Disclaimer :

Yana Toboso

Genre :

Romance (again!) Drama, Humor (semoga ngga jayus! ( ื▿ ืʃƪ) )

Pairing :

Maylene x Edward (again! ( ื▿ ืʃƪ)

Udah ah, mereka aja yg dikasitau di awal. Pairing2 lain.. Hmm.. Nanti lihat saja, saya ngga suka spoiler!

Rated :

T! (Hayoo yang 13 tahun ke bawah jangan baca, ya... Review sih boleeh.. #ups)

Warning :

maybe Typo(s), OOC! Wahahah saya ini ratunya bikin fic OOC... ( ื▿ ืʃƪ)

Ini dari tadi emoticon-nya sama melulu yaww hehehe...

Lanjut warning :

OC. Ada nggak ya? Yah kita lihat saja nanti, soalnya Yuki kan anak labil, fufufu...

AU. AU itu apaan sih? O_o biasanya di warning org lain suka ada AU-nya.

Poligami. Yap. Di fic ini bakalan ada poligami. Liat aja ntar siapa yg banyak ceweknya itu..

Dietrich. Loh? Dietrich jadi warning? Ya... Di fic ini nanti ada si om Dietrich yang cuman muncul tiga halaman itu... Hehehe..

It isn't Beauty and The Beast

A Kuroshitsuji Fanfic

Paris, 2012

Malam bulan purnama hari ini adalah malam yang paling menyedihkanuntuk Maylene. Yap, malam ini, orangtua satu-satunya, Ayahnya, akan pergi ke London untuk urusan bisnis.

"Papa serius akan pergi ke London selama seminggu?" Tanya Maylene dengan nada khawatir.

"Papa, ciyus? Ciyus pa? Ahahahah! Manja banget sih lo, May. Udah gede, juga!" Paula, kakak perempuan Maylene menggodanya sambil menepuk punggungnya keras. Maylene mengaduh kesakitan dan mengelus-elus punggungnya, men-deathglare Paula. Sementara Elizabeth, adik Maylene, hanya tertawa-tawa kesenangan. Sebenarnya Lizzie-panggilan akrab Elizabeth-Kalau sedang tertawa itu manis sekali. Tapi, mengingat bahwa dirinyalah yang ditertawakan Lizzie, Maylene jadi sebal melihatnya.

"Sudah, sudah, kalian tidak boleh bertengkar terus. Nanti maman kalian sedih melihatnya dari surga, loh. Hiks." Dan Dietrich yang tadinya mau melerai putri-putrinya, malah jadi pundung di pojokan, mengingat ketiga almarhum istrinya.

WHAT?! KeTIGA almarhum ISTRInya? Tiga istri? Dietrich... (-)_(-)

"Baiklah, tapi papa harus cepat pulang, ya!" Maylene pun kembali tersenyum dan berusaha tegar menghadapi nasib. Kok kayaknya lebay banget ya. Dietrich kan cuman pergi seminggu. Hey, asal tahu saja kalian. Kalau Dietrich ga ada tuh si Maylene selaku anak tengah paling jelek, bakal disuruh-suruh jadi pembantu.

"Hm.. Kalau gitu papa bawakan oleh-oleh dari London, deh! Kalian mau ap..."

"Oleh-oleh? Aseeekkk! Bokaaap gue minta beliin cr*cs dong yg model ini!" Paula motong omongan Dietrich dgn ngga sopaannya sambil bawa-bawa brosur cr*cs. "yang ori ya! Awas kalo yang KW kaga boleh pulang!" Ancam Paula. Dietrich cuma berkeringat dingin.

"Kakak! Nggak sopan banget sih!" Maylene pun menegur Paula dan membuat Paula mencibir ke arahnya.

Giliran Lizzie beraksi, "Papa, aku minta B*rbie Fa*ryt*pia yang bisa terbang-terbang ituloh! Ya? Ya?" Lizzie mengeluarkan puppy eyes no jutsu dan membuat Dietrich melting. Ia pun mengangguk bahagia, dasar Dietrich.

