Main Cast

Jeon Won Woo

Kim Min Gyu

Choi Seung Cheol

Jeon Jeong Kook

Kwon Soon Young

Lee Ji Hoon

Genre(s)

Drama, Mystery, Romance, Friendship,Family, Fantasy/ Supranatural, Action.

Rated

PG-16

WARNING!

Gender Switch for Submission, Typo(s), Out Of Character, SVT-KSTAR!AU, Rate M for bad language and scene of violence, Antagonist and bad personality character for supporting story line!

Disclaimer

Of All this, just the plot and the storyline of mine. I don't take advantage anything from this fanfiction. Criticsm and suggestion I receive, but with polite words.

XX

Seorang gadis kecil tengah tertawa hingga matanya menjadi sebuah garisan. Dia menatap sang ibu penuh perhitungan.

"Tiga Kata!" serunya dan berlari dari tempat ia berjejak.

Wanita yang memasuki kepala tiga itu mengeluarkan pergelangan tangan serta jemarinya, menghitung sesuatu.

"Eomma sangat cantik!" ujarnya dengan riang.

Putri kecilnya menoleh lalu melipat kedua tangan di atas dada

"Eomma! Seharusnya 'kan aku yang sangat cantik!" ia menggembungkan pipinya, ibunya nampak tertawa dan berjalan mendekati buah hatinya.

Gadis mungilnya itu mendesis.

"Aa! Aku menang!" jeritnya heboh, ibunya menganga tak percaya; ternyata ia hanya dikerjai agar pergi dari tempatnya berdiri. Taktik putri kecilnya tak ia cermati dengan baik ternyata.

"YAK! Anak nakal!"

Gadis nya berlari menghindari sang bunda dengan kekehan yang nyaring dan terdengar di semua sudut ruangan.

'HAP'

Tubuhnya seketika terangkat tinggi-tinggi dan setiap lekuk di wajahnya dihujani dengan kecupan kecil.

"Appa!"

Ibunya datang dan menggelitikinya dengan semangat, ia menggeliat dan mengigit pundak ayahnya dengan keras.

Lantas sang ayah berteriak lantang.

"Sakit!"

Wonwoo melihat pundak ayahnya dengan sedikit bersalah.

"A-aku bukan vampir. Appa tidak akan terinfeksi 'kan?" Ia menarik nafas diikuti dengan lendir yang memenuhi rongga hidungnya.

"Aku hanya terkena sedikit influenza."

Ayahnya menatap dengan gemas.

"Kalau ayah menjadi vampire bukankah itu menyenangkan? Kita akan menjadi keluarga vampire dan hidup bersama lebih lama." Satu-satunya lelaki di sana mendekap Wonwoo sangat erat.

Wonwoo melesat melepaskan pelukan ayahnya, ia menatap ibu dan ayahnya bergantian lalu memutarkan tubuhnya membuat dress bewarna pastel sepanjang lututnya itu bergoyang menyamai gerakannya.

"Aku ingin memakai gaun pengantin—" jemarinya menunjuk figura di mana ayah dan ibunya saling memeluk mesra lalu di tangan sang bunda memegang sebuket bunga mawar putih, "—yang cantik seperti punya eomma dan menikahi pria seperti appa!"

"Aigo, kau sudah bicara soal menikah hm?"

"Hehehehe!"

Wonwoo memeluk kedua orangtuanya kencang, mereka bertiga kemudian hanyut dalam tawa yang hangat.

"Haruskah appa membelikan kereta dan kuda eoh?"

"Tentu! Aku ingin menjadi putri paling cantik!"

"Won-ie mau eomma buatkan flower crown?"

"Ah! Eomma aku sangat ingin!"

.

.

Wonwoo bergelung dalam selimut tebalnya walaupun dia tidak benar-benar tenggalam dalam alam mimpi.

"Kita tidak bisa! Sudah kubilang, itu bukan keputusan yang baik!"

"Kau harus pergi dengan Wonwoo sekarang."

