Fallin For You
"Bisakah kau menolongku?" Luhan memandangku dengan raut wajah memohon sambil mendekapkan kedua tangannya didada, "Terima ini dan berpura-puralah menjadi aku" lanjutnya sambil menyerahkan salah satu Iphonenya padaku.
Aku memandang Iphone putih yang sekarang berada ditanganku dengan tatapan tak percaya. Berpura-pura menjadi Luhan? Ini pasti gila.
"Dengar, aku tidak punya banyak waktu, Sehun akan curiga jika ponsel itu terus bergetar, dan aku tidak ingin menjelaskannya disaat hubungan kami membaik. Sedangkan Chanyeol, aku tidak ingin kehilangannya untuk sementara waktu ini, jadi aku memberikan ini padamu agar kau membalas semua pesan Chanyeol"
"Kau gila, aku tidak mau" Aku mengembalikan Iphone putih itu ke Luhan tapi dia menyerahkannya kembali padaku.
"Tolonglah, aku tidak mau hubunganku dengan Chanyeol memburuk seperti dulu, berpura-puralah sebagai aku dan kau akan aman. Tugasmu hanya membalas pesan-pesannya"
"Lalu bagaimana aku membalasnya? Aku tidak tahu siapa itu Chanyeol, aku tidak tahu bagaimana orangnya, aku tidak tahu seperti apa hubunganmu dengannya, bagaimana kau bersikap terhadapnya, aku tidak tahu Lu, aku tidak bisa menjadi dirimu. Ini penipuan"
"Dengarkan aku" Luhan merengkuh tangannya dikedua bahuku, "Aku mungkin akan berada di Australia bersama Sehun sekitar sebulan atau lebih, jadi untuk kali ini aku mohon tolong jadilah diriku dan balas semua pesan Chanyeol sesukamu"
"Sesukaku?"
luhan mengangguk.
"Kau masih mencintai Chanyeol?" Aku bertanya dengan nada tegas. Jika dia ternyata masih mencintai mantan pacar sialannya itu aku tidak akan bisa melakukan ini. Sehun pria yang baik, dan dia harus diperlakukan dengan baik pula, terkadang aku benci sikap Luhan yang suka bermain-main dengan para pria padahal dia sudah memiliki seseorang yang mencintainya. Tapi apa yang bisa kulakukan, itu sudah menjadi kebiasaannya. Beberapa bulan yang lalu ia mendapat pesan pertama dari seseorang bernama Chanyeol, aku hanya tahu dari cerita Luhan bahwa Chanyeol adalah mantan pacarnya sewaktu di SMA dulu, dan mereka hanya berhubungan tidak lebih dari dua bulan. Tapi melihat bagaiamana ia tergila-gila dengan Chanyeol membuatku marah. Aku membenci penghianatan, aku juga membenci perselingkuhan. Dan pada akhirnya aku membenci Chanyeol yang membuat semua ini menjadi runyam. "Lu, jujurlah padaku, apa kau masih mencintai Chanyeol?"
"Tidak!" Luhan memekik didepanku sambil menyilangkan tangannya, "Demi Tuhan Baekhyun, aku tidak mencintainya, aku hanya menyukainya, tidak lebih, aku hanya bermain-main dengannya" ia memijit keningnya, "Jadi bagaimana? Bisakah kau berpura-pura menjadi aku? Hanya membalas pesannya, kau tidak perlu bertemu dengannya"
"Baiklah, tapi aku punya syarat"
Kedua alis Luhan berkerut, dia menutup matanya, menghembuskan nafasnya kemudian kembali memandangku, "Apa?"
"Setelah ini jangan pernah berhubungan dengan Chanyeol lagi. Cukup Sehun yang terakhir untukmu" Luhan terlihat berpikir, matanya menerawang dan keningnya berkerut, "Aku yang akan mengakhirinya untukmu, aku yang akan bilang pada Chanyeol. Tapi tolong jangan sakiti Sehun. Dia pria yang baik Lu, dia mencintaimu"
Luhan mendesah, "Oke, lakukan sesukamu"
Aku menghembuskan nafasku saat aku teringat percakapan itu, ini sudah sebulan aku berpura-pura menjadi Luhan, membalas pesan dari Chanyeol, dan semenjak aku tanpa sengaja mengangkat telefon darinya, pria itu lebih sering menelfonku daripada mengirim pesan seperti biasa.
