Title: Its Not Like That, Darling

Pair : Yewook

Author: ChieKyu_SparKyu Follow yah readers..

Genre: Genderswitch, Romance,

Rate : T = M

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan, orangtua nya dan SMEnt. Fict ini saya adaptasi dari komik milik Nagae Tomomi yang judulnya sama dengan fict ini.

Warning : Gaje, abal, typho(s)

Summary: Aku bukanlah dirinya. Kumohon lihatlah diriku #Crack summary#

*****Yewook*****

"Saranghae"

"Nado saranghae. Aku mencintaimu melebihi apapun di dunia ini"

Itukan tanganku. Siapa orang itu?

Kutelusuri jalanan menuju Kyunghee University, tempatku berkuliah. Pikiranku melayang.

Lagi-lagi aku bermimpi yang sama dengan namja yang sama pula. Hm, sepertinya aku menjadi sering bermimpi hal seperti itu semenjak masuk kuliah. Dan itu terjadi hampir setiap hari. Pasti ada sesuatu yang salah denganku.

Apa.. ini efek dari kecelakaan waktu itu?

Laki-laki yang ada dalam mimpiku memiliki mata yang hangat dan juga manis. Terlihat sekali kalau dia sangat mencintaiku. Aku merasa bahagia sekali, meskipun itu hanyalah mimpi.

"Wookie..." Terdengar seseorang memanggilku dengan cukup keras yang membuatku tersadar dari lamunanku. Oh, ternyata aku sudah tiba di halaman kampus. Kuedarkan pandanganku untuk mencari sosok yang berteriak tadi.

"Annyeong, Wookie," sapa Minnie dan kekasihnya, Kyuhyun seraya memamerkan senyum tiga jari mereka.

"Huh.. Kalian mengagetkanku saja," eluhku.

"Mianhae, Wookie. Abisnya kamu aku panggil biasa daritadi nggak noleh-noleh sih. Ya sudah aku teriakin saja," jelas Minnie.

"Mian. Aku tadi tak kedengaran," sesalku.

"Memangnya kamu tadi lagi mikirin apa sih?" tanya Minnie penasaran.

BLUSHH. Kurasa pipiku mulai memerah deh. Aduh.. Aku harus jawab bagaimana ya.

"Kenapa mukamu jadi merah? Jangan-jangan tadi lagi mikirin yang jorok-jorok yah? Ayo ngaku.." Kyuhyun mendesakku. Aish, si evil ini merepotkan.

"Ayo ngaku, Wookie." desak Minnie ikut-ikutan.

"Ka.. kalian ini bicara apa sih?" elakku.

"Ah,, Wookie.. Mengaku sa.." ucap Kyuhyun terputus.

"Tolong.." Segera kutolehkan kepala untuk mencari tahu siapa yang minta tolong. Begitupun dengan Kyuhyun dan Minnie.

"Taeminnn.." teriakku sambil berlari saat melihat Taemin, teman sekelasku sedang dianiaya oleh kekasihnya.

"Taemin, kau tak apa?" tanyaku cemas.

"Ehm.. Beginilah," jawabnya lesu.

"Dasar namja kurang ajar. Beraninya sama yeoja doang. Mana dia akan kuhajar dia," emosiku.

"Kyaa.. Kyuhyun, lepaskan aku. Aku mau beri pelajaran namja pengecut itu." Kyuhyun menahan tubuhku dengan kuat dari belakang saat aku hendak menghajar namja sialan tersebut.

"Tenanglah, Wookie," ujar Minnie menenangkanku.

"Baiklah." Aku menenangkan diriku sesaat kemudian kulihat Taemin mengajak kekasihnya pergi.

"Dia memang menyukai tipe namja seperti itu," ujar Kyuhyun.

"Iya sih. Tapi bagaimana aku bisa diam kalau temanku disakiti?" Emosiku kembali mencuat.

"Kau selalu saja seperti ini. Makanya kau sering terluka," kata Minnie.

"Itu tak ada hubungannya," tandasku.

"Jelas ada." Kyuhyun pun tak mau kalah.

"Waktu itu kau coba menyelamatkan anjing tapi malah kau sendiri yang tertabrak mobil. Gara-gara itu kau ketinggalan pelajaran sebulan. Dan karena itu juga kau jadi mengulang setahun," ucap Minnie panjang lebar. Iya sih, apa yang mereka katakan memang benar.

