Ohayou! Konichiwa! Konbawa!
.
Jadi, ceritanya ini hasil menggalau pagi buta. Ngeliat ng-shuu episode 38 yang asdfghjkl Akashi asli bikin saya sesek napas saking—AWWWHH OMOCHIKAERIII~ *pelukbiasbawapulang*
Referensi karakterisasi yang absurd berdasarkan pemantauan manga dan revolusi jiwa Akashi, I mean Seijuurou—/hei
.
Yosh, I will survive!
Dozo, Minna-sama~
.
Disclaimer: Kuroko no basket belongs to Fujimaki Tadatoshi.I don't take any personal commercial advantages from making this fanfiction. Purely just for fun.
Warnings: AR, boys love/shounen-ai, OOT, OOC, fluff, cliché, fast-pace, typo(s).
Special backsound: I Like That by Before You Exit
.
Saya sudah memberikan warnings. Jadi, jika ada yang tidak disukai, tolong jangan memaksakan diri untuk membaca. ;)
.
Have a nice read! ^_~
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
Pijar surya oleh bentangan kanvas langit seakan dipingit. Meradiasi panasnya terlampau terik menyaingi ringkik cicadas musim panas yang begitu sengit. Angin keras menerpa capung-capung yang berterbangan pada rimbun semak-semak terhimpit. Di sebuah lapangan basket jalanan yang letaknya di antara pepohonan terjepit—
"A-apa hari i-ini sebegitu panasnya sampai kau tersenyum menyaingi cerah matahari, Sei-chan?"
Dia mengabaikan pertanyaan rekan setimnya ketika ia melihat sesosok ordinari yang oleh kedua sahabatnya terapit.
Mata heterokromik bertemu dengan manik solid kolong langit.
Akashi Seijuurou tak bisa menahan bibirnya terkuva sempurna melawan poros gravitasi ketika Furihata Kouki balas memandangnya sembari berjengit.
.
#~**~#
A Kuroko no Basket Fanfiction,
.
Colorful Reflection
.
Chapter 1
"First Realization"
.
By: Light of Leviathan
#~**~#
.
Hari ini adalah salah satu dari sekian banyak hari liburan musim panas yang begitu istimewa. Tim naungan mantan personil Kiseki no Sedai lulusan Teikou Chuugakou itu berkumpul berkat invitasi dari tim Seirin.
Tim asal sekolah yang masih berusia belia itu menemukan sebuah lapangan basket lusuh namun amat luas di sebuah sektor kehutanan areal tepi Tokyo. Merasa tak mungkin merenovasi dan membersihkan lapangan basket itu oleh anggota tim Seirin, maka dengan briliannya sang pelatih mengusulkan untuk mengundang yang lain. Tak terduga, tim lainnya menerima begitu saja—kortesi karena ace tim masing-masing ingin bertemu dengan kawan lama mereka sekaligus alasan sepersonal hendak balas dendam atas kekalahan di kompetisi beberapa waktu silam.
Mereka membawa banyak peralatan. Berkaleng-kaleng cat pelbagai warna. Beragam perkakas. Menyediakan bekal-bekal minuman dan kudapan—bahkan mereka akan menggelar piknik. Mempreparasi perkakas dan properti pelengkap lapangan basket. Serta berbagi tugas bergotong-royong bekerja bakti membersihkan dan memperbaharui lapangan basket yang mati suri.
Anak-anak muda berkumpul pasti segala sesuatu entah kenapa terasa begitu seru.
Akan terus demikian, andai saja tim terakhir yang tidak datang—dan jelas tidak disangka bahkan tidak diharapkan kedatangannya—bukanlah Rakuzan.
Dalam hati setiap orang yang ada di lapangan itu, mereka memberikan penghormatan terhadap pelatih mudi Seirin. Bisa-bisanya gadis mungil satu itu tidak gentar mengundang Rakuzan. Lebih hebat lagi, dia santai saja berjabat tangan dengan kapten muda tim veteran itu yang berterimakasih karena sudah diundang untuk ikut menghidupkan lagi lapangan basket tersebut.
Tapi sekolah seprestisius Rakuzan, dan juga mereka yang berbeda-beda kubu bagaimana mereka bisa mau membaur bersama yang lain?
Karena basket. Sesederhana itu.
Semua akan tetap berjalan normal, bahkan walau Alex datang—yang begitu mencolok mencuri segenap atensi para pemuda—mencium Momoi dan Aida—seketika merontokkan harapan para pemuda yang terpesona padanya, hal yang janggal kerap merongrong benak setiap orang yang ada di sana.
Orang pertama yang menyadarinya adalah si pemain basket bayangan, Kuroko Tetsuya. Saat ia sedang mengambil thinner untuk Kiyoshi, tapi kemudian ia operkan pada Furihata tak jauh darinya karena Nigou menyalak-nyalak riang di kakinya seakan minta digendong.