Sialan. Sepertinya aku terjebak dalam masalah ini.
Oke Chanyeol orang yang menyenangkan, selama sebulan aku berhubungan dengannya, dia lumayan baik, tidak seperti yang kupikirkan sebelumnya, dia selalu ada disaat aku terpuruk karena kehilangan pekerjaan sialanku. Tapi semakin aku menyadari aku tertarik padanya aku semakin takut. Ini sudah melanggar batas-batasku, aku tidak seharusnya melakukan ini, aku tidak seharusnya menerima semua rayuan dari Chanyeol, aku seharusnya memutuskan hubungan Chanyeol dengan Luhan dari dulu, tapi ketika pria itu menelfon dan suaranya yang merdu itu mengisi telingaku membuatku kehilangan arah, aku bahkan tidak tahu aku berada dimana ketika berbicara dengannya. Dan kenyataan bahwa Chanyeol mengenalku sebagai Luhan membuatku semakin tidak nyaman.
Ini salah.
Tidak seharusnya semua menjadi seperti ini. Tapi aku tidak bisa menghentikannya.
Aku memejamkan mataku dan memijit kepalaku yang berdenyut. Tidak pernah menyadari dari dulu bahwa ketika menerima tawaran ini maka akan membuatku melibatkan perasaanku.
Astaga, apa-apan ini. Aku harus menghilangkan semua hal tentang Chanyeol, aku harus segera mengakhiri sandiwara bodoh ini. Seharusnya aku fokus untuk mencari pekerjaan bukan malah berdiam diri dikamar dan memikirkan pria itu.
Aku segera bangkit dari kasur dan mengambil Ipad. Siang ini aku akan mengirimkan beberapa lamaran kerja via email tidak lupa dengan melampirkan surat rekomendasi dari Mr. Kim, dan semoga itu berguna, jadi semuanya bisa menjadi lebih baik. Aku bisa mendapatkan pekerjaan dan tidak lagi hanya tidur-tiduran dikamar atau mendekam diapartemen seperti ini. Luhan belum kembali, tentu saja mereka pasti juga memiliki liburan yang menyenangkan. Beberapa hari ini Chanyeol tidak menghubungiku, mungkin dia sedang sibuk dengan bisnisnya.
Kenapa juga aku harus memikirkannya lagi?
Aku terkekeh. Demi tuhan, aku bahkan tidak tahu siapa Chanyeol. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa dia, seperti apa wajahnya, apakah dia tampan? Kuharap begitu karena Luhan tidak mungkin menyukai seorang pria dengan tampang dibawah rata-rata.
Apakah tubuhnya berotot? Kekar? Hot? Sexy?
Melihat bagaimana Sehun, bisa kupastikan Chanyeol juga hampir sama seperti Sehun, Luhan tidak mungkin menyukai pria dengan tubuh tinggi kurus tanpa lemak.
Lalu apakah dia memiliki seks yang hebat?
Pertanyaan macam apa ini? Aku memukul kepalaku yang mulai tidak berpikir secara rasional. Hentikan memikirkan chanyeol dan semuanya selesai, lagipula Chanyeol pasti tidak akan memikirkanku dia akan lebih memikirkan Luhan. Aku tertawa miris.
Akhirnya aku memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan, menikmati dimana aku menjadi pengangguran dan bisa hidup dengan bebas tanpa deadline tugas kantor, aku melewati kantor lamaku dan tidak berusaha menoleh, ini menyakitkan. Pada akhirnya aku berhenti di Starbucks hanya untuk membeli kopi, bersantai sejenak, lalu keluar dan memacu mobil Luhan tanpa tujuan.