"Apa kau tahu berapa orang yang mengkhawatirkanmu, eoh?" kata Kyuhyun. Aku hanya terdiam mendengarkannya. Aku sadar kalau aku merepotkan banyak orang selama ini.

"Bahkan aku juga pernah mendonorkan darahku untukmu," lanjut Kyuhyun. Huh, yang mendonorkan darah untukku kan bukan dia saja.

"Kami hanya ingin kau berpikir dulu sebelum bertindak," ucap Minnie.

"Aku tahu. Aku sangat berterimakasih. Maaf membuat kalian khawatir waktu itu," sesalku sambil menundukkan kepala.

"Baguslah kalau kau sadar," ucap Kyuhyun lalu menggandeng tangan Minnie hendak memasuki ruang kelasnya.

BRUKKK

Aku terjatuh karena tiba-tiba saja ada seorang namja yang menabrakku. Aish, sakit sekali.

"Maaf," ucap namja tadi.

au kau ingin tiduran, sebaiknya jangan di jalanan," katanya lalu beranjak meninggalkanku. Dia pikir siapa yang membuat aku jadi tiduran begini. Huh..

"Ah.. Tungg.." ucapanku terputus begitu mendengar suara teriakan di belakangku.

"Kim Yesung-ssi.." Ternyata hanya teriakan fans namja itu. Eh, namja itu guru disini ya, kok aku tak pernah lihat sih.

Deg.. deg.. deg..

Aduh, kenapa ini? Kenapa dadaku berdebar-debar kencang sekali? Ada apa sebenarnya.

"Wookie, kau tak apa?" tanya Minnie sambil ngos-ngosan.

"Aku tak apa. Loh, bukannya tadi kalian sudah akan masuk kelas ya?" tanyaku bingung.

"Tadinya sih gitu. Tapi saat kami lihat kau jatuh ditabrak namja, kami langsung kembali kesini," jelas Kyuhyun.

"Oh.. Kalian tahu siapa namja tadi?" tanyaku penasaran.

"Maksudmu Kim Yesung seorang novelis itu?" selidik Kyuhyun.

"Ne."

"Kau tak tahu, Wookie? Mulai tahun ini menjadi dosen kita," terang Minnie.

Kenapa aku seperti mengenal sosok namja tadi ya? Jangan-jangan aku pernah melihatnya di TV.

Ah.. aku ingat. Dia kan namja yang selalu ada di mimpiku. Kok bisa dia sih, padahal aku kan sama sekali tak kenal dengannya. Huh.. Membingungkan.

Aku masih bergelut dengan pikiranku sebelum Kyuhyun memulai pembicaraan.

"Reputasinya tidak begitu baik."

"Masa sih? Tapi dia kan terkenal banget di kalangan yeoja," tanya Minnie penasaran. Aku sama sekali tak tahu tentang namja tersebut jadi aku hanya mendengarkan percakapan mereka saja.

"Itu kan karena penampilannya yang keren. Padahal banyak kok fans yang nggak membaca novelnya. Gosipnya sih, dia suka mempermainkan yeoja yang mendekatinya," kata Kyuhyun.

"Itu hanya gosip kan?" tanya Minnie tak percaya.

"Menurutku sih itu benar." ujar Kyuhyun.

Hah.. image-nya sungguh berbeda sekali dengan yang ada di mimpiku.

"Kyu, Min aku masuk kelas dulu ya," pamitku.

"Ne. Hati- hati, Wookie." Minnie menyahuti perkataanku sambil melambaikan tangan.

Kulangkahkan kakiku menuju kelas. Sesampainya di kelas, terlihat Jung Seonsaengnim telah berada di kelas tersebut. Ah, berarti aku terlambat. Bagaimana bisa aku sampai lupa dengan jam masuk sih.

"Mianhamnida, seonsaengnim. Saya terlambat," ucapku sopan.

"Ne, gwaenchana. Segeralah menuju kursimu," kata Jung seonsaengnim singkat. Langsung saja aku beranjak menuju tempat dudukku setelah mendapat izin darinya.

Kini aku sudah duduk manis di kursiku yang nyaman. Rasanya aku sudah tak minat lagi untuk memperhatikan pelajaran Jung seonsaengnim. Semua pikiranku dipenuhi oleh namja yang ada di dalam mimpiku itu.

