Disclaimer : Tite Kubo-sensei, pinjem chara-charanya, yaa~! ^o^
izinkan saya untuk bermain-main di fandom Bleach lagi. Kali ini saya (dengan tumbennya) pengen buat fic romance. Ini fic romance pertama saya, jadi maklum kalo ceritanya aneh. Ga gitu berbakat nulis fic genre beginian sih...=P
Yah, tolong dibaca dan di-review yaa...Arigatou~! ^__^
Bleach Fanfic
Untitled
Namaku Ichigo Kurosaki. Aku murid kelas 2 SMA Karakura. Di sekolah, aku terlibat dalam OSIS dan memegang jabatan sebagai Ketua. Dengan jabatan itu, tentu saja aku jadi terkenal. Selain itu, juga karena rambut oranye yang menyalaku ini, aku jadi mudah dikenali orang.
Hari ini juga, aku disuguhi oleh tugas organisasi yang banyak. Bagaimanapun ini sudah resiko! Ah, aku adalah pelajar yang tekun dan rajin, nilai-nilaiku selalu baik dan masuk peringkat kelas. Kecuali satu…
Aku sama sekali tidak mengerti pelajaran seni! Terutama, seni rupa!
Yaah…aku hanya seperti orang kebanyakan, otak kiriku lebih berkembang. Tapi aku tidak peduli, asal aku terus mendapat nilai baik dan jadi panutan murid-murid sekolah, tidak akan masalah!
"Ichigo! Aku sudah menulis proposal mengenai pentas seni sekolah, coba lihat!" kata seseorang yang tiba-tiba datang ke ruanganku. Ah, bikin kaget saja.
"Keigo? Mana, coba kulihat." Kataku seraya mengambil jilid proposal dari tangannnya. Dia ini anggota OSIS bawahanku.
Aku pun membacanya. Hm…tidak, ini…
"Kita adakan lomba cosplay juga! Pasti akan seru!" kata si Keigo penuh semangat.
Uuh, aku tidak bisa biarkan ini! "Keigo! Yang seperti ini mana bisa! Dasar otaku!" seruku sambil menodongkan proposal aneh bin ajaib itu ke mukanya.
"Ke, kenapa! Di sekolah ini kan banyak yang otaku sepertiku! Memang ada yang salah!" tanya Keigo takut.
"Tentu saja! Kalian otaku itu aneh, yang dipikirannya hanya soal anime, manga atau game! Pokoknya, aku tidak bisa menerima ini!" bentakku lagi.
"Ohoi, jangan begitu, Kurosaki-kun!" sahut seorang gadis menginterupsi dialogku. (baca : kemarahanku)
"I…Inoue…!" kataku kaget. Wajahku memerah! Oh, tidak! Dia Orihime Inoue, gadis polos yang populer di sekolah. Dia juga anggota OSIS yang kebetulan satu kelas denganku. Banyak yang mengagumi dia, dan…aku juga termasuk…
"Kurosaki-kun, jangan menghakimi para otaku seperti itu! Mereka tidak seaneh itu kok! Banyak yang bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman yang `normal`, seperti Keigo-kun ini!" katanya membela Keigo. Aku tidak bisa membalas.
"Lagipula, memang ada yang salah dengan berimajinasi? Kalau hidup selalu di dalam yang kau sebut `realita`, kau akan cepat bosan! Berimajinasi dapat me-refresh pikiran, kau tahu?" kata Inoue lagi sambil tersenyum ceria. Wajahnya manis sekali, dengan rambut panjang berwarna cokelat dihiasi dengan dua jepit rambut di kedua sisi kepalanya. Aku hanya bengong memperhatikannya.
"Ta, tapi…ide cosplay ini tetap tidak bisa dipakai! Cepat ganti!" perintahku pada Keigo.
"Hiks…baiklah…" kata Keigo seraya pergi meninggalkan aku dan Inoue.
"Ah, Kurosaki-kun! Lain kali jangan begitu yah!" kata Inoue berbalik badan padaku.
"A…apa?"
"Yah, jangan menghakimi orang seperti itu! Kamu itu selalu teratur dan real sih. Kalau kamu terus bersikap membosankan begitu, kamu tidak akan punya teman!" katanya lalu pergi meninggalkanku entah kemana.
Cih, orang yang kusuka mempermasalahkan sikapku. Kalau begini, usaha pendekatanku bisa gagal! Tapi…berubah itu sulit. Haah…jadi bingung. Lebih baik aku pulang saja. Aku pun membereskan ruanganku.
Setelah beres, aku berjalan di halaman belakang sekolah menuju pagar belakang. Sepi, karena sudah banyak anak yang pulang, walau masih ada juga yang tetap disini untuk latihan klub. Lapangan depan dipakai latihan klub baseball. Dari sini juga terdengar sedikit nyanyian lagu indah dari klub paduan suara. Dari tempatku berjalan, aku melihat ke jendela kelas di sebelah kiriku. Di sana masih ada beberapa anak klub seni sedang berkumpul dan bercanda.
Aku pun terus berjalan. Tapi, mataku menangkap suatu objek. Objek itu adalah seorang siswi berambut hitam yang jarang kutemui di sekolah. Meski iya, kami hanya papasan. Yah, aku ingat semua wajah di sekolah ini.
Aku pun berjalan memelan. Gadis itu sedang duduk bersandar di pohon, mungkin sedang berteduh. Namun, sorot mata sayunya menerawang ke atas. Aku pun menghampirinya.
"Ngapain bengong sendirian disini?" sapaku pada gadis kurang kerjaan itu. Ia melihat ke arahku dengan sudut matanya.
Gadis itu terdiam sejenak, lalu bilang,"Aku hanya bosan." Jawabnya singkat.
Ah, ya ampun…jutek amat sih? Pertanyaanku dijawab dengan singkat dan dengan wajah yang tidak dihiasi senyuman sama sekali. Datar. Baik suara dan ekspresinya. Biasanya, setiap cewek di sekolahku selalu terlihat centil dan caper jika bicara denganku. Malah hanya papasan saja, mereka ribet sekali. Tapi untuk orang ini, pengecualian!
"Kalau tidak salah, kamu Kuchiki dari kelas 2-A kan? Tidak ke ruang klub seni?" tanyaku lagi. Yah, hanya itu yang kutahu dari cewek ini. Dan itu juga, karena diceritakan temanku yang naksir dia. Sekarang temanku itu sudah memilih cewek lain. Menurutku wajar saja sih, melihat sikapnya yang dingin ini sulit bagi cowok untuk mendekatinya.
"Nanti saja. Aku ingin melamun sebentar, mencari inspirasi." sahutnya lagi sambil memejamkan matanya. Dari sikap dan jawabannya, aku tahu kalau orang ini punya jiwa seniman. Mereka memang aneh.
"Ya, sudah." Kataku dan lalu pergi meninggalkannya. Cewek itu memang ga biasa, sorot matanya sayu dan selalu terlihat melamun. Selain itu ia juga pendiam. Cewek yang tidak menarik. Yah, tidak sebanding dengan Inoue…
"Kuchiki-san!" teriak seorang gadis di belakangku. Aku menoleh. Rupanya, itu Inoue! Ia mendekati gadis yang melamun tadi.
"Inoue…" sahut cewek tukang ngelamun itu pelan.
"Kuchiki-san, kau kan sudah janji mau menemaniku ke toko kue yang katamu enak itu! Jadi tidak?"
"Oh…ah, tentu saja!" jawab Kuchiki langsung bengkit dari tempatnya dan segera mengambil tasnya yang tergeletak di rumput. Aku memperhatikan mereka mengobrol. Ada yang berubah. Cara bicara Kuchiki dengan Inoue berbeda dengan cara bicaranya denganku tadi. Benar-benar kaku. Tapi saat bicara dengan Inoue, suasana langsung jadi cair.
"Tapi tapi…benar nih, semua harga kue disana murah?" tanya Inoue pada Kuchiki.
"Iya! Kau tidak akan kecewa, karena rasanya pun enak! Toko itu memang memberi harga khusus untuk pelajar yang uang sakunya terbatas seperti kita." Kata Kuchiki sambil tertawa. Tertawa…wah, pemandangan langka!
"Huaa, jadi penasaran! Ayo pergi, Kuchiki-san!" kata Inoue riang. Mereka berdua pun berjalan pergi. Dari kejauhan aku hanya memperhatikan mereka berdua.
"Haah, aku juga ingin berbicara riang seperti itu dengan Inoue…" pikirku. Ah, kalau sikapku yang kaku ini tidak bisa berubah, aku akan gagal mendapatkan Inoue. Tapi, aku tidak akan meyerah!
Chapter 1 selesai! Bersambung ke Chapter 2! ^o^
Makasih udah baca~
*ojigi*