Kegiatan seperti ini bahkan terulang sampai hari ketujuh. Ini sudah satu minggu semenjak aku mengirimkan lamaranku, dan aku belum mendapatkan panggilan untuk interview kerja. Aku mencoba mengecek kembali beberapa emailku tapi nihil. Tak ada panggilan kerja sama sekali. Jika terus seperti ini kurasa aku memang harus menemui Sehun dan meminta pekerjaan padanya.
Aku mulai merasa jenuh, hal terakhir yang bisa aku pikirkan untuk mengurangi kejenuhanku adalah, pergi ke bar, menari sampai kelelahan lalu mabuk. Ya, Kurasa aku butuh mabuk. Setelah seminggu yang membosankan ini aku perlu minum untuk melupakan semuanya dan kalau perlu one night stand.
Berjalan kearah lemari, aku mengganti pakaianku dengan t-shirt dan hot pants, mengikat ujung kaosku yang kepanjangan kepinggang, sehingga memperlihatkan perutku yang rata dan langsing. Mengikat rambut panjangku dan menggelungnya keatas memperlihatkan leher jenjangku kemudian menyapukan make up tipis diwajahku. Aku menatap wajahku dicermin. Mata coklatku menyala terang, dan wajahku cukup cantik meskipun tidak memakai make up yang berlebihan, terima kasih untuk ibu yang menikahi orang Inggris sehingga aku mendapatkan kecantikan alami seperti ini.
Sambil tersenyum aku menatap tubuhku, sempurna, aku terlihat seksi dan menggairahkan. Dengan menambahkan sepatu converse aku terlihat 8 tahun lebih muda dari usiaku dan tentu saja aku terlihat seperti gadis kuliahan nakal.
Aku terkikik kecil. Jika Luhan tahu aku berdandan seperti ini, aku yakin dia akan marah besar dan mengunciku dikamar sampai aku merubah penampilanku ini. Tapi dia tidak ada sekarang, aku bebas, dan waktu untuk bersenang-senang dimulai. Aku memasukkan Iphone dan dompet kedalam tas punggung kecilku dan persiapanku selesai. Aku menuruni tangga menuju garasi, masuk kedalam mobil Luhan lalu memacunya menuju bar langgananku bersama Luhan.
Barnya sangat ramai dan bising, tentu saja ini weekend. Aku menyapukan pandanganku kesekeliling bar, ada sekelompok remaja yang tengah mabuk dimeja diujung ruangan, sepertinya mereka melakukan pesta. Tatapanku beralih kelantai dansa dan tentu saja banyak sekali orang-orang yang menari, lantai dansa itu penuh sesak, lagunya menghentak cukup bagus untuk menghilangkan penat. Aku menatap Kai yang tengah melayani pelanggan dimeja bar, dan aku memutuskan untuk berjalan kesana sekedar menyapanya dan minum beberapa gelas.
"Hei baby, sendirian?" Kai menyapaku sambil mengocok minuman shake yang dimix dengan alcohol dan aku tidak tahu minuman macam apa yang diracik oleh Kai, melihat keingintahuan yang memancar dimataku Kai tersenyum, "Hanya menyiapkan minuman untuk pesta kelulusan mereka" sambungnya sambil menunjuk dagunya kearah sekelompok remaja yang tengah mabuk di dua meja diseberang, beberapa dari mereka bergabung kelantai dansa untuk menari.
"Berikan aku vodka" kataku sambil melepaskan tas punggungku kemeja bartender.
Kai mengambilkan satu gelas vodka dan aku meminumnya dalam sekali tegukan, "Kau terlihat berbeda malam ini, terlihat lebih fress dan lebih muda, ada masalah? Ini bukan seperti gayamu ketika pergi kesini"
"Aku ingin mencari pasangan, One night stand mungkin"
"Apa?" mata Kai membelalak, "Kau sudah gila?" pekiknya. Kai menyerahkan racikan minumannya kearah anak muda yang duduk disebelahku yang dari tadi terus memandangku, remaja itu mengambil minuman dari Kai, menyerahkannya keteman-temannya dan kembali bergabung denganku dimeja bartender, kembali memandangiku. Aku tahu matanya menjelajahi tubuhku, menimbang-nimbang seakan ingin mengatakan sesuatu dan aku tidak peduli.
