When You're not here
Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae
Genre: Romance, Fluff
WARNING!
BOYS LOVE
DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!
THE STORY IS MINE
Typo may applied, don't be silent reader please.
NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION.
TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.
THANKYOU :)
.
.
I have everthing next to me, but only you're not here...
.
.
Untuk kesekian kalinya, Donghae membuang napas sia-sia sambil melirik jam dinding. Kopi di cangkirnya mulai dingin dan hari sudah mulai gelap, tapi orang yang ia tunggu belum juga datang. Hyukjae—kekasihnya, berpamitan pergi sejak pagi dan belum kembali hingga detik ini. Donghae mulai gelisah, ia tidak suka jika Hyukjae bepergian dengan temannya hingga larut malam. Ada banyak hal buruk yang di pikirkan Donghae, padahal ia tahu Hyukjae bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi entahlah, jika Hyukjae jauh dari pandangannya, Donghae merasa terusik dan tidak tenang.
Berkali-kali Donghae melirik ponselnya, lalu melirik jam dinding. Ia juga tidak bosan memandangi pintu dan sesekali memeriksa intercom, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Hyukjae sama sekali. Donghae menyerah, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja makan, lalu menghubungi nomor ponsel Hyukjae. Hanya nada sambung yang terdengar, lama sekali hingga akhirnya berganti dengan suara operator. Hyukjae mengabaikan panggilan teleponnya. Donghae menghela napas panjang, ia melemparkan ponselnya ke sofa bersama tubuhnya yang mulai lelah karena mondar-mandir mengelilingi apartemen mewah mereka.
Tidak tahan berdiam diri dan merasa gusar, Donghae kembali mengambil ponselnya dan menghubungi nomor ponsel kakaknya. Di saat seperti ini, Donghae membutuhkan kakaknya untuk sekedar mencurahkan isi hatinya. Nada sambung terputus, berganti dengan suara lembut kakaknya.
"Kau membutuhkan sesuatu?"
Donghae bahkan belum mengucapkan apa-apa, tapi kakaknya sudah terdengar gusar. Seolah Donghae menghubunginya hanya saat ia membutuhkan sesuatu darinya. Well, tidak ada yang salah. Memang belakangan ini Donghae terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, hingga jarang sekali menghubungi kakak semata wayangnya itu. Tapi haruskah Donghwa sesinis itu padanya?
Donghae menghela napas panjang. "Bisa kau datang kemari?" pintanya tanpa basa-basi, toh kakaknya memang sudah tahu Donghae membutuhkan dirinya.
"Kemari? Kemana? Kau ada dimana? Belakangan ini kau sulit sekali ditemui, dasar bocah nakal!"
Donghae tersenyum mendengar omelan kakaknya. Donghwa masih saja memperlakukan Donghae seperti adik kecilnya, meski kini mereka sudah sama-sama berusia tigapuluhan.
"Ke apartemen mewah Lee Hyukjae. Aku bosan sendirian," kata Donghae sambil mendesah pasrah. Matanya masih melirik jam dinding dan intercom secara bergantian.
"Sendiri? Memangnya Hyukjae kemana?"
Lama-lama Donghae bosan mendengar pertanyaan kakaknya, ia melirik layar ponselnya dengan gusar sebelum membawanya kembali ke telinga kanannya. "Datang saja, tidak usah banyak tanya!"
Kemudian Donghae memutus sambungan teleponnya, lalu melemparkan ponselnya ke sofa. Sambil menunggu Donghwa datang, ia melangkah ke kamar mengambil laptop juga gitar kesayangannya. Ia membawa dua benda kesayangannya itu menuju meja makan. Sambil menikmati kudapan malamnya, Donghae mulai menyalakan laptopnya dan memutar lagu yang belakangan ini sering ia dengarkan saat merasa bosan.
Alunan musik mulai menyapa gendang telinga Donghae. Ia memejamkan matanya dan mulai memetik senar gitarnya, mengikuti melodi yang ia dengar.
"You must think that i'm stupid, you must think that i'm a fool. You must think that i'm new to this, but i have seen this all before..."
