Turn back to Shinigami
.
.
Disclaimer © Tite Kubo
Rated :: T
Pair :: IchigoxRiruka, IchigoxRukia
Setting:: Lanjutan dari chap 433.
Haduuuh, saia tidak menyangka jadinya seperti ini. Gara-gara chap 433, entah kenapa membuat saia suka dengan pair Ichigo-Riruka. *gigit kuku*
Tapi, enggak ada unsur romance antara Ichi dengan Riruka. Ingat itu! Romance dalam fic ini hanya berlaku untuk pair IchiRuki!
Yosh, read it. Don't like, Don't read! Saia tidak paksa!
.
Summary :: "Kau dapatkan kekuatanmu. Setelah itu, kau gunakan untuk apa selain untuk bertarung?"
Chapter 1: Ichigo's Flashback
Setelah conversation-nya dengan kelompok Xcution malam ini, Ichigo pulang bersama dengan Riruka. Ginjou meminta Ichigo untuk mengantar wanita cerewet itu ke rumahnya yang sejalan dengan Ichigo. Di perjalanan, Riruka memulai pembicaraan daripada suasana hening karena hari sudah cukup malam.
"Hei, Ichigo. Kenapa kau begitu ingin kembali menjadi shinigami? Jadi shinigami, kan susah…" tanya Riruka dengan nada menggerutu dan bersila dada pada Ichigo yang jalan disampingnya.
"Kenapa? Ya tentu agar aku bisa melindungi orang lain…" jawab Ichigo singkat.
"Jangan bohong! Pasti ada maksud lain, kan?" Riruka mencoba untuk membuat Ichigo jujur.
"Hahaha! Tidak ada, hanya ingin melindungi orang lain saja…" ucap Ichigo sambil tersenyum kearah Riruka yang membuat Riruka blushing tiba-tiba.
"Tenang! Tenang! Dia hanya tersenyum! Tersenyum, Riruka!" batin Riruka melihat kearah lain, menyembunyikan wajah merahnya.
"Huh! Kau berbohong, kan? Kudengar dari Chado, kau memiliki kenalan seorang shinigami wanita. Saat-saat terakhir kau menjadi shinigami, kau harus berpisah dari wanita itu. Apa itu yang membuat kau ingin kembali menjadi shinigami? Karena wanita itu?" ucap Riruka melihat kearah Ichigo yang matanya membulat sekejap. Ichigo kemudian terdiam, mengepalkan kedua tangannya, dan menunduk.
"Ada apa? Kenapa kau tidak mau menjawab?" heran Riruka.
Ichigo tetap terdiam. Dia langsung mengingat tentang kejadian setahun lebih yang lalu. Saat-saat dirinya harus berpisah dengan Rukia dan tidak dapat melihat wanita itu lagi.
'Ini perpisahan, Ichigo…' . 'Apa, sih? Jangan sedih begitu, dong…'
Ucapan terakhir Rukia yang saat itu sampai sekarang tidak pernah dapat dia lupakan. Juga raut wajah Rukia yang terlihat sedih saat harus berpisah dengannya. Dia pun menutup matanya.
"Ichigo…" panggil Riruka. Ichigo kemudian membuka matanya, menghela nafas dalam-dalam.
"Sedikit." singkat Ichigo.
"Ha?"
"Dia…cukup berarti bagiku. Karenanya, harus berpisah dengannya saat itu…adalah hal yang sangat menyedihkan bagiku. Berpisah dengan teman baik, kan sangat tidak menyenangkan…" jelas Ichigo.
"Heheh, tapi tujuan utamaku untuk mendapatkan kembali kekuatan shinigamiku adalah untuk melindungi banyak orang! Dia akan membunuhku jika tahu aku sedih gara-gara memikirkannya, habis aku dibuat patung es olehnya. Hehe…"
Ichigo nyengir saat berkata seperti itu. Hal itu berhasil membuat Riruka tiba-tiba ambruk. Bukan tergeletak, terkapar dengan mulut berbusa. Dia hanya jatuh terduduk, lemas tiba-tiba.
