yang harus diiringi untuk menaiki singgasana. Perjalanan yang cukup jauh itu membuat Naruto semakin kesal, dia ingin keluar dari mobil itu tapi penjagaannya sangat ketat, "kami sudah menyiapkan semua keperluan anda tuan muda, anda akan tinggal di rumah utama!" Naruto mengernyitkan dahi, "aku tidak mau tinggal di rumah itu, aku mau apartement yang tidak jauh dari kampus!"

"Tapi kami belum. . ."

"Turuti saja keinginan ku!" kata Naruto.

Keesokan harinya Naruto sudah berada di apartement yang dia inginkan, dekat dengan kampus dan jauh dari rumah utama. Selama beberapa hari tiba di kota semua keperluan Naruto sudah disiapkan, dari mulai peralatan kampus dan lain sebagainya, mengingat Naruto sudah beberapa bulan ketinggalan pelajaran ia akan menjadi mahasiswa baru di kampus. Kini hidpunya akan terasa berbeda, "sepertinya tidak akan ada yang berbeda, benarkan Kyuubi?" Kyuubi adalah anjing peliharaan Naruto yang ia bawa dari desa. Anjing itu sudah menemaninya saat dia masih kecil hingga sekarang sudah besar dan sangat penurut, dan hanya akan menurut pada Naruto.

Naruto mengajaknya berjalan-jalan di taman saat sore hari dan sudah beberapa hari ia melakukan kegiatan itu berulang-ulang, sampai suatu ketika Kyuubi menghilang dan ternyata dia tengah bersama seorang wanita. Naruto mengamati wanita itu, "kau anjing yang manis, apakah kau sudah dimiliki, kalau belum aku akan membawa mu!" kata wanita itu. Naruto mulai bereaksi, "tapi . . . sepertinya kau sudah ada yang memiliki, kau penurut, pasti majikan mu juga penurut yah?" mendengar kata-kata wanita itu Naruto tertawa geli, tapi dia baru pertama kali melihat wanita yang akrab dengan anjingnya, neneknya pun tidak pernah bisa menjinakan Kyuubi, "mengejutkan sekali!" gumam Naruto.

"Siapa nama mu anjing pintar, whoa. . . kau sangat penurut, ayo duduk disini!"

Wanita itu membalikan badannya dan terlihat jelas dimata Naruto wajah dan. . . matanya yang indah, hidungnya yang mancung serta bibir yang ranum. Tidak sekalipun ia seperti ini melihat seorang wanita, tapi pengecualian untuk wanita yang satu ini, "nama ku Hyuuga Hinata, kau punya nama kan, siapa nama mu?" Naruto memperhatikan wanita yang bernama Hinata itu, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya. Dia juga menelan dengan susah, apakah ini hanya ilusi, ataukah fiktif. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang mampu menggetarkan hatinya seperti ini, "siapa dia?" gumam Naruto.

Pertanyaan Naruto terjawab sudah, salah satu pengawalnya mengatakan bahwa Hyuuga Hinata adalah anak dari seorang pengusaha ternama yang kini perusahaan itu di pimpin oleh kakaknya Hyuuga Neji. Pemikiran Naruto mengenai Hinata adalah pertama, dia pasti sombong. Wanita yang memiliki segalanya pasti akan pamer dan angkuh, itulah yang terjadi pada setiap wanita kaya. Tapi tidak dengan Hinata. Naruto sengaja meninggalkan Kyuubi di taman dan sesuai dugaan Hinata datang kembali ke taman dan menemukan Kyuubi, "kau lagi, aku akan mencari tahu siapa tuan mu dan menanyakan siapa nama mu, aku penasaran sekali. Nah, ayo makan, aku membawaku sesuatu untuk mu, makanlah. . . ooh kau lahap sekali yah, anjing pintar!"