Donghae mulai mendalami lirik yang ia nyanyikan, mata sendunya fokus menatap layar yang menampilkan lirik lagu yang ia nyanyikan. Tiba-tiba pikirannya kembali melayang dan memikirkan Hyukjae yang masih bersenang-senang di luar dengan teman-temannya.
"Lee Donghae?"
Suara Donghwa yang hampir terdengar bersamaan dengan bunyi bel itu, menginterupsi Donghae. Ia meninggalkan gitarnya, lalu beranjak dari meja makan dan melirik intercom sekilas. Kakaknya sudah datang, dia tersenyum sambil memamerkan bawaannya didepan lensa intercom.
Donghae membuka pintu, lalu tersenyum tipis menyambut kedatangan kakaknya. "Kau datang?"
Donghwa mengangguk, ia menyerahkan kantong plastik yang ia bawa pada adiknya. "Hm, bersama Taco dan Americano kesukaanmu. Kau sedang gusar, ya? Kemana Hyukjae?"
"Masuklah." Donghae mengajak kakaknya menuju meja makan, tanpa menghiraukan pertanyaannya. Ia yakin, tanpa diberitahu pun kakaknya sudah mengerti.
Donghwa mengikuti langkah Donghae menuju meja makan, matanya memperhatikan sekelilingnya dan sadar Donghae tidak menyalakan lampu. Jika Donghae sudah gelap-gelapan seperti ini, pasti ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Bukan hanya itu, penampilannya yang kacau juga menunjukan seberapa gusarnya Donghae saat ini. Lihatlah dia, memakai kacamata hitam sebagai penahan rambutnya, wajahnya lesu dan rambutnya berantakan sekali.
"Kau selalu saja memanggilku ketika kau gusar, kau tidak punya teman lain? Kenapa harus selalu aku?" keluh Donghwa pura-pura kesal.
Pura-pura tentu saja, karena sesungguhnya ia mulai merindukan adiknya yang belakangan ini sulit ditemui karena kesibukannya. Sementara Donghae kembali memangku gitarnya dan menyalakan musik di laptopnya, Donghwa membongkar bawaannya tadi.
"Too good at goodbyes," gumam Donghwa saat Donghae mulai memetik senar gitarnya dan menyanyikan lagu yang tidak asing di telinganya.
"Sebegitu frustasinya 'kah dirimu, Lee Donghae?" tanya Donghwa sambil menggelengkan kepalanya. "Kau bertengkar dengan Hyukjae? Kau putus dengannya?"
Donghae memetik senar gitarnya dengan kasar, ia kemudian melirik kakaknya dengan sinis. Tiba-tiba saja ia ingin menendang kakaknya keluar. "Kau selalu saja sembarangan dengan ucapanmu!"
"Kalau begitu jelaskan, kau kenapa? Hyukjae kemana?" sela Donghwa sebelum adiknya sempat mengomel lebih panjang.
"Hyukjae pergi bersama teman-temannya dan belum kembali sejak tadi! Ini bahkan sudah tengah malam dan dia tidak mengangkat panggilan telepon dariku. Aku takut terjadi sesuatu padanya, bagaimana kalau teman-temannya membuat masalah dan dia ikut terseret-seret, bagaimana kalau..."
"Donghae?" panggil Donghwa, menyela kalimat panjang Donghae. "Ini baru jam sembilan malam. Jam sembilan belum bisa disebut tengah malam, asal kau tahu."
"Terserah!"
Donghwa hanya bisa mengangkat bahunya, ia kemudian duduk dihadapan Donghae sambil menikmati kopi yang di bawanya tadi. Matanya memperhatikan Donghae yang tampak menghayati lirik lagu yang ia nyanyikan. Jika ada orang yang melihatnya, pasti akan mengira Donghae baru saja diputuskan seseorang. Sikapnya sangat hiperbola jika sudah menyangkut Hyukjae.
Saat Donghae kembali mengulang lagu yang ia nyanyikan, Donghwa mengambil ponselnya dari saku celana dan menyalakan fitur merekam. Ia merekam adiknya yang tampak sedang patah hati itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Donghae ketika menyadari perbuatan kakaknya.
Donghwa menghiraukan adiknya, ia malah berdecak sambil memandangi layar ponselnya. "Wah, adikku ini memang selebriti. Lihat, kau bahkan tampak keren meski dengan penampilan yang berantakan."