"Ka-Kau kenapa? Baik-baik saja?" tanya Ichigo keheranan.
"Ti-Tidak ada apa-apa!" jawab Riruka membuang muka, menyembunyikan wajah merahnya dan tetap terduduk. Ichigo hanya keheranan. Sudah 2 kali Riruka terjatuh seperti ini.
"Su-Sudahlah! Ayo cepat jalan! Aku mau pulang!" Riruka berdiri dan berjalan duluan sambil mendengus kesal.
"Kena anemia mungkin, ya si Riruka" tebak Ichigo memegang dagunya.
~ Riruka's house ~
"Baiklah, kau antar saja aku sampai sini! Kau tidak perlu masuk!" cetus Riruka dengan bersila dada.
"Siapa juga yang mau masuk? Oke. Aku pulang duluan, sampai jumpa!" Ichigo pun melanjutkan perjalanannya, menghilang di kegelapan jalan yang tidak terkena lampu.
Riruka melihat kearah Ichigo dengan manyun dan tatapan kesal. Tidak berapa lama, dia pun masuk kedalam rumah. Sampai dikamar, dia langsung melempar tubuhnya diatas tempat tidur.
"Haaah~" Riruka menghela nafas dalam-dalam. Dia menatap langit-langit kamarnya. Dia memikirkan tentang sikap Ichigo yang tadi berubah drastis saat pembicaraan menjurus kearah Rukia.
"Aku tahu pasti ada jawaban lain dipertanyaanku tadi. Dia tidak jujur!" gerutu Riruka memeluk boneka bear-nya. Alisnya kemudian berkerut sedih.
"Dia…hubungan apa yang dimiliki dirinya dengan shinigami wanita itu?" tanya Riruka terdengar sedih.
~ Ichigo's house ~
Sesampainya dirumah, tanpa basa-basi, dia langsung masuk kedalam kamarnya, merebahkan tubuh diatas tempat tidurnya. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, cukup larut memang.
'Memangnya apa tujuanmu ingin mendapatkan kekuatan shinigami-mu lagi?'
Kata-kata Riruka tadi bergema dalam kepalanya. Di memejamkan matanya, menutup wajahnya dengan lengannya.
'Bukan shinigami, tapi Kuchiki Rukia…'
Selalu terbesit ucapan-ucapan Rukia selama ini dalam pikirannya. Sebenarnya, bukan hanya malam ini ucapan-ucapan Rukia terbesit dalam kepalanya. Tapi, sejak awal semester ini, sebelum dia bertemu dengan Ginjou, dia jadi seperti ini. Apalagi setelah dirinya dikatakan akan mendapatkan kembali kekuatannya, itu membuat persentase kata-kata Rukia yang teringat dikepalanya meningkat dan malam inilah puncaknya.
'Aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai kau mau menceritakan masalah ini padaku…'
"Ruki…a." katanya memanggil nama Rukia. "Dia akan membunuhku…" lanjutnya membalikkan tubuhnya.
.
~ Karakura High School ~
"Selamat pagi, Kurosaki-kun!" sapa Inoue.
Ichigo yang sedang jalan di taman belakang sekolah langsung berhenti sejenak dan menoleh kearah Inoue.
"Oh? Hai, Inoue!" sapa Ichigo balik. Inoue pun keluar dari jendela kelasnya. Karena sudah kelas 3, kelas mereka sekarang di lantai 1.
"Sado-kun sudah masuk sekolah, lho. Tadi aku bertemu dengannya di lorong! Dia terlihat sehat!" ucap Inoue ceria.
"Aku enggak nyangka, roti yang kuberikan benar-benar manjur. Ehe…" lanjutnya sambil tersenyum riang.
"Begitu? Kalau begitu, berilah Chado lebih banyak roti agar tetap sehat. Hahaha…" Ichigo tertawa, namun tentu ada yang aneh dengan senyumannya sekarang dan Inoue menyadarinya.
