xxxxSAIxxxx

xxxChapter 1 : Semangatxxx

xxxBy Ma'I a.k.a Rourixxx

xxxxSAIxxxx

***

Aku adalah bunga matahari yang seharusnya menyinari apapun yang gelap. Warnaku kuning cerah, tapi kenapa tidak bisa mencerahkan sekelilingku? Aku lebih berkemilau dari sebongkah berlian, tapi kenapa aku redup? Lebih redup dari nyala lilin di malam hari. Mungkin aku hanya bunga matahari di belakang pohon beringin. Mana matahari yang akan menyinariku? Aku adalah bunga matahari yang juga butuh cahaya matahari seperti bunga lainnya.

***

Bel pulang sekolah berdering nyaring. Meski guru di depan masih berbicara, anak-anak tak mau kompromi soal pulang. Riuh segera memenuhi kelas. Setiap anak sibuk memasukkan buku ke dalam tas dan menyusun rencana bermain sepulang sekolah. Guru pun angkat tangan kalau sudah begini. Bagaimana pun juga, kami hanya anak kelas 1 SMP.

Jujur, aku senang melihat mereka yang ceria, mengoceh tentang hal yang menyenangkan. Bercanda, tertawa, riang gembira. Aku senang meski aku hanya melihatnya saja, tanpa ikut serta tertawa bersama. Aku tidak bisa ikut dalam lingkaran mereka. Sama sekali tidak bisa. Aku payah bergaul, tepatnya tidak bisa bergaul. Aku terlanjur menjadi anak pendiam. Aku tidak punya banyak teman, tidak punya teman SD, tidak punya teman pulang sekolah, tidak punya teman makan siang, bahkan aku tidak punya teman sebangku yang artinya teman sekelas pun aku tidak punya. Tidak! Aku punya teman sekelas, seluruh anak yang sekelas denganku adalah teman. Hanya saja aku tidak pernah….maksudnya belum pernah mengobrol dengan mereka. Lagi pula apa yang harus ku obrolkan?

Masalahku untuk bergaul apa ya? Tidak tahu. Tapi tiap kali ada yang mendekati ku, aku selalu bingung dan takut. Aku takut mereka pergi meninggalkanku sehingga aku mencari-cari topic obrolan yang tepat yang akhirnya malah membuatku ditinggalkan oleh mereka karena terlalu lama berfikir. Well, baru saja aku menemukan masalah. Aku tidak pandai mengawali sebuah pembicaraan, tidak pintar memberi komentar, juga tidak pintar mencari saja aku duduk di paling belakang; pojok belakang kelas.

Kadang aku berfikir apakah keberadaanku diakui? Setiap ada pembagian kelompok, pasti aku yang tersisih. Itu kan tanda bahwa aku tidak disadari. Atau jangan-jangan mereka sadar tapi mereka tak mau sekelompok denganku? Apa salahku? Ku rasa mereka tidak sadar. Aku yakin, aku tidak pernah berbuat kesalahan yang membuat mereka memusuhiku. Jadi, aku tak diakui tanpa alasan pasti? Hidup ini sangat sulit. Aku diam seribu bahasa. Mau buka mulut, tapi kaku. Selalu ada kata tapi dalam setiap tindakanku. Selalu ada kata kenapa dalam penyesalanku. Dan selalu ada Kata bagaimana dalam setiap awal hariku. Tadinya ku pikir di SMP akan mendapatkan peruban, teman baru, awal kehidupan baru…

Aku, Sai, sama sekali tidak tahu bagaimana cara bergaul hingga aku menginjak kelas 2 SMP. Menonton saja sudah lebih dari cukup. Mereka tersenyum, aku pun akan tersenyum, meski pahit.

***

Sepertinya, di tahun pertamaku, aku jatuh cinta kepada kakak kelas. Dia kelas 3, harusnya sih baru kelas 2, tapi dikarenakan dia itu masuk kelas akselerasi jadi dia kelas 3 tahun ini. Dia cantik, lumayan tinggi untuk mengimbangi tinggiku. Aku paling suka senyumnya yang lembut. Rambut tipis yang panjang, kulit putih, pipi yang semu merah… siapakah namanya? Andai dia tahu mengetahui keberadaanku saja sudah cukup. Hah tak mungkin! Teman sekelas saja belum tentu mengetahuiku, apa lagi dia yang kakak kelas. Baiklah, memandang dia dari jauh, itu sudah cukup. Aku tak boleh berharap lebih. Aku tak punya apa-apa. Dia tak mungkin menjadi milikku. Wanita cantik seperti dia pasti sudah punya pacar.

