A/N : Hallo para reader sekalian. Ini fan fiction pertamaku, silakan dibaca. Aku sudah join sejak jaman dahulu kala tapi baru sekarang nge-post fic. Semua ini berkat dukungan kawan-kawan yang memberikan keberanian untukku agar bisa nge-post fic ga karuan ini. Fic ini adalah TWO-SHOTS! Jadi tamatnya di chapter depan, dan sepertinya suasana romantis yang Len-Rin ciptakan akan terasa mulai di chapter depan *BOKA!* Baik… Happy reading =w=

Discalimer : Kalau aku punya vocaloid aku ga bakal bikin Len tersiksa di 'Servant of Evil' PV.

Pairing : LenxRin

Chapter 1 begin


Orange Special

Len's POV

"Jeruk~~~!" Rin berteriak dengan nada penuh kegirangan. Matanya berbinar-binar. Setelah melihatku membawa sekantung penuh jeruk dan pisang—makanan sekaligus buah yang paling enak di dunia (tentu saja menurut pendapatku) Rin segera bergegas menghampiriku.

"Len! Jeruk ini kau beli untuk siapa?" Tanya Rin cepat, bahkan di telingaku kata-katanya terdengar seperti tanpa jeda—"Len!Jerukinikaubeliuntuksiapa?"

Tentu saja kubeli untukmu, memang siapa lagi, pikirku geli. Namun melihat matanya yang berbinar-binar itu membuatku merasa ingin menggodanya sedikit.

"Ehm, Rin. Jangan pernah sentuh jeruk ini. Soalnya ini jeruk yang dipesan Miku-nee." Kataku berbohong. Wajahnya yang bersinar segera berubah dengan wajah murung. Keadaannya yang berubah drastis itu membuatku ingin terjatuh dan tertawa sekerasanya. Namun aku tahu hal itu hanya akan membawaku kepada 'meremukanku dengan road roller' yang biasa Rin lakukan padaku pada saat dia merasa kesal padaku.

"Len… Padahal kau tau aku suka jeruk. Tapi tega sekali kau tidak membelikanku beberapa." Wajahnya berubah dari sedih menjadi marah. Dia memutar tubuhnya, pita putih yang ia kenakan di atas kepalanya bergerak dengan lucu di setiap gerakan yang Rin buat. Punggungnya yang kecil menghadapku, sehingga aku tidak dapat menebak ekspresi apa yang dia buat. Maksudku… mungkin bisa kutebak. Dia sedang marah. Sepertinya aku menggodanya terlalu jauh, bodohnya aku membuat lelucon dengannya, kalau sudah berhubungan dengan jeruk itu sudah menjadi hal yang tabu. Aku menghela nafas panjang.

"Rin, berhentilah berbuat kekanakan. Kalau kau mau berhenti marah aku akan membuatkanmu sesuatu yang spesial." Kataku ragu. Sebenarnya memang tidak ada hal spesial yang ada dalam rencanaku. Tapi mau apa lagi, kesalahanku terbawa dengan mata berbinarnya sehingga aku menggodanya dan berakhir seperti ini.

"Tidak ada hal spesial selain jeruk."

Sudahlah Len, mengaku saja kalau jeruk-jeruk ini kau beli untuk Kakakmu, aku dapat mendengar diriku yang lain berkata. Aku tidak bodoh, kalau aku mengaku hanya akan membuat Rin semakin marah. Kembali kuputar otakku, mencari-cari hal yang mungkin Rin senangi. Jeruk, jeruk, jeruk. Sudahlah, berpikir sekeras apa pun juga jeruklah sesuatu yang hanya Rin sukai di dunia ini.

"Ugh, bagaimana kalau sesuatu yang spesial yang berhubungan dengan jeruk?" kataku kembali setelah keheningan selama beberapa menit. Rin sedikit bergetar setelah kata-kataku yang terakhir barusan kuucapkan. Beberapa detik setelahnya Rin memutar tubuh sehingga sekali lagi dapat kulihat matanya yang berbinar-binar. Dengan tiba-tiba dia melingkarkan lengannya ke tubuhku.

"Aku suka~~~ sekali pada Len!"