"Kurosaki-kun…"
"Ng? Apa?"
"Ah, tidak, tidak apa-apa…" jawab Inoue dengan tangan disejajarkan dengan dada-nya. Ichigo lalu melihat jam tangannya.
"Aku ke kantin duluan, ya? Mau bareng?" tanya Ichigo. Ajakan Ichigo itu membuat Inoue langsung blushing. Pikirannya sudah sampai kemana-mana karena 2 kata yang diucapkan Ichigo.
"Ti-Tidak usah! Aku…aku mau ke perpustakaan, janji sama Tatsuki-chan…" tolak Inoue menahan wajah panasnya.
"Begitu? Ya, sudah. Sampai jumpa, ya…" Ichigo pun dengan santai berlalu, meninggalkan Inoue seorang diri. Inoue yang awalnya tersenyum berubah menjadi wajah murung. Di menunduk sambil mencengkram rok-nya. Angin sepoi-sepoi pun bertiup, menyentuh tubuhnya, menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya.
"Kurosaki-kun…" ucap Inoue sedih dan menatap sedih Ichigo.
.
Ichigo tidak pergi ke kantin. Sebaliknya, dia keatap sekolah. Dia berdiri dipinggir pagar pembatas, melihat kearah laut yang terlihat dari atap sekolahnya ini. Angin meniup tubuhnya itu. Dia termenung melihat lurus kedepan sana.
Ichigo's POV::
'Shinigami'
Sejak pertarungan saat itu selesai, tak pernah sekali pun kata-kata itu melintas dikepalaku. Apalagi kembali menjadi shinigami, tak pernah sama sekali. Namun, semenjak masuk kelas 3, kata-kata itu selalu terlintas di kepalaku.
Jika aku sudah mendapatkan kekuatanku, apa yang akan kulakukan? Jika aku mendapatkannya kembali, aku akan menjalani hidup seperti dulu. Bertarung dengan hollow, melakukan konsou, bertemu dengan mahluk-mahluk aneh, semacam spesies langkah yang tidak ada dibuku. Dan lagi…jika aku mendapatkan kembali kekuatanku, aku akan kembali bertemu dengan shinigami-shinigami. Apakah mereka masih mengingatku?
Hh, angin saat ini begitu sejuk. Perasaanku sedikit nyaman dengan suasana ini. Aku menutup mata sejenak, merasakan angin sejuk ini. Tapi, saat kututup mataku, bayangan wajah seorang wanita muncul dikepalaku hingga membuatku terkejut dan langsung membuka mata. Wanita itu…samar-samar adalah Rukia. Wanita yang telah merubah hidupku dulu, wanita yang mau tidak mau harus kutinggalkan karena hilangnya kekuatanku. Sudah berapa lama aku dengannya? Lebih dari setengah tahun aku bersama dengannya. Begitu banyak hal yang kulewati bersama dengannya, sampai saat aku harus kehilangan kekuatanku, juga kehilangan dirinya.
End Ichigo's POV, normal POV
"Sialan, kenapa bisa begini? Tiba-tiba ingat terhadap dia. Memang aku tidak dapat melupakannya…" kata Ichigo memegang dahinya.
Dia lalu turun dari atap, menuju kelasnya. Menuruni tangga, dia mengeluarkan ponselnya. Saat berbelok…
"Kyaaa! Awaaa!" seru seorang wanita dari kejauhan. Ichigo mengangkat kepalanya, dan langsung ditubruk oleh seorang wanita yang teriak tadi.
"Gyaak!"
Mereka pun langsung bertimpaan. Ichigo terkapar dibawah, wanita itu terduduk diatas punggung lebar Ichigo.
"Uuuh! Sakitnya pantatku~…Hah! Kurosaki-kun! Hyaah, maafkan aku, Kurosaki-kun!" kata wanita itu menyesal sekaligus kaget dengan posisinya.