Aku teringat waktu pertama kali kami bertemu. Saat itu aku berjalan sendirian di koridor. Aku berjalan buru-buru sambil merapihkan kemeja putih. Aku terlambat datang ke kelas setelah jam istirahat. Aku sedikit mendapatkan masalah di toilet. Saat hendak berbelok, aku tak sengaja nyaris menabrak seorang anak perempuan cantik. Dia tersenyum simpul ketika aku berucap maaf. Waktu itulah ada semangat yang lain di hatiku. Rasa gembira yang tidak jelas. Bagai ada bunga yang merekah segar di musim dingin. Rasa hangat yang menulusuk hati. Aku susah untuk mendefinisikanya. Jadi, ku pikir itulah yang namanya cinta. Hehehe aneh kan?

Sudahlah… itu masa lalu yang menyenangkan sekaligus menyakitkan. Dia tak akan menjadi milikku. Aku berani taruhan dia tidak ingat kejadian itu. Apabila dia mengenalku, aku harus sujud syukur 3x. Jarang-jarang cewek cantik mengetahui ku. Hum…lagi-lagi aku memikirkan hal yang tidak penting. Tentu, aku tak perlu berharap lebih jika akhirnya menyakitkan. Keinginan itu tak mungkin terjadi dalam kehidupanku.

'Puaskan saja dirimu selama setahun ini untuk memandangnya dari jauh sebelum dia lulus.'

Hn, kau benar.

***

Setahun berlalu. Aku masih belum punya teman. Ini memang salahku. Apa lagi aku duduk di pojok belakang kelas. Tentu mereka akan semakin tidak menyadari keberadaanku. Aku memang bodoh. Tapi bagaimana lagi?! Aku tidak punya keberanian!

' Sai, itu kelemahanmu!'

Well, itu memang kelemahanku lalu kenapa?

'Jika kau begitu terus, kau tidak akan punya kemajuan! Memangnya kau mau seumur hidupmu tak punya teman?!'

Siapa bilang aku tak mau? Aku mau! SANGAT MAU!

'Kalau begitu, berjuanglah!'

Aku selalu berjuang!

'Mana buktinya?'

Itulah yang selalu ku lakukan, perang batin dengan diriku sendiri. Orang tuaku berkali-kali memberi macam-macam obat penambah nafsu makan untuk menaikkan berat badanku. Tapi itu bukan solusi yang tepat. Aku kurus karena batiniahku. Perang batin!

Adakah yang menganggapku selama 1 tahun ini?

'Jangan Tanya Sai, pasti tidak ada!'

Ya, aku tahu. Aku bertanya hanya untuk sekedar menyenangkan diri sendiri. Tak akan ada lagi yang membuatku senang setelah kakak kelas cantik itu lulus. Dia pergi. Entah ke SMA mana dia melanjutkan sekolah. Bisa jadi ke luar kota. Entahlah, yang jelas dia adalah salah satu bukti dari ketidak mampuanku dalam bergaul.

Baiklah, ini awal tahun pelajaran baru (yang ke-8 kalinya). Aku harus temukan teman baru. Tidak peduli itu adik kelas, kakak kelas, orang jelek atau apapun. Masa setahun ini aku hanya punya teman kucing dan penjaga sekolah.

Aku makin kesulitan bergaul dengan kehadiran Naruto dan Sasuke. Terutama Sasuke. Mereka berdua seperti matahari. Menebarkan cahaya ke suluruh penjuru sekolah. Tapi tak mampu memberiku cahaya. Justru dengan adanya mereka, cahayaku makin redup. Aku diibaratkan bunga matahari di balik pohon beringin. Aku tertutupi bayangan besar, hingga aku layu lalu…..mati. Seharusnya mereka tidak ada. Dengan begitu, matahari yang sesungguhnya akan bebas menyinariku. Membiarkan ku tumbuh besar. Tidak! Itu tidak benar Sai! Kau tidak boleh menyalahkan orang lain. Sebelum kau menyalahkan orang lain, salahkan lah dirimu sendiri! Mereka mau terkenal atau tidak, itu hak mereka. Mereka dapat terkenal begitu pun karena usaha mereka juga, kan?