Seorang wanita yang menyukai anjing dialah wanita yang baik dan penuh kasih sayang. Sama seperti ibunya, Kushina, menyayangi Kyuubi sepenuh hati dan merawatnya bersamaan dengan naruto. mereka berdua tumbuh bersama-sama, "dan semua itu lenyap!" gumam Naruto. melihat kembali ke arah Hinata dia semakin memperhatikannya, tersenyum, dan itu adalah hal yang jarang terjadi. Keesokan harinya saat terbangun dan akan tertidur pun ia teringat wajah Hinata, wanita yang baru ia temui hanya dua kali. Tapi wajah itu tidak mau lepas dari pikirannya hingga sampai di kampusnya pun ia teringat dan melihat . . . melihat?

Ketika Naruto masuk ke kelasnya di kelas A untuk jurusan Manajemen dan Bisnis, dia terlihat acuh dengan teriakan para wanita dan tentu saja tidak luput dari pandangan Naruto bahwa Hinata juga berteriak. Yah, dia melihat Hinata, lagi, dan kali ini berteriak layaknya wanita yang menunggu pria pujaan hatinya. Ternyata Hinata sama saja dengan wanita-wanita lain, siapapun yang melihatnya pasti berteriak histeris. Yah memang dia tampan, itu sudah menjadi takdir, "namanya Uzumaki Naruto, silahkan Naruto, kau boleh duduk sekarang!"

Terdengar bisikan-bisikan yang sangat ia kenal, "bukankah dia tampan, oh ya Tuhan, aku ingin memilikinya!" kata Hinata. Suara itu terdengar jelas di telinga Naruto yang hanya menyilangkan lengannya di dada. Hinata terus memperhatikan Naruto sampai kelas pertama pun selesai dia terus memperhatikannya, "kau mau ke kantin?" tanya Ino. Hinata menggeleng lembut, "kalian pergi saja, aku ingin berkenalan dengannya!" kata Hinata sambil berlalu dan duduk di kursi sebelah Naruto. Hinata mengulurkan tangannya, "perkenalkan, nama ku Hyuuga Hinata!" tapi Naruto tidak menyambut uluran tangan itu. Hinata menarik kembali tangannya dan memiringkan kepala menghadap Naruto, "whoa. . . kau ternyata jual mahal yah?" kata Hinata dan semakin mendekat ke arah Naruto, wajah mereka sangat dekat, "tapi aku suka!" bisik Hinata.

Dia tersenyum manis dan itulah senyuman mautnya. Tidak akan ada orang yang tahan dengan senyumannya, tapi tidak dengan Naruto, "apa yang kau lakukan, duduklah dengan benar di tempat mu!" kata Naruto. Hinata duduk dengan tenang di kursinya tapi dia menopangkan pipinya dengan bertumpu di siku kirinya dan memandang Naruto, "aku hanya ingin mengenal mu, apa kau tidak mau mengenal ku?" tanya Hinata.

"Aku sudah mengenal mu. Kau adalah Hyuuga Hinata anak dari seorang pengusaha ternama yang kini dipimpinoleh kakak mu Hyuuga Neji!"

Hinata tertawa pelan. "waah, kau sampai mengenal ku sejauh itu, kau memata-mataiku yah, ternyata aku punya penggemar juga!"

"Bukankah penggemar mu banyak huh. Setiap pria di kampus ini memandangi mu, itu berarti mereka penggemar mu bukan!"

"Waahh, aku benar-benar tidak menyangka kau memperhatikan ku sejauh itu. Aku bersumpah, aku belum punya kekasih, kalau kau bertanya apakah mau jadi kekasih mu aku akan menerimanya langsung, aku bersumpah!" kata Hinata sambil memegang tangan Naruto dan menaruhnya di atas kepalanya. Naruto menarik tangannya, "sayangnya aku tidak menawarkan diriku untuk jadi kekasih mu!" dalam hati Naruto merutuki dirinya sendiri

"Kenapa?" Hinata menopangkan dagunya dengan kedua tangan, sangat imut, "apa aku kurang cantik, kau tidak mau menerima ku sebagai kekasih mu. Kalau orang lain, mereka pasti sudah menerimanya meskipun tidak menawarkan, tapi kau . . . apa kau sudah punya pacar?"

"Tidak!"

"Lantas, kenapa kau menolak ku, aku menawarkan diriku!"

Naruto balas menatap Hinata karena wanita itu terus saja menatapnya, "apa kau menawarkan dirimu pada setiap laki-laki huh?"

