Perih
Sakit
Terluka
Bukan, bukan saat kau menusukku dengan sebuah belati,
Atau menyeret paksa tubuhku di atas aspal yang kasar,
Atau memaksaku meminum air seni yang tak tahu milik siapa
Hatiku sakit, saat kau ucapkan kata-kata itu
Sebuah kalimat yang menyeretku ke sisi kegelapan terdalam
"AKU MENYESAL TELAH MELAHIRKANMU!"
The Day When I Found a Happiness
eLmao Incester
*xxx*
The Day When I Found a Happiness © eLmao Incester
Naruto © Masashi Kishimoto
Rated: M
Pairing: SasukeXNaruto (SasuNaru)
Warning: Sorry if you find a little bit miss-typ(o)
Just click the review button if you like, and click 'back' if you dislike!
Okey, enjoying for read this fict
*xxx*
Tangannya bergetar.
Giginya bergelutuk hebat akibat ketakutan yang tak bisa ia redamkan.
Hanya cahaya bulan yang menerangi wajah polosnya.
Tangannya menggapai apapun yang dapat ia gunakan sebagai perlawanan.
Dengan tangan kecilnya, ia menggenggam sebuah kayu dengan banyak paku yang tak merata.
Tak heran sosok kecil itu bisa menemukan sebuah kayu, karena sekarang ia sedang bergetar ketakutan di sebuah gudang.
Berharap 'orang itu' tidak akan menemukannya di tempat yang agak jauh dari rumah utama.
Tapi sepertinya, takdir tak mengiginkannya selamat dari 'dewa kematian'.
Buktinya, kini langkah kaki yang diselingi siulan nada 'Gloomy Sunday'.Seperti banyak orang ketahui, lagu itu dikenal sebagai lagu 'pengantar kematian'. Anak bermata saphire itu segera menutup kedua telinganya dengan tangan yang bergetar hebat. Tak mau lagi mendengar alunan lagu yang seakan menyuruhnya untuk menyicip rasa kematian. Ia tahu, ia tahu dengan jelas siapa yang mengalunkan nada itu, seseorang yang setiap hari selalu menyanyikan lagu tersebut, berharap agar anak yang kini meringkuk ketakutan di sisi kardus itu bunuh diri. Ya, bunuh diri.
Langkah kaki itu semakin mendekat. Senandung kematian semakin terdengar dengan jelas oleh anak berumur delapan tahun itu. Walaupun telinganya telah tertutup rapat oleh kedua tangannya yang bergetar. Keringat dingin sudah sedari tadi mengalir mengikuti lekuk wajahnya. Dan saat senandung itu berubah menjadi sebuah nyanyian..
Gloomy is Sunday,
With shadows I spend it all
My heart and I
Have decided to end it all
Soon there'll be candles
And prayers that are said I know
Let them not weep
Let them know that I'm glad to go…
Air bening itu mengalir, ia sudah tidak kuat, sesaat ketika langkah kakinya hanya berjarak 60 cm dari tempatnya, ia berteriak.
"ber..henti.. HENTIKAAAAAN!"
Dan pemilik mata obsidian itu berhenti melangkah. Ia tersenyum, lebih tepatnya menyeringai.
"Hihi.. Ternyata kau disitu kucing kecilku?"
Kaki mungil itu berdiri perlahan dengan getaran yang sangat terlihat. Takut. Ya, dia sangat takut.
"Kemari anak manis, kenapa kau ketakutan seperti itu?" Tanya pemuda berkulit pucat yang kini ada dihadapannya. Kepala anak itu menatap kebawah. Seakan tak mau menatap mata kelam pemuda yang tengah 'memungutnya'.
Dengan perlahan, kaki-kaki mungil itu melangkah, mendekati sosok berbahaya dhadapannya.
"Fufu, anak pintar. Oh bukan, kau anak nakal! Sudah berani kabur dari nii-chan, ya?"
Pemuda berambut panjang diikat itu tersenyum, tapi mata onyx-nya tidak. Dengan kulit pucatnya, ia merengkuh anak kecil yang tubuhnya dipenuhi oleh banyak luka. Anak itu menangis, menangis dalam diam.