"Berikan aku sebotol Kai"
"Tidak boleh, aku tidak akan membiarkanmu mabuk malam ini" Kai menolak dengan mata coklat besarnya yang tajam menatap kearahku dan aku mendengus, "tapi aku akan memberikanmu beberapa gelas, sepertinya kau sedang ada masalah" katanya sambil menyodorkan segelas vodka dan aku meneguknya kembali.
"Kau tidak tahu aku menjalani hari yang melelahkan sebulan ini" Aku menyodorkan gelas kosongku dan Kai menuangkan vodkanya kembali, "Aku kehilangan pekerjaanku dan sekarang aku pengangguran" Aku tertawa sumbang, meneguk kembali gelas vodka yang telah diisi Kai.
"Kemana Luhan? Kau bisa dibunuhnya jika pulang dalam keadaan mabuk"
"Luhan sedang berada di Aussi dengan kekasihnya, ayolah Kai kau beri aku sebotol, aku benar-benar ingin mabuk hari ini"
Kai menggeleng dengan keras dan aku kembali mendengus. Aku melompat dari kursiku dan sedikit terhuyung ketika kakiku menyentuh lantai. Untung ada sepasang tangan yang menahanku agar tidak terjatuh dan membantuku untuk mencari keseimbanganku. Astaga aku benar-benar tidak kuat minum alkohol, baru beberapa gelas dan tubuhku sudah limbung. Aku menatap kearah orang yang masih betah memegang bahuku, ketika kulihat bahwa dia adalah remaja yang duduk disampingku tadi aku tersenyum berterima kasih.
"Kurasa aku bisa mengajakmu menari" katanya sambil mengulurkan tangannya, "Taehyung"
Aku tersenyum dan meraih tangannya, "Baekhyun, dan ya, aku bisa menerima ajakanmu" kataku sambil menggandeng tangannya menuju lantai dansa.
Kami menari mengikuti irama yang menghentak. Taehyung menilaiku ketika aku bergerak, tatapannya menyapu seluruh tubuhku dan berlama-lama menatap perutku yang terbuka. Well….sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan anak muda ini.
Ketika musik berubah menjadi pelan, aku mendekatkan tubuhku kearah Taehyung, mengalungkan lenganku kelehernya dan kurasakan kedua tangan Taehyung melingkupi pinggulku, semakin merapatkan tubuhku kearahnya. Aku tersenyum menggodanya. Taehyung tidak banyak bicara tapi aku menyukai ketenangan ini. Aku menatap mata hitamnya yang tajam dan mulai mengamati wajahnya. Dia cukup tampan, alisnya tebal, tapi sayang dia masih muda. Jika bisa kuperkirakan dia pasti baru berusia sekitar awal dua puluhan.
"Kau sangat cantik" Taehyung mulai membuka percakapan, dan aku tertawa. Setelah sekian lama kita menari, dia hanya membuka pembicaraan dengan berkata aku cantik? Gaya anak muda dalam merayu, "Jadi apa sekarang Baekhyun?" katanya didekat telingaku, dan aku sedikit merinding ketika nafasnya menggelitik leher dan belakang telingaku.
"Apa yang kau mau?" Aku menjawabnya sambil membasahi bibirku dengan lidahku, menggoyangkan pinggulku menggesek pinggangnya dan kurasakan sesuatu dibawah sana menegang. Astaga miliknya menegang, padahal aku tidak melakukan apapun. Dasar gairah remaja.
"Kau benar-benar penggoda" Taehyung mengecup bibirku pelan dan tangannya mengelus pinggangku yang terbuka, sedikit meremasnya, membuatku bergidik geli, "kalau aku tidak salah dengar, tadi kau mencari pasangan untuk One night stand?"
"Dan kau ingin menawarkan dirimu?"
