Disclaimer: semua karakter di sini punyanya JK Rowling, bukan punya saya :D
Warning: drabble, OOC, gaje, abal
ABOUT US
Part One: Bad Luck... Or Good Luck?
Ginny Weasley POV
"Ginny! Cepat, kita hampir terlambat masuk ke Kelas Ramuan! Kau kan tahu sendiri Professor Snape itu killer?" Luna mengingatkanku dengan cemas. "Nanti kita kena detensi lagi loh!"
Aku pun bergegas membereskan semua barangku ke dalam tas. "Lebih baik aku tidak cari gara-gara lagi dengan Professor Snape, aku kan baru kena detensi minggu lalu." pikirku dalam hati. Aku melirik jam tangan pemberian ibuku. "Ya ampun, hampir telat! Ayo lari, Luna!" Aku pun berlari sambil menarik tangan Luna.
Sayangnya, hari itu aku sedang kurang beruntung. Di koridor, tanpa sengaja aku menabrak seorang anak laki-laki. Okelah kalo dia orang biasa, tapi ada beberapa alasan yang membuatku tidak enak:
Pertama, dia itu kakak kelasku.
Kedua, dia itu cakep banget. Dan dia adalah cowok paling populer di sekolah.
Ketiga, aku menabrak dia sampai jatuh terjerembab.
Keempat, barang-barang kami jatuh berantakan.
Dan yang terakhir, yang paling menyebalkan adalah, kejadian itu membuat dua pasang mata memelototiku marah. Sepasang adalah milik Romilda, teman seangkatanku yang sudah lama naksir kakak kelasku itu. Okelah, itu biasa. Sepasang yang lain adalah milik sahabatnya, yang tidak lain adalah kakakku sendiri, Ron.
"Eh! Kalo jalan liat-liat dong!" bentak Romilda.
"Maaf, aku buru-buru soalnya." jawabku.
"Alah, pake alesan segala! Awas kamu yah!" bentak Romilda. "Kamu baik-baik aja kan, Harry?" tanya Romilda dengan nada yang berbeda 180 derajat alias lembut.
"Aku gak kenapa-kenapa kok." jawab Harry. Betul! Kakak kelasku itu adalah Harry Potter, The-Boy-Who-Lived.
"Kamu gak kenapa-napa kan?" tanya Harry dengan senyum ramah.
Butuh waktu tiga detik untuk sadar dari lamunanku tentang wajah gantengnya itu. "Ah, iya, gak kenapa-napa kok." jawabku sambil tersipu malu. Gen Weasley membuat mukaku cepat memerah.
"Sini, aku bantuin beresin ya." katanya sambil membantuku membereskan barang-barang yang terjatuh.
Romilda yang melihat itu langsung pergi sambil menghentakkan kakinya. Mungkin karena cemburu atas perhatian Harry padaku.
Sedangkan Ron, dia itu kakak yang kurang pengertian. Bukannya membantu adiknya yang terjatuh, dia malah ikut marah padaku.
"Kamu kenapa sih jalan aja pake lari-lari segala? Kan nabrak jadinya? Pelan-pelan kan bisa?"
"Ih, aku kan udah minta maaf? Jangan marah gitu dong. Bantu beresin kenapa?"
"Ya sudah, tapi lain kali hati-hati! Jangan lari!" pesan Ron.
"Ya ampun Ron, kau mirip sekali Mum!" kataku sinis.
Luna, yang dari tadi menungguku, dan aku hampir melupakannya karena insiden kecil ini, menarikku dan berkata pelan, "Kelas Ramuan, kau ingat kan, Ginny?"
Sial! Aku pasti telat. "Eh, aku duluan ya, masih ada kelas. Dah, Ron. Dah, Harry." pamitku pada mereka. Aku dan Luna terburu-buru datang ke Kelas Ramuan. Tentu saja kelas sudah berjalan cukup lama. Untungnya, hari ini Professor Snape tidak memberiku detensi lagi. Tapi, raut mukanya tidak senang. Dan seluruh pandangan murid Gryffindor dan Ravenclaw di kelas menatapku dan Luna kesal ketika Professor Snape berkata, "Potong 50 angka dari Gryffindor dan Ravenclaw!"
Yah, aku hanya dapat memberikan pandangan meminta maaf pada mereka, terutama pada Luna. Karena akulah dia terlambat kan?
Luna hanya mengedikan kepalanya dan segera mengambil tempat kosong. Dan kami pun melanjutkan pelajaran hari itu.
TBC
Gimana? RnR please?