'Usaha? Usaha yang seperti apa maksudmu? Usaha terlahir dengan memiliki ketampanan?'

Tidak juga, mereka speak up. Selain itu, Naruto asyik diajak ngobrol.

'Lalu Sasuke? Dia tampan! Semua anak perempuan tergila-gila padanya! Kau terlahir dengan wajah pas-pasan!'

Tidak! Tuhan tidak akan menciptakan ciptaannya dengan rupa yang jelek.

'Buktinya, kau…'

Tentu tidak! Aku tampan kok!

'Memangnya ada anak perempuan yang mau denganmu?'

Emm…

'Akui saja lah Sai! Kau tidak punya apa-apa yang patut dibanggakan atau yang dapat membuatmu diakui dan dikenal.'

Pasti ada.

'Apa? Mana?'

Pasti ada, tapi aku tidak tahu itu apa…

'Jika ada, harusnya sekarang kau tidak begini!'

Pasti ada…

'MANA?!'

Pasti… aku yakin, aku percaya…

Terkadang aku sangat bersemangat. Sampai api semangat membakar habis harapanku. Harapan yang berkilau indah. Saking terlalu bersemangat, api semangat itu malah membakar habis semua harapan yang ada, menjadi abu, tertiup angin, terbang ke atmosfer dan menghilang… musnah ≽.≼

Kali ini aku memilih duduk di kursi pojok belakang kelas tapi bukan yang terakhir. Nomor 2 dari belakang. Padahal aku sudah datang pagi sekali. Malahan yang pertama datang ke sekolah hanya untuk mendapatkan tempat duduk. Ada kemajuan sedikit lah dari tahun kemarin. Selebihnya, aku yakin tak akan ada yang mau duduk sebangku denganku.

Waktu menunjukan pukul 07.15. Bangku di sebelahku masih kosong. Sudah tidak ada harapan. Kau payah sekali, Sai! Orang-orang sibuk betukar cerita liburan masing-masing, sedangkan kau hanya duduk diam dan mendengarkan. Orang tertawa, kau ikut tertawa. Kau sama sekali tidak berada dalam lingkaran obrolan mereka! Tapi kenapa bisa-bisanya kau tertawa, Sai?!

Aku tidak tahu! Aku tidak peduli!

'kau harus tahu! Kau harus peduli. Kau tak mau sendiri kan?'

Ya, aku tak mau…. Aku… aku meresa malang kepada diriku sendiri.

'memangnya kau pikir aku tidak? Aku adalah kau, dan kau adalah aku. Kita sama! Berjuanglah Sai! Ayo bicara!'

Aku diam sedikit gemetar. Menimbang-nimbang bisikan batin yang entah datang dari mana. Ku kumpulkan segenap keberanian di mulutku. Kali ini aku harus mampu mengobrol dengan mereka. Masa 1 tahun tidak ada kemajuan sedikit pun? Aku sering membaca dan menonton berbagai film, mereka yakin dan percaya, akhirnya mereka dapat menyelesaikan masalahnya. Mereka bisa, kenapa aku tidak bisa?

'Itu hanya film. Cerita belaka!'

Lalu, aku berada di dunia….nyata?

'Kau pikir apa lagi?'

Apa bedanya? Mereka ada di dunia mereka, dan aku ada di duniaku. Aku pasti bisa! Tekadku melebihi kebulatan angka bulat!

Aku berdiri tiba-tiba di bangkuku sendiri. Menarik dan membuang nafas berkali-kali hingga akhirnya aku merasa siap.

"Teman-teman, aku ingin ikut mengobrol!" Seruku sambil menunduk. Aku yakin, itu adalah teriakan terkencang yang pernah ku lakukan di kelas (karena aku belum pernah berteriak, apa lagi berbicara).

Beberapa detik aku menunggu respon. Sepi… tidak ada yang menanggapi. Mereka malah terdengar asyik melanjutkan obrolan masing-masing. Ah, sial! Gagal. Apakah teriakanku kurang kencang? Atau mereka mengobrol dengan suara keras sehingga suaraku tak mampu menyaingi mereka? Aku ini laki-laki, harusnya suaraku mengaung keras seperti singa.

'dunia nyata…'

Memangnya salah kalu dunia nyata?!