"Tentu saja, aku tahu motel yang bagus didekat sini" Taehyung mengelus perutku dan aku menahan tangannya yang mulai menjelajah sampai keban celana pendekku, "kau tentu tahu masalahku Baekhyun, kau bisa merasakannya, aku benar-benar tidak tahan"
"Berapa umurmu?"
Dia terlihat berpikir, "untuk apa kau bertanya umurku?"
"Hanya memastikan tebakanku"
"Tahun depan aku genap 20 tahun"
"Kalau begitu jawabannya tidak"
"Apa maksudmu?"
Aku kembali membasahi bibirku dengan lidahku dan tersenyum, "Aku tidak tertarik dengan remaja" bisikku, "Kau tahu berapa umurku?" Dia mengerutkan keningnya, "24 tahun boy, dan aku tidak mau berhubungan dengan pria dibawah 20 tahun, kau mengerti"
"Sialan, wajah dan tubuhmu terlihat seperti kau lebih muda dariku" Aku tersneyum dan ia melingkarkan tangannya dipinggangku dan menarikku mendekat. "Aku tidak pernah merasakan berhubungan dengan wanita yang lebih tua dariku, kukira kita bisa mencobanya"
"Aku tidak tertarik" bisikku ditelinganya.
Dia mendesah, "Apa kau mau minum lagi? Margarita mungkin"
"Kau mau membuatku mabuk?"
"Jika itu bisa membawamu ketempat tidur bersamaku, jawabannya adalah ya"
Aku tertawa, melepaskan tanganku dari lehernya dan menjauhkan tubuhku darinya, kemudian aku menyentuh pipinya, "Kau masih muda Taehyung, jangan buang masa mudamu hanya untuk bermain wanita, itu tidak bagus" Aku menepuk pipinya pelan dan melenggang meninggalkannya menuju meja bartender, kudengar dia mengumpat dibelakangku dan aku hanya tersenyum.
Saat aku berjalan menuju meja bar beberapa mahasiswa datang menghampiriku dan aku menolaknya, kurasa mereka teman-teman Taehyung yang sedang berpesta, beberapa diantaranya mabuk.
Aku memesan sebotol bir dan kali ini Kai memberikannya. Setelah aku meminum setengah botol, Aku menatap kelantai dansa dan aku tidak menemukan Taehyung disana, mungkin dia sedang menyelesaikan masalahnya ditoilet dengan teman gadisnya atau siapapun yang dia temui aku tidak peduli.
Mataku berkelana untuk melihat sekitar, ada beberapa orang berjas duduk sambil tertawa bersama beberapa gadis yang melingkupinya. Tapi kenapa mereka tidak menggodaku? Mungkin dengan dandananku yang seperti ini orang-orang mengira aku masih berumur dibawah 20 tahun dan mereka memutuskan untuk tidak menggodaku.
Sialan. Aku tidak percaya bahwa hari ini aku hanya digoda oleh sekumpulan mahasiswa.
Aku mulai membuka tasku dan mengeluarkan ponselku. Pandanganku buram. Aku mabuk. Tapi aku masih bisa membaca beberapa tulisan yang terlihat didalam ponsel.
Ada lima panggilan tak terjawab. Dan semuanya dari Chanyeol.
Tentu saja, ponsel yang kubawa adalah Iphone milik Luhan, Bodoh. Aku meninggalkan Iphoneku dirumah. Aku membuka daftar panggilan dari Iphone putih itu dan melihat bahwa semua panggilan yang tersimpan disana hanyalah untuk Chanyeol.
Aku tertawa.
Chanyeol. Sedang apa dia sekarang? Apa dia sudah tidur? Jam berapa sekarang? Kurasa ini sudah sangat larut, dan mungkin jika aku menelfonnya sekarang, dia tidak akan mengangkatnya karena tengah tertidur pulas. Bagaimana jika aku mencoba keberuntunganku.
Aku mulai memencet tombol panggil. Masih tidak percaya bahwa aku menghubungi Chanyeol. Kau tahu, aku menghubunginya terlebih dahulu. Hebat.
"Luhan"
Oh Tuhan. Dia mengangkatnya. Suaranya terdengar terkejut. Dan terus terang aku juga terkejut dia mengangkat telfonku.