"Uuh, cepat menyingkir dari atasku, Inoue! Jangan bicara terus!" ucap Ichigo menggerutu. Inoue pun berdiri, Ichigo pun menyusul berdiri. Ichigo menepuk-nepuk celananya, memasang wajah bersungut-sungut.
"Jangan lari di koridor, Inoue!" cetus Ichigo bersungut-sungut.
"Ehehe, maafkan aku, Kurosaki-kun…" sesal Inoue sambil tertawa garing.
"Dasar!" Ichigo tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan Inoue. Sungguh kelewat dingin. Ck.
~ Time skip ~ Langsung jam pulang sekolah…
Ichigo keluar dari sekolah seorang diri. Tidak terlihat teman-temannya ada disampingnya. Dia panggul tas-nya, menuju gerbang sekolah.
"Ichigo, aku duluan, ya!" seru Tatsuki yang menepuk punggung Ichigo dan berlari keluar sekolah.
"Ah" singkat Ichigo.
Dijalan menuju rumahnya, dia berjalan dengan pelan. Matahari sudah mulai tenggelam, membuat langit berwarna senja. Dia ingat, dulu saat pulang sekolah, Rukia selalu ada disampingnya, berjalan bersamanya namun dia agak kedepan. Banyak pembicaraan yang terjadi antara dirinya dan Rukia saat pulang sekolah dulu.
"Kenapa aku…jadi ingat tentang dirinya?" tanyanya pelan dan sedih.
Lalu, saat dia melihat kedepan, tampak seorang wanita yang tak asing lagi dengannya bersandar di tembok jalan dengan tangan bersila dada khas-nya. Wanita berambut panjang, memakai baju biasa namun terlihat mewah. Dia langsung tersadar dari masa lalunya saat itu.
"Lama sekali kau pulang? Kau pikir berapa lama aku menunggumu disini?" gerutu wanita itu cemberut.
"Riruka? Ada apa?"
"Ginjou memintaku untuk membawamu ke markas. Ayo, kau harus ikut!" perintah Riruka memasang wajah sewot.
Ichigo terdiam sejenak. "Maafkan aku, Riruka. Bilang pada Ginjou, aku tidak bisa. Aku sibuk malam ini…" tolak Ichigo yang kemudian melewati Riruka begitu saja. Riruka sedikit terkejut.
"Apa? Tapi, Ginjou yang…"
"Tolong mengerti, Riruka…" ucapnya yang membuat Riruka terdiam. "Dia…kenapa?" tanya Riruka keheranan. Dia melihat Ichigo yang jalan dengan langkah gontai, tanda dia banyak pikiran.
~ Ichigo's House ~
"Selamat datang, onii-chan!" ucap Yuzu didapur.
"Hai. Yuzu, aku sedang tidak nafsu makan. Malam ini, aku mau dikamar saja sampai besok. Sampai jumpa…" singkat Ichigo yang langsung naik keatas, menuju kamarnya sebelum Yuzu berbicara sepatah kata pun.
"Onii-chan…" Yuzu memanggil Ichigo dengan nada cemas bercampur sedih.
Dikamar, dia buka blazer-nya, menggantung di kursinya sementara dia terbaring diatas tempat tidurnya. Suasana kamarnya begitu hening, hanya terdengar suara detak jam. Matanya kosong, seperti memikirkan sesuatu. Dia kemudian menoleh kearah lemarinya, kembali mengingat sesuatu.
xx
Brak!
"Diam! Jangan berisik, aku sedang baca!" kesal Rukia membuka pintu lemari Ichigo dengan kasar.
"Na-…! Apa yang kau lakukan disitu! Sudah kubilang jangan baca disana! Matamu bisa rusak!" omel Ichigo yang duduk dibangku belajarnya, sedang menyelesaikan tugasnya yang harus terhenti karena perdebatan 3 orang dikamarnya ini.
"Diam! Ini sedang klimaks, nih! Jangan timbulkan suara-suara yang ganggu konsentrasi! Ini salahmu sendiri, aku mau baca ditempat tidurmu enggak boleh!" gerutu Rukia cemberut.