"Hyung!" Donghae merebut ponsel kakaknya, berniat menghapus video yang direkam kakaknya barusan. Tapi kemudian niatnya urung, ia malah mengirimnya ke ponselnya sendiri. Sepertinya, Donghae punya ide agar Hyukjae tahu bagaimana keadaannya ketika ditinggalkan sendirian di rumah.
Sadar dengan apa yang akan dilakukan adiknya, Donghwa hanya menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau benar-benar tukang cari perhatian," gumam Donghwa di sela-sela meneguk kopinya.
Tapi Donghae tidak peduli dan malah meneruskan niatnya, mengunggah video yang direkam kakaknya barusan ke jejaring sosial miliknya. Setelah itu, Donghae kembali berselancar di internet. Membaca beberapa artikel tentang dirinya dan Hyukjae, lalu membuka situs berbagi video untuk mencari lagu-lagu yang sedang hits saat ini.
"Sebenarnya, kenapa kau memintaku datang?" tanya Donghwa akhirnya. Ia lama-lama kesal diabaikan Donghae. Adiknya itu malah sibuk dengan laptopnya.
"Aku bosan. Jika Hyukjae tidak ada, aku cepat merasa bosan. Aku butuh teman bicara," jawab Donghae lesu.
Donghwa berdecak tidak suka. "Butuh teman bicara? Kau sejak tadi sibuk dengan kegiatanmu sendiri dan tidak bicara padaku!"
"Sekarang aku sedang bicara padamu, Hyung."
"Kau..."
"Apa? Kau ingin aku bicara padamu? Baiklah, sekarang dengarkan aku bicara padamu."
Dan akhirnya Donghae mulai mengoceh panjang lebar soal hal yang tidak jelas. Satu jam berlalu dengan cepat, Donghwa masih setia mendengarkan ocehan adiknya soal Hyukjae. Adiknya itu seperti tidak kehabisan kata-kata untuk bercerita soal Hyukjae.
"Hei, hentikan!" Donghwa menghentikan ocehan Donghae, ketika mulai menjurus ke arah ranjang. Donghwa tahu bagaimana akhirnya. Sial, Donghae hanya memiliki wajah yang polos, tapi pikirannya jauh sekali dari kata polos. Yang benar saja, ia lebih tua dari Donghae beberapa tahun. Tapi pengalaman adiknya soal 'itu', sudah lebih banyak darinya.
"Hyung—" Donghae belum sempat meneruskan kalimatnya ketika mendengar suara pintu terbuka. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan tergesa-gesa ke pintu masuk. Bibirnya otomatis tersenyum ketika mendapati Hyukjae ada didepan pintu.
"Kenapa baru datang?" tanya Donghae manja. Ia memerangkap Hyukjae dengan pelukan eratnya. Hyukjae bahkan sampai limbung karena ketika Donghae memeluknya, ia sedang melepas sepatunya.
Hyukjae berdecak sambil melirik Donghae dengan ekor matanya. "Aku bahkan hanya pergi sebentar, tapi kau bertingkah seolah-olah aku pergi untuk selamanya. Apa-apaan video yang kau unggah tadi?"
Donghae tidak menjawabnya, ia malah tersenyum sampai giginya terlihat semua.
"Oh, ada Donghwa Hyung?" Hyukjae membungkuk, begitu mendapati Donghwa di meja makan. Lalu ia membawa pandangannya pada Donghae, bertanya dengan tatapan matanya.
"Aku bosan karena kau pergi terlalu lama, jadi aku menelepon Hyung," jawab Donghae sambil meraih Hyukjae kedalam dekapannya.
Donghwa hanya bisa tertawa datar, tiba-tiba saja ia merasa jadi orang ketiga yang tidak di undang. Menyedihkan sekali.
"Baiklah, karena Hyukjae sudah pulang dan aku tidak lagi dibutuhkan disini, aku akan pulang saja," kata Donghwa sambil memakai kembali jaketnya yang ia pakai saat datang tadi.
"Hyung, kau bisa tinggal kalau kau mau," tawar Hyukjae sopan.