Bocah berumur delapan tahun itu membuka kelopak matanya. Menurunkan selimut yang tadi menutupi seluruh tubuhnya, lalu menatap dinding putih gading dalam kegelapan.

"Kita bisa menyelesaikannya!"

"Kubilang lari! Kita tidak punya waktu yang cukup."

"Aku tidak mau meninggalkan kamu sendirian di sini!"

'BRAKKK!'

Jeon Wonwoo seketika terduduk, memeluk kedua lututnya. Suara-suara itu sangat menganggu—Wonwoo tidak pernah marah jika orangtuanya berisik karena berdebat soal channel televisi atau selera musik mereka. Wonwoo hanya akan diam-diam mendengarkan dan tersenyum sendiri dari balik selimutnya.

Tapi kini, Wonwoo ingin meneriaki mereka. Ingin melesat sekarang juga.

Wonwoo perlahan turun dari kasurnya dan memakai sandal kelinci dengan bulu-bulu kesayangannya, memegangi boneka rillakumanya kemudian berjalan pelan keluar kamar. Nyaris tanpa suara.

"Kau harus pergi dengan Wonwoo!"

"Tapi, aku tidak ingin meninggalkanmu!"

"HAHAHAHA—drama yang sangat indah ku rasa."

"Diam ka-"

Namun, tiba-tiba suara tembakan dua kali terdengar begitu nyaring.

"Wonwoo-ya lari lah, k-kau harus sela— Aaakh!"

Itu suara ibunya, mata Wonwoo menerawang, kakinya terpaku sesaat dia ragu, sebelum dengan mantap ia berjalan mendekati pintu belakang mengikuti intrupsi sang ibu dengan tubuhnya yang gemetar.

Udara dingin menyergapnya dengan sangat cepat, tepat saat satu tapakan yang Wonwoo lakukan. Langkah-langkah yang sangat banyak dan begitu menakutkan bagi Wonwoo terdengar sangat nyaring, nyata, dan dekat di telinganya.

Wonwoo berlari dengan kencang- semampu yang ia bisa, jantungnya berdebar sangat cepat, tubuhnya menggigil, rasa takut mengukungnya; menyebar seperti virus ke seluruh tubuh. Matanya mencari tempat persembunyian yang kemudian ia terperosok ke dalam lubang besar.

"Kemana gadis kecil hm?"

Suara timah panas yang mengudara terdengar lagi—disusul dengan suara memekakan burung yang berterbangan.

Di dalam lubang, Wonwoo memeluk tubuhnya sendiri. Ia melihat ke bawah dengan pandangan menerawang dan sebulir demi sebulir air mata menuruni kedua pipinya.

"E-eomma….appa…Wonwoo…..takut…."

-0-

Rambut bewarna dark-brown dengan retro bouffant hair style kecil dan membiarkan sisanya terjatuh di pundak. Kacamata ber-merk Dior bewarna biru safir pada bagian temple dan silver pada bagian rim seharga satu juta won bertengger pada pangkal hidung sang dara.

Ia mengenakan blouse putih, berenda pada bagian dada dan celana hitam dengan ikat pinggang berbentuk bunga pada kepalanya, tanpa senyuman ia berjalan masuk kedalam gedung perkantoran. Semua orang yang 'sadar' siapa yang datang dengan seketika langsung menunduk. Beberapa orang mengikutinya di belakang.

"Eonnie, untuk peluncuran project HOP bolehkah aku yang memilih modelnya." Ujar seorang gadis dengan gigi kelinci, rambut bewarna hitam sepunggung yang diikat asal dan pipi tembam yang tidak penuh berkata dengan senyuman mengembang.

"Panggil aku Direktur Jeon jika dikantor Jungkook," sahut yang ditanya, dia berhenti dan menoleh kebelakang.

Jungkook terkesiap dan mendadak berhenti melangkah.

"Nde…Direktur Jeon."