Sambil memeluk erat anak kecildihadapannya, pemuda itu mencium puncak kepala sang anak yang berambut blonde.
"Kau tidak akan bisa keluar dari sini, selamanya kau hanya milikku. Hanya aku yang menginginkanmu, hanya aku yang mau mengambilmu dari wanita yang bahkan tak berharap melahirkanmu. Hanya aku, hanya aku yang kau butuhkan,"
Air mata itu semakin mengalir, seakan pedih dan sakit menyatu pada bening-nya air itu.
"Kau milikku, Naruto…."
(/="=)/eLmao Incester\(="=\)
Kediaman Uchiha.
Sebuah rumah besar dengan tekstur Jepang kuno, yang berada jauh dari area perkotaan ini adalah rumah dari kediaman tuan muda. Tuan muda dengan marga 'Uchiha' tentunya. Walaupun rumah ini termasuk luas̶ bahkan sangat luas, rumah ini tentu kalah megah dengan rumah utama milik keluarga besar Uchiha.
Hari ini, adalah hari istimewa yang membuat para pelayan sangat sibuk. Mereka sibuk membuat sambutan, menata ruang, menyediakan makanan̶ yang tentunya menu kelas atas, dan mempercantik diri bagi para maid-house. Ada apa sebenarnya? Siapa yang mau datang? Jawabannya, tentu saja seseorang yang sangat istimewa. Yaitu, adik dari 'tuan muda' mereka. Uchiha Sasuke. Hari ini, adalah hari pertama kalinya Uchiha bungsu itu pergi mengunjungi aniki-nya. Setelah lima tahun tidak bertemu, akhirnya (dengan terpaksa) ia pergi kerumah aniki-nya yang 'aneh' itu.
Kini pemuda bermata obsidian kelam itu sedang dalam perjalanan menggunakan mobil Lamborghini hitam milik aniki-nya yang bertugas menjemputnya.
Sepanjang perjalanan, ia merengut kesal kepada ayahnya yang memaksanya mengunjungi orang yang sama sekali tidak ia sukai. Tentu saja orang itu adalah 'Uchiha Itachi', kakak sekaligus orang yang sangat ia benci. Entah mengapa, ia merasa aneh dengan kakaknya. Seperti ada sesuatu dibalik senyuman yang selalu disunggingkan oleh nii-channya itu. Sesuatu yang kejam, nista, dan tentunya berbahaya.
Mata onyx Sasuke menatap jalanan yang ia lalui, sambil memikirkan hal apa yang akan dibicarakan kakaknya nanti. Ya, Itachi mengundangnya kerumah bukan hanya ingin bertemu, tapi ada sesuatu yang ingin ia bicarakan kepada adiknya. Entah apa itu, Sasuke merasa kali ini yang akan dibicarakan kakaknya adalah hal yang penting. Ia terus melamun hingga deringan handphone miliknya membangunkannya dari lamunan.
Ia melihat sebuah nama di layar hp nya. Nama yang tidak asing, ia langsung mengangkatnya.
"Hn?" hanya seruan nada baritone yang keluar dari dengungan bunyi penggetar tali suara.
"Sasuke? Kau sedang menuju kerumahku ya?" Tanya orang yang barusan menelpon Sasuke.
"Hn, ada apa?" Seperti yang banyak orang tahu, Uchiha bungsu berambut raven ini memang mempunyai suatu penyakit. Penyakit itu adalah penyakit 'pelit bicara'.
"Haha..seperti biasa, ya! Kau hemat bicara."
"Sudah cepat katakan apa urusanmu menelfonku!" Tanya Sasuke tidak sabar, karena sekarang dirinya sedang berada di ambang 'bad mood'.
"Baiklah. Aku minta maaf, hari ini aku ada panggilan mendadak di kementrian Negara 'Eropa'. Aku tidak mungking tidak kesana, jadi.."