"Tidak. Aku hanya menawarkan diriku pada mu!" kata Hinata dengan santainya sambil tersenyum manis. Jika dia terus tersenyum seperti itu, aku bersumpah. . . batin Naruto.

"Bagitu?"

Hinata mengangguk, "t-tunggu, kau mau kemana, Naruto!" Hinata bergegas mengejar Naruto dan ternyata dia bertemu dengan wanita sebelah. Shion, masih satu jurusan, tapi dia di kelas B. "Aku dengar ada mahasiswa baru di kelas mu Hinata, apakah pria tampan ini?" Hinata berdiri di belakang Naruto dan mendekat agar Shion tidak mendekati Naruto. Hinata berdiri di samping Naruto dan merangkul lengannya, "jangan dekati dia, dia milikku, mengerti?" lalu Hinata membawa Naruto menjauh dari Shion.

"Tunggu. Kenapa kau menarik ku huh?"

"Ya ampun, kalau aku tidak menarik mu Shion pasti mengambil mu dari ku, dan kalau aku tidak memberi tahu kau adalah milikku dia pasti akan merebut mu dariku. Jadi. . ."

"Jadi aku bukan barang yang harus kau miliki, aku milik diriku sendiri, mengerti. Sekarang lepaskan tanganku!"

Hinata tidak melepaskannya, dia malah menarik Naruto dan berjalan di antara banyaknya orang yang memperhatikan mereka. Disepanjang koridor yang mereka lewati setiap mata memperhatikan mereka, "aku akan membawa mu ke tempat dimana aku selalu menghabiskan waktu disana, ayo!" Naruto tidak berani membantah karena banyak orang yang memperhatikan, dia tidak mau dicap sebagai pria yang kasar, "itu kan Hinata, ya ampun dia benar-benar melakukannya!" kata Ino.

"Tidak apa-apa, ini baru pertama kalinya dia bersikap seperti ini pada seorang pria, aku mendukungnya!" ujar Sakura. "lagipula, Naruto itu aneh sekali, dia sepertinya sulit bergaul, Sasuke saja tidak bisa mengajaknya karena dia terus saja menolak, mungkin dengan Hinata yang bersikap begitu padanya, akan merubah pandangan tentang dia, benarkan?"

"Yah, kuharap begitu!"

Hinata sudah membawa Naruto ke tempat dia selalu menghabiskan waktu, Rooftop. "jangan salah yah, tempat ini tidak pernah di jamah siapapun. Mungkin karena terlihat menyeramkan diatas sini, tapi bagiku tidak, disini menyenangkan!" seperti yang Hinata katakan. Naruto pun berpikiran sama dengannya, "tidak buruk!" kata Naruto lalu menjelajahi area sekitar Rooftop. Hinata memperhatikan Naruto yang tengah berjalan kesana kemari, "dia benar-benar membuat ku lupa segalanya. Mana mungkin bisa aku begitu saja seperti ini dengan seorang pria, aneh!" gumam Hinata.

Naruto adalah jelmaan Arjuna, dia terlihat tampan dan gagah di mata Hinata. Hanya dia, atau orang lain juga melihatnya begitu, yang pasti semua mendukung pemikirannya. "kau tampan!"

Naruto melihat ke arah Hinata, "oh, apa kau mendengar ucapan ku?" Hinata tersenyum dan menggigit bibirnya. Naruto memperhatikannya, dia berpaling menatap awan, "banyak wanita yang bilang seperti itu, tapi aku hanya menganggapnya angin lewat, sama seperti mu!" kata Naruto. kata-katanya itu tidak membuat Hinata gentar. Entah mengapa Hinata tidak tersinggung mendengarnya, dia malah tersenyum hangat dan entah mengapa dia seperti itu pada Naruto. "biasanya aku selalu menghindar dari semua laki-laki yang menggoda ku, aku tidak suka mereka. Tapi pada mu. . ."

Naruto menoleh ke arah Hinata yang kini berada disampingnya, "mungkin karena kau tidak menggoda ku aku langsung menyukai mu dan. . . aku teringat seekor anjing yang aku temui di taman, kenapa tiba-tiba aku mengingatnya yah, apa hubungannya dengan mu, aneh sekali!"