'Direktur Jeon' membuka kacamatanya dan beralih menatap wanita bertubuh gempal dengan rambut bergelombang yang berdiri kurang satu meter dari tempatnya.

"Seungkwan, rapat akan diadakan jam berapa?"

Sang empunya nama mengangguk kemudian membuka kertas yang ia pegang sedari tadi.

"Jam 11.30 di lantai 3 ruangan 6.7." Jelasnya dengan mantap.

"Aku masih punya waktu 35 menit lagi, aku ingin ke ruanganku dulu kalau begitu." Ucapnya, Seungkwan dan Jungkook saling mengangguk.

Jeon Wonwoo- sang Direktur membalikan tubuhnya akan tetapi belum lima detik ia menoleh lagi, membuat Seungkwan dan Jungkook memegangi dada mereka.

"Kau bisa presentasekan yang ingin kau katakan nanti."

Mata Jungkook berbinar.

"Benarkah?"

"Apa aku pernah bermain-main?" Jeon Wonwoo segera berlalu dari sana.

Jungkook bernapas lega dan melihat Wonwoo yang menjauh.

"Eonnie itu aish!" ia mendesis sendiri, tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan dengan benar seorang Jeon Wonwoo.

"Anjing gila."

Seungkwan dan Jungkook seketika langsung menoleh ke satu sumber suara yang memenuhi telinga mereka.

"Kau bilang apa? Kau tidak tahu kalau Direktur Jeon itu…" Seungkwan tidak melanjutkan kata-katanya.

Soonyoung sembari mengedikan bahunya, tidak acuh, tidak peduli.

"Aku tidak percaya," katanya dengan yakin.

"Tapi itu sungguh Kwon Soonyoung-ssi."

Pria bermata sipit itu merangkul pundak Jungkook dan menunjuk ke arah elevator.

"Lihat ketika aku mengatakannya, dia sudah berada di elevator," jeda seaaat "apa mungkin?" tambah Kwon Soonyoung dengan satu alis yang terangkat.

Seungkwan tidak ingin ikut-ikutan, ia buru-buru pergi di sana; dari pada terkena masalah.

Sedang Wonwoo di dalam elevator, mengerucutkan bibirnya kesal.

"Anjing gila dia bilang?"

.

.

Seketika keadaan menjadi hening saat Wonwoo memasuki ruang rapat kemudian semua orang berdiri lalu menunduk untuk memberi hormat. Setelah membalas menunduk, Wonwoo mempersilahkan semua karyawannya duduk.

"Jadi, langsung saja dari bagian produk." Kata Wonwoo membuka sesi rapat.

Seorang pemuda sekitar umur dua puluh delapan tahun maju dan menjelaskan produk yang akan mereka luncurkan, pil vitamin makanan sehat yang memenuhi nutrisi dan mampu memberikan rasa kenyang yang bertahan cukup lama.

Secara bergilir semua departemen maju, bagian produksi, keuangan, sumber daya manusia, dan terakhir marketing.

Setelah semua sudah di presentasikan, Wonwoo menatap Jungkook, memberinya isyarat.

"Jeon Jungkook, kurasa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?"

Jungkook gugup sesaat sebelum akhirnya mengangguk, ia berjalan kedepan dengan langkah pasti.

"Dari tim khusus pemasaran, kami akan melakukan promosi melalui media iklan. Yang kita ketahui banyak jika media iklan adalah salah satu cara yang sangat efektif saat ini untuk memasarkan dengan target yang meluas dan merata. Di sini kami tim promosi, menyarankan SCoups sebagai model dan—"

Pikiran Wonwoo mendadak blank. Pikirannya terbang kemana-mana karena satu nama disebutkan.

"Bagaimana Direktur Jeon?"

"Direktur Jeon?"

Seungkwan mencolek pundak Wonwoo, mengembalikannya ke alam nyata.

Wonwoo mengerjap.

"Ya?" tanya Wonwoo agak bingung.

"Kita memakai SCoups-ssi sebagai model."

Wonwoo menahan napas.

