We Fight Together, We Win Together
Hetalia x Monster Hunter crossover - (Hunter!Nordics x Hunter!Reader)
Warning: Slight gore inside
Hunter's info:
Mathias (Denmark):
Armor: Khezu armor (blademaster)
Weapon: Lagiacrus Switch Axe
Berwald (Sweden):
Armor: Rathian armor (blademaster)
Weapon: Plesioth Great Sword/Bone Lance+
Lukas (Norway):
Armor: Plesioth armor (gunner)
Weapon: Lunastra Bow
Tino (Finland):
Armor: Anteka armor
Weapon: Qurupeco Light Bowgun
Emil (Iceland):
Armor: Silver Rathalos armor (blademaster)
Weapon: Khezu Hunting Horn
You:
Armor: Rathalos armor (blademaster)
Weapon: Teostra SnS/ Plesioth Long Sword
CHAPTER 1: THE BEGINNING
"Kau adalah seorang pemburu monster di sebuah dunia antah berantah yang menyimpan sejuta misteri dan dihuni oleh monster-monster liar dan berbahaya. Kau bersama dengan kelima teman-temanmu adalah sahabat sejak kecil. Kalian selalu bersama kemanapun, dimanapun, dan kapanpun. Kalian berenam tinggal serumah dan menjalani kehidupan bersama-sama. Suatu hari, tersiar kabar bahwa terjadi pertarungan antara Fatalis dan Kushala Daora. Keduanya adalah monster terkuat dan Kushala Daora kalah setelah lehernya digigit oleh Fatalis. Kabarnya Kushala Daora melarikan diri ke desa tempat kalian tinggal, desa Pokke. Namun entah apakah rumor itu benar atau tidak."
Pukul 08.30, suatu pagi yang cerah di sebuah desa yang tenang di dekat pegunungan salju. Desa yang bernama desa Pokke. Penduduk saling bercengkerama satu sama lain, berdagang, anak-anak yang bermain, dan penduduk yang hilir-mudik dengan seekor makhluk herbivora besar, Popo. Benar-benar damai dan tenang. Aktivitas di desa ini berjalan dengan begitu baik, demikian di rumahmu dan kawan-kawanmu.
Kau sedang menyiapkan makanan di meja makan, teman baikmu Tino sedang memasak di dapur. Berwald sedang membersihkan salju yang menumpuk di atap rumah dengan sekop, Lukas sedang menjemur pakaian di halaman depan, Emil sedang membereskan gudang, sedangkan Mathias sedang mandi. Aktivitas di rumahmu begitu padat. Namun kalian semua akan berkumpul bersama di meja makan saat makanan telah selesai disiapkan.
Beberapa saat kemudian, Tino memanggilmu untuk membawakan masakan yang terakhir ke meja makan. "_(namamu)! Tolong bawakan yang ini ya! Ini masakan terakhir kok!" Panggilnya sambil mematikan kompor. "Siap! Sesudah ini aku panggil semuanya ya!" Jawabmu sambil datang ke dapur dan membawakan masakan terakhir itu ke meja makan. "Oke!" Jawab Tino lagi.
Kamu membawakan masakan itu ke meja makan yang telah penuh dengan masakan yang enak. Ada sup, daging, sayuran tumis, telur, dan buah-buahan. Semuanya menggodamu untuk segera memakannya. Namun kamu tetap menahan diri untuk tidak memakannya duluan karena tugasmu yang terakhir adalah memanggil semua teman-teman. Kamu mulai pergi ke halaman depan untuk memanggil Lukas dan Berwald.
"Lukas! Berwald! Makanannya sudah jadi!" "Hah? Baiklah.." Jawab Lukas sambil menoleh. Dia lalu menggantung pakaian yang terakhir dan berjalan masuk. Sedangkan Berwald membersihkan sisa-sisa salju dan turun ke bawah lalu mengikuti Lukas masuk.
Lukas dan Berwald duduk di meja makan dan menyiapkan piring, garpu, dan sendok. "Makanannya terlihat enak." Kata Berwald. "Ya. Tino yang memasaknya." Jawabmu. "Benar. Tapi Emil nampaknya belum selesai karena gudangnya sangat berantakan. Suruh dia makan dulu dan istirahat sejenak." Kata Lukas padamu. "Baik." Kamu berjalan ke gudang dan menyuruh Emil untuk berhenti dulu.
