Story By: Razen.
Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi.
Rate: T
Genre: Friend-Ship/Drama.
Main Chara: Zarc & Aster Phoenix.
Warning: Typo, Sho-Ai, some mistakes EYD, AU,.
A/N: Entah sejak kapan saya tertular pair ini, saya sendiri tak tahu.
xXx
Tugas
xXx
.
.
.
"Jangan melihatku."
"Why?"
"Menjijikkan."
"Jahat, ih."
"Zarc, serius. Kerjakan saja tugasmu!"
"Bhuu~"
Pipi digembungkan, merajuk. Zarc menopang dagu dengan kedua telapak tangan.
Aster membuang karbon. Kembali melototi tulisan berderet di buku paket. Membaca dan kemudian meringkasnya di buku. Serius, itu membosankan. Ditambah suasana perpustakaan yang tenang, bawaannya mengantuk.
Tetapi tugas harus sudah dikumpul jika bel pulang berbunyi. Cih, guru sialan, seenaknya memberi tugas meringkas dua halaman sekaligus.
Zarc menguap lebar, sengaja tidak ditutup tangan. Mata melirik jam dinding, waktu yang tersisa tinggal lima belas menit. Tugas miliknya sisa lima paragraft lagi, tetapi tangannya sudah capai duluan. Niat hati istirahat sambil mengamati pujaan hati, malah kena semprot.
Zarc ganti menilik buku paket di depan Aster. Hm, Zarc sedikit lebih cepat. Aster masih kurang dua halaman lagi. Duh, lama pasti. Dasar anak sok teladan.
Zarc berdiri.
Aster mengetahuinya, dan mendongak. "Mau ke mana?"
"Beli minum. Mau titip, Manis?"
"Ogah. Dibubuhi yang macam-macam nanti pasti." Aster kembali berkutat pada bukunya.
Zarc mencibir, lalu berjalan keluar perpustakaan.
Susunan kalimat ini membuat kepala Aster pening. Aneh, padahal biasanya Aster tahan membaca novel setebal delapan ratus halaman sehari. Kenapa kalau buku pelajaran, bawaannya malah mengantuk, ya? Uuuh~!
Tetapi, tidak! Tidak boleh!
Nanggung sekali. Sisa dua halaman. Ah, mana waktunya hampir habis. Aster menghirup napas panjang, menatap tajam sekumpulan paragraft nista di depannya.
Tangannya kembali bergerak cepat. Mencatat ringkasan yang sudah tercantum di otak selagi membaca.
Sampai sesuatu yang dingin menghinggapi lehernya.
"GIH!" Aster terhenyak, refleks memegangi lehernya dan menoleh.
Zarc berdiri di belakangnya. Kotak susu dingin berada di tangan.
"Zarc!"
"Sstt~" Zarc menaruh kotak susu di atas meja dan mengambil buku paket Aster.
Aster terhenyak, lantas mengulurkan tangan, hendak merebut. Namun Zarc menahannya agar tetap duduk.
"Tahan. Waktunya hampir habis, tidak akan sempat meringkas halaman terakhir. Catat saja punyaku," saran Zarc.
Aster tersinggung. "Kamu meremehkanku?"
"Tidak, Sayang. Tetapi kakak angkatmu yang meremehkanmu jika nilai kamu kurang. Sudah, sana. Cepat tulis." Zarc menulis satu paragraft terakhir di bukunya dan menggeser buku tersebut ke depan Aster.
"Uh ..." Aster bergeming di tempat. Ngotot tidak mau menyalin.
"Cepatlah, Manis. Sekedar menyalin tidak membuatmu mati, kok. Ini keadaan darurat. Atau kamu lebih suka belakangan mengumpul? Ini pelajaran Bapak Reio, lho," peringat Zarc.
Bahu Aster bergidik. Cepat-cepat Aster mengambil pena dan mencatat ringkasan Zarc.
"Ck! Kali ini saja aku berutang!"
Zarc tertawa. "Imbalannya, cium saja pipiku."
"Tidak akan pernah!"
xXx
The End
xXx