Jangan berpikir aku lah yang disukai Rin selain jeruk. Bahkan bisa kutebak, seperti apa pun orangnya, kalau orang itu memberikan Rin jeruk. Dia akan tetap mengatakan 'suka' pada orang itu, sekalipun yang memberi adalah orang gila atau banci dan sejenisnya

"Lho, Len? Ada apa?" Rin menatapku cemas setelah dia melepaskan pelukannya dariku. Uh, oh. Sepertinya aku merasa tubuhku memanas. Jadi selama beberapa saat wajahku…

.

.

…. Memerah?

"…Len?"

Aku segera menangkap kesadaranku kembali, setelah berhasil kudapatkan aku berusaha tersenyum lembut pada Rin, seperti tidak terjadi apa-apa. Apa aku salah melihat pipinya memerah? Ah, pasti itu hanya imajinasiku.

"Ng… Kalau begitu aku kembali ke kamar ya, Len. Kutunggu sesuatu yang spesial darimu." Dia mengedipkan matanya padaku, aku hanya menanggapi dengan wajah yang memerah. Setelah aku mendengar bunyi pintu tertutup di lantai atas, tanda Rin telah masuk ke dalam kamarnya. Aku menghela nafas. Baik, setelah beberapa kejanggalan yang kulakukan selama bersama Rin, sekarang aku mau mengaku. Aku menyukai Kakak kembarku sendiri. Bahkan aku lebih menyukainya daripada pisang.

Hal tersebut adalah hal tertabu yang pernah aku rasakan, mungkinkah aku sakit? Menyukai refleksimu sendiri… Apa hal itu bisa disebut… Narsis?—Entah apa artinya. Tapi aku merasa Rin tidaklah mirip dengan diriku, menurutku dia adalah gadis yang manis, matanya lebih indah dariku, lebih biru dariku, rambutnya lebih lembut dan indah dariku, warnanya yang berwarna madu emas selalu membuatku ingin mencoba menyentuhnya, dengan pita besar yang membuatnya makin terlihat manis. Harum tubuhnya yang memancarkan buah kesukaannya—Jeruk. Walau aku sadar tubuhnya tidak berbentuk seperti Meiko-nee, Miku-nee atau Luka-san. Tetap saja Rin adalah gadis yang paling ma— aku segera memupuskan pikiran-pikiran itu dari otakku, sebelum wajahku benar-benar panas. Berusahalah kembali ke pokok masalah, Len! Hal spesial apa yang harus aku berikan terhadap Rin yang telah kujanjikan secara asal-asalan?


"Sesuatu yang bisa dilakukan dengan jeruk?" Miku-nee menatapku bingung. Mungkin dia merasa aneh dengan pertanyaanku mengenai jeruk. Karena aku terlalu bingung maka aku mencoba bertanya dengan Vocaloid yang lain. Aku mengangguk dengan semangat menanggapi Miku-nee, dia memutar bola matanya ke atas. Sambil menepuk-nepuk dagunya. Aku masih menunggunya dengan tidak sabar.

"Hm, kenapa tidak kau makan dengan biasa saja?" tanyanya kembali, aku merasa permasalahan ini semakin rumit bila kujelaskan. Aku mengacak rambut belakangku dengan tangan kanan, kutatap kakiku sendiri. Sambil berpikir kugigit bibir bawahku.

"Begini…. Aku ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Rin, tapi aku bingung apa yang harus kuberikan padanya. Sesuatu yang spesial yang berhubungan dengan jeruk, tentu dia akan lebih senang kalau kuberikan sesuatu yang lebih istimewa."

Miku-nee terlihat cerah setelah mendengar penjelasanku, "Haha, begitu? Lenny mulai akan menyatakan cintanya pada Rinny?" ternyata dia berniat menggodaku!

"Tidak, Miku-nee! Aku hanya… hanya…" Aku tak bisa berkata apa-apa, aku tidak tau apakah aku harus mengatakan bahwa ini semua karena kesalahan konyolku.

"Oh, tidak usah malu Lenny! Aku mendukungmu! Pasti Rinny akan senang kalau kau memberikan dirimu! Ups, haha, bercanda. Ini terlalu dewasa untuk kalian."

"Miku-nee!" Sekarang wajahku benar-benar memerah, bahkan bisa kurasakan panasnya menjalar hingga ke telinga, setelah beberapa saat aku tersadar.

"Tunggu! Miku-nee, kenapa tau kalau aku su…su…"

"Suka pada Rin? Tentu, semuanya sudah tau kok! Kami tau dari sikapmu, cara memandangmu terhadap Rin-chan."