Otakku mulai berputar….aku mencari kata yang tepat untuk bicara padanya. "Umm….aku sedang mencoba keberuntunganku. Kukira kau sudah tidur" kataku padanya. "Jadi berhubung kau terlanjur mengangkatnya kukatakan satu hal padamu dan tolong ingat baik-baik. Ini telefon terakhir kita. Mulai dari sekarang menjauhlah dari hidupku! Kau orang kaya Chanyeol, kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau inginkan, tapi kenapa kau masih merayuku? Ini aneh. Apa kau benar-benar menyukaiku?" Aku berkata panjang lebar dan tentu saja ini semua karena pengaruh alkohol.
"Luhan, kau mabuk?"
"Apa pedulimu"
"Kau dimana sekarang?"
"Tentu saja di bar"
"Bar mana?" Suaranya terdengar tegas.
"Sebuah bar yang ramai ditengah kota Seoul"
"Dengan siapa kau disana?"
"Sendirian"
"Bagaimana kau pulang?"
"Aku bawa mobil, dan aku bisa mengendarainya" pembicaraan ini sangat aneh, "Kenapa kau mengalihkan pembicaraanku Chanyeol, aku mengatakan padamu agar kau menjauh dariku"
"Luhan, katakan padaku dimana kau sekarang" nada suaranya terdengar putus asa. Putus asa? Apa dia putus asa karena mendengarku mabuk sendirian dibar?
Aku membayangkan dia sekarang sedang mondar mandir dikamarnya dan memikirkan tentang bagaimana diriku yang terjebak disebuah bar, sendirian dan dia frustasi karena tidak bisa menemukanku. Gambaran ini membuatku mengerutkan keningku dan tertawa, aku seperti membayangkan bahwa Chanyeol benar-benar menyukaiku. Oh ralat dia menyukai Luhan bukan aku.
"Luhan, Sialan. Tolong katakan padaku dimana kau sekarang?" Dia mendesah panjang, "Brengsek aku tidak bisa membayangkan kau sendirian dibar itu. Dimana Sehun?"
"Di Australia bersama kekasihnya"
"Apa?"
"Oh sialan, kurasa aku benar-benar mabuk" Aku kembali menegak botol birku dan menatap Kai yang memperhatikanku sambil menyipitkan matanya, "Sehun adalah pacar Luhan, dan itu adalah aku, benar kan?" Aku tertawa.
"Demi Tuhan kau dimana sekarang? Aku akan menjemputmu"
"Aku di Bar, dan kau tidak perlu menjemputku"
"Ya Tuhan Luhan, tolonglah…"
"Selamat tinggal Chanyeol" Aku langsung mematikan ponselku dan menaruhnya dimeja bar, meraih botol birku dan menegaknya kembali. Ponsel itu berkedip lagi. Aku memencet tombol terima dan suara umpatan Chanyeol memenuhi telingaku.
"BRENGSEK!! DIMANA KAU SEKARANG?!!" Suaranya kali ini meninggi.
"Aku di….hei kenapa kau mengambil ponselku?' Aku berteriak saat Kai merebut ponselku dan mulai menjauhkannya dariku. Aku tidak bisa meraihnya karena terhalang oleh meja bar. Kai menempelkan ponsel ditelinganya dan menyebutkan nama bar tempat aku berada sekarang.
Sialan dia memberitahu Chanyeol. Lalu dia menyerahkan kembali ponselku sambil meringis. "Brengsek kau Kai!" kataku sambil mengambil ponsel itu dan turun dari kursi.
"Kau mau kemana Bsekhyun?" Kai menahanku ketika dia tahu aku akan pergi. Aku hanya mengumpat dan mencoba keluar dari bar secepat mungkin. Ponsel yang berada digenggamanku bergetar dan aku tahu Chanyeol sedang dalam perjalanan kemari. Aku mengabaikannya.