Baru kali ini ada seorang wanita yang mengingatkan Naruto akan anjingnya Kyuubi, "tapi, aku sangat senang karena aku bertemu dengan mu. Entah mengapa, terjadi begitu saja!" kata Hinata sambil tersenyum ramah kearah Naruto. "Uzumaki Naruto, sepertinya aku jatuh cinta pada mu!"

Naruto menghadapkan tubuhnya ke arah Hinata dan menghela napas sebelum berkata-kata. Lalu dia pun menatap tajam Hinata, "dengan mudahnya kau jatuh cinta padaku? Kita baru saja bertemu bebeapa jam yang lalu, tapi kau sudah jatuh cinta padaku, apa kau wanita gampangan huh?" Hinata menganggap itu sebagai candaan, karena dia tahu, tidak ada satu orang pun laki-laki yang pernah mengatakan hal itu sebelumnya pada Hinata. Mungkin memang terdengar meledek atau sebuah hinaan, mungkin! Tapi Hinata hanya tersenyum dan menjawabnya dengan tenang.

"Sepertinya aku bukan wanita gampangan, tapi aku wanita yang tengah jatuh cinta pada seorang pria. Seorang pria yang tidak memandangku sama sekali, seorang pria yang tidak melihat betapa kayanya aku, betapa mudahnya aku mendapatkan segalanya. Dan pria seperti dirimu adalah kriteria yang cocok untukku, aku mencari pria yang mengerti aku, bukan memanfaatkan kekayaan ku, aku mencari pria yang benar-benar mencintaiku, bukan karena harta dan kedudukan ku, pria yang mampu bertahan dengan sifatku yang bisa dibilang , umm. . . tapi itu tidak masalah, Dan. . ."

"Dan aku tidak mencintai mu!" kata Naruto menyelanya, setidaknya aku harus berbohong. Batinnya!

Jantung Hinata tiba-tiba berdebar dan dia tidak mengerti kenapa bisa terjadi, "kau. . . kau berbohong, aku tahu itu. Aku tahu kau juga ada rasa pada ku kan?" tanyanya, mengapa dia bertanya? Hah, Hinata tidak punya malu sama sekali, apakah dia mencoba mengungkapkan perasaan pada pria yang baru saja ia kenal? Dan pada akhirnya di tolak, tapi dia Hinata mengatakan hal itu bohong, dari mana dia tahu kalau itu bohong. Yang jelas itulah kata hati Hinata, dia mencoba mengikuti kata hatinya. Hal yang baru, dan biasanya dia tidak menuruti hati, kemauan yang logis dan masuk akal, seperti itulah Hinata, tapi untuk kali ini berbeda.

"Kau wanita yang aneh!" kata Naruto lalu mencoba pergi, tapi Hinata menahan tangan Naruto, "aku biasanya tidak pernah menuruti kata hatiku. Aku selalu berpikir logis dan sesuatu dengan fakta, apapun yang terjadi ketika aku harus menentukan, maka aku akan berpikir ulang. Tapi untuk kali ini, aku mencoba mendengarkan kata hatiku, dan hatiku berkata bahwa aku tahu kalau sebenarnya kau juga jatuh cinta padaku, dan aku pun merasakan hal yang sama. Untuk pertama kalinya . . . Aku jatuh cinta!"