"Kenapa harus SCoups?" ujarnya dan satu nada kesedihan yang sedikit lolos. Beberapa meter dari tempat Wonwoo duduk, Kwon Soonyoung menangkap nada aneh dalam suara atasannya itu.

Jungkook memandangi kakak sepupunya itu heran.

"Karena dia memenuhi syarat sebagai model kita." Jawab Jungkook dengan lugas, memang begitu faktanya.

Wanita yang baru saja menginjak usia dua puluh tujuh tahun itu mengangkat tangannya.

"Banyak model yang memenuhi syarat kita— Nam Johyuk? Lalu Kim Kai? Dia memiliki tubuh yang bagus, atau Kevin Wu?" Wonwoo mencoba mengingat model-model terkemuka di tanah kelahirannya itu. Banyak, jadi kenapa musti Choi Seungcheol?

Semuanya memandangi Wonwoo dengan bingung.

"Tapi E- Direktur Jeon."

Wonwoo seketika bangkit dari duduknya.

"Untuk promoting kita bicarakan nanti oke? Terima Kasih semua." Dan wanita itu lebih memilih untuk menghindar, egois memang.

Seungkwan menganga tidak percaya. Seorang Jeon Wonwoo baru saja melakukan tindak 'ke- tidak professional-lan dalam bekerja.

Wonwoo hendak membuka pintu, tapi ia menoleh kembali mencari sosok pria bermata sipit dengan rambut hitam dan wajah yang begitu mengesalkan untuknya.

"Satu lagi, Kwon Soonyoung-sii? Bisa kau ke kantor si 'Anjing Gila?'" kata Wonwo dengan sakartis.

Soonyoung yang hendak bangkit dari kursinya langsung mematung, semua orang memandangi Soonyoung dengan pandangan menahan tawa yang teramat jelas. Seungkwan serta Jungkook berusaha mati-matian tidak tertawa dengan cara mengkakukan otot wajah mereka, sampai sampai wajah Jungkook berubah menjadi sedikit merah.

Saat Wonwoo sudah keluar, semua langsung berseru dengan heboh. Mengomentari hal yang baru saja terjadi.

"Kenapa Direktur Jeon menolak untuk memakai SCoups? Bukannya dia seharusnya senang, calon suaminya kedapatan job sebagus ini?"

"Ssst! Jangan bicara keras-keras."

Jungkook tertawa hebat.

"Bagaimana Soonyoung-ssi?"

.

Dan begitulah seorang Jeon Wonwoo saat ini.

Seorang Direktur di perusahaan makanan sehat nomor satu di negeri Gingseng. Mempunyai sebutan 'Anjing Gila' karena sikapnya yang dikatakan terlalu ditaktor, dingin, dan sedikit arogan. Selain itu dia dirumorkan mempunyai kekuatan gaib, pada nyatanya Wonwoo hanya memiliki kemampuan special untuk mendengar jarak jauh dibanding manusia pada umumnya.

Tentu, ia tidak terlalu senang dengan kenyataan itu. Di saat kau lelah dan ingin sekali tidur, tapi suara desahan menjijikan terdengar begitu nyaring di telinga mu, bukankah itu memuakkan?, setidaknya begitu menurut Wonwoo.

Di umur 27 tahun ini, Wonwoo memiliki karir yang terbilang sangat sukses dan ia menjalin kasih dengan pria tampan dan mapan, kehidupan yang diimpikan banyak orang bukan?. Faktanya baru semalam ia di campakan oleh Choi Seungcheol karena alasan tidak bermutu.

-0-

Jungkook mengaduk-aduk ramennya dengan malas, Taehyung yang berada di seberangnya hanya menggeleng.

"Kalau kau tidak ingin makan itu, biar aku saja yang memakannya." Kata Taehyung, menawarkan diri.

Gadis yang berada pada tingkat terakhir nya dalam jenjang sarjana muda itu menggembungkan pipinya kesal. Ia merengek di detik kemudian.