"Emil, makan dulu. Masakannya sudah jadi." Katamu. "Oke. Tapi ini nanti bagaimana? Masih banyak barang-barang yang belum diletakkan di tempatnya." Katanya sambil mengusap wajahnya dari debu. "Tidak apa-apa. Nanti aku bantu bereskan. Istirahatlah dulu." "Baiklah. Terima kasih." Katanya sambil berjalan keluar menuju meja makan.
Tinggal Mathias yang belum selesai mandi. Kamu berjalan ke kamar mandi dan mengetuk pintunya. "Mathias! Mandinya lebih cepat! Masakannya sudah jadi! Teman-teman yang lain sudah berkumpul di meja makan!" Katamu dengan suara yang cukup keras karena suara siraman air di dalam sana juga keras. "Ya, ya! Aku datang! Duluan saja!" "Ya!" Kamu berjalan kembali ke meja makan.
Begitu sampai, Tino, Lukas, Emil, dan Berwald sudah duduk dan masih menunggu satu teman mereka, Mathias. "Apa Mathias sudah selesai?" Berwald bertanya. "Sebentar lagi kok. Kita tunggu saja." Jawabmu sambil menyiapkan piring, sendok, dan garpu.
"Haaaah... si idiot itu selalu saja menjadi yang paling terakhir.." Lukas menambahkan. "Hmm.. maklum. Dia selalu bangun siang. Jadi wajarlah..." Kata Emil. "Sudah, sudah... Daripada berdebat lebih baik kita tunggu saja." Kata Tino menambahkan.
Sesaat kemudian, Mathias datang dengan wajah yang sumringah dan tubuh yang wangi. Dia nampak bersemangat seperti biasanya.
"Hai, semua! Apakah aku membuat kalian menunggu terlalu lama?" Tanyanya sambil duduk di kursi. "Huhhh.. kau selalu telat!" Jawab Lukas setengah kesal. "Hehehe... Maaf! Maaf! Aku bangun agak kesiangan! Tapi tak apalah!" "Ya, ya. Sesekali saja." Kata Lukas lagi. "Hmmm~~ makanan ini kelihatannya enak sekali! Ayo kita makan!" Katanya sambil mengambil sup, daging, sayuran tumis, dan telur itu dalam jumlah yang cukup besar. Semuanya terbengong-bengong. Suasana hening sejenak.
"Hei! Kenapa semuanya menatapku begitu? Makanlah! Mumpung masih hangat!" Kata Mathias lagi sebelum dia melahap makanannya dengan rakus. "Iya, kita tahu kok!" Kata Emil kesal sambil mengambil beberapa sendok makanan disitu. Diikuti dengan yang lainnya. Akhirnya kalian semua pun sarapan.
Semuanya memakan dengan lahap. Sampai akhirnya Tino bicara pada semuanya. "Eh, kawan-kawan, katanya Kushala Daora dan Fatalis bertarung ya?" "Benarkah itu?" Tanya Berwald. "Ya. Aku dengar dari penjual senjata, katanya mereka bertarung dan Kushala Daora kalah." Kata Tino menambahkan.
"Hah? Aku baru tahu tentang itu. Aku belum tahu banyak soal 2 naga itu. Sebenarnya mereka itu naga apa sih?" Kata Mathias lagi. "Sebenarnya mereka adalah 2 naga terkuat di wilayah ini. Atau mungkin daerah-daerah lain juga. Fatalis adalah naga hitam yang geraknya cepat. Sedangkan Kushala Daora adalah naga angin yang kulitnya seperti baja. Keras sekali." Kata Tino lagi. "Hmm.. Pantas saja para pemburu kesulitan mengalahkan mereka." Kamu menambahkan.
"Ya. Aku mempelajari banyak tentang monster-monster termasuk mereka. Fatalis punya subspesies yang warnanya putih dan merah tua. Dia sendiri berwarna kehitaman. Sedangkan Kushala Daora... aku belum membaca lebih lanjut." "Lalu apalagi setelah Kushala Daora kalah? Apa dia mati?" Tanya Lukas. "Tidak, dia tidak mati. Kata orang yang pernah melihatnya, dia melarikan diri ke daerah sekitar sini. Semoga saja dia tidak menuju ke desa kita."