Naruto menatap Hinata dan melepaskan tangannya, "kau benar-benar aneh!" lalu Naruto pun pergi meninggalkan Hinata yang masih memperhatikannya. Dia berhenti sebentar dan melihat ke belakang. Hinata tersenyum dan itu membuat Naruto menghembuskan napas frustasi. Apa yang dia pikirkan, wanita itu mengatakan cinta dan itu juga yang dia inginkan, tapi kenapa Naruto sok jual mahal. 'bodoh!" gumam Naruto pada dirinya sendiri. Yah, tapi walaupun menolak toh seterusnya Hinata tetap menyukainya, dia tidak akan menyangkal hal tersebut, sambil tersenyum penuh misteri Naruto melenggang pergi dan benar-benar meninggalkan Hinata.

~~~~~#######~~~~~

"Kau benar-benar menyatakan cinta padanya Hinata? Yang benar saja, kau benar-benar gila!"

"Aku memang gila Ino, aku gila karena cinta."

"Akhirnya teman ku ini bisa juga jatuh cinta, selamat Hinata!"

"Ooowh, terima kasih Sakura, kau memang pengertian!" kata Hinata sambil memeluk Sakura.

Ino menghela napas, dua temannya ini memang terlalu berlebihan, tapi yah harus bagaimana lagi dia toh akhirnya senang juga karena Hinata telah jatuh cinta, "baiklah Hinata, kami akan mendukung mu sepenuhnya, kau harus berjuang mendapatkan cinta mu, mengerti?" kata Ino.

"Ooowwh, kalian berdua memang teman sejatiku, aku bersyukur sekali . . ." Hinata tidak melanjutkan kata-katanya karena sesuatu mengalihkan perhatiannya. "kalau kau tidak punya uang kau jangan sok ikut-ikutan dalam audisi ini, menyebalkan sekali kau!" Hinata dan kedua temannya mendekati orang-orang yang tengah berkumpul, "ada apa ini?" tanya Hinata. Semua menyingkir dan memberi jalan agar Hinata masuk kedalam kerumunan, tapi kerumunan itu akhirnya terpecah mengingat Hinata dan Shion adalah dua kubu yang kontroversial.

Shion kembali berulah, "oh, pahlawan kesiangan akhirnya muncul juga, aku senang huh, mungkin dia akan membantu mu!" kata Shion pada seorang mahasiswi yang tengah menundukan kepalanya, "Kau selalu membuat keributan, kali ini apa lagi Shion?"

"Apa? Kau menuduhku membuat keributan? Yang benar saja. Dengar yah, wanita ini ingin mengikuti audisi ratu kecantikan dari jurusan sastra, dan dia seharusnya membayar audisi ini, tapi dia mengatakan kalau uang nya telah dipakai, apakah itu sebuah keributan huh?"

Ditengah-tengah perbincangan panas itu beberapa laki-laki memperhatikan dan disana ada Naruto, "Ayolah Naruto, itu hanya sekumpulan gadis yang ingin mengikuti audisi, ayo!" Sasuke mengajak Naruto. ah, akhirnya dia bisa juga berteman, "tidak, kau duluan saja!" Naruto semakin mendekat dan dia sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi, mengingat Hinata berada ditengah-tengah perbincangan itu. Tentu saja dia harus melihatnya, harus!

"Uangku dipakai untuk bayaran semester, dan aku akan mengganti uang audisi ini besok, tapi Shion tidak memberi pertimbangan sedikit pun, dia langsung memutuskan begitu saja!"

"Kau dengar Shion, seharusnya kau memperlancar audisi ini mengingat kau juga menjadi panitianya, tapi kau malah membuat keributan. Lagipula untuk apa kau juga ikut kepanitiaan, kita di fakultas Manajemen, dan dengar-dengar di jurusan kita juga sedang ada kegiatan, kenapa kau harus membantu jurusan lain huh, kenapa?"

"Itu bukan urusan mu!" kata Shion. "sekarang sebaiknya kau pergi, aku masih punya urusan dengannya!"

"Aku tidak akan pergi!" Hinata berbicara sebentar dengan mahasiswa itu, "aku akan membantu mu. Tapi apakah teman-teman mu tidak membantu?"

"Mereka pergi disaat aku sedang kesusahan Hinata!"