"Oppa! Aku rasanya ingin membunuh Jeon Wonwoo." Lirih Jungkook, dia mengerucutkan bibirnya dan menarik ujung rambutnya frustasi.

Mingyu yang baru saja keluar kamar mandi langsung mengambil alih ramyeon di depan Jungkook dan dengan santai memakannya. Taehyung mendelik sebal, padahal dia juga ingin.

"Memangnya apa yang dilakukannya padamu kali ini?" tanya Taehyung seperkian kalinya. Habisnya, Jungkook sudah berada di sana hampir tiga jam, uring-uringan dan hendak menangis. Namun, saat ditanya kenapa, ia hanya menggeleng dan marah-marah sendiri.

Kalah dengan keadaan akhirnya Jungkook dengan wajah mengenaskan mulai bercerita.

"Aku—" ia memegangi dadanya sendiri, "sebagai calon sarjana muda dengan IPK summa cumlaude mendapatkan—"

"Intinya saja Jungkook." Sela Mingyu, Jungkook mendengus kesal. Taehyung hanya menahan tawanya.

"Aku ditunjuk sebagai ketua tim pemasaran. Dan kami ingin memasarkan lewat media; iklan."

"Pasti soal modelnya." Tebak Mingyu, Jungkook mengangguk.

"Bukannya, kau bilang ingin memakai SCoups itu?" Taehyung mencoba mengingat, Jungkook mengangguk lagi.

"Nah! Aku ingin memakainya, tapi entah karena alasan apa, Won-ie eonnie bersikeras menggantikannya."

"Ya, tinggal diganti saja." Sahut Mingyu yang beranjak dari tempatnya dan menaruh panci di wastafel. Suara desahan Jungkook terdegar jauh lebih frustasi dari yang sebelum-sebelumnya.

"Tidak segampang itu!" seru Jungkook.

"Untuk menyesuaikan jadwal, kesepakatan dan lain-lain butuh waktu bahkan lebih dari satu minggu, tapi si anjing gila membuat deadline hanya dua hari untukku!" Jungkook memaparkan dengan kesal, ia terlihat sangat gemas karena saking sebalnya.

Taehyung berpindah tempat dan mengusap bahu Jungkook pelan.

"Aku tahu-aku tahu." Kata Taehyung menenangkan. Pekerjaan Taehyung 'kan manajer- ya walaupun manajer pengganti tapi dia tahu betul bagaimana sulitnya.

"Sanksi nya apa kalau kau tidak menemukan selama dua hari?" tanya Mingyu yang duduk kembali.

"Posisiku digantikan dengan orang lain." Jawab gadis berumur dua puluh empat tahun itu dengan lemas.

Jungkook memandangi meja cokelat di depannya.

"Aku bertaruh benar mendapatkan posisi itu."

"Dia benar-benar anjing gila," komentar Taehyung, Jungkook membenarkan.

Mingyu menatap kedua orang di depannya bergantian.

"Kau 'kan seorang manajer model hyung-"

Belum sempat usai Mingyu menyelesaikan kalimatnya, Jungkook langsung buka suara.

"Kau menyuruhku menggunakan Rap Monster? Hah? Yang benar saja! Se-entereo Korea tahu dia itu pecandu alkohol! Atau siapa? Kim Seok Jin? Apanya yang sehat? Kalau di acara memasak dia saja selalu membuat makanan manis- diabetes mungkin bisa."

Taehyung nyengir.

"Lagi pula Namjoon hyung dan Seokjin noona sangat tidak cocok dengan image 'Pria dan Wanita Sehat' kau sendiri 'kan tahu betapa tidak sehatnya dua manusia itu. Bagaimana mau jadi icon makanan sehat."

'Manajernya saja tidak sehat,' celetuk Mingyu dalam hati.

'DRTT'

Mode vibrato dari ponsel Jungkook membuat semua menoleh, dan Jungkook menganga mengenaskan karena si 'Anjing Gila' benar-benar menelponnya, terpampang jelas di layar smartphone Jungkook.