"Alibi! Kapan aku bilang begitu?" omel Ichigo lagi.
"Onee-chaaan!" seru Kon terbang kearah Rukia, hendak memeluk Rukia namun sama Ichigo, muka Kon langsung di kremek.
"Jangan ganggu aku sedang bicara dengannya, mahluk aneh!" kesal Ichigo.
xx
"Aku kembali mengingatnya, hu?" tanya Ichigo pada dirinya sendiri dan kemudian menutup mata.
Tok, tok, tok. Pintu kamarnya diketuk, membuat dirinya sadar.
"Ichi-nii, boleh aku masuk?" tanya Karin, Ichigo bangkit, duduk ditempat tidurnya. "Masuk saja, Karin!" jawab Ichigo.
Pintu kamarnya pun dibuka dan berdirilah adiknya kecilnya itu.
"Ada apa?"
"Ichi-nii, malam ini…ayo kita makan malam bersama. Bersama Yuzu, dan aku. Walau ayah tidak ada…" ucap Karin. Ichigo sedikit terkejut dengan ucapan adiknya itu. Dia pun kemudian tersenyum.
"Heh! Baiklah. Aku akan turun…"
.
"Onii-chan" sapa Yuzu ceria melihat Ichigo turun.
"Hai, Yuzu"
"Ayo duduk. Malam ini aku masak makanan kesukaan onii-chan!" kata Yuzu senang.
Kata-kata Yuzu yang 'Ayo duduk' kembali mengingatkannya pada Rukia saat wanita itu tinggal disini.
Saat makan malam dulu, Yuzu menyuruh Rukia duduk dimeja makan, dihadapan Ichigo. Sementara saat itu, Ichigo masih menggerutu karena masalah yang ada dikamarnya gara-gara Kon. Karin hanya bertanya 'Kenapa wajah kakak seperti itu? Apa yang terjadi padamu dan Rukia-chan dikamar?'. Benar-benar saat-saat yang family sekali menurutnya.
"Berapa kali sudah aku mengingatnya hari ini?" batin Ichigo duduk ditempat yang sama seperti dulu, dengan bangku depan dihadapannya kosong. Dalam kepalanya membayangkan, Rukia duduk dihadapannya, makan bersama keluarganya. Walaupun dia sadar, sekarang Rukia sudah tidak ada disisinya lagi.
.
.
~ Karakura High School again ~
Ichigo kembali berada diatas atap sekolahnya. Begitu banyak kejadian-kejadian dirinya bersama Rukia disini. Mulai dari perdebatan, sampai pembicaraan serius. Dan bagi Ichigo, itu kenangan yang sangat berarti baginya. Begitu banyak juga kejadian-kejadian yang terjadi diantara mereka selain di atap sekolah ini.
"Hh…" Ichigo menghela nafas dalam-dalam. Dia kemudian mendongak ke langit.
"Sihir apa yang kau pakai, Rukia? Kau membuatku menjadi sangat ingin bertemu denganmu…" kata Ichigo.
.
~ Xcution base camp ~
"Kau datang juga, Ichigo…" kata Ginjou dengan smirk liciknya itu.
Ichigo dengan pakaian sederhananya, dengan celana panjang berkantong banyak, kaos warna putih dengan corak garis abstrak dibagian kanan dan ditutupi oleh jaket hitam. Dia pun memakai beberapa gelang di tangan kanannya.
"Kenapa kemarin kau memanggilku?" tanya Ichigo to the point langsung dengan wajah sinis-nya. Walau dia mengatakan akan membantu Ginjou, tetap saja Ichigo masih tidak terlalu percaya pada pria itu beserta teman-temannya.
"Kau seperti biasanya, ya? Ichigo, dengarkan aku. Kami semua akan mengembalikan kekuatanmu esok, tepat pukul 12 malam. Karenanya, datanglah kemari pukul 11…" jelas Ginjou. Mata Ichigo membulat tidak percaya dengan ucapan Ginjou. Esok malam? Secepat itu?