"Wah, kau mengenal nama ku yah!"

"Ya Tuhan, semua orang juga tahu bahwa kau adalah Hyuuga Hinata. . . "

"Ya ampun, jangan dilanjutkan!" Hinata menutup mulut. . . "nama mu siapa?" tanya Hinata

"Temmmmmmm. . ." Hinata masih menutup mulutnya, "oh ya ampun aku minta maaf!"

"Huufft, kau ini lucu sekali sama seperti yang aku dengar!" berapa banyak orang yang mendengar tentang Hinata, dia tersenyum, "aku Temari, dari jurusan hukum. Aku ingin ikut ratu kecantikan ini karena hadiahnya lumayan, liburan gratis, makan malam di hotel mewah dan uang tunai. Setidaknya aku ingin mendapatkan salah satunya. Tapi, kandas karena wanita itu!" Temari menunjuk ke arah Shion yang tengah bersitegang dengan Ino dan Sakura. "aku akan memberimu beberapa uang pendaftaran, kau mau menerimanya?"

"Kau baik sekali, tapi aku tidak mau merepotkan mu Hinata, aku . . ."

"Tidak apa-apa, terima saja, aku mohon!"

"Baiklah, besok akan aku kembalikan!"

"Jika kau sudah punya uang lebih maka kau bisa mengembalikannya padaku, kapan pun itu!"

"Kau benar-benar baik. Aku akan sangat bersyukur jika aku berteman dengan mu!" kata Temari lalu memeluk Hinata, "kau bisa menjadi teman ku Temari. Disaat aku tengah tejerat hukum, kau bisa membela ku bukan?" Temari melepaskan pelukannya dan menatap Hinata, "apapun akan aku lakukan!" lalu mereka berdua tersenyum dan Temari kembali ke tempat pendaftaran. Lalu Ino dan Sakura menghampirinya, "wah wah wah, aku benar-benar salut dengan sifat mu yang satu ini, aku sungguh tersanjung!"

"Kau bisa tersanjung kali ini Sakura, tapi jika kau melihat sifatnya yang lain lagi, kau akan sangat menyangkalnya!" kata Ino meledek. Mereka berdua berlalu meninggalkan Hinata yang berteriak, "hey aku tidak seperti itu, awas kalian!" ancam Hinata sambil berlari mengejar kedua temannya. Sementara itu dibalik semak-semak Naruto sedikit tersenyum dan menyusul Hinata ke kelas. saat di kelas Naruto melihat tempat duduknya sudah di isi. Dan entah dari mana asalnya tiba-tiba Hinata memegang lengannya dan mengajaknya duduk di kursi di sampingnya, "duduk didekatku akan lebih menyenangkan, jangan bergerak dan nikmati pelajaran!"

Sekarang tengah membicarakan mata kuliah yang Hinata sukai dan dia sangat berantusias, "apakah kenaikan harga pasar itu akan mempengaruhi tabungan perusahaan jika pasar saham sedang menurun?" pertanyaan yang selalu Hinata lontarkan itu membuat banyak lagi pertanyaan yang kemudian sulit untuk dijawab, baik para mahasiswa atau pun dosennya, tapi kali ini sang dosen mampu mejawabnya. Saat semua pertanyaan sudah terjawab Hinata kembali memperhatikan Naruto, dan Naruto hanya terdiam, matanya tetap lurus kedepan, hatinya. . . entahlah!

"Apakah kau mau pulang bersama ku, kita sudah satu minggu bertemu, tapi aku belum tahu rumah mu, kau mau?" kata Hinata sambil berbisik, "ayo jawab aku, Naruto, Naruto, Na. . ." Naruto menoleh ke arah Hinata yang tersenyum. Sungguh Naruto ingin mencium senyumnya itu, "perhatikan didepan, jangan menggangguku!" itu adalah peringatan. Hinata memanyunkan bibirnya. Dia pasti akan pulang bersama Naruto, pasti.

Saat kelas sudah selesai dan tidak ada lagi mata kuliah, kini waktunya untuk pulang. Tapi tidak dengan Hinata yang tengah menunggu seseorang, "Naruto!" Hinata memanggil Naruto yang baru saja keluar dari ruang dosen, "ayo pulang!"

"Apa yang kau lakukan, aku sudah bilang padamu aku tidak mau pulang bersama!"

"Kau yang bilang, tapi aku tidak bilang seperti itu, ayo!"