Jungkook dengan agak tegang menarik lingkaran hijau ke sudut layar smartphonenya.

"Hallo Kookie-ya? Kau sudah makan malam?" sapa Wonwoo kelewat ceria.

Pasal tentang Wonwoo nomor satu; Jika Wonwoo out of the box tiba-tiba pasti ada yang ia inginkan.

"Eh? Hallo eonnie, aku belum makan kok."

Mata Jungkook melirik Mingyu dan wastafel, Taehyung menggeleng, apanya yang belum makan?. Dia saja habis tiga cup ramen instan dan satu ramyeon biasa.

"Ada apa memang?" tanya Jungkook.

"Bisa kau ke poddo and pop? Ayo kita makan." Ajak Wonwoo.

Jungkook mengeryitkan keningnya.

"Tumben?"

Pasal tentang Wonwoo nomor dua; Kalau Wonwoo mengajak mu makan ada kemungkinan dua option.Yang satu dapat diterima akal dan logika yang kedua tidak sama sekali.

"Aku tidak mengajak dua kali." Jungkook tau sekali ekspresi kakak sepupunya saat ini, "Aku ke sana eonnie," katanya dengan final disertai rasa aneh di dalam hatinya.

'PIP'

Sambungan terputus.

"Dia mengajakku makan." Jelas Jungkook.

"Bukankah itu bagus?" ucap Taehyung.

"Itu buruk. Karena terakhir kali dia mengajakku makan di luar hanya sebagai umpan rekan kerjanya." Nah, ini option nomor dua, Wonwoo kerap kali menggunakan orang lain untuk kepentingan pribadi nya- termasuk urusan kerja juga.

Mata Taehyung membulat.

"Oh! Yang kau berakhir harus menemani laki-laki tua itu?" suara Taehyung menggeram kesal ketika mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang menimpa sang kekasih.

Jungkook menengok.

"Oppa? Kau tidak bisa mengantarkan atau menemaniku?"

"Aku ingin tapi aku ada janji dengan Hoseok hyung." Jawab Taehyung, bola matanya kemudian melirik pemuda yang lebih tinggi dibanding dengannya, tengah asyik melemparkan kacang ke dalam mulut di atas sofa.

"Bagaimana kalau Min—" Belum usai Taehyung dengan kalimatnya, yang bersangkutan menyahut.

"Tidak." Penolakan telak.

Jungkook merengut.

"Oppa, bagaimana ini?" Dia merajuk, mengedip-ngedipkan matanya. Taehyung jadi tambah iba.

"Kim Mingyu."

"Dia pacarmu hyung, bukan aku."

"Kim Mingyu."

"Aku punya jadwal."

"Kim Mingyu."

"Aish! Ya-ya! Aku antarkan dan temani!" seru Mingyu sembari melompat dari sofa, berdecih saat melewati sepasang kekasih itu.

Jungkook tersenyum lebar dan mengacungi jempolnya, Taehyung terkekeh.

"Oppa jjang!"

.

.

Mingyu mendongak dan bersungut di dalam hati. Tiga puluh menit kemudian dia benar-benar menemani kekasih sang kakak. Jeon Jungkook menarik tangan Mingyu penuh semangat.

Mata besar Jungkook mengitari restoran itu, mencari direktur sekaligus kakak sepupunya. Sebuah tangan terjulur dan Mingyu pasrah saja diseret oleh gadis bersurai hitam itu.

"Eonnie!"

"Duduk lah."

Jungkook mengangguk dan menarik kursi lalu duduk, mata Wonwoo beralih ke pemuda yang diseret adiknya itu. Pemuda berkulit gelap menjulang tinggi, sepertinya ini bukan Kim Taehyung- wajah Kim Taehyung kontras sekali dengan pemuda ini, apa Jungkook selingkuh?.

"Ini bukan Kim Taehyung 'kan?" itu suara Jeonghan yang mewakili isi hati Wonwoo. Jungkook menarik tangan Mingyu agar duduk di sebelahnya.

