Pernahkah dalam hidupmu kejadian yang tak bisa dipercaya akal sehat terjadi berturut-turut?
'…na hitam dan renda terlihat lucu dan se…'
Kalau kau tanya padaku, aku pernah mengalaminya.
'…pink dengan pita di talinya juga imut.'
Dan kejadian yang tak bisa dipercaya akal sehat itu masih berlangsung sampai saat ini.
'Ah, tapi warna putih tetap yang terbaik.'
Cukup sudah. "Oi, hentai aniki berhenti memperhatikan pakaian dalam temanku saat ganti baju. Aku bisa disangka orang mesum."
'He? Sesama perempuan saling memperhatikan pakaian dalam apa anehnya? Kesempatan itu harus digunakan sebaik mungkin.'
"Da-ka-ra, jangan melakukannya menggunakan tubuhku, dasar hentai baka aniki!"
.
.
.
KUROKO NO BASUKE © FUJIMAKI TADATOSHI
WITH! © KEN SAITO
Note : AU, OC, and OOC.
'jiwa aniki yang bicara'
"jiwaku yang bicara"
.
.
.
WITH
By AOIYUKI
.
.
.
Prolog
Perkenalkan, namaku Midorima [name]. Perlu dicatat bahwa aku adalah seorang siswi tahun pertama SMA Teiko biasa. BIASA. B-I-A-S-A. BIASA. Camkan itu. Dan saat ini… huh, aku tak ingin mengatakan-mengingat-menjelaskan hal selanjutnya. Tapi demi kebaikan bersama dan pandangan orang lain padaku, akan kulakukan.
Jadi... ano... etto... tolong percayalah pada semua ucapan yang akan kukatakan selanjutnya. Kau harus percaya.
Baiklah, jadi sebenarnya aku yang sedang makan dengan kalap dua buah kotak bento dengan kaki serampangan dan nggak ada sopan-sopannya itu, sebenarnya bukan aku. Atau lebih tepatnya jiwa yang sedang menggerakan badanku saat ini adalah jiwa orang lain. Jiwa kakak laki-lakiku yang 'tercinta'. Yang entah mengapa sejak beberapa hari ini berdiam diri di dalam sana.
Dan jiwaku?
Yah, entah mengapa saat ini aku sedang duduk di hadapan diriku. Memandang sebal kelakuan tak kenal sopan santun dari aniki.
Mungkin karena betapa intensnya aku memandang. Atau mungkin karena sekarang aku jadi semacam 'hantu'. Atau mungkin hanya sebuah kebetulan. Akhirnya kotak bento itu turun dari wajahku. Sepasang mata sewarna langit malam menghujam sepasang mata dengan warna yang sama. Bibir tipis berhias dua buah butir nasi di sekelilingnya bergerak menyuarakan sesuatu.
"Aku tahu kau pasti merasa lapar, tapi sebagai hantu bagaimanapun kau tak akan bisa makan."
Andai saja kau tidak sedang dalam tubuhku, ingin sekali aku membunuhmu aniki!
"Bicara hal bodoh seperti itu sekali lagi. Kau tak akan bisa hidup aniki.", ancamku dengan wajah tergarang yang bisa kulakukan. Sepertinya dengan keadaanku—jiwa diluar tubuh—sekarang ini membuat aura mengintimidasi yang kukeluarkan menjadi lebih menakutkan dari biasanya.
"Toh aku memang sudah mati."
Perkataan itu dikatakan dengan sangat santai, seakan itu hal wajar yang terjadi setiap hari pada seseorang. Meski begitu aura gelap yang menyelimutiku surut drastis dan menghilang. Sejahat-jahatnya perlakuanku pada aniki, satu fakta itu tetap bukan sesuatu yang akan kutanggapi dengan bercanda. Dan tak bisa kuabaikan sebagai angin lalu.
"Maaf.", aku bersungguh-sungguh mengatakannya.
Senyum yang lebih menyerupai seringai itu terbentuk di wajahku. Rasanya seperti melihat bayang-bayang aniki pada wajahku sendiri. Dan harus kuakui, aku lumayan kangen dengan aniki.
"Tak apa [name], jangan dipikirkan."
Aku tak tahu mana yang lebih besar, amarah karena diremehkan atau rasa terharu dengan kemakluman yang jarang dilakukannya.
"Iya-iya tak akan kupikirkan lagi."
Wajah dihadapanku tersenyum simpul yang lebih cocok pada karakterku dan bukan aniki. Hal itu membuatku bertanya-tanya, dan tanpa menunggu lama lagi, aku menumpahkan isi pikiranku.
"Ne, aniki, kenapa kau masuk di tubuhku? Kenapa kau ada di sini, Daiki-nii?"
Prolog End
Note: Hai, ini Aoi. Seperti yang tertulis di atas, terinspirasi dari manga With! karya KenSaito. Nggak 100% sama. Mungkin malah rada banyak yang beda. Dan misalkan ada yang baca dan penasaran, chap 1 diusahakan publish minggu depan. Happy Reading all.