"Lalu, kamu mau apa, May?" Tanya Dietrich yang masih terpesona akan jurus Lizzie.

Maylene pun tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak usah, pa. Yang penting papa pulang dengan selamat." Jawabnya khas anak berbakti. Bagus, mata Dietrich pun berkaca-kaca. Cengeng yah. *digampar Dietrich*

"May... Kalo kamu bukan anakku, sudah kujadikan istri dari dulu.. Uhuhuhu... Veux-tu m'épouser? (baca: veu tu m'epuse? Arti : maukah kau menikah denganku?-Bahasa Prancis-)" Tiba-tiba Dietrich langsung ngelamar Maylene dan ngeluarin sebuket bunga mawar merah kesukaan Maylene, yang gatau didapet dari mana yang jelas tiba-tiba udah "PLOP" aja di tangannya.

"M.. Mon pere.. C'est.. " Maylene malah blushing-ria dan menerima buket bunga itu dengan senang hati. Dietrich pun berlutut dan memegang tangan lembut Maylene.

"Je t'aime pour toujours et à jamais, Maylene! (Aku sayang kamu sampai seterusnya)" Tambah Dietrich dengan dramatisnya. Ah, pipi Maylene pun menghangat. Suasana pun menjadi.. Janggal?

Ingat, Dietrich tak lagi muda.

"Papa! C'est PEDOFIL!" Teriak Paula (akhirnya) yang menyadarkan kelakuan aneh bin ajaib buapaknya. Wajah Maylene masih memerah, malu, karena diikutsertakan dalam kelakuan aneh bapaknya, tapi sebenernya dia ketawa nista di dalem hati. Pret -_-.

Lizzie? Cuma jawdrop.

Oke, Dietrich balik ke posisi awal. Megang koper, siap keluar. Maylene, balik ke scene awal juga. Matanya berkaca-kaca sambil megang saputangan gitu, supaya pas Lizzie beler ngga ribet #ups,keceplosan#. Ya enggalah, saputangan tu buat ngusap ilernya Paula yang ketiduran gara-gara udah terlalu lelah melihat ke-pedofil-an bapaknya. YA ENGGAK GITU JUGA! BUAT AKTING NANGIS, LAH!

"Author, kamu ngga nyantai banget, sih!" Maylene menegur Yuki yang lagi ngawur ini.

" Alors, est-ce que je dois dire 'wow'? (baca: alor, esqeu zyeu dowa dir 'woow'? Arti : Terus, gue harus bilang *woow* gitu?)" Paula nyolot banget, dengan gaya remaja indonesia. Maylene pun mendecak kesal mendengar ocehan gaul kakak semata wayangnya itu.

Tapi, Dietrich malah jawab, lagi! "Oui! (Ya!)" Maylene pun memberi death glare ke bapaknya yang pedofil itu.

"D'accord! (Oke!)" Jawab Paula dengan mantap, lalu terdengarlah lolongan (?) Panjang berbunyi 'wwooooowwww' sepanjang malam itu. Iyuwh, seram benar kan itu!

Lalu yang paling waras di antara mereka, Lizzie, mengantar bapaknya keluar rumah dan pergi ke bandara. Maylene juga ikutan, di belakang Lizzie. Kalo paula sih masih melolong di Gunung Olympus di Mars * author dilemparin ke black hole sama Paula*

Author pun melewati perjalanan panjang yang suram di black hole, keluar-keluar dari black hole, ternyata LONDON! Lumayan.. Trip gratis, hehehe... Dan author tiba-tiba ketemu sama Dietrich. Hem.. Rupanya, sejak kepergian Dietrich sudah berlalu waktu satu minggu. Berarti lewat black hole ke London ga praktis dong! Lama benar!