"Bukan, ini Kim Mingyu, adiknya oppa."

Ah pantas, tapi berbeda sekali.

Jeonghan mengangguk, tapi mata Wonwoo seolah mengawasi, dan Mingyu agak tersudut dengan itu. Fisrt Imperession Wonwoo bisa dikatakan 'nol' jadi jangan harap memiliki moment sempurna pada pertemuan pertama dengan wanita sedingin bongkahan es itu.

"Bukannya kau harusnya duduk dan memperkenalkan diri?" kata Wonwoo yang lebih berniat menyindir.

Mingyu duduk dan menatap Wonwoo sama dinginnya.

"Namaku Kim Mingyu."

Wonwoo mengibaskan tangannya tak acuh.

"Kau pesanlah dulu Kookie."

Satu-satunya pemuda di sana tersenyum tidak suka, Jeon Wonwoo benar-benar anjing gila. Oh lihatlah, betapa angkuhnya dia. Bagaimana bisa Jeon Jungkook—oh bukan, maksudnya semua orang disekitarnya tahan dengan itu.

Dengan sekali bertemu, Mingyu juga sadar. Aura wanita itu sangat memuakkan, benar-benar menekan dan membuat orang lain frustasi. Mingyu melirik bola mata hitam yang tengah mengobrol dengan temannya di seberang dirinya.

Memangnya Mingyu hantu. Pengenalan dirinya tidak di gubris sama sekali. Sialan.

Jungkook menyenggol tangan Mingyu, dan membuatnya tersadar. Lelaki itu mengangkat kedua alisnya.

"Pesanlah."

"Aku sama saja sepertimu."

Gadis berambut sepunggung bewarna merah sedikit jingga menoleh.

"Tidak perlu malu-malu begitu Kim Mingyu. Ah, ya, Yoon Jeonghan." Jeonghan mengulurkan tangannya dan disambut oleh Mingyu dengan 'agak' senang.

"Tidak apa, Jeonghan-ssi. Aku sama saja dengan Jungkook."

"Cih, sok baik sekali."

Jeonghan melotot, Wonwoo menoleh dengan pandangan 'Apa' nya yang garang.

Jungkook akhirnya mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Di menit-menit berikutnya, Mingyu rasanya ingin pergi dari sana saja.

Dia diabaikan disini.

Wanita-wanita itu menegak lagi alkohol mereka dan tertawa satu sama lain. Jeon Wonwoo, minum paling banyak hingga wajahnya memerah. Mingyu menahan Jungkook agar tidak minum lagi, tapi gadis itu mengibaskan tangan Mingyu dan meminumnya sambil terkekeh.

"Wonwoo-ya, kau sudah minum banyak." Jeonghan memegangi tangan Wonwoo. Wonwoo menjauhkan tangan Jeonghan dari botol hijaunya.

"Eonnie! A- eung! Biarkan aku lupa soal si brengsek Seungcheol!" Jeonghan langsung tersenyum gugup, memperlihatkan giginya ke arah Mingyu.

Dengan nada tidak karuan, Jungkook menyahut.

"Memang si brengsek Seungcheol kenapa eon?"

Wonwoo terduduk tegap dengan kepala yang terjatuh sesekali.

"Dia mencampakkan aku. Aku di campakkan."

Ah, Mingyu langsung paham letak permasalahan model yang akan dipakai Jungkook.

Jeonghan yang masih sadar, karena hanya meminum sedikit alkohol menatap Mingyu.

"Kim Mingyu? Boleh aku minta tolong? Antarkan aku dan mereka."

Sungguh, Mingyu ingin berkata 'Tidak.' tapi kepalanya malah mengangguk.

Jeonghan tersenyum lebar dan memberikan kunci mobil.

"Kau saja yang menyetir."

.

.

Mingyu merangkul Wonwoo yang terlihat amat kurus namun cukup berat. Jeonghan berjalan beberapa langkah di depan dan membukakan pintu kamar Wonwoo.