Sialan bar sangat ramai. Aku terhuyung-huyung melewati kerumunan. Tentu saja semakin malam bar ini semakin ramai. Iphoneku masih terus bergetar dan aku TIDAK PEDULI. Aku tidak akan mengangkatnya. Aku tidak akan berhubungan lagi dengan Chanyeol. Malam ini semuanya resmi selesai.
Akhirnya aku berhasil melewati pintu keluar dengan beberapa kali dorongan dan aku langsung menghirup udara segar. Udara diluar benar-benar sejuk.
Aku berjalan sambil terhuyung dan menabrak bahu seseorang, Iphoneku terjatuh. "Maaf" gumamku sambil mengambil Iphoneku. Ketika aku mendongak orang itu sudah pergi. Sialan dia bahkan tidak membantuku berdiri.
Aku menghembuskan nafas panjangku. Udara malam yang dingin sedikit menjernihkan otakku. Meskipun suara bar masih kencang terdengar namun aku cukup merasa segar berada disini. Aku mulai berpikir, Kenapa aku harus lari? Chanyeol tidak mengenalku, dia hanya mengenal Luhan, tentu saja dia tidak tahu wajahku. Meskipun dia datang menjemputku ke bar, dia tidak akan tahu siapa aku. Dan dia tidak akan menemukanku.
Bodoh.
Jadi kenapa aku harus lari ketakutan seperti pencuri yang ketahuan?
Alkohol sialan ini mematikan otakku.
Iphoneku kembali bergetar dan kali ini aku mengangkatnya tanpa ragu. Toh meskipun aku mengangkatnya Chanyeol tidak akan tahu siapa aku.
"Halo"
"Dimana kau, aku sedang mencarimu di bar"
Bagus dia sudah disini, aku menoleh kekanan dan kiri, melongok kedalam bar dan tentu saja aku tidak menemukan siapapun. Pada akhirnya aku mendesah. Aku tidak tahu wajah Chanyeol jadi bagaimana aku memastikan bahwa dia sedang mencariku.
"Luhan kau dimana?"
"Aku….aku sudah pulang" kataku sambil berjalan menuju tempat mobil yang kuparkir, tapi mendadak perutku bergejolak. Sialan jangan muntah sekarang.
"Jangan bohong, kau masih disini, aku masih bisa mendengar suara musik" Chanyeol terdengar sedang berbicara dengan seseorang, aku tidak terlalu memperhatikannya, perutku mual, dan rasanya seperti diaduk-aduk. Oh Tuhan aku akan muntah.
"Chanyeol…."
"Luhan, apa yang terjadi?" Suaranya terdengar panik.
Aku tidak bisa menahannya lagi, aku berlari menuju semak-semak dan memuntahkan semua isi perutku. Kepalaku pusing, dan cairan menjijikkan itu terus keluar dari dalam mulutku. Rasanya pahit. Demi Tuhan, aku bersumpah aku tidak akan mabuk sendirian lagi.
Aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku, menyandarkan dahiku kedinding beton sambil menempelkan ponsel ditelingaku.
"Luhan….." suara Chanyeol terdengar dekat, "Aku menemukanmu"
Tubuhku membeku, aku menegang, tidak berani berbalik, perutku rasanya seperti diaduk kembali. Oh Tuhan jangan biarkan aku muntah lagi. Dan aku tidak bisa menahannya kembali ketika lambungku menekan dan cairan menjijikkan itu keluar lagi dari mulutku. Aku merasakan seseorang menepuk punggungku.
"Ya Tuhan Baekhyun, kau tidak apa-apa?" Itu Kai, dan dia memijit tengkukku. Aku menepis tangannya agar menjauhiku karena itu membuat perutku tambah mual. "Ini yang kukhawatirkan tadi. Jika Luhan ada disini dia pasti akan membunuhku karena membiarkanmu sampai seperti ini. Sialan baby" Kai mengumpat. Dan kepalaku serasa berputar. Ketika sudah tidak ada lagi cairan yang keluar, tenggorokanku rasanya seperti terbakar, tercekik dan muntahan kering melandaku.
Ini buruk sekali.