"Jadi aku boleh tidak jadi kesana?" Sasuke memotong ucapan Itachi cepat. Ada sedikit perasaan senang dihatinya. 'Berarti aku bisa pulang dan menyelesaikan pekerjaanku' batin Sasuke. Tetapi sepertinya tak secepat itu Itachi melepaskan adiknya.
"Tsk, jangan senang dulu otouto. Lebih baik kau menginap dulu beberapa hari di kediamanku. Mungkin sekitar 2-3 hari aku baru pulang."
"Ya-YANG BENAR SAJA, KAU.."
"Oke, sampai bertemu lusa!"
Tanpa mendengar protes dari Sasuke, Itachi langsung mengakhiri perbincangan mereka.
"Si-sialaaaan! Baka anikiiii!"
Terdengar bunyi 'krek' saat Sasuke mengenggam erat hp nya. Bisa dibayangkan, betapa kesalnya dia saat ini.
Baru saja ia ingin mematahkan hp nya, hp itu bordering kembali.
Di layar terpampang nama penelpon yang barusan membuatnya 'ingin membunuh'.
Dengan secepat kilat ia menekan tombol 'yes' dan siap menghardik baka aniki-nya.
"APA MAKSUDMU HAH? AKU BANYAK KERJAAN, AKU.."
"Sasuke, kuperingatkan kau."
Sasuke terdiam mendengarkan nada bicara kakaknya yang seakan menginterupsi.
Dan Itachi melanjutkan kalimatnya,
"Saat kau tiba dirumahku, jangan pernah kau masuk ke kamar disamping loteng."
Sasuke mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti. Nafsu ingin marah kepada kakaknya hilang tergantikan dengan rasa penasaran.
"Memang kenapa?"
Itachi diam sejenak dan meneruskan kalimatnya.
"Kalau kau sampai masuk kedalam kamar itu, aku tak segan-segan membunuhmu."
Sasuke membelalakkan matanya beberapa detik, tak ada rasa takut sama sekali pada kata-kata yang barusan diucapkan Itachi. Hanya saja, ia heran kenapa tiba-tiba kakaknya…
"Ahahaha, baiklah, aku harus berangkat. Sampai jumpa Sasuke"
Dan selanjutnya, terdengar bunyi 'klik' tanda telekomunikasi mereka terputus.
Sasuke terdiam sambil menatap lurus kea rah jalanan. 'Apa-apaan orang itu. Menyebalkan, heh, mau membunuhku? Sebelum terbunuh, aku akan lebih dulu membunuhmu baka aniki'. Batin Sasuke diselingi dengan seringai-nya.
(/="=)/eLmao Incester\(="=\)
"Tuan muda Sasuke sudah datang~" seru seorang pelayan berambut peach dengan hebohnya. Ketiga temannya yang juga seorang pelayan, berbondong-bondong keluar dari dapur menuju ruang tengah untuk menyambut tuan muda Uchiha Sasuke.
Semua pelayan berbaris rapi untuk menyambut tuan muda yang mereka tunggu-tunggu. Akhirnya Sasuke dengan mobil Lamborghini hitamnya berhenti tepat di gerbang rumah Jepang kuno itu.
Sesaat sebelum supir membukakan mobil untuk Sasuke, para maid-house terutama yang berambut merah muda, berbisik riang. "Sebentar lagi kita dapat melihat wajah tuan muda Uchiha Sasuke! Wuaah, coba aku bawa kamera!" Seru si rambut buble gum yang ternyata bernama Sakura, nama yang sesuai dengan rambutnya. "Hush! Kau ini! Mana boleh sama Iruka," sekarang giliran pelayan berambut kuning panjang diikat satu bernama Ino yang menyahut. "Hey kalian! Cepat menunduk! Tuan muda sudah ada di pintu utama," tegur pelayan lain yang bernama Temari.
Dengan sejuta pesona yang dimiliki sang Uchiha Sasuke, ia berjalan angkuh dengan wajah dingin̶ yang para maid-house anggap adalah wajah yang cool dan sangat sempurna. Tubuhnya yang terbalut kemeja biru dan celana panjang katun yang pastinya mahal, dan rambut dark ocean miliknya yang melawan gravitasi, membuat para pelayan berdecak kagum melihat makhluk tuhan yang bisa dikategorikan 'sempurna' ini.