Dietrich sedang berada di zebra cross, deket lampu merah. Dia tampak sedang berbicara dengan seorang Scotland Yard, semacam polisi di inggris.

"Pouvez-vous m'aider? (baca: puve vu m'ede? Arti : Bisa tolong saya?) Je suis perdu! (baca: zyeu sui perdu! Arti : Saya tersesat!)" Oceh Dietrich dengan muka tegang dan panik. Bisa-bisanya dia nyasar di London. Eh, tunggu. Kok Oceh? Yaiya, Bagi si Scotland Yard ya bahasanya Dietrich abstrak banget. Prancis, gitu. Awalnya sih dia diem aja. Tapi lama-lama sebel juga dia kayak diteror ama Dietrich, soalnya daritadi seragamnya ditarik-tarikin, Dietrich kayak banci lampu merah, swear! (‾w‾) .

"What do you say, sir? I don't Understand, what do you mean?! Is it France languange?" Tanya Scotland Yard dengan bingung sambil garuk2 kulit kepala di balik topi. Padahal sambil nyari ketombe tuh.. Ihihihi..

Tapi, dasar Dietrich. Dia sama sekali nggak ngerti bahasa inggris, ternyata! Terus, nekat ke London pula! Ya allah... ini bocah.. -_-. Jadi.. Dia cuma bengong dan bertanya sekali lagi, membuat si Scotland Yard makin stress karena nggak ada terjemahan bahasa inggrisnya. Malah bahasa indonesia subtitlenya.

Kok nyambungnya ke subtitle -_- ? Maap, jayus.

Yak, selama author bengong, ternyata mereka udah bisa berkomunikasi dengan "bahasa tubuh" hehehe. Scotland Yard pun memanggil rekan SEJerAWATnya yang bisa berbahasa prancis. Dan ia dengan senang hati menunjukkan arah dari kertas yang dibawa-bawa Dietrich.

" Vous allez tout droit et tournez à droite ( baca: vu-z-alle tu droa e turne a droat. Arti : Kamu jalan lurus terus belok kanan)."

" Traversez la rue et Prenez la première rue à droite. (baca: traverse la ru prene la premier ru a droat. Arti : Sebrangi jalan, lalu ambil belokan kanan yang pertama)"

"tournez à gauche. C'est loin d'ici! (baca: turne a gosh, se loang d'isi. Arti : Belok kiri. Jauh dari sini!)"

Dan kalo sebenernya masih jauh sih ngapain ditunjukin yah.. Dietrich pun gubrak ala komik di tempat. Kalo jauh.. Berarti mau ga mau dia harus naik bus yak. Tapi..

"Je n'ai pas d'argent..." Gumam Dietrich dengan lemas, lalu beranjak pergi dari tempat dia jatuh. Menggamit kembali kopernya. Dan tak lupa berterima kasih kepada si Scotland Yard yang bisa berbahasa prancis.

"Merci beaucop, Monsieur."

"De rien"

Dan Dietrich pun berlalu dari hadapan kedua Scotland Yard, menuju Phantomhive's Manor House, tempat dia akan berbisnis sesuai ceritanya kepada para anak gadisnya seminggu yang lalu.

Hah? Seminggu yang lalu?

Kayaknya perjalanan dari Perancis ke Inggris ga selama itu juga deh. Terus.. Kalo dia belom nemu rumahnya Phantomhive, selama ini dia ngapain...

FLASHBACK : Setelah sampai di Inggris Dietrich ngapain aja..

1. Nemu restoran prancis, makan ratatouille (siang)

2. Pas afternoon tea, ketemu restoran yang nyediain paket afternoon tea sama cake set ala ratu. Mahalnya selangit.

3. Ikut lomba makan banyak kalkun panggang, kalah, suruh bayar semua makanan.

Dan beberapa event makan lainnya.

Ternyata dia sibuk makan ya, makanya ngga ketemu-ketemu rumahnya Phantomhive.