Ketika getaran ditubuhku sudah mereda. Dan perutku sudah merasa mendingan, aku menghapus sisa-sisa muntahan di bibirku dengan punggung tanganku. Lalu menghembuskan nafasku sambil berbalik. Saat itulah aku melihatnya.
Chanyeol.
Aku mengerjabkan mataku beberapa kali.
Dia benar-benar….tampan, dengan sepasang mata coklat yang tersembunyi dibalik tirai lembut bulu mata hitam dan tebal. Tidak heran jika Luhan sangat mengagung-agungkan Chanyeol. Auranya benar-benar mempengaruhi gairah seorang wanita bahkan meskipun hanya secuil sekalipun. Tubuh tegap berototnya dengan wajah yang membuat para Dewa menangisi hari kelahirannya, dia telah membuat duniaku runtuh saat itu juga.
Ini bukan manusia.
Dewa Yunani terlahir kembali.
Disini. Didepanku.
Chanyeol menatapku dengan pandangan terkejut, bingung, dan apa itu….kecewa? Entahlah aku tidak bisa menyelami pikirannya. Saat ini aku hanya tahu bahwa aku sudah mati.
Skak mat.
Aku ketahuan.
"Oh baby, tadi temanmu ini bilang bahwa dia mencari Luhan, aku bilang padanya bahwa Luhan berada di Australia dan aku yang memberitahunya bahwa kau yang berada disini, mabuk dan aku membantunya mencarimu" Kai memelukku tapi aku terlalu terguncang hingga aku tidak mampu untuk membalas pelukannya. Mataku terkunci pada mata Chanyeol yang menatapku dengan tajam. "Apa kau baik-baik saja baby?" Kai melepaskan pelukannya. Aku hanya terdiam kaku, "Baekhyun….baby kau baik-baik saja?" Dia bertanya lagi, setelah kesadaranku kembali aku menatapnya dan mengangguk. "Well…karena sudah ada yang akan mengantarmu pulang kurasa aku akan tenang sekarang" Kai memelukku kembali kemudian berbalik dan berjalan kearah Chanyeol, "Jaga dia baik-baik bro, antar dia pulang, aku mengandalkanmu"
Chanyeol hanya mengangguk dan tersenyum.
Dia tersenyum.
Oh Tuhan, ketika Kai meninggalkan kami berdua, rasa malu menjalari tubuhku. Aku tidak pernah bisa membayangkan bahwa aku ketahuan dalam situasi seperti ini. Dia melihatku ketika aku sedang memuntahkan isi perutku, didepannya, dalam kondisi wajah yang acak-acakan, t-shirt dan sepatu yang terkena cipratan muntahan. Ini benar-benar menjijikkan, aku berani bertaruh, dia akan memarahiku bahkan mengumpat padaku saat ini juga.
Aku menghela nafasku, menatap wajahnya yang tenang. Aku harus bagaimana sekarang? Apakah aku harus minta maaf? Apakah aku harus menjelaskan kenapa aku berbohong? Tapi jika aku harus menjelaskan dalam situasi seperti ini, aku benar-benar akan mempermalukan diriku sendiri. Aku melihatnya mengangkat ponselnya dan menyentuhkannya ditelinga kanannya, seketika itu juga Iphone yang berada digenggamanku berbunyi.
Chanyeol.
Dia menghubungiku padahal dia tepat berada didepanku.
Aku memncet tombol terima, dengan tangan kebas aku menyentuhkan Iphone itu ketelingaku.
"Hei Luhan….aku akhirnya menemukanmu"
Dia tersenyum dan berjalan mendekat kearahku, wajahnya tepat berada didepan wajahku, jarak sekitar 10 senti ini benar-benar membuat dadaku sesak, dia benar-benar tampan, hidungnya mancung, rahangnya terpahat dengan sempurna. Bibirnya penuh. Sulit mempercayai tubuhku yang tengah mabuk saat ini jika aku tengah mengagumi ketampanan seseorang ketika hidupku dipertaruhkan.
"Kenapa kau diam saja Lu? Atau kita harus berkenalan lagi dari awal?"
-To Be Continued-