Hm,, coba kupikirkan. Kalau memimpikan artis, sudah pasti karena kau tahu soal artis tersebut. Tapi ini berbeda. Meskipun wajahnya tak asing, tapi pribadinya benar-benar berbeda. Namja yang ada dalam mimpiku jauh lebih lembut. Seandainya saja dia benar-benar ada di dunia ini, aku pasti bahagia.

Ah,, memikirkannya membuatku mengantuk saja.

"Hentikan. Itu berbahaya," Seorang yeoja kecil sedang merampas pisau yang dipegang oleh seorang namja yang umurnya tak jauh beda dengannya.

"Kembalikan," hardik namja kecil seraya mencoba menarik pisau di tangan yeoja kecil tadi.

"Tak akan," ucap yeoja kecil sambil menarik pisau itu kembali.

Srett.. Secara tak sengaja pisau tadi mengenai tangan dari namja kecil tadi.

"Jongwoon, tanganmu berdarah," teriak yeoja kecil.

"Ini bukan apa-apa kok," ucap Jongwoon, namja kecil.

Aku terlonjak dari tidurku. Apa itu barusan. Mimpi aneh lagi? Ah.. Aku pulang sajalah, lagian mata kuliah Jung seonsaengnim juga sudah berakhir.

Kulangkahkan kakiku menyusuri halaman Kyunghee University. Pikiranku tetap saja tak teralihkan dari mimpi tadi.

Aduh.. aku tak begitu ingat masa kecilku. Aku juga tak mengenal anak kecil itu. Aish.. kenapa hidupku ribet sekali karena mimpi-mimpi aneh itu sih?

"Seonsaengnim..." Kudengar teriakan beberapa yeoja di belakangku. Kuedarkan pandanganku ke sekitar untuk mencari tahu siapa dosen yang diteriaki barusan.

Ah.. Ternyata Kim Yesung seonsaengnim. Banyak sekali fansnya yah, seperti artis saja.

Kulihat raut wajahnya. Kok mirip ya, apa salah ya?

Setiap kali aku melihat wajahnya, dadaku langsung berdebar-debar.

Ada apa denganku?

Apa jangan-jangan aku mencintainya?

Tidak mungkin. Sungguh tak mungkin. Melihatnya saja baru tadi pagi, mana mungkin sudah jatuh cinta.

Segera kualihkan pandanganku dari wajahnya. Tak sengaja kulihat terdapat luka di lengan kanannya yang tak tertutupi.

Luka itu..

Kok sama lagi?

Aish.. Semua penuh teka-teki. Aku harus mengetahui yang sebenarnya.

"Kim Yesung seonsaengnim," teriakku sambil berlari kecil ke arahnya.

"Mianhamnida, seonsaengnim. Ada hal penting yang harus kutanyakan tapi pertanyaannya sedikit aneh," ucapku saat aku sudah berdiri di depannya.

Kulihat dia menautkan alisnya bingung dan menatap mataku. Ah.. dadaku semakin berdebar-debar saat mata kami bertemu.

"Begini seonsaengnim, apa luka di tanganmu itu kau dapat saat kau masih SD karena bertengkar dengan seorang anak perempuan?"

"Luka ini?" Dia menunjuk luka yang ada di tangannya.

"Ne."

"Luka ini.."

Grepp.. Kurasakan sepasang lengan kekarnya memelukku dari belakang.

"Kudapat saat aku memeluk yeoja seperti ini, dan aku digigitnya," lanjutnya. Dadaku yang sedari tadi sudah berdebar, kini bertambah berdebar karena jarak yang cukup dekat antara kami.

"Kyaaa.. Aku juga mau dong.." Terdengar teriakan fans Yesung seonsaengnim yang melihatku dipeluk oleh idolanya.

"Begitulah, sampai nanti ya." Yesung seonsaengnim melepaskan pelukannya dari tubuhku kemudian beranjak pergi.

Aku hanya terdiam. Aku masih mencoba sekuat tenaga untuk mengontrol debaran yang cukup keras di dadaku ini.

"Yeoja itu hanya mau mencari perhatian saja sama Yesung seonsaengnim," ujar salah satu fans Yesung Seonsaengnim. Ah,, biarlah mereka mau berkata apa aku tak peduli.

Dadaku seakan mau hancur..

Ini sungguh aneh. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini pada seseorang.