Menarik tangan Naruto dan membawanya ke parkiran mobil, "dimana mobil mu?" Hinata mencari-cari mobil, "sedang ada dibengkel, aku membawa motor hari ini!" Naruto berlalu ke parkiran motor dan mengeluarkan motornya, "whoa, aku belum pernah naik motor," dan kata-kata Hinata itu menarik perhatian Naruto, "kau kaya tapi tidak pernah sekalipun naik motor, dan itu hal yang wajar karena mungkin kau punya banyak mobil!"

"Bukan seperti itu. Ayah ku meninggal saat menaiki motor, jadi jika aku naik motor aku pasti akan teringat!" kata Hinata dengan santainya dan masih terus menganggumi motor Naruto. adakah saat dimana Hinata bisa serius sedikit saja, pikir Naruto, kenapa pula dia tidak sedih dengan teringatnya dia pada ayahnya, tegar sekali. "aku mengingatkan mu, maafkan aku!" permintaan maaf itu menarik perhatian Hinata, "wah, kau meminta maaf, jarang sekali terdengar. Baru kali ini aku mendengar mu mengatakan maaf, aku jadi lebih mencintai mu. Ayo kita pergi!"

Apapun yang dikatakan Hinata, Naruto terkekeh geli. "tapi sebelum pulang, bisakah kita berjalan-jalan sebentar, aku sudah lama tidak berjalan-jalan, boleh yah, aku mohon!" dengan wajah berharap seperti itu tentu saja Naruto akan mengabulkannya, dia tidak akan pernah kuat menahan gejolak yang selalu Hinata timbulkan tanpa ia sadari apa yang dilakukannya pada Naruto selalu berdampak negativ. Ketika motor itu melaju kencang Hinata semakin mengeratkan pegangannya pada pinggang Naruto, merangkulnya dengan erat dan merebahkan kepalanya dipundak Naruto.

Setelah mereka sampai ditempat tujuan yang Hinata inginkan yaitu taman yangs sebenarnya tidak jauh dari apartement Naruto. Naruto kembali dengan membawa es krim kesukaan Hinata, rasa coklat, "biasanya aku akan bertemu seekor anjing disini, tapi akhir-akhir ini anjing itu seperti menghilang, kemana dia?" Hinata mencari-cari sekitar taman tapi tidak ada tanda-tanda anjing lucu itu, "kau tahu Naruto, aku pernah mengalami kecelakaan saat aku SMA, mereka bilang . . ."

Naruto tidak pernah sekalipun bertemu dengan wanita seperti Hinata, sangat terbuka dan mempunyai hati yang baik, berkepribadian hangat, dermawan dan manja. Kata terakhir itu yang membuat Naruto ingin selalu didekat Hinata. Entah mengapa dia selalu mengerti dengan sifat manja Hinata, membuatnya selalu ingin menuruti setiap keinginan wanita itu, wanita yang sedari awal mematri hatinya dengan kata cinta.

"Aku takut sekali jika harus kembali ke rumah sakit, sampai saat ini aku membenci tempat itu. Tapi tempat yang aku suka adalah taman ini dan juga hotel, mall, dan caffe, restoran dan . . ."

"Kau terlalu boros!"

Hinata tersenyum ke arah Naruto, "kenapa. Kau tidak akan melamarku kalau aku boros?" pertanyaan itu membuat Naruto terdiam membisu, "ya Tuhan, benarkah itu? Itu berarti aku harus belajar berhemat kalau begitu, agar kau melamarku nanti. Aku berjanji akan mulai menghemat!" Hinata menyentuh tangan Naruto dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan Naruto, "aku berjanji. Tapi kau juga harus berjanji kau akan selalu mencintaiku walaupun sifat borosku muncul begitu saja, yah, kau harus berjanji!" Hinata mengaitkan jarinya dan tesenyum senang, sementara Naruto hanya diam dan memperhatikan Hinata yang terlihat sangat bahagia.

"Ayo kita pulang!"

"Tapi aku mau ke rumah mu dulu!"