Mulutku terbuka lebar, mataku menatap Miku-nee dengan tatapan kosong, namun wajahku masih semerah tadi. "Kalau begitu… Rin… Rin…"

"Oh, kalau Rinny dia belum tau kok, mungkin. Tapi coba kau pastikan saja." setelah mendengar penjelasan dari Miku-nee aku menghela nafas lega.

"La… lalu hal istimewa yang aku tanyakan."

"Aku rasa Rin sudah senang kalau kau berikan dia sekantung jeruk."

"Tidak bisa. Aku sudah janji akan memberikan sesuatu yang spesial untuk diri Rin!"

Kedua mata hijau Miku-nee melebar, sepertinya dia kaget melihatku yang berteriak tiba-tiba. Aku segera tersadar kalau aku membentak Kakakku sendiri. "Go… gomen, a…aku."

"Lenny benar-benar imut kalau marah~~~!" Miku-nee memeluku setelah melompat-lompat beberapa kali.

Kesalahanku…


"Bakaito, maksudku… Aniki, aku mau tanya… Sesuatu yang spesial yang bisa dilakukan terhadap jeruk itu…"

"Es krim dengan krim jeruk! Atau bisa juga es krim dengan rasa dasarnya jeruk, dipadu dengan kacang atau permen, bisa juga kismis… Oh, tidak juga…. Mungkin, paling enak memang rasa Haagen Daz"

Kesalahanku…

"Ada apa Shota-Len?" Tanya Gakupo-san yang tiba-tiba datang dari kamarnya, yang memang terletak berada di dekat ruang keluarga.

"Aku tidak shota! Oh, ngomong-ngomong, apa yang bisa dilakukan dengan jeruk?"

Gakupo-san menaikan alisnya sembari menatapku, "Kenapa kau tanya hal itu?"

Oh, sial! "Hanya… tugas sekolah! Ya, ya! Sesuatu yang bisa dilakukan terhadap jeruk!"

"Hm..? Tapi aku hanya tau bagaimana cara memperlakukanmu Lenny." Dia menjawab sembari menyeringai, aku mundur beberapa langkah darinya, kurasakan bulu kudukku meremang. "Haha… Sudahlah kalau tidak tau. Aku tanya pada yang lain saja."

Kesalahanku…


"Meiko-nee… Aku…"

"Hoah! Len-Len? Sejyak kwapan kau punyan empat sauwdara kwembar?" Oh, bagus. Sekarang Meiko-nee sedang mabuk. Bisa kulihat dari botol-botol sake yang bergelimpahan di sekeliling tubuhnya yang sedang tidak sadarkan diri.

Kesalahanku…


"Luka-san! Aku…"

"Tidak usah kau tanyakan Len, aku sudah tau 'apa' yang akan kau katakan… "

"A..apa?"

"Ding Dong! Seratus untukku! Kau mengatakan 'apa'!"

Aku mengerjap mataku berkali-kali sebelum mendapat kesadaranku kembali, "A… anu."

"Bercanda, aku sudah bisa menebak kau mau menanyakan sesuatu soal jeruk."

"Eh?"

"Itu semua karena kebodohanmu, makanya kau terpaksa mencari-cari tau soal sesuatu yang istimewa yang melibatkan jeruk."

"Ke…"

"Oh, tentu aku tau."

Bagaimana aku bisa lupa kalau Luka-san adalah penyihir. Haha.

Kesalahanku…

"Kalau begitu, apa Luka-san bisa memberi saran?" Luka-san tidak menjawab, malah berjalan menuju bawah kolong tempat tidurnya, dia mengeluarkan sebotol cairan berwarna merah muda dengan warna yang didominasi kuning. Luka-san kembali duduk di hadapanku dan menyodorkan cairan itu di hadapanku. "Ambil ini."

"Apa ini, Luka-san?"

"Cairan yang bisa membuat jeruk spesial! Kau rendam sebuah jeruk dengan cairan ini. Maka jeruk itu akan menjadi… Istimewa."

"Hm… Arigatou."

To Be Continued…


A/N : Selesai chapter pertama sekaligus fan fiction pertama yang aku buat. Tapi bukan benar-benar kubuat sendiri. Aku dibantu beta readerku =.=a Tapi kalau pun masih ada banyak kesalahan di sana-sini aku mohon maaf. Mohon review? Dengan review aku bisa semangat dalam meneruskan cerita ini. Review?