"Iiihhh... aku takut. Aku mungkin ahli dalam menggunakan Sword and Shield dan Long Sword. Tapi kalau melawan monster kuat seperti itu, aku tidak berani." Katamu cemas. "Kenapa? Padahal skill kamu termasuk yang terbaik lho di Sekolah Pelatihan waktu itu. Bersama dengan Tino dan Berwald." Tanya Emil heran." "Iya sih. Kalian juga bagus kok. Tapi mentalku belum terasah dengan sangat baik. Karena aku hanya melawan monster-monster ukuran sedang." "Kamu tidak usah khawatir. Kan ada kita! Kita saling membantu satu sama lain! Kita hantam mereka ramai-ramai!" Tambah Mathias. "Benar juga."
"Oh ya, besok aku, Mathias, dan _ akan berburu jamur di hutan pinus di bawah kaki gunung salju. Kalian mau ikut?" Kata Tino. "Tidak." Jawab Lukas singkat sambil tetap melanjutkan makannya. "Aku tidak bisa. Karena aku ada janji mau membawakan pakaian dan makanan ke desa seberang." Jawab Emil. Berwald hanya menggeleng. "Yaaaah.. tidak rame! Karena hanya kita bertiga yang pergi." Sahut Mathias kecewa. "Sudahlah. Yang penting kan ada aku dan Tino. Bertiga saja cukup. Untuk misi berburu jamur tidak usah terlalu banyak orang. Toh, kita cuma mengumpulkan jamur sebentar terus kita pulang." Katamu sambil memegang pundak Mathias untuk menenangkannya. "Hmmm.. ya sudah.."
"Yah, aku doakan semoga kalian baik-baik saja disana. Aku juga mau pergi besok." Kata Emil. "Terima kasih. Kamu juga hati-hati di perjalanan ya." Sahutmu sambil tersenyum. "Oke. Tenang saja. Aku besok pergi bersama 3 orang. Jadi aman. Tapi aku juga agak lama disana. Karena sekalian merayakan acara syukuran. Jadi mungkin aku akan ada disana selama beberapa hari." "Tidak apa-apa."
"Aaaaah~~! Kenyang sekali! Setelah ini tidur yang nyenyak!" Mathias akhirnya selesai makan. "Huh! Tidur saja kerjaanmu! Lakukanlah sesuatu yang lain!" Jawab Lukas setengah menyindir. "Hehehe.. iya deh!" "Sudah! Aku juga sudah selesai. Setelah ini lakukan apa saja! Atau mungkin pekerjaan yang belum selesai bisa diselesaikan." Kata Tino sambil membawa piring ke dapur.
Aktivitas sebelumnya yang belum sempat terselesaikan kembali dilanjutkan oleh kalian semua. Hingga sore hari, semuanya telah beres. Kalian semua berkumpul bersama di ruang tamu, tepatnya di dekat api unggun yang hangat sambil meminum segelas coklat panas. Kalian tertawa bersama, bergembira bersama, dan terkadang kalian saling melemparkan guyonan bersama. Terutama Mathias. Karena dialah yang paling dominan. Sungguh suasana keakraban yang sangat terasa di ruangan itu.
Di tempat lain, di alam liar terbuka, seekor naga besar berwarna abu-abu terbang menyusuri dataran berbatu-batu di atas bukit-bukit. Dia turun sejenak untuk mengistirahatkan sayapnya yang kelelahan. Dia mendengus. Nampak bekas gigitan yang cukup lebar di lehernya, dan terlihat dagingnya sedikit. Menandakan kalau dia telah kehilangan cukup banyak darah akibat gigitan yang agak keras, hampir mencapai pita suaranya. Namun ajaibnya, dia masih hidup. Dia merendahkan tubuhnya, hendak beristirahat. Matanya melihat sekeliling. Tak ada apapun, kecuali hanya pemandangan bukit-bukit berbatu yang terjal.
Matanya lalu tertuju pada sebuah gunung bersalju yang terletak sekitar puluhan kilometer dari sana. Dia menegakkan kepalanya, seolah telah menemukan tempat lain yang tepat untuk beristirahat. Dia lalu merentangkan sayapnya dan terbang menuju gunung salju itu. Matahari semakin tenggelam dan mengubah langit merah menjadi biru gelap.
~ TBC to chapter 2 ~
Chapter 1 end! Masih ada sambungannya ke chapter 2 dan selanjutnya. Chap 2 akan lebih panjang
Thanks 4 reading! ^_^