Dan alhamdulillah, karena kebaikan author (sebenernya sih karena ga tahan mengetik kebodohan-baca:ke-OOC-an-Dietrich) si Dietrich udah sampai di gerbang Manor House. Gede banget, dari gerbangnya aja udah gede banget. Apalagi dalemnya yak, wooouww, rumahnya Pak Soeharto cuma seluas kamar pembantunya Phantomhive, kali.. (Lebay)

Oke, melihat semua kemewahan dari sudut kecil di gerbang itu aja udah bikin Dietrich awkward setengah mati. Harus masuk, tapi kalo masuk... Takut diusir. Lagian dia nggak bisa bahasa inggris juga, sih. Tapi harus masuk! Karena kalo nggak, sia-sia semua waktu yang telah ia buang untuk ke London.

Lucky punch! Ada seorang pemuda berambut pirang pucat yang keluar dari gerbang gede itu! Pemuda itu memakai kaos putih lengan tiga per empat bergambar salah satu karakter anime Bleach, Toushirou Hitsugaya, yang sedang menghunuskan pedangnya. Lalu, jeans biru gelap panjang. Levi's. Tampilan kayak gini, mungkin aja tukang kebun Phantomhive? Pikir Dietrich.

Dan Yuki pun menendang Dietrich ampe muntaber.

Pemuda itu menghampiri Dietrich yang sedang muntah, "Sir! Sir!" Nada suaranya terdengar panik. Mungkin dia pikir Dietrich muntah saking senengnya ngeliat wajah gantengnya? Ya enggaklah. "Are you sick? Stop! Stop! You can do it in my bathroom, not my gate!" Lanjut si pemuda kece itu sambil memapah Dietrich masuk melewati gerbang Phantomhive. Hmmmh.. Terlihat seringai licik Dietrich di tengah muka pucatnya. Rupanya dia seneng ya dibuat muntaber sama Yuki. Awas lo Dietrich!

Dan sampailah mereka di kamar mandi Phantomhive. Nggak tau gimana caranya, yang jelas tau-tau si pemuda (yang dipikir Dietrich) tukang kebun itu bisa punya akses ke dalem rumah mewah Phantomhive. Juga ke kamar mandinya yang keren abis.

Dietrich muntah sepuasnya, membuat pesona alat-alat kamar mandi itu hilang. Ueks!

Beberapa menit kemudian, Dietrich selesai muntah. Dia pun keluar dari kamar mandi dan menemukan pemuda berambut pirang pucat itu menghampirinya dengan panik. "Sir, are you OK? Why you 'do this activity'," Pemuda itu memberikan tanda kutip dengan tangannya, "on my gate?" Tanyanya panik.

Dietrich cuma bengong, dalam benaknya ia berkata, ngomong apaan sih nih anak.. Kumur-kumur?

"Sir? Hey! Or.. You do it cause you're.. Pregnant, eh?" Tanya si pemuda itu dengan sangat ngawurnya. Ya dia sendiri juga nggak yakin dengan pertanyaannya sih. Tapi karena nggak ngerti ya Dietrich cengo aja.

Gawatnya, ke-cengo-an Dietrich disalahartikan oleh pemuda itu. Dia pikir Dietrich cengo gara-gara shock karena dia mengetahui rahasia soal 'pregnant' itu.

"Dafuq! So, it's true, Mr... Emm.. What's your name?" Tanya Pemuda itu dengan gaulnya. Tapi tetep aja Dietrich nggak ngerti.

Cuma, kali ini dia angkat suara. "Pardon? (Maaf-Bahasa Perancis-)"

Dan si pemuda itu terperanjat mendengar pertanyaan Dietrich. Jadi.. Orang ini sepertinya orang Perancis. Tapi kok mukanya Jerman gitu ya, bodo ah!

"A.. A.. Monsieur, Pa.. Pardon. Tu t'appelle comment? (Tu tapel komong? Arti : siapa nama anda?)"