'ini dunia yang jauh lebih sulit dari anime atau manga, sobat!'

Aku malu… aku ingin menangis seperti perempuan. Aku ingin menjerit. Aku sudah berteriak kencang dengan seluruh keberanian yang ku miliki. Tapi malah tak seorangpun yang mendengar. Aku benar-benar merasa malu… aku ingin hilang ingatan! Atau lebih baik aku menghilang tanpa jejak di bumi ini! Ada dan tidak adanya aku, itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Aku tak akan melalukan hal tadi untuk yang kedua kalinya. Aku ingin ibu! Aku ingin berada di pelukannya. Aku merasa aman jika berada disampinya. Karena hanya Ia lah yang membuatku merasa tak sendiri….

***

Dia tersenyum riang kepada siapapun yang menyapanya. Tidak peduli apakah dia kenal mereka atau tidak. Keramahan merupakan nomor satu. Jangan buat mereka kecewa! Itulah motonya. Hari ini adalah tahun ajaran baru, awal semangat baru, lembaran baru, pengalaman baru, semuanya harus lebih baik dari sebelumnya. Jalani hidup dengan semangat, percaya diri dan optimis! Dia pasti bisa!

"Hai Sakura! Rambut kepangmu bagus. Aku suka!" Komentarnya ketika berpapasan dengan Sakura, cewek yang termasuk dalam geng cewek cantik.

"Ih, apa sih?!" Sakura mencibir tidak senang. Dia menganggap Naruto hanya lumut yang menempel pada Sasuke. Cowok itu tak pantas memujinya.

"Iiii padahal biarin aja deh, Sakura!"

Samar-samar Naruto mendengar ocehan Ino kepada Sakura. Naruto bisa menebak apa yang selanjutnya yang akan dilakukan rombongan cewek centil itu, membicarakan dirinya. Mau itu bersifat positif, maupun negative. Tapi Naruto tidak peduli. Dia adalah dia, orang mau berkata apa, dia tak peduli.

"Hei, Yo Naruto! Bagaimana rasanya menjadi kakak kelas di tahun ini?!"

Di setiap belokan, koridor, pintu, kelas, semua yang dia lewati, pasti ada saja yang menyapanya. Hari pertama harus meninggalkan kesan yang baik. Mereka tak boleh kecewa. Naruto pun membalas jutaan sapaan meski merasa lelah. Ini baru datang lho… bagaimana nanti siang?

"Hei, Sob! Hahaha rasanya lumayan" Naruto menerima telapak tangan yang terbuka,memberinya sebuah tos sahabat yang keren. "Setidaknya aku makin popular hihihi." Dia pun kembali melangkah, tak mau berlama-lama di luar kelas. Bisa-bisa tenaganya habis hanya untuk membalas sapaan dan tersenyum.

"Baiklah, aku ke kelas dulu ya!"

Tidak ada kesan buru-buru dalam langkahnya maupun kesan tak mau disapa. Padahal hatinya menjerit-jerit ingin berlari. Ingin segera ke tempat sepi dan menghirup udara segar nan luas sepuasnya.

BRUAK!

Naruto membanting pintu kelas lalu….

"OHAYAOU MINNA!!!"

Seketika riuh ribut bagai suara angin puyuh pun berhenti dan teralih pada satu suara sama yang kompak serempak ; "OHAYOU!"

Naruto melebarkan cengirannya. Puas oleh jawaban.

Hhhhahhh…benar-benar semangat baru. Dia tak banyak bicara lagi dan melangkah santai ke sebuah bangku pojok belakang; nomor 2 dari belakang. Taruh tas, duduk, merentangkan tangan seperti kucing baru bangun tidur lalu lirik kiri-kanan. Rentangan tangannya terhenti sebelum pada titik bentangan terpanjang. Ahh, nikmat menggeliat jadi rusak gara-gara teman sebangkunya. Ada-ada saja, hari pertama kok tidak bersemangat. Kepala terkulai di meja. Tidur pagi-pagi di sekolah? Hmm, kok aneh? Tidak seperti biasanya.