Di dalam tubuhku ini..

Ada sesuatu yang nggak aku tahu.

Ada sesuatu dalam tubuhku..

Tapi aku nggak tahu itu apa.

"Tak ada cara lain selain mengetahui sosok aslinya. Wookie, hwaiting ! " ujarku pelan pada diri sendiri.

Pasti ada sesuatu yang dilakukan oleh Kim Yesung seonsaengnim. Aku harus mengetahui apa saja yang dilakukannya. Segera saja kucari tempat yang aman untuk menguntitnya.

"Kyaaa.. Seonsaengnim." Kudengar lagi teriakan fans yang sedang mengerubunginya sekarang. Tak jarang kulihat dia berbincang dengan salah satu fansnya tadi.

Dia selalu dikelilingi oleh yeoja-yeoja. Mungkin yang dikatakan Kyuhyun soal gosip kalau dia suka mempermainkan yeoja itu benar.

Eh, dia kok sudah tak kelihatan di antara fansnya tadi yah. Dimana ya?

Kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Gotcha.. Itu dia. Segera kuikuti kemana langkahnya pergi dengan sembunyi-sembunyi pastinya.

Kini dia memasuki sebuah taman bermain anak. Untuk apa dia kesini ya?

Kulihat dia sedang mengeluarkan sebuah buku dan pulpen dari tas yang sedari tadi dibawanya. Apa dia mau mengarang novel disini? Memang bisa mengarang novel di tempat seperti ini?

Huh.. Kupikir kalau mengikutinya seperti ini akan dapat sesuatu, ternyata tidak sama sekali. Kalau begini aku menyesal deh menjadi penguntit.

Kulihat seorang anak sekitar umur 3 tahun yang sedang membawa eskrim mendekatinya. Dan.. Brugg.. Anak itu menabrakkan dirinya di punggung Yesung seonsaengnim. Eskrim yang dibawa anak kecil tadi tumpah begitu saja dan mengenai jas bagian belakang Yesung Seonsaengnim.

Oh, tidakk.. Pasti dia akan memarahi anak kecil itu habis-habisan.

"Wah.. Eskrimmu tumpah ya. Nanti kita beli lagi," ucapnya sambil melepas jas yang dipakainya.

Mwo? Aku tak salah dengarkan kalau dia berkata seperti itu. Siapa yang menyangka.

"Adik kecil, pakai saja sapu tangan noona yah," ucapku seraya memberikan saputangan kepada anak kecil tadi.

Kurasakan pipiku dingin. Loh kenapa aku menangis?

Kenapa?

Apa yang terjadi denganku?

Aku sama sekali tak tahu apa-apa.

"Bummie.." Kudengar seorang namja memanggil anak kecil itu dengan keras.

Yesung Seonsaengnim?

Lho sejak kapan aku bisa disini?

Gawat. Aku ketahuan.

Oh, Tuhan. Kenapa aku menjadi begini?

"Hiks.. Apa kau kenal dengan Kibum?" tanyaku masih dengan berlinang air mata.

"Tolong aku.." mohonku kepadanya saat dia tak kunjung berkata apa-apa.

Kulihat dia menghela nafas berat. "Kau sedang mencari tahu tentang aku ya? Sebenarnya apa rencanamu?"

"Mwo? Tidak.. Aku tidak seperti itu. Aku melihatmu dalam mimpiku," teriakku. Entahlah kenapa aku langsung emosi saat dia menuduhku seperti itu.

"Kau melihatku lewat mimpi dan terkadang kau juga punya visi? Itu dia masalahnya," ujarnya tak kalah keras sambil sesekali tersenyum meremehkan.

"A.. aku mengatakan hal yang sebenarnya !" elakku.

"Kalau kau berkata seperti itu, kau pasti tahu sesuatu kan? Kalau kau memang tahu tolong katakan padaku," pintaku sedikit memelas.

Dia menyunggingkan senyum mengejeknya. "Bagaimana ya? Aku tak punya alasan untuk mengatakannya kepadamu."

Cih.. Pelit sekali dia. "Oke. Sudah cukup. Tolong lupakan semua yang sudah saya katakan," ujarku lalu beranjak pergi. Sudah tak sanggup aku berhadapan dengannya.

"Hei.. Tunggu." Aku menoleh ke arahnya saat kudengar dia berteriak guna menghentikanku.