Kuroko menggendong Nigou ketika ia mengobservasi bahwa Furihata mengangkat thinner dan menatapinya dengan seksama. Furihata yang sedang menarawang thinner baru itu mendadak bergeming kaku, tak jauh darinya ada Akashi yang memerhatikan tingkah kawannya.
Pemuda bersurai diperciki spektrum langit itu siap siaga bilamana Akashi yang dari tadi diam saja, hanya sesekali berbincang dengan timnya, Midorima atau Murasakibara, mengintimidasi Furihata sedemikian rupa, menyiksa jiwa jiwa-raga, atau mengecam kawannya karena menghalangi langkah Akashi.
Pemain basket Seirin bernomor punggung sebelas itu melebarkan lensa lazuardinya nyaris menyapu habis skleranya. Ada ekspresi anomali merekah di wajah Akashi ketika bertemu pandang dengan Furihata, dan hal ini diafirmasi ketika Furihata menotis atensi Akashi padanya, gurat ekspresi tersebut kian eksplisit mengubah roman dingin sarat arogansi sang emperor.
Kuroko mengerjap-ngerjapkan mata. Hampir menyalahkan indera pengelihatannya yang mungkin berfungsi tak normal akibat influensi radioaktif sengatan ultravioletnya matahari.
Furihata begitu luar biasa—entah mendapatkan kekuatan darimana—memutar badan, balik kanan memunggungi Akashi. Ketakutannya tergalang, pandangan matanya memindai sekeliling nyalang, kepengecutannya memosi diri untuk lari tunggang-langgang.
Kuroko akan berhenti penasaran dan beranggapan bahwa sudah sewajarnya saja Furihata lari dari orang seperti Akashi—tipikal persona yang membangkitkan ngeri di hati bernyali ciutnya.
Andai saja, ia salah melihat Furihata parasnya memanas tak karuan.
.
#~**~#
.
Midorima adalah orang kedua yang cukup peka menyadari bahwa Kuroko tidak lagi fokus bekerja pada tugasnya.
"Jangan diam saja dan bekerjalah, Kuroko!" Pemuda tsundere yang hari ini membawa cermin sebagai lucky-item-nya itu memandang kesal pada eksistensi imitas lazuardi di hadapannya.
"Sssh." Kuroko menaruh telunjuk di depan bibir. Masih jari yang sama memosi pada sebuah adegan di hadapannya.
Midorima mengikuti arah yang dimosi telunjuk si ahli misdireksi. Dilihatnya seorang pemuda mengenakan jersey Seirin sedang membawa tongkat pel berinisiatif membersihkan genangan air yang ada di salah satu sudut lapangan basket lusuh itu. Orang itu memandang genangan air yang ada seraya menghela napas panjang seraya bersungut-sungut suram menginjak-injak genangan air, kemudian mendengar suara dengus geli yang rendah—membuatnya memalingkan pandangan pada sumber suara. Lagi-lagi ada sepasang heterokromik mengawasi gerak-geriknya.
Sepasang mata hijau di balik kacamata yang kini melorot, hampir melotot tidak percaya. Dalam hati kian memuja Oha-Asa. Ramalan bintang tak pernah salah. Masih terekam dalam memori tadi pagi siaran Oha-Asa menyebutkan bahwa ini adalah hari berbahagia Sagitarius.
Maka berbahagia bisa diimplikasikan bahwa orang yang berzodiak sagitarius itu airmukanya melunak dengan sudut-sudut bibir terangkat menyalahi poros gravitasi.
Midorima bukannya tidak pernah lihat Akashi berekspresi seperti itu. Meski Akashi cenderung non-ekspresi untuk menyembunyikan karakter asli, tapi acapkali ia menemukan ekspresi serupa melukis roman wajahnya ketika orang yang paling dihormatinya itu menikmati keramaian (baca: keributan) semasa Kiseki no Sedai selalu bersama.
Tapi melihat Akashi berekspresi selangka itu terlebih ketika melihat tingkah konyol temannya Kuroko itu yang sedang menginjak-injak genangan air—entah kenapa—dan karena terkejut dia jatuh terpeleset, rasanya tremor imajiner meretakkan lensa kacamata Midorima melihat ekspresi itu makin jelas terpeta di wajah Akashi.
SPLASH!
"A-adududuh—" Furihata meringis kesakitan, beruntung bokongnya tidak menghantam aspal bergenangan air karena kakinya yang kikuk memelesetkannya cukup jauh sampai tubuhnya terpental menabrak kawat-kawat besi pembatas pagar, "—sa-sakitnya…" ratapnya pedih.
Kejadian itu membuat beberapa kepala tertoleh. Ingin tahu apa yang terjadi.
"Butuh bantuan?"
Furihata mendongak. Dilihatnya seseorang menjulurkan tangan untuk membantunya bangun. Furihata akan bersukacita menerimanya jika saja yang menawarkan bukan Akashi Seijuurou—menatapnya dengan sorotan mata geli merendahkan.
ASTAGA!
Furihata kelimpungan, hatinya kobat-kabit seakan malaikat maut mengulurkan sabit kematian padanya.