"Kau ingin aku jadi semacam obat nyamuk disini? Tidak terima kasih, silakan lanjutkan acara kalian. Aku harus pulang, ibu sendirian di rumah. Kasihan sekali ibuku, dia hanya punya dua anak laki-laki dan keduanya selalu saja sibuk. Terutama anak bungsunya yang belakangan ini jarang sekali pulang ke rumah."
Hyukjae tertawa canggung, ia tahu Donghwa sedang menyindir Donghae. Tapi Donghae tampak tidak peduli, ia masih memeluk Hyukjae dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hyukjae, menghirup aroma tubuh kekasihnya yang sangat Donghae sukai.
Donghwa berdecak, sambil melirik punggung Donghae dengan tajam. "Lihat, dia bahkan hanya bergeming dan tetap memelukmu seperti itu ketika kakaknya mau berpamitan pulang."
Hyukjae mencubit pelan perut Donghae, kemudian mendorongnya menjauh. "Kakakmu mau pulang, kau ini kenapa?"
Bola mata Donghae berputar malas, ia kemudian melirik kakaknya sinis. "Hyung, kalau mau pulang tidak usah membuat keributan. Silakan pulang dengan tenang."
Mendengar ucapan adiknya, Donghwa hanya bisa membuang napas tidak percaya. Baiklah, ingatkan Donghwa agar tidak sekali-kali lagi datang ketika adiknya ini butuh teman.Bocah tengil sialan!
"Ya sudah, aku pulang! Jangan pernah memintaku datang lagi, dasar kau bocah tidak tahu terima kasih!"
"Oh, Hyung hati-hati di jalan." Hyukjae mengantar Donghwa sampai ke pintu, kemudian mengembuskan napas berat setelah Donghwa membanting pintu apartemennya dengan sedikit kasar.
"Lee Donghae!" bentak Hyukjae ketika kembali ke meja makan dan mendapati Donghae malah bersantai sambil meneguk segelas Americano.
"Apa?"
"Kau keterlaluan. Mana boleh memperlakukan kakakmu seperti itu?"
Donghae mendengus. "Baiklah, aku minta maaf."
"Minta maaf pada kakakmu."
"Aku akan meneleponnya nanti. Sekarang, kemari dan jelaskan apa saja yang kau lakukan seharian ini." Donghae menarik pergelangan tangan Hyukjae, membawanya ke sofa di ruang tengah. Setelah Hyukjae duduk, Donghae membaringkan dirinya di sofa dengan paha Hyukjae sebagai bantal untuk kepalanya.
Hyukjae tidak menolak, ia justru menarik kacamata hitam Donghae yang menyangga rambut pirangnya dan mulai mengelusnya lembut. Donghae mulai memejamkan matanya ketika merasakan tangan halus Hyukjae mengelus kepalanya. Rasanya nyaman sekali, seperti biasanya.
"Seharian ini aku hanya jalan-jalan, makan di restoran, dan membicarakan banyak hal."
"Hanya itu?" tanya Donghae tanpa membuka matanya.
"Hmm, hanya itu."
"Kau tidak merindukanku?" tanya Donghae lagi. Kali ini ia membuka matanya dan memperhatikan wajah Hyukjae. Baru sehari tidak bertemu dan Donghae merasa sangat merindukannya. Donghae ingin terus melihat wajahnya.
"Kenapa tidak menjawab panggilan teleponku tadi?"
Hyukjae menghela napas sambil tersenyum, ia mencubit gemas bibir Donghae. "Aku sedang berkumpul dengan teman-temanku, jadi tidak memeriksa ponselku.
"Oh."
Masih tetap tersenyum, Hyukjae membungkukan tubuhnya, lalu meraih bibir tipis Donghae. memberinya kecupan lembut, Hyukjae baru ingat ia belum mengecup bibir Donghae seharian ini.
"Jangan merajuk," gumam Hyukjae setelah melepaskan kecupannya.
Donghae menyeringai, ia menarik tengkuk Hyukjae dan mulai memagutnya dengan terburu-buru. Tak lama, Donghae beringsut dan memenjarakan Hyukjae di antara tubuh maskulinya dan sofa. Hyukjae harus mendongak karena Donghae memagut bibirnya dari atas, dia bertumpu dengan kedua lututnya dan kedua tangannya berada di antara kiri kanan bahu Hyukjae.