"Biar aku saja yang bawa masuk."

Jeonghan baru ingin mengambil alih Wonwoo, tapi suara erangan dari kamar Jungkook membuatnya menoleh.

"Astaga. Kali ini saja, Kim Mingyu tolong ya, Jungkook suka melakukan hal aneh kalau mabuk." Katanya agak panik.

Gadis itu segera menjauh.

"Wonwoo tidak akan tahu, kalau ada orang asing yang masuk kamarnya," gumam Jeonghan sambil masuk ke dalam kamar Jungkook.

Pemuda itu menggeleng.

"Menyusahkan."

Dia menggendong Wonwoo dan merebahkannya di atas kasur. Wajah Wonwoo begitu lelap, kulitnya sehalus susu, wujud arogan dan dinginnya seolah luntur seketika.

Mingyu melepaskan heels yang dipakainya dan menyelimuti perempuan itu.

Mata Mingyu beredar, mengamati kamar dengan design classic.Tepat di tengah-tengah antara buffet dan lemari terdapat photo besar- selera design Wonwoo boleh juga, batinnya.

Sepertinya photo itu adalah Jeon Wonwoo kecil dengan kedua orangtuanya.

Mingyu mendekati buffet, di atasnya terdapat sebuah kotak bening.

Ia melirik Wonwoo yang tenang dan tangannya membuka kotak bening itu perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah flower crown yang sudah bewarna cokelat yang sudah mengering, kalau tidak hati-hati bisa saja langsung hancur.

Mingyu menyentuhnya dengan ujung jari, amat pelan.

Seketika udara disekitar Mingyu terhenti.

Mingyu melihat seorang gadis kecil tengah menangis dan memeluk flower crown dengan warna yang sangat indah begitu erat. Pakaian dan tubuhnya sangat kotor, di depannya ada seorang wanita dan laki-laki yang jika Mingyu asumsikan baru berumur tiga puluhan.

Wajah wanita dan laki-laki itu tidak asing- tunggu! Mereka…!

"Kim Mingyu kau!"

Rekaman itupun hancur seketika, Mingyu menengok dan mendapati Jeonghan yang berjalan mendekatinya dengan tergopoh-gopoh. Dia mendorong Mingyu menjauh dan buru-buru menutup kotak bening yang Mingyu buka.

Jeonghan melirik Wonwoo yang masih terlelap. Dia menarik Mingyu keluar dari kamar Wonwoo.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Hanya.."

"Aish, Aku bisa dibunuhnya jika ia tahu, ini rahasia kita saja oke?!"

Mingyu ingin membuka mulut, tapi tubuhnya sudah didorong lagi.

"Terima Kasih sudah mengantarkan kami!"

Dia tidak berkata apa-apa lagi dan menunduk, pamit untuk segera pulang.

Mingyu merasakan sesuatu yang aneh dengan apa yang dilihatnya, dan dialah Kim Mingyu, pemuda berusia dua puluh empat tahun yang dapat mengetahui rahasiamu dengan menyentuh barang tidak bernyawa di sekitar dirimu.

Menggali sebuah informasi dan melihat langsung reka kejadian yang tertangkap oleh partikel atom yang melekat di sebuah barang – Ya, Kim Mingyu adalah seorang psikometri.

.

.

.

Dapatkah Mingyu mengupas sesuatu tentang Jeon Wonwoo?. Atau Wonwoo yang menarik sebuah benang merah atas kehidupannya dan Kim Mingyu?. Seolah takdir telah tertulis.

.

.

Staredstic Proudly Present

Smiling Flower

.

.

-To Be Continued-

Glosarium:

Retro Bouffant : Hair Style – rambut yang disanggul, tapi bayangkan disini rambut Wonwoo seperti modelnya Kate Middleton atau Lily Collins yang lebih kasual.

Tample : Tungkai kacamata / penyangga ke telinga

Rim : Frame atau kaca yang menyangga lensa