Hanya Tuhan yang tahu betapa cepat Furihata menggeleng-gelengkan kepala repetitif sambil menegarkan diri berusaha bangkit. "Ti-ti-tidak!" pekik si pemuda malang dengan suara seperti orang tercekik. Tanpa berpikir dua kali berupaya lari dari orang yang membuatnya malu setengah mati.
Gigir takdir memberikan keuntungan ternyata begitu kikir.
GUBRAK!
Furihata naas terpeleset lagi di genangan air yang sama. Lagi-lagi wajah duluan mencumbu mesra lantai lapangan basket yang basah kuyup. Dia memaki dalam hati atas kecerobohannya—panik berpikir harus memasang tampang macam apa ketika nanti dia memampang wajahnya, telapak tangannya menumpu lantai untuk bangun kembali.
Aomine yang berada tak jauh dari mereka—sedang membersihkan ring basket yang digeser ke sudut agar sarang laba-labanya dia bersihkan, melihat nestapa si Chihuahua. Ia menguap malas tak tertarik, namun kuapannya terhenti di tengah jalan ketika mendapati pemuda yang dijulukinya sebagai singa berdiri memegang gunting—untuk menggunting kawat-kawat rusak yang mencuat kesana-kemari—itu sekali lagi menghampiri chihuahua bodoh, sukarela menolongnya untuk bangun.
Tidak ada yang salah dengan membantu bangun orang yang terpeleset. Tapi semua itu salah total di mata azura pemuda dim karena ia menemukan seorang Akashi berekspresi. Dan ekspresinya itu—
"—cih, sial." Ace tim Too itu mengumpat. Mungkin sebentar lagi akan terealisasi kiamat.
Sudah tiga orang dibuat melongo oleh ekspresi anomali Akashi hari ini.
Pemuda yang histeris meratapi nestapanya dalam hati itu merasakan lengannya kebas—kedua tangan orang lain yang sedang memegang gunting itu menyentuh dirinya. Sesak melesak rongga dadanya menyaingi salak riang Nigou—entah karena gunting kawat itu atau kalor yang diresapkan tangan pemuda bersurai merah pada lengannya.
"AYO KITA ISTIRAHAT DAN MAKAN SIANG!" seru Riko kencang-kencang dari seberang lapang.
"YEAAAAH!" Para pemuda, terutama mereka yang memiliki nafsu makan tinggi, menyambut sukacita seruan gadis pelatih tim Seirin itu.
"FURI, MAKAAAN—" Kawahara mengerem langkahnya yang tadi menapak ritmis untuk mengajak kawannya piknik di area tim Seirin. Matanya nyaris mencelat dari habitat asal melihat presensi yang tenggah mengiring karibnya untuk duduk, "—e-e-eh?"
"Kau kenapa, Furi?" tanya Fukuda yang menotis duluan kondisi naas Furihata. Disodorkannya handuk yang sudah disiapkan Mitobe untuk tim Seirin pada Furihata.
Furihata meraih handuk yang disodorkan Fukuda. Tersenyum enggan kemudian menjawab dengan suara pelan, "Ke-ketiban sial … terpeleset."
Tepat di saat yang sama, Fukuda memelototi Kawahara yang keterlaluan menyikut rusuknya—benarkah pemuda hampir plontos itu benar-benar sering sakit-sakitan karena sikutannya menyakitkan, Kawahara komat-kamit mendesis menunjuk orang yang masih berada dekat sahabat mereka. Fukuda mencebikkan bibir, tapi ia menuruti kemauan Kawahara—dan seketika bibirnya ternganga. Dia bisa saja berkilah bahwa hari ini ia terlalu lelah jadi berfatamorgana menemukan kapten tim Rakuzan di sisi sahabatnya—
"—Akashi, makan siangnya sudah disiapkan Reo-Nee!"
—andai saja Hayama Kotarou dari kubu piknik Rakuzan tidak begitu ceria menyerukan nama ketua organisasi sekolah super prestisius itu.
Akashi melambai sekilas pada Hayama. Tangannya yang satu lagi menepuk ringan lengan Furihata. "Kau sebaiknya beristirahat dulu."
Furihata kini menyalahkan reseptor saraf indera pendengarannya yang mengirim impuls getar ke sekujur tubuh karena mendengar suara tenang disisip geli Akashi. Dia hanya bisa mengangguk kaku sembari berusaha mengenyahkan sekelebat memori.
Aomine yang masih terpaku di situ rasanya ingin menjerit histeris out of character.
Chihuahua itu tidak mengerti!
Akashi kentara memandang Furihata kentara dengan selarik atraksi berintensi afeksi yang tidak lagi coba untuk ditutup-tutupi.
.
To be continue
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
Oke. Saya berbaik hati menginformasikan bahwa ini fic bakal super OOC kedepannya. *mukapalem* #dicincangFujimakiSensei
Mampir juga ke fic saya yang lain, ya. ;D
.
And see you latte~
. Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. ^_^
.
Sweet smile,
Light of Leviathan