"Donghae," desah Hyukjae ketika kekasihnya meninggalkan bibir merahnya dan menelusuri lehernya dengan bibir tipisnya. Hyukjae memekik tertahan, ketika dirasa Donghae menggigit dan menghisap lehernya. Pasti akan ada bekas kemerahan disana besok dan Hyukjae harus memakai pakaian tertutup karena tidak mungkin memamerkan hasil karya Donghae di tubuhnya.
"Jangan—ngh," Hyukjae berusaha menyusun kalimatnya dengan benar ketika Donghae semakin agresif mencumbu lehernya. "Jangan meninggalkan bekas terlalu banyak," pintanya sambil mendesah tidak karuan.
Tapi Donghae tampak tidak peduli, ia malah menanggalkan jaket adidas Hyukjae dan menyingkap kaos tipis Hyukjae ke samping hingga bahu putihnya terekspos. Kini Donghae beralih mencumbu bahu kesukaannya itu dan meninggalkan bebrapa tanda merah. Biar saja, toh Hyukjae tidak akan memamerkan bahunya pada orang lain. Mulai hari ini, Donghae akan menandai seluruh lekuk tubuh Hyukjae agar kekasihnya itu berhenti memakai pakaian terbuka.
"Ngh—Donghae, aku mohon," Hyukjae mendesah sambil memejamkan matanya. Cumbuan Donghae turun ke lengan dan akhirnya ke jari lentiknya. Entah sejak kapan Donghae jadi suka sekali mengecupi jari-jarinya.
"Mau di lanjutkan disini atau di kamar?" tanya Donghae tepat di hadapan wajah Hyukjae yang merona merah.
"Lanjutkan disini," jawab Hyukjae diiringi desahan frustasi karena lutut Donghae sengaja menyenggol miliknya di bawah sana.
"As your wish, sweetheart," bisiknya lembut.
Dan Donghae kembali mencumbu kekasihnya. Dimulai dari mengecupi seluruh wajahnya, turun ke leher, bahu, dada dan akhirnya berhenti di bibir plum Hyukjae. Bibir merah merekah itu selalu menjadi candu untuk Donghae, berkali-kali Donghae mengecupnya dan tidak pernah sekalipun ia merasa bosan. Sementara bibirnya sibuk memagut bibir Hyukjae, tangannya sibuk meraba dada dan pinggang Hyukjae secara bergantian. Tangannya yang lain mencoba untuk melepaskan celana jeans Hyukjae yang dirasa sangat menganggu kegiatannya.
Hyukjae tidak mau kalah, tangannya ikut meraba bagian selatan Donghae sementara tangannya yang lain mencoba melepaskan ikatan tali celana celana Donghae yang sepertinya mulai menyempit.
"Tunggu," Hyukjae melepaskan pagutannya, ia mengambil napas sebanyak yang ia bisa. Pandangannya turun ke bawah dan mendapati bagian bawah Donghae yang tampak tersiksa. Hyukjae tersenyum licik, ia menekan bagian menggembung itu dengan telunjuknya.
"Ingin kubasahi dengan ludah atau lube, Mr. Big Whale?" goda Hyukjae sambil terus menekan ereksi Donghae dengan telunjuknya.
Donghae menggeram, ia memejamkan matanya menahan nikmat sekligus ngilu di bagian bawahnya yang ditekan telunjuk Hyukjae. "Biarkan dia berada dimulutmu dulu," desisnya berat.
Tanpa menunggu perintah dua kali, Hyukjae menarik ke bawah celana Donghae dengan gerakan yang seduktif, lalu kepalanya mendongak dan pandangannya mengunci tatapan Donghae. Ia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil memandangi Donghae yang tampak sudah tinggi, sengaja memancing gairahnya agar semakin menggelegak.
"Jangan main-main, sayang." Donghae mengelus lembut wajah Hyukjae dengan punggung tangannya, tatapannya masih terpaku pada wajah menggoda Hyukjae. Tak lama elusan tangannya sampai pada tengkuk Hyukjae, lalu dengan tidak sabaran ia menarik tengkuk Hyukjae hingga wajahnya menabrak ereksi Donghae.