"Kau…yakin?" tanya Ichigo.
"Huh, ada apa ini? Kau sendiri yang menyetujui-nya, sekarang malah berlagak enggak percaya. Menyebalkan!" sambar Rirukia menggerutu Riruka sambil bersila dada, seperti biasa.
"Diamlah, Riruka. Baiklah, Ichigo. Kau tidak ada keinginan untuk berubah pikiran, kan?" tanya Ginjou memastikan.
Ichigo terdiam. "Hei, jawab, dong! Kalo kau dapat kekuatanmu kembali, tujuanmu bakal tercapai, kan?" cetus Riruka dengan nada tinggi.
Tujuan? Kata-kata itu membuat mata Ichigo berdecak kaget. Dalam sekejap, kepalanya langsung dipenuhi oleh Rukia.
"Tujuan apa maksudmu?" tanya Ginjou.
"Apa, sih? Jadi kau enggak tau, ya Ginjou? Tujuan Ichigo untuk mendapatkan kekuatannya selain untuk bertarung adalah untuk bertemu dengan kekasihnya itu…" jawab Riruka dengan nada sinis.
"Kekasih?" heran pelayan tua di kelompok Xcution.
"Hei, jawab Ichigo. Itu benar, kan?" tanya Riruka pada Ichigo yang masih terdiam.
"Aku…" Ichigo mulai membuka mulutnya itu. Ginjou melihat ekspresi wajah Ichigo dan atmosfer sekitar Ichigo berubah.
"Hm, ya, sudah. Aku tidak peduli apa tujuanmu begitu mendapatkan kekutan shinigami-mu kembali. Tugas kami hanya menolongmu mengembalikan kekuatan, bukan mengintrogasimu. Riruka, lebih baik kau jaga ucapanmu…" ucap Ginjou. Riruka hanya memasang sinis wajahnya dan kemudian buang muka.
"Huh! Naif sekali..." umpat Riruka.
"Baiklah, Ichigo. Pembicaraan cukup sampai disini. Sekarang, kau pulanglah…" kata Ginjou.
Ichigo hanya melihat Ginjou dengan wajah yang terlihat agak kebingungan.
~ Kurosaki's Recidence, Ichigo's Room ~
Dia langsung berbaring ditempat tidurnya, membiarkan semilir angin malam masuk kedalam kamarnya dari jendela yang dia buka. Kepalanya penuh dengan bermacam-macam pikiran. Mulai dari tentang pembicaraannya tadi dengan Ginjou, sampai masalah Rukia pun ada didalam kepalanya itu. Beruntung besok hari Minggu. Jadi, dia bisa sedikit tenang malam ini. Dia harus banyak istirahat karena dirinya terlalu banyak pikiran beberapa belakangan ini.
"Hh…"
Dia menghela nafas. "Besok malam…apa mungkin kehidupanku akan berubah? Sama seperti dulu?" tanyanya sembari menutup mata.
Besok pagi, matahari mulai terbit, membangunkan orang-orang. Baik untuk segera melakukan kegiatan, atau hanya sekedar agar orang-orang tersadar dari alam mimpinya. Begitu pula dengan pemilik kamar dengan gantungan 15 di pintu kamarnya, dia terbangun saat cahaya matahari membuat silau matanya.
"Aku bangun terlalu siang…" keluhnya begitu melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan.
"Aneh, kenapa Yuzu tidak meneriakiku? Apa dia juga masih tidur? Kurasa tidak mungkin…" pikirnya. Dia meninggalkan tempat tidurnya, menuju ruang tengah tempat biasa keluarganya kumpul. Dan Yuzu, juga Karin ada disana, tapi tidak dengan Isshin.
"Ah, selamat pagi, onii-chan…" sapa Yuzu berada didapur, memasak.
"Selamat pagi…" balas Ichigo.
"Kenapa kau tidak membangunkanku tadi, Yuzu?" tanya Ichigo dengan nada keheranan sambil meraih sebuah roti panggang diatas meja.