Naruto tidak punya pilihan lain, dia mengajak Hinata ke apartemennya yang tidak jauh dari taman. "whoa, apartement mu besar sekali, kau benar-benar pewaris Namikaze Group. Kau dan aku akan sangat cocok sekali. . . oh oh oh, anjing, anjing itu milik mu?" Hinata mendekati rumah anjing, "Kyuubi, jadi namanya Kyuubi, lucu sekali, Kyuubi, ini aku apakah kau masih ingat. Aku yang ada di taman itu dan memberimu makanan, kau tidak lupakan, sebaiknya jangan, mengerti?"

Hinata masih berceloteh ria dengan Kyuubi. Sementara itu Naruto tengah mengambilkan air untuk Hinata. Hinata menghampiri Naruto dan meminum airnya, "wah ada kolam berenangnya juga, mengejutkan sekali, aku ingin sekali berenang, tapi sayang aku tidak bisa, menyebalkan bukan?" Hinata kembali menjelajah, dan mata Naruto tidak bisa lepas dari gerak gerik Hinata. Semakin hari dia semakin mendamba dan menginginkan Hinata, tapi lambat laun namun pasti dia memag sudah memilikinya sejak Hinata mengatakan cinta padanya.

Tiba-tiba Hinata berteriak, Naruto bergegas menemui Hinata yang memasuki salah satu kamarnya, disana terdapat beberapa patung dan ternyata Hinata takut dengan benda itu. Dia menutup matanya dan tidak bergerak, "ada apa?" Naruto datang dengan napas yang terengah-engah, lalu tiba-tiba Hinata memeluknya erat, dia menangis, "aku takut, aku takut dengan patung, singkirkan benda itu, aku mohon!" kata Hinata. Lalu Naruto membawa Hinata keluar dan masih memeluknya. Dia menyukai pelukan ini, tidak ingin melepasnya. "singkirkan patung itu!" pinta Hinata.

"Yah, aku akan menyingkirkannya!"

"Aku haus!" Hinata melepas pelukannya dan mengharapkan Naruto memberinya sedikit air. Naruto kembali dengan membawa segelas air dan Hinata meminumnya dan meletakan gelas itu di meja. Lalu kemudian dia memeluk Naruto kembali dan mereka tengah terduduk di tempat tidur, "patung mengingatkan ku pada kematian ibu, gara-gara orang tidak bergerak itu ibuku meninggal dunia. Mereka membunuh ibu!" apapun yang Hinata katakan Naruto pasti mengerti karena dia semakin memeluknya erat. Mencium aroma rambut Hinata dan kedua tangannya menyentuh lembut pinggang ramping Hinata, membelai punggungnya dengan sangat lembut.

Hinata merasakan sentuhan itu, dan dia tersenyum senang karena dia juga menginginkan hal itu, "bergegaslah, aku akan mengantar mu pulang!" kata-kata itu menyayat pikirannya yang sudah tenang akan sentuhan yang Naruto lakukan. Hinata menatapnya, "tidak bisakah aku lebih lama disini?"

"Kau harus pulang!"

"Baiklah." Mereka bergegas keluar dan sebelum menutup pintu Hinata berkata, "jangan ganti nomornya, aku akan selau mengingatnya, yah?" pinta Hinata. Naruto mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah Hinata, sebuah mansion yang sangat besar, mungkin rumah utama Naruto juga seperti ini besarnya, dan dia teringat bahwa setelah ampai ke kota dia belum sekalipun mengunjungi pamannya.

"Ya ampun, aku meninggalkan ponsel ku di kamar patung itu, bagaimana ini?"

"Aku akan mengambilnya!"

"Tidak usah, biarkan saja, besok kau bisa mengembalikannya padaku. Terima kasih untuk hari ini!" kata Hinata lalu tiba-tiba dia mencium bibir Naruto singkat. Naruto terkejut dengan tindakan gegabah yang Hinata lakukan, "apa yang kau lakukan?"

"Kau tidak melihatnya, aku mencium mu tadi, apa aku terlalu cepat, kalau begitu aku ulangi saja. . ."

Naruto menahan Hinata, "apa kau akan mencium setiap laki-laki yang mengantarkan mu pulang huh?"

"Tidak, ini pengecualian, hanya untuk mu!"

"Huh, yang benar saja?"

"Iyah aku benar. Jadi . . ." Hinata menyentuh pipi Naruto dengan ibu jarinya, "nikmati saja!" katanya lalu pergi meninggalkan Naruto yang menelan dengan susah.

^^Bersambung. . .^^