Para pelayan bergegas menyambut Sasuke dengan ucapan, "Selamat datang tuan muda Sasuke,"
Dan hanya diberi respon diam̶ atau lebih tepatnya tidak peduli̶ oleh Sasuke.
Ketua pelayan yang bernama Iruka menunjukkan kamar dimana Sasuke bisa beristirahat.
Sasuke melirik ke kanan dan ke kiri. 'Baka aniki itu punya rumah yang bagus ternyata,' batinnya saat meneliti rumah kakaknya. Ia dituntun oleh Iruka hingga sampai pada sebuah kamar yang ber cat biru dan berlokasi d lantai dua kediaman Uchiha Itachi. Sasuke menelusuri setiap sudut ruangan yang akan menjadi kamar 'sementaranya' dengan teliti.
Ruangan yang simple, dan bernuansa biru muda. Dan dilangit-langitnya tinggi, dengan konstur langit malam yang penuh dengan bintang. Sungguh indah jika kita menatap langit-langit kamar yang luasnya 10x5 meter itu, pada malam hari saat mau tidur.
"Kamar yang bagus." Ucap Sasuke dan segera ia melangkah menuju tempat tidur king size yang diperuntukkan olehnya.
"Apa ada lagi yang anda butuhkan, tuan Sasuke?"
Tanya Iruka sopan dengan senyuman yang mengembang diwajahnya. Sepertnya pelayan dengan luka memanjang dihidungnya itu adalah orang yang ramah.
Tanpa menatap Iruka, Sasuke merebahkan tubuhnya di kasur empuk dengan seprai biru laut sambil mengatakan, " Tidak. Kau boleh keluar!" Perintahnya, dan Iruka mengangguk sopan sesaat sebelum meninggalkan ruangan berbau mint itu.
"Hhh.. Menyebalkan! Masa aku harus disini selama tiga hari? Ckk! Baka aniki itu memang benar-benar minta dibunuh!" Ucap Sasuke kesal dengan helaan nafas berat. Sasuke memejamkan matanya dan mengingat kembali ucapan Itachi ditelephon tadi.
"Saat kau tiba dirumahku, jangan pernah kau masuk ke kamar disamping loteng."
Sasuke mendengus, dan sedikit menampikkan senyumannya.
"Ternyata kau punya rahasia juga, eh? Baka aniki?" Setelah mengatakan itu, Sasuke mengangkat tubuhnya dan kakinya bernjak pergi ke arah balkon yang ditutupi sebuah pintu kaca berlapis gorden sutra. Sasuke membuka pintu kaca itu dan hembusan angin sore menyapanya, membuat rambut ravennya menari bersama angin. Ia menatap pemandangan lading milik Itachi yang ada diluar kediaman aniki-nya.
Matanya menyapu setiap sudut panorama yang tertangkap oleh mata obsidian-nya.
Ia mendesah pelan, sudah lama ia tidak merasa tenang seperti ini. Meluangkan waktu untuk mengamati pemandangan dan menikmati sejuknya semilir angin sore. Pekerjaan yang menggunung telah menyita waktunya untuk bersantai.
Matanya berhenti menyapu pemandangan saat dilihatnya sebuah euphoria yang sangat indah, sempurna, dan terjangkau oleh matanya.
Sasuke melihat sesosok manusia, bukan, sejenak Sasuke merasa, bahwa sosok itu lebih indah dari manusia. Ia sedang terdiam dengan wajah datar tanpa ekspresi disusut balkon yang berbeda lantai dengan Sasuke. Sesosok manusia yang entah perempuan atau laki-laki, dengan rambut blonde yang menari tertup angin, kulit tan yang mengundang gairah, dan satu lagi yang membuat Sasuke tak berkutik ditempat. Matanya yang sebiru batu sapphire.
'Siapa dia?' batin Sasuke bertanya entah pada siapa. Sosok itu berdiri dengan anggun di balkon lantai tiga dekat loteng.