"Apa dalam mimpimu ada seseorang yang bernama Kim Eunhyuk?" tanyanya dengan jari-jari tangan diangkat ke dagu. Sungguh sombong sekali posenya.

Kim Eunhyuk?

Rasanya nggak ada deh.

"Aku nggak punya alasan untuk memberitahumu. Wekk.." Aku membalas kata-katanya dan mengejeknya lalu pergi dari hadapannya.

Ah.. Menyebalkan sekali dia. Aku tak akan mendekatinya lagi.

Kuharap dia tak lagi datang ke mimpiku. Semoga..

"Hey, si tukang cerita aneh. Bisa nggak sih kau tak usah cari perhatian sama Kim Yesung, hah?" Aishh, itu pasti fansnya orang sombong itu.

"Aku tak mencari perhatiannya kok," ujarku sembari mempercepat langkahku.

"Pokoknya kau harus menjauh darinya."

"Ambil saja tuh. Aku tak berminat." Aku tetap berteriak sambil berjalan.

"Hey.. Awas. Lampu hijau." Kudengar teriakan orang yang berada disana. Seketika aku sadar kalau saat ini aku sedang di tengah jalan raya. Aku bingung mau berlari kemana. Aku hanya bisa memejamkan mata. Tuhan.. Aku tak ingin mati sekarang.

GREPP

"Kyaaa" Kurasakan sebuah tangan menarikku dari tengah jalan dan alhasil kami jatuh di pinggiran jalan dengan posisi aku berada di atas.

Omo?

Kim Yesung Seonsaengnim?

Wajahnya dekat sekali denganku. Aku segera beranjak dari tubuhnya. "Mianhamnida. Kau tak apa?"

"Yeah." Aku langsung pergi dari tempat itu seusai dia mengatakan dia baik-baik saja.

"Kim Yesung-ssi, kau baik-baik saja?" Kutolehkan kepala saat aku belum jauh dari situ ke arah orang yang berkata barusan.

Ternyata mereka fans Kim Yesung yang mengejarku tadi. Uh.. Populer sekali dia.

Masa bodoh dengan mereka. Nggak idola, nggak fansnya sama-sama aneh. Lebih baik aku segera pulang ke rumah. Rasanya berat sekali hari ini.

A.. akhirnya aku melihat wajahnya dengan jelas.

Tapi, kenapa dia tiba-tiba menolongku ya?

"Tunggu, Kim Ryeowook-ssi." Suara Kim Yesung menghentikan langkahku. Eh, dia tahu namaku darimana ya?

Kutolehkan kepalaku ke arahnya. "Bisakah kau ceritakan kepadaku mulai awal?"pintanya sedikit berteriak karena dia kini berada di tengah-tengah fansnya.

"Ini dimana?" tanyaku saat Yesung seonsaengnim membawa ke sebuah apartment.

"Ini tempat tinggalku. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu."

Aku terkagum saat memasuki apartemennya. Tempat ini hebat sekali. Kulangkahkan kakiku mendekat ke jendela kaca yang besar. Dari sini dapat kulihat suasana hiruk pikuk kota Seoul.

"Tunggu disini sebentar," perintahnya.

"Ne."

Gawat. Setiap aku berada di dekatnya, dadaku pasti berdebar-debar.

"Hey.." Dia menepuk pundakku dari belakang sehingga membuatku sedikit terkaget.

"Jangan datang tiba-tiba dong. Kaget tau," amukku.

"Mianhae. Kau kenal yeoja yang ada di foto ini?" tanyanya sambil menyerahkan sebuah foto seorang namja dan yeoja yang tengah berpelukan.

"Ini kekasihmu ya?" tanyaku balik.

"Eits, sebentar. Orang ini adalah orang yang ada di dekatku saat aku kecelakaan tahun lalu. Dia yang menolongku memanggilkan dan mendonorkan darahnya untukku," tambahku dengan mata tetap fokus pada foto tersebut.

"Itu memang dia," sahutnya.

"Kalau tak salah namanya Kim Eunhyuk. Berarti dia bukan pacarmu melainkan istrimu. Benarkan?" tanyaku padanya yang kini tengah berdiri menatap hiruk pikuk kota Seoul dari jendela apartemennya.

"Sudah lama aku tak bertemu dengannya. Aku ingin menemuinya dan mengucapkan terima kasih," kataku antusias.