"Tem,kau kenapa? Kok tidur di kelas? Rambut pantat ayammu mana? Kok gk ada? Kehabisan jel ya? Hahaha"

Namun orang di sebelahnya tetap diam. Ada apa dengan Sasuke? Tidak seperti biasanya. Apakah dia benar-benar kehabisan jel sampai rambutnya tidak bergaya spike? Bahkan dia tidur di kelas? Hal yang rasanya tidak mungkin dilakukan oleh seorang Uchiha Clan! Atau dia sedang butuh hiburan? Baiklah…

"Kenapa kau pilih duduk di belakang sih? Aku kan tidak bisa lihat tulisan di papan tulis dengan jelas. Kau ingin aku tambah rabun ya?!"

Diam. Tidak ada respon. Biasanya kalau Naruto banyak omong, Sasuke suka memukul kepalanya dengan gulungan buku geografi bilingual (tebalnya ± 15 cm).

"Teme, kau sakit?"

"TEME!"

BRAK!

Naruto menggebrak meja hingga orang diatasnya terbangun dan terperanjat kaget. Tapi Naruto lebih kaget lagi, siapa orang yang di depannya? Orang ini bukan Sasuke…

Beberapa detik setelah menggebrak meja Naruto tertegun. Orang yang dihadapannya bukan Sasuke. Nampak wajah linglung baru bangun tidur. Naruto jadi serba salah karena ini adalah pertama kalinya dai berbuat kasar di hari pertama di tahun ajaran baru. Sebetulnya Naruto hanya bisa berbuat kasar dan amat sangat tidak ramah kepada Sasuke. Hanya kepada Sasuke seorang. Apakah orang ini akan marah? Benar kah? Kalau begitu, dia orang pertama yang marah di hari pertama di tahun ajaran baru.

"Oy Dobe! Ada apa? Sepertinya aku mendengar nama 'Uchiha' dipanggil?" terdengar suara familiar dari tengah-tengah kelas―tepatnya di tengah-tengah lingkaran anak-anak.

Orang dihadapan Naruto malah membeku. Wajahnya pucat pasi ketakutan. Tidak tahu juga sih, dilihat-lihat lagi seluruh kulitnya pucat. Albino kah? Dari matanya, dia sudah siap pingsan. Apakah Naruto berlebihan sampai dia seperti itu? Lagi pula, siapa anak ini? Kok tidak pernah kelihatan. Anak baru? Dari luar negri? Wow…

***

Hello, teman semua! Ayo kita sambut, hari baru tlah tiba…

Apa yang ku rasakan, Ku ingin engkau tahu untuk berbagi bersama.

Kita temukan hari yang baru, sebarkan semangat mata ke depan jadi pribadi baru.

Letakkan senyum, wajah gembira dalam suasana yang baru

Bukalah! Bukalah semangat baru!

Mentari bersinar selalu ini yang ku minta,

penuh semangat tertawa bersamamu, teman! Semua karena ini saatnya kita nyanyi bersama.

Kita jumpa di sana berbagi bersama dan kita tahu pelangi satukan hati kita.

Buka semangat, mata kedepan, jadilah pribadi baru.

Bukalah semangat baru!

***

Huaaaaaa chapie satooooo beres juga XDDDDD

Fiuh… ini semua terinspirasi dari pengalamanku di esempe yang juga susah bergaul T^T. walo di sini agak lebay X3 udah gitu aku baca salah satu komik Ema Toyama yang sejenis dengan fict ku ini. Yah… makin terinspirasi deh XDDD

yang jelas, jangan pernah berhenti berharap dan terus berusaha! Seperi apa yang dikatakan Hiruma kun ; "Selama belum 0% segala kemungkinan bisa terjadi" o(≥

≤)o Gyaaaaaaaa~ Hiruuuuuuuuumaaaaaaaaa kuuuuuun!!! AIIIIIIIIIIISHITERUUUUUUUUUUU YOOOOOOOOOO!!

Suki dayo 8≥⌂≤ 8 *jadi mendadak histeris*

MAAF, KESALAHAN ADA PADA PIHAK AUTHOR.

MOHON TUNGGU SEBENTAR SEMENTARA AUTHOR DALAM PENGOBATAN.

Ini chap kepotong karena gue udah kehabisan ide=='

Ada yang mau ngasih saran atau memberi ide kelanjutan cerita? Singkat kata,ripyuuuu~

"Membuat fict itu tidak semudah mengedipkan mata. Jauh lebih sulit dari belajar bersepedah. Jadi tolong, kritik setelah pikir panjang. Berikan kritik yang membangun".