A/n : Ahh..udah hampir 6-7 tahun kali nggak pernah nulis fanfic lagi wkwkwk
Semenjak terjerat ke dunia Tourabu tangan ini gatel mau nulis lagi
mohon maaf kalau monoton, maklumi saya udah lama nggak bikin fanfic :")


Pernahkah terlintas di pikiran anda, apabila disuatu pemakaman terdapat dewa kematian yang menjaga dan mengawasi jalannya upacara?

Aku percaya.

tepatnya pada tanggal 23 Oktober 1944

kakak Laki lakiku, Ichigo Hitofuri yang merupakan seorang kapten kapal dari Heavy Cruiser Atago, tewas tenggelam bersamaan dengan kapal yang ditumpanginya.

Dan 2 hari kemudian, setelah mendegar kabar kematian kakakku, aku yang saat itu hendak melempar karangan bunga ke tepi pelabuhan dijumpai oleh seorang pria.

Dia berbadan tegap, dengan tinggi kurang lebih 180 cm. Rambutnya yang berwarna hitam kebiruan, dengan sebuah eyepatch menutup sebelah matanya. Pakaian yang dikenakannya adalah tailcoat rapih berwarna hitam kelam dengan mawar putih yang disematkan di dadanya dan topi yang agak tinggi layaknya bangsawan Inggris.

"Hai, namaku Mitsutada, dan aku adalah seorang {Grim Reaper}."


ANGELUS MORTIS

In Latin word, Angelus Mortis meaning " the angel of death". The one who took the lonely soul in the sorrowful world into the one and true paradise, The Netherworld.

A Touken Ranbu Fanfic by Sanahime Yuuki

Touken Ranbu© DMM Games & Nitro+

Warning!

A bit Religion themed, Chara Death, Drama, Historical based death.


Chapter. 1
Fulvum Alatum Angelus
- The Black Winged Angel -

Tepat pada jam 3 sore di sebuah Gereja lokal, seperti biasa lonceng gereja berdentang keras seiring bergantinya siang menjadi sore.
Aku yang baru saja pulang dari St. Martha Private Junior High School, berjalan pelan melintasi seluk beluk kota kecil dengan nuansa layaknya Eropa.

meski dibilang kota kecil, tapi percayalah penduduk disini lumayan padat. Dan tentunya, seperti yang kubilang tadi, karena bernuansa Eropa, kota ini memiliki nilai seni dan artistik yang lumayan indah. Langkah kakiku semakin cepat mengikuti sebuah irama musik yang entah darimana asalnya. Semakin aku melangkah kedepan, semakin keras suara alunan musik duet yang mungkin antara Biola dengan gitar Akustik latin.

"oh,, apa itu?"

tepuk tangan dan nada kekaguman yang meriah semakin terdengar di telingaku, rasa penasaran mulai tumbuh didalam diriku dan kakiku mengajak tubuhku untuk mengintip musisi jalanan itu.

"Selamat Sore, Marquess and Marchioness. Namaku adalah Mitsutada, dan rekanku ini bernama Ookurikara dan Tsurumaru. Kami bertiga, seperti yang anda lihat, adalah seorang musisi yang berkelana ke berbagai negara. Saya adalah seorang pemain violin, Kuri-chan adalah pemain gitar Accoustic, dan Tsurumaru adalah yang akan menghibur sore anda kali ini. Apa ada yang bersedia menjadi rekan dalam tarian yang akan dilakukan oleh teman saya?"

"aaah..ternyata hanya seorang musisi pengembara…"

Aku hanya melihat dari kejauhan saja, antara rasa malas dan segan bercampur jadi satu untuk ikut berpartisipasi dengan tarian itu.

" A..Aku mau.."

Seorang Fine Lady asal Inggris mendekat kearah Tsurumaru yang mengulurkan tangannya kearah wanita itu. Perlahan Tsurumaru menarik tubuhnya mendekat dan kemudian berlutut, membungkuk sembari mencium cincin Emerald yang dikenakan wanita itu.