"Ugh, feels good," Donghae melenguh keenakan, sementara Hyukjae meringis karena hidungnya menabrak milik Donghae yang sudah ereksi penuh.
"Hei!" pekik Hyukjae tidak suka.
Tapi Donghae tampak tidak peduli, ia justru semakin memajukan pinggulnya dan sengaja menggesekan bagian selatannya pada hidung mancung Hyukjae.
"Kau benar-benar, Lee Donghae," desis Hyukjae gusar.
"Ah! Apa yang kau lakukan?" tanya Donghae sambil memekik, ia merasakan gigi Hyukjae menancap di kejantanannya.
Hyukjae mendongak, menatap matahazel Donghae. Ia memang sengaja menggigit milik Donghae agar si bodoh itu berhenti menabrakan ereksinya pada hidung Hyukjae.
Sadar dipandangi setajam itu oleh kekasihnya, Donghae hanya tersenyum sambil mengendikan bahunya. "Sorry ..." gumamnya pelan. Kemudian ia melepaskan kaosnya dan menurunkan celana dalamnya, lalu menatap Hyukjae agar segera melakukan tugasnya.
"Do it, Sweetheart. Your job ..." bisiknya menggoda.
Hyukjae masih memandangi Donghae dengan sinis, tapi ia juga tidak menolak ketika Donghae menyodorkan miliknya ke bibir plum yang merah itu. Hyukjae membuka mulutnya, membiarkan milik Donghae masuk dan menabrak kasar kerongkongannya. Setelah membiasakan mulutnya dengan milik kekasihnya yang besar itu, Hyukjae mulai memaju-mundurkan kepalanya di selangkangan Donghae. Sesekali lidahnya menggoda ujung kejantanan kekasihnya, mengundang geraman tertahan darinya. Hyukjae bahkan semakin sengaja melakukannya ketika Donghae mulai menarik lembut rambut hitamnya, jarinya mencengkram paha kokoh Donghae sambil terus membasahi milik kekasihnya yang gagah itu.
"Berbaring, sayang. Aku tidak tahan lagi," kata Donghae terngah. Ia kemudian memungut celana trainingnya yang tergeletak di lantai, mengambil sesuatu dari saku celananya.
Lubricant? Mata Hyukjae membola, ia tidak percaya kekasihnya menyimpan benda itu di saku celananya.
"Sejak kapan kau bertingkah seperti maniak, Lee Donghae?" tanya Hyukjae sambil terus memandangi Donghae.
Donghae membuang napas sebelum menindih Hyukjae yang sudah terbaring pasrah di sofa. "Sejak kau sering meninggalkanku. Aku harus selalu siap sedia agar bisa menggarapmu dimana saja, tanpa menyakitimu."
"That's sweet," gumam Hyukjae.
"I'm always do, sweetheart."
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Donghae melumuri jarinya dengan cairan lengket itu. Ia kemudian membawa jari yang sudah berlumuran cairan lengket itu ke bagian bawah Hyukjae. Tanpa mau repot melepas seluruh celana dalam Hyukjae, ia hanya menariknya sedikit hingga ke pahanya dan telapak tangan Donghae mulai mengelus pipi bokong Hyukjae yang halus.
"Ngh ... slowly, honey," Hyukjae melenguh ketika jari Donghae menyapa kerutan lubangnya. Jari-jarinya terkepal kuat, mencengkram kulit sofa yang berada di samping kepalanya.
Donghae berdecak. "Jangan bertingkah seperti aku baru pertama kali melakukannya padamu, sayang,"
Dengan tenaga yang ada, Hyukjae menendang paha Donghae. Ucapannya selalu saja sembarangan. Dia berani berkata seperti itu karena tidak merasakan apa yang dirasakan Hyukjae setiap kali dimasuki oleh jari dan miliknya yang kelewat besar itu.
"Jangan kasar," bisik Donghae sambil terus memaju-mundurkan jari telunjuk dan jari tengahnya di bawah sana.
"Kau memang idiot! Aku benci sekali padamu!" pekik Hyukjae pelan. Ia tidak sanggup membentak karena gerakan jari Donghae di bawah sana mulai terasa nikmat, apalagi ketika Donghae mulai menggaruk dindingnya dengan lembut.