'Tunggu, kamar disamping loteng? Apa yang dimaksud aniki..' Lamunan Sasuke terhenti ketika seorang pelayan memangglnya.
"Tuan muda Sasuke, air hangat sudah siap." Sasuke menengok ke arah pintu dan menjawab, "Ya."
Ketika Sasuke mendongakkan kepalanya kembali ke atas sana, sosok itu sudah tidak ada lagi.
Sasuke mengernyitkan dahinya. 'Kemana perginya orang itu?' tanyanya.
'Aku tidak tahu kenapa, tapi.. baru pertama kali ini, aku berdebar melihat seseorang,'
(/="=)/eLmao Incester\(="=\)
Jamuan makan malam mewah, dihidangkan untuk Sasuke. Tapi, semewah apapun makanan yang tersaji dihadapannya, tak ada gunanya bagi Sasuke kalau di ruang makan yang besar ini hanya ia yang menyantap makanan tersebut sendirian. Sendirian? Itu adalah hal yang biasa baginya. Toh, dari ia kecil sampai umurnya 20 tahun sekarang, ia memang sudah selalu sendirian. Tanpa teman, tanpa orang tua, tanpa kasih saying yang ia harapkan. Dan betapapun ia inginkan perasaan sayang kedua orang tuanya,
yang menunggunya hanyalah tuntutan seorang tuan muda Uchiha.
"Aku sudah selesai makan. Bereskan ini!"
Perintah Sasuke pada Iruka selaku kepala pelayan yang bertugas melayani Sasuke di saat Itachi tidak ada.
"Tapi tuan muda belum makan sesuap-pun, makanlah dulu tuan muda."
Sasuke yang hendak meninggalkan ruang makan hanya memberi death glare pada Iruka.
"Kau memerintahku?" Tanya Sasuke, atau lebih tepatnya sebuah pernyataan. Iruka sedikit tersentak, lalu cepat-cepat membungkukan badannya.
"Ma-maaf tuan muda, bukannya begitu, kalau tuan muda tidak makan, nanti.."
"Diam! Aku tidak suka ada yang memerintahku!" Sela Sasuke membuat Iruka dan beberapa pelayan yang ada disitu bergidik ngeri.
"Ba-baik tuan,"
Dengan langkah santai Sasuke meninggalkan ruang makan. Para pelayan berbisik setelah Sasuke tak lagi tampak di ruangan itu.
"Tuan muda Sasuke, ternyata sangat sombong ya,"
(/="=)/eLmao Incester\(="=\)
Sasuke merebahkan tubuhnya di kasur. Kini matanya menatap lurus pada langit-langit kamar yang dihiasi panorama gugusan bintang. Ia mengulang kembali ingatannya sore tadi.
'Wajah itu.. Sepertinya terasa familiar. Raut mukanya seperti orang tak bernyawa, apa yang tadi kulihat itu..'
Sasuke tersentak ketika ketukan pintu membangunkannya dari lamunan.
"Ada apa?" sahut Sasuke tak ramah.
Di balik pintu kamar, Iruka bertanya.
"Apa anda mau cemilan malam? Malam ini saya menyiapkan croissant dan teh hijau dari kualitas terbaik. Kalau anda mau.."
"Masuklah!" jawab Sasuke cepat. Sebenarnya kalau mau jujur, perutnya sudah menggonggong sedari tadi.
Iruka tersenyum senang mendengar tuan mudanya (akhirnya) mau makan juga. Walaupun hanya sedikit cemilan.
Saat Iruka hendak keluar dari kamar Sasuke, Sasuke bertanya.
"Iruka, apa disini ada orang atau pelayan yang berambut pirang dan berkulit tan?"
Tanya Sasuke dari arah balkon tempat ia berdiri sekarang.
Iruka tersentak mendengar tuannya bertanya seperti itu.
'Gawat! Apa 'anak itu' keluar dari kamarnya?' batin Iruka.
"Tidak ada tuan. Mungkin anda salah lihat. Di rumah ini tidak ada orang yang anda sebutkan cirri fisiknya seperti tadi," Jawab Iruka dengan senyuman ramahnya.