"Eh? Um…itu…" Yuzu gelagapan untuk menjawabnya.
"Aku yang suruh…" sambar Karin yang duduk di sofa, nonton televisi.
"Aku yang menyuruh Yuzu untuk tidak membangun Ichi-nii pagi ini, agar Ichi-nii lebih puas tidurnya…" jelas Karin menoleh kearah Ichigo dengan wajah datarnya itu.
"Apa maksudmu?" heran Ichigo memakan rotinya.
"Karin-chan bilang, Onii-chan pulang malam semalam. Karenanya, jika dibangunkan pagi-pagi, Onii-chan pasti bakalan punya kantungnya kantung mata…" Yuzu ikut menjelaskan. Ichigo pun sedikit terkejut ternyata walau sudah beranjak dewasa, adik-adiknya ini masih mengkhawatirkannya.
"Haha, terima kasih, Yuzu…" kata Ichigo memeluk Yuzu, menempelkan kepala Yuzu pada dada bidangnya."Kau juga, Karin…" untuk Karin, dia hanya mengacak-acak rambut Karin yang sedang asik nonton televisi.
"Baiklah, aku mandi dulu. Aku mau pergi kerumah teman sebentar…" kata Ichigo menuju kamar mandi. Yuzu dan Karin hanya saling lihat, keheranan melihat kakak laki-lakinya itu.
Di kamar mandi, Ichigo mandi dengan menggunakan shower. Kedua tangannya bertopang pada tembok didepannya. Kepalanya didongakkannya, membiarkan wajahnya langsung terkena air yang mengucur itu. Sesekali, air yang mengucur itu masuk ke dalam mulutnya, namun tidak tertelan. Mandi, adalah salah satu cara Ichigo untuk menenangkan pikirannya. Dia merasa, seiring dengan jatuhnya air yang mengenai tubuhnya, pikiran-pikiran yang mengganggunya ikut jatuh.
"Hh…" dia menghela nafasnya.
"Rukia…" panggilnya menyebut nama Rukia. Dia kepalkan tangannya yang bertopang pada tembok, menundukkan kepala, menutup kedua matanya.
.
.
Selesai mandi, Ichigo pergi keluar rumah dengan memakai celana panjang, kaos biru yang kemudian ditutupi oleh jaket. Memang cukup sederhana, seperti biasanya. Dia tidak bilang akan pergi kemana pada Yuzu atau Karin. Namun, setelah diketahui kemudian, dia diam-diam tanpa sepengetahuan adiknya telah pergi ke sebuah daerah menggunakan kereta listrik. Didalam kereta, dalam perjalanan, dia selalu melihat kearah luar. Dia bertopang dagu, melihat pemandangan seiring kereta melaju kencang.
"Benar juga. Kalau dipikir-pikir, selama aku bersama dengan Rukia, dia tidak pernah kuajak naik kereta. Kapan aku akan mengajaknya naik kereta, ya?" pikirnya.
"Dia pasti senang sekali jika kuajak naik kereta…" diselingi tawa kecil, dia membayangkan wajah Rukia jika idenya ini terwujud. Pasalnya, Rukia adalah wanita yang mudah senang jika diberikan sesuatu yang baru. Dan ternyata, pikirannya ini telah membuatnya kembali mengingat moment-moment dirinya dengan Rukia dulu. Baik yang senang, maupun sedih.
To be Continued
Preview chapter 2:
"Riruka tidak ada. Tanpa dia, kami tidak dapat mengembalikan kekuatanmu!" kata Ginjou sedikit panik. "Apa?"
"Aku tidak mau kau menjadi shinigami lagi! Kau menjadi shinigami hanya ingin bertemu dengannya, kan? Kau egois!" kesal seorang wanita membentak Ichigo dengan air mata mengaliri pipi-nya.
.
Ada preview-nya, seperti film saja. Hahaha. ^^a
Ma', to ni kaku, review no onegaishimashu. Bagaimana menurut anda? Keep this or delete this?