"Eunhyuk mendonorkan darahnya untukmu," ujarnya.

"Yeah"

"Di dalam tubuhmu, darah Eunhyuk masih hidup. Menurutku, apa yang kau lihat dalam mimpimu adalah ingatan Eunhyuk. Mungkin darah Eunhyuk yang menunjukkan semuanya," katanya menerangkan persepsinya.

Aku tak percaya dengan apa yang dikatakannya. "Tidak mungkin. Masa sih seperti itu."

Dia mendudukkan diri di sebelahku. "Memangnya ada alasan lain? Kecuali kau berbohong," ucapnya dengan mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Hya! Aku tidak berbohong. Jangan terlalu dekat-dekat," hardikku sambil menjauhkan diri darinya.

Apakah mungkin debaran jantung yang selama ini aku rasakan karena reaksi darah Eunhyuk juga? Entahlah, aku bingung sekali.

SRET

Tiba-tiba saja dia berlutut di hadapanku. Wajahnya ditelungkupkannya di pahaku.

"Eunhyuk," katanya dengan sedikit terisak.

Mwo? Seorang Kim Yesung menangis? Pasti dia sangat mencintai istrinya. Tapi, kenapa dia begitu cepat meninggal. Sungguh, takdir yang menyedihkan.

Aku turut sedih melihatnya seperti ini. Bagaimana tidak, Kim Yesung seorang dosen sekaligus novelis terkenal kini menangis di hadapanku. Sungguh kontras sekali dengan kelakuannya yang sombong dan sedikit

"Dia.. sudah meninggal setahun yang lalu," ujarnya lemas.

Orang yang baik dan cantik ini adalah istri Kim Yesung? Dia sudah meninggal?

Dia berbalik menatap. Aku salah tingkah dibuatnya. Tolong, jangan memandangku dengan tatapan lembut seperti itu.

"Me.. mang sudah setahun berlalu, tapi kuharap ada sesuatu yang ditinggalkannya," kataku dengan sedikit mengontrol debaran pada jantungku karena efek tatapannya darinya.

Tapi kalau dia menyentuhku, aku jadi tak bisa bernapas. "Yesung-ssi. tolong lepaskan," rintihku.

Dia mendongakkan kepalanya. "Aku tak akan membiarkanmu pergi." Sedetik kemudian dia meraih tengkukku dan mencium bibirku.

A..apa ini? Aku seperti mati rasa. Yesung sonsae menekan tengkukku lagi untuk memperdalam ciumannya. Bibirnya menggigit bibirku pelan untuk meminta akses masuk. Karena sakit, aku pun sedikit membuka bibirku. Lidahnya mulai menjelajahi setiap inchi mulutku.

Dadaku sesak. Aku butuh oksigen. Aku mendorong tubuhnya sekuat tenaga.

"Hah.. Hah.. Apa yang kau lakukan?" hardikku sambil mengusap bibirku. Dia hanya menatapku dengan lembut tanpa menyahuti pertanyaanku.

Kenapa jantungku masih berdebar-debar seperti ini? Ini pasti karena darah Eunhyuk yang mengalir di tubuhku. Aku menjadi aneh seperti ini.

Aku segera bangkit dari dudukku untuk pergi dari rumah ini.

Grepp.. Kurasakan sebuah tangan kekar meraih tanganku. "Aku tak akan membiarkanmu pergi," ucapnya.

"Lepaskan aku." Kulepas paksa tanganku dari genggamannya.

Srett..

Dia memeluk tubuhku erat dan.. menciumku. Bibirku kembali dilumat olehnya begitu dalam. Dia menahan tengkukku erat agar tak melepaskan ciumannya.

Kurasakan sebuah tangan menyusup ke dalam kaos yang aku kenakan dan mengusap kulit punggungku pelan.

Oh Tuhan.. Aku merasa aneh sekali. Aku sangat menikmati sentuhan Yesung di tubuhku.

Kurasakan tubuhku sedikit dingin karena tak ada lagi pakaian yang menempel di tubuhku. Kini aku benar-benar naked. Kulirik Yesung yang kini juga sama naked nya sepertiku.

Aku memejamkan mata.

Kenapa aku jadi begini?

Aku tak bisa berpikir dan bergerak.

Aku juga tak bisa menahannya.