Sasuke diam sejenak dan setelahnya menyuruh Iruka pergi.
"Baiklah, kau boleh pergi."
Iruka menunduk dan keluar dari kamar Sasuke.
"Hh.. ternyata aku hanya berhalusinasi."
(/="=)/eLmao Incester\(="=\)
Tengah malam jam 1 pagi, Sasuke masih belum bisa tidur. Terang saja, dia memang mengidap penyakit insomnia baru-baru ini. Akhirnya ia memutuskan untuk menyamankan diri di balkon. Angin malam menerpa dirinya, sempat ia eratkan pakaiannya karena udara yang sedikit menusuk malam ini.
Pandangannya ia edarkan pada tempat dimana ia tadi melihat sosok 'sempurna' itu. Matanya membelalak saat ia menemukan sosok itu benar-benar ada disitu. Bukan, dia bukan hantu seperti perkiraannya sesaat tadi. Dia benar-benar manusia.
Walau hanya sinar bulan yang menjadi sumber penerangan, ia dapat melihat dengan jelas, sosok itu..menangis.
Entah karena dorongan apa, Sasuke berlari menuju sebuah kamar disamping loteng. Entah apa yang merasukinya, dadanya bergemuruh dan ada sedikit perasaan 'rindu' yang entah datang darimana. Kakinya terus berlari menuju kamar yang 'dilarang' oleh aniki-nya itu. Ada apa dengannya? Sosok orang tadi, membuatnya berfikir ingin cepat-cepat menghapus bening air yang mengalir dilekukan wajahnya.
Sosok itu.. telah menghipnotis Sasuke dengan pesonanya.
BRAK!
"Sasuke membuka pintu kamar usang yang ia tuju. Betapa terkejutnya ia, saat dilihatnya, sebuah kamar yang hanya ada warna putih dan kasur berukuran king size. Tidak hanya warna putih, tapi warna lain kerap menghiasi kamar itu. Warna yang kontras dengan warna dinding, lantai, bahkan kasur yang semuanya terbalut warna putih.
Yaitu warna merah darah.
Sunday is gloomy
the hours are slumberless
dearest the shadows
I live with are numberless
Little white flowers
will never awaken you,
not where the dark coach
of sorrow has taken you
Angels have no thought
of ever returning you
would they be angry
if I thought of joining you?
Gloomy Sunday
Gloomy Sunday
with shadows I spend it all
my heart and I
have decided to end it all
Soon there'll be prayers
and candles are lit, I know
let them not weep
let them know, that I'm glad to go
Death is a dream
for in death I'm caressing you
with the last breath of my soul
I'll be blessing you
Gloomy Sunday
Dreaming, I was only dreaming
I wake and I find you asleep
on deep in my heart, dear
Darling, I hope
that my dream hasn't haunted you
my heart is telling you
how much I wanted you
Gloomy Sunday
It's absolutely gloomy sunday
Sasuke tersentak, ia mengedarkan pandangannya ke arah sumber suara yang sedang menyanyikan sbuah nyanyian 'kematian'.
'Dia'. Sosok itu ada disitu. Dibalik gorden putih bersimbah bercak darah.
Sasuke terdiam melihat sosok dihadapannya. Ternyata benar kata aniki-nya waktu itu.
Cinta itu tidak datang saat kau rencanakan.
Cinta itu datang tiba-tiba, Sasuke.
Kau akan mengerti saat kau merasakan apa yang membuat seseorang terfanatik oleh perasaan itu.
Perasaan gila saat 'mencintai' seseorang
*To Be Continued*
Ahaha, akhirnya SasuNaru~ SasuNaru~ SasuNaru~~~~ xD
Heeh, saya deg-degan sekali buat 1st fic YAOI rate-M.
Oh iya, berarti fic ini 1st fic SasuNaru~ haha..
Karena saya tergolong 'newbie' disini, jadi saya minta bantuan senior-senior atau senpai-senpai (sama aja) untuk memberikan comment yang membantu.
Lewat apa?
REVIEW DONG~~
Okey,
Say yes to Review~ (/=v=)/
Say no to flame~ (\-=-)*