Gantian, Dietrich yang menebar senyum pepsodent karena akhirnya ada yang ngomong nggak sambil kumur-kumur British. "Je m'appelle Dietrich. Et tous? (Zheu mapel Dietrich. E toa? Arti : Nama saya Dietrich. Dan kamu?)"

"Je m'appelle Edward. Edward Middleford, or.. You can mention it, just Midford." Kosa kata pemuda kece yang ternyata namanya Edward itu yang menyampur dengan bahasa inggris membuat dahi Dietrich berkedut.

Edward sadar dan segera men-translate-nya ke bahasa perancis. Dia sudah biasa berbahasa inggris rupanya.

"Kenapa kamu bisa bahasa Perancis? Tampaknya semua orang di kota ini malah tidak ada yang mengerti sedikitpun ucapanku. Oh, kecuali Pardon." Tanya Dietrich, sambil berjalan keluar rumah bersama Edward. Oh, tentu ceritanya dia ngomongnya pake bahasa Perancis ya. Yuki nggak bisa kalo udah yang susah-susah (_ _)b.

"Un.. Sebenarnya ibu saya orang Perancis jadi saya bisa berbahasa Perancis. Banyak juga kok orang di kota ini yang bisa berbahasa Perancis. Dan.. Ah ya! Anda bisa pulang sekarang, monsieur." Edward mengusir Dietrich dengan halus, ketika mereka sudah sampai di gerbang mewah Phantomhive. Terlihat beberapa orang dengan pakaian petugas kebersihan sedang membereskan muntahan Dietrich. Dietrich ilfeel sendiri ngeliatnya.

Tapi, dia teringat akan tujuannya ke Manor House Phantomhive.

"Hei! Oh ya aku punya urusan dengan Vincent Phantomhive, nak tukang kebun!"Cerocos Dietrich dengan dodolnya.

Dan membuat Edward membelalak seketika. Apa katanya tadi? Nak tukang kebun?

"Hm.. Jadi? Kau Monsieur Dietrich yang harusnya berbisnis dengan Papa seminggu yang lalu, ya? Baik, ayo temui Papa. Mumpung dia lagi punya waktu." Edward pun masuk kembali ke dalan rumahnya, dan meminta Dietrich mengikutinya.

Tapi, Dietrich sedang shock dengan latar belakang petirnya, yang kaget karena orang yang dia katain tukang kebun itu adalah anaknya Vincent.

_ It isn't Beauty and the Beast _

Halo lagi, Readers. Ketemu lagi dengan Yuki. Nah, sekarang si Dietrich lagi sweatdrop di depan pintu ruang kerjanya Vincent. Dia entah kenapa merasa grogi bertemu dengan pimpinan perusahaan Phantomhive yang udah mendunia itu.

Tok Tok

Edward pun mengetuk pintu dan berbicara kepada Vincent dari luar.

"Papa, I'm Edward. I'm carrying your bussines partner, Monsieur Dietrich. You're Here, aren't you?"

Hening.

Dietrich melihat sedikit kerutan tidak suka di dahi Edward, sebelum akhirnya Edward membuka pintu ruang kerja yang tak terkunci itu.

Blam!

Krik.

Kosong.

"Que?! Merde! (Ke?! Merd! Arti : Apa?! Sial!)" Saking kesalnya, Edward sampai tidak sadar mengoceh dalam bahasa Perancis. Dan parahnya, Dietrich ngerti apa yang dia ucapin. Heh, sabar aja Ed, kalo si Dietrich mengecap lo sebagai anak Perancis yang kasar.

"Ok, we'll go to my brother's room. Director's chairs is His if Papa isn't here, tch. Il est Agni, Agni.. Err.. Phantomhive... (Ille Agni. Arti : Dia Agni)." Sebenarnya Edward tidak suka berbicara soal Agni, tapi ia tanpa sadar udah menyerocos dengan bahasa Inggris kecuali yang 'Il est Agni', jadi dia harus mengulangnya dalam bahasa Perancis agar Dietrich mengerti.