Dia mulai menindih tubuhku di sofa. Dia menciumi seluruh permukaan tubuh bagian atasku. Tak jarang diapun meninggalkan beberapa kissmark disana.

"Tolong hentikan," rintihku sendu. Dia tak menghiraukan rintihanku dan tetap saja dengan aktivitasnya menandai tubuhku seakan-akan aku miliknya.

Aku melirik ke arahnya.

Sepertinya dia telah selesai mengerjai tubuhku. Syukurlah.

Eitss.. Ternyata dugaanku salah. Saat ini dia malah bersiap untuk memasukkan kebanggaan miliknya ke tubuhku.

Oh tidak.. Disentuhnya saja sudah membuatku tak berdaya.

Kalau dia memasukkan miliknya ke tubuhku, aku bisa mati.

Aku mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Tapi tetap saja tenagaku tak sebanding dengannya.

"Stoppp.." rintihku sekali lagi.

Jlebb..

"Ahhhh.." Aku menjerit kesakitan saat kurasakan sesuatu memasuki tubuhku.

Tak terasa butir-butir air mata keluar dari mataku. Sungguh kurasa sakit sekali di bagian bawahku. Kurasakan mataku mulai berkunang-kunang dan kepalaku terasa berputar-putar. Sedetik kemudian aku tak merasakan apa-apa lagi.

-Yesung POV-

"Eh, dia pingsan. Padahal kan aku belum selesai," gumamku melihat Ryeowook sudah tergeletak pingsan karena kelelahan.

Apa aku keterlaluan padanya ya?

Kupeluk tubuh indahnya tak tertutupi apapun itu. Kumainkan lidahku menjelajahi setiap inchi tubuhnya dan tak lupa meninggalkan beberapa tanda lagi disana. Kugerakkan pinggangku untuk agar 'milikku' semakin dalam memasukinya.

Setelah kurasa puas dengan permainan soloku, aku pun melepaskan 'milikku' perlahan darinya. Kupakaikan pakaian di tubuhnya yang agak kedinginan itu.

"Gomawo, Wookie." Kucium bibirnya sekilas kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

-Wookie POV-

"Eughh" Kurasakan tubuhku sakit sekali, terutama di bagian bawahku. Ah, aku baru ingat kalau aku habis..

"Wah, ternyata tubuhmu sensitif sekali ya," Kutolehkan kepalaku menuju asal suara. Terlihat Yesung sedang duduk dengan santainya.

"I.. Itu bukan aku. Itu semua gara-gara darah Eunhyuk yang membuatku aneh begini," ucapku gugup dan sedikit berteriak.

Yesung menatapku bingung. "Aku tak mengerti apa yang kau katakan."

"Aku juga tak mengerti," sahutku lesu. "Tapi yang pasti, badanku jadi bergerak sendiri waktu itu," lanjutku.

"Coba kalau kusentuh." Yesung mendekatkan tangannya ke wajahku.

"GYAAA... Jangan sentuh aku..." teriakku. Yesung hanya cengo melihatku.

"Appa, eomma. Aku baru saja dilecehkan." rintihku.

"Tenang saja. Aku akan bertanggung jawab," ucapnya santai. Huh.. Kau kira semudah itu apa? Dasar player.

"Datanglah ke tempatku," lanjutnya dengan menatapku intens.

Ting Tong..

Yesung bergegas menuju pintu begitu mendengar suara bel. "Iya. Terima kasih sudah menjaganya ya." Terdengar percakapannya dengan seseorang yang tak perlu untuk ketahui.

Pria ini seenaknya saja bicara bodoh seperti itu. Egois dan semaunya. Mentang-mentang banyak uang dan penampilannya bagus. Huh.. Menyebalkan.

"Hey, Wookie. Yang ingin kau tahu sudah pulang loh," katanya padaku.

"Kau bilang apa sih?" sahutku dengan jutek.

"Ini dia, Kibummie." tuturnya dengan menggandeng seorang anak kecil yang pernah aku temui di taman waktu itu.

"Anakmu.. A.. Anak?" Entah kenapa setiap aku melihat anak kecil ini hatiku merasa nyeri dan sakit. Akupun tak sanggup untuk menahan air mata yang mengalir dari mataku.

"Lihat, itu eommamu." kata Yesung pada Kibummie.

MWO? Eomma?

Kyaaaa,,, siapa yang anakku?

TBC