"Ngh—Donghae, kumohon," Alih-alih marah, akhirnya Hyukjae hanya mampu memohon dan melupakan emosinya.
"Lebih dalam lagi," pinta Hyukjae frustasi. Jari Donghae tidak cukup panjang untuk menyentuh titik paling nikmat yang ada di dalam sana.
"Well, saatnya Mr. Big Whale melakukan tugasnya." Donghae menarik kedua jarinya, membuat Hyukjae melenguh kecewa.
"Wow, honey, tidak perlu menunjukan wajah sefrustasi itu. Kau akan mendapatkan apa yang kau mau," kata Donghae sambil terkikik.
Donghae mulai mendesak miliknya agar melesak masuk ke dalam tubuh Hyukjae. Meski Donghae yakin ia sudah melumuri miliknya dengan lube, tapi tetap saja terasa sulit untuk masuk. Terlalu sempit, Hyukjae memang selalu sempit.
"Rileks, sayang. Biarkan aku masuk," bisik Donghae yang mulai menghujani bibir Hyukjae dengan kecupan ringan.
Baru setengahnya masuk, dan Hyukjae merasa sangat perih di bawah sana. Hyukjae menarik tengkuk Donghae dan meraup bibir tipisnya dengan tidak sabaran, ia butuh pengalihan agar tidak merasakan sakit. Setelah masuk seluruhnya, Donghae diam sejenak sambil menikmati pagutan bibir Hyukjae. Tangan kirinya mengelus puncak dada Hyukjae, semnatara tangan kanannya meremas lembut pipi bokong Hyukjae.
"Hmm, i like it so much," gumam Donghae setelah melepaskan pagutannya.
Alis Hyukjae terangkat. "Hmm?"
"Your squishy ass."
Kemudian Donghae tidak membiarkan Hyukjae bicara lagi, ia mulai menggerakan pinggulnya dan terus memagut bibir penuh Hyukjae.
"Donghae ... honey, i'm close," bisik Hyukjae terengah-engah. Tubuhnya terlonjak hebat karena gerakan Donghae yang semakin lama semakin kasar menabrak titik terdalamnya.
Jari Donghae yang sejak tadi bermain di puncak dadanya, beralih pada milik Hyukjae yang memerah dan tegang. Ia mengelus dan menggaruk ujungnya dengan telunjuk, membuat Hyukjae semakin belingsatan karena tidak bisa lagi menahan diri.
"Close ... Donghae, please." Tak lama Hyukjae menggeram, ia memejamkan matanya sementara cairan pelepasannya mengalir deras membasahi telapak tangan Donghae.
"Aku ... aku juga dekat. Ugh ..." Donghae menggeram, ia menekan pinggulnya semakin dalam dan melepaskan semuanya di dalam tubuh Hyukjae.
"Jadi, kalian sudah selesai?"
Suara Donghwa yang sedang duduk di meja makan membuat Donghae dan Hyukjae berpandangan sambil melotot, kemudian mereka menoleh bersamaan ke arah dapur. Donghwa memang ada di sana, laki-laki yang hampir serupa dengan Donghae itu duduk di meja makan sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.
"Hyung ... apa ... apa yang kau lakukan di situ?" tanya Donghae panik. Ia memungut celana trainingnya dan memakainya dengan tergesa-gesa, lalu melemparkan kaosnya ke atas tubuh Hyukjae yang masih tergolek pasrah. Ia tidak mau tubuh mulus kekasihnya jadi tontonan orang lain, meski kakaknya sekalipun.
Donghwa mengembuskan napas berat, ia menyeret pandangannya ke wajah adiknya yang bersimbah keringat. "Aku meninggalkan ponselku di sini. Oh, jangan kira aku masuk diam-diam karena sebelumnya aku sudah menekan bel, tapi sepertinya kalian tidak dengar karena sibuk mendesah. Aku datang karena harus mengambil ponselku yang tertinggal, bukan untuk menonton adegan tidak senonoh secara langsung."
Donghae memejamkan matanya sambil membuang napas. Ingatkan ia agar mengganti password pintu masuknya dan tidak pernah memberitahu siapapun.
"Sekarang cepatlah pulang," usir Donghae sambil mengibaskan tangannya. "Oh, dan pastikan barang bawaanmu tidak ada yang tertinggal!"
Donghwa mendengus. "Beraninya kau mengusirku. Ah, apakah aku harus mengunggah video yang aku rekam barusan? Video panas Donghae dan Hyukjae ketika hanya berdua di apartemen mewah mereka."
Donghae melotot sambil memandangi ponsel kakaknya yang sedang diayun-ayunkan di udara. "Hyung ... kau!"
"Baklah, aku pulang dulu."
"Hei, Lee Donghwa!"
Donghae baru saja ingin mengejar kakaknya yang sudah melesat dan menghilang di balik pintu, tapi Hyukjae manrik pergelangan tangannya. Menahan langkah Donghae.
"Kenapa?" tanya Donghae gusar.
"Biarkan saja. Lagi pula,Hyung tidak akan berani mengunggahnya."
Mata hazel Donghae melirik mata doe Hyukjae yang masih sayu, kemudian mengembuskan napas panjang. Seharusnya, sejak awal Donghae memang tidak menyuruh kakaknya datang. Lihatlah, akibat perbuatannya sendiri, ia akan menjadi budak Donghwa setelah ini. Donghae yakin, kakaknya itu akan memanfaatkan video yang ia rekam untuk mengancam Donghae nantinya.
Sialan...
.
EPILOG
.
Donghwa merogoh saku jaketnya untuk menemukan ponselnya sambil menyalakan mesin mobilnya, ia berniat melakukan siaran langsung di jejaring sosial sambil berkendara. Belakangan ini Donghwa sering melakukan hal itu, karena mencegahnya dari kantuk saat berkendara. Menyapa beberapa penggemar adiknya dan pengikutnya yang cukup banyak di jejaring sosial.
"Oh, dimana ponselku?" gumam Donghwa sambil meraba saku jaket dan celananya.
Donghwa menepuk keningnya, ia ingat ponselnya tergeletak di meja makan. "Ah, ketinggalan."
Akhirnya Donghwa mematikan mesin mobilnya dan terpaksa kembali menuju apartemen Hyukjae untuk mengambil ponselnya.
Setelah sampai, Donghwa menekan bel seperti biasa. Meski tahu password pintunya, Donghwa tetap menekan bel karena bagaimanapun ia hanya tamu dan tidak bisa masuk sembarangan.
"Donghae? Hyukjae?" Berkali-kali Donghwa menekan bel, namun tidak ada yang membuka pintu. Donghwa bahkan berteriak-teriak di intercom memanggil nama adiknya, tapi tidak ada tanda-tanda ada orang didalam.
Ragu-ragu, Donghwa mencoba masukan password pintu dan masuk karena ia pikir adiknya tidak ada didalam. Tapi betapa terkejutnya Donghwa, ketika ia baru saja melepaskan sepatunya dan mendengar pekikan juga geraman dua insan yang sedang saling bertindihan. Mata Donghwa membola sempurna ketika mendapati keadaan Donghae yang sedang menggarap kekasihnya. Donghwa melangkah ragu-ragu menuju dapur, matanya tidak bisa lepas dari pemandangan erotis itu.
Awalnya, Donghwa hanya akan mengambil ponselnya dan pergi, tapi kemudian ia merasa kakinya terpaku. Donghwa akhirnya duduk di meja makan sambil menonton adegan dewasa itu secara langsung. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak cemerlangnya, Donghwa menyalakan fitur video dan merekam adegan dewasa cuma-cuma yang dilakukan adiknya bersama kekasihnya.
"Ah, aku juga perlu seseorang untuk menuntaskan sesuatu yang ikut tegang," gumam Donghwa tersiksa.
Terkutuk, Lee Donghae...
END
.
.
ooODEOoo
.
.
HOLA INI TWOSHOOT SPECIAL UNTUK ULANG TAHUN OKTAV DAN GRACE (yang udah kelewat) LOL
Special buat kalian.. tapi chapter berikutnya besok ya wkwkwkwk
Hm, Bodyguard bakal publish ASAP... sabar yaaaa maaf lama T.T
Oke segitu aja... jangan lupa review ;)
With Love,
Milkyta Lee