Semua tentang bahasa ini rumit ya.

Trilingual nih. Inggris, Perancis, sama bahasa Indonesia gaul.

Skip perjalanan Dietrich dan Edward, dan tau-tau mereka udah sampe aja di depan ruangan kakaknya Edward, Agni. Edward nggak pake basa-basi, langsung ngebuka itu pintu ruangan itu dengan kasar, membuat sesosok pria tampan yang ada di dalamnya kaget. Dietrich pun mengikuti Edward masuk dengan takut-takut.

"What are you doing here, Ed? Please do not it again! And.. Who is he?" Tanya Agni dengan logat yang nggak ada british-britishnya. Dietrich bingung melihat pemuda berkulit gelap bernama Agni itu. Dia orang Inggris, kan? Tapi lebih mirip orang india. Apa dia anglo-indian ya?

"Uhm. Monsieur.. Err.. Agni. Quelle est ta nasionalite? (Kele ta nasionalite? Arti : Apa kebangsaanmu?)" Tanya Dietrich langsung, yang nggak pikir-pikir dulu sebelum nanya. Walhasil, Agni cengo karena nggak ngerti si Dietrich ngomong apaan, dan cuma bisa ngelirik-lirik adeknya. Sementara yang dilirik Agni menghela nafas dan menepuk jidatnya dengan telapak tangannya.

"He said that What's your nation? Wait.. Wait.. I'll answered it." Edward menerjemahkannya ke bahasa inggris dan membalas pertanyaan Dietrich, "Il a Inde, Monsieur. Et je suis français-anglois. (Dia berbangsa india, tuan. Dan saya berbangsa Perancis-Inggris)"

Dietrich pun manggut-manggut. Sebenernya dia lagi kepo dan pengen menanyakan lagi kenapa kakaknya Edward bisa beda bangsa gitu? Dan, mereka nggak ada mirip-miripnya lagi.

Tapi firasatnya sudah membakar kepo itu hidup-hidup.

"So.. Hm.. Monsieur Dietrich? What are you doing here?" Tanya Agni.

Edward menerjemahkan, "Q'est que est-ce tu fais? (Kes ke tu fe?)"

"Saya diminta oleh Sir Vincent untuk menjalin kerjasama bisnis dengan perusahaan saya, D compagnie." Jawab Dietrich dengan.. Eng... Bahasa Indonesia yang baik dan benar? Ya enggaklah, kan ini ceritanya dia ngomong pake bahasa Perancis. Tak lupa Edward menerjemahkannya ke Bahasa Inggris untuk kakaknya sambil merutuki dalam hati kenapa kakaknya nggak bisa bahasa Perancis. Padahal dia pimpinan perusahaan.

Nah, seterusnya, kalo Agni yang ngomong itu pake bahasa Inggris ceritanya. Kalo Dietrich yang ngomong itu pake bahasa Perancis ceritanya. Jangan tanya kenapa mereka bisa saling ngerti. Tentu karena terjemahan dari Edward.

"Bukankah di perjanjian dengan D compagnie," Agni agak aneh mengucapnya dengan logat Indianya. "Harusnya terjadi seminggu yang lalu? Saat itu Dad masih ada di London..."

Dietrich tewas seketika.

"Err... Sebenarnya saya tersesat begitu sampai di London." Aku Dietrich jujur. Sebenarnya juga, Edward maupun Agni nggak ada yang percaya sama alasan Dietrich, meskipun itu benar. Kalo dipikir emang nggak logis, sih. Tapi fic Yuki yang mana, sih, yang logis?

"Hmm... Begitu. Tapi, maaf Monsieur. Karena sudah lewat dari tiga hari, terlebih Dad juga sudah tidak di London, maka perjanjian ini dibatalkan." Tegas Agni.

Dietrich tewas seketika season 2 pas selesai denger terjemahannya Edward.

Kali ini ia agak limbung, dan jatuh terduduk dengan dramatisnya. Edward berusaha mendudukkannya di kursi, tapi dompet Dietrich jatuh. Ia pun memungutnya lalu mengembalikannya pada Dietrich yang masih membeku di kursi. Barangkali Bankai baru Hitsugaya bisa menembus kaos dan mengenai Dietrich?

Sekilas, Edward melihat foto 2 gadis cantik-sebenarnya ada 3 gadis dalam foto itu, tapi yang satu lagi itu terlalu sederhana atau kata tepatnya untuk bangsawan seperti Edward adalah kumuh-di dalam dompet Dietrich. Hmm.. Boleh juga, pikirnya.

"Lalu, karena batal, maka yang membatalkan berhak menentukan sanksi kepada pihak D compagnie. Dad bilang dia akan menarik kembali semua biaya transportasi dan lain-lain yang sudah diberikan kepada anda sebanyak tiga kali lipat," Agni mengambil nafas dengan mantap, " Lalu.. Sanksi dari saya adalah.."

"Attendez! (Tunggu!)"

"What?" Tanya Agni dengan tenang.

"Ma chere fille, Paula, tidak mengatakan ada hal seperti itu dalam perjanjian." Protes Dietrich dengan gusar. Apa-apaan perjanjian macam ini?

"Coba aja translate isi perjanjian itu ke Bahasa Perancis. Nih, Alfa Link!" Agni memberikan alfalink ke Dietrich dengan sopan. Tenang, dia tau cara pakenya kok.

Dietrich baru akan membuka penutupnya ketika Agni berkata, "Tentu saja alfa link ini termasuk yang diganti tiga kali lipat." Tegas Agni. Dietrich pun segera melempar kembali alfa link itu, dan meminta Edward menerjemahkan.

Bla bla bla bla bla

Dan ternyata benar seperti apa yang dikatakan Agni. Isi perjanjiannya memang seperti itu, dan Dietrich percaya kalau Edward tidak bohong.

"Kalau begini! Perusahaan saya bisa hancur! D Compagnie bisa hancur! Hiks!" Dietrich mulai menangis sendu meratapi nasibnya yang bangkrut di tangan kekejaman Vincent (Ooow...). Agni jadi tak tega untuk memberi sanksi lagi dari dia, tapi peraturannya..

Edward tiba-tiba angkat suara, mengemukakan pendapatnya sendiri. Bilingual tentunya.

"Bagaimana kalau kau mengirim salah satu putrimu untuk bekerja di sini sebagai pelayan? Aku akan membujuk Papa untuk membatalkan hal itu.. Atau tepatnya meringankan soal perjanjian itu, tanpa kali lipat. Hanya pengembalian biaya transportasi." Usul Edward. Agni agak awkward mendengar adiknya punya usul begitu. Kesannya kok kayak perdagangan manusia gitu ya. Oke, lebay. Tapi lumayanlah punya maid baru. Maid di Manor House Phantomhive ini nggak banyak.

Dietrich tidak punya pilihan lain. Dan ia pun mengiyakan usul Edward.

_ 継続するには _

Haloo Minna-san! Yuki balik lagi dengan May X Edward nih.. Pair favorit Yuki...! Dan lagi-lagi multichapter! Tapi kayaknya yang ini bakal panjang.

Oiya di chap ini emang belom kerasa ya romance-nya. Pardon... (˘̩̩̩⌣˘̩̩̩)

Dan.. Mohon maklum ya, Yuki itu rookie dalam bahasa Perancis dan Inggris. Jadi trilingual ini sekalian buat latihan.. ̴̴̴̴̴͡ .̮ Ơ̴͡ .Kalo ada yang salah, kritik Yuki di kotak review ya... (•̯͡⌣ •̯͡)

Sampai jumpa di chap.2! Yuki mungkin bakal lama update karena tgl 1 nanti ada UTS!

Au revoir.. Bonne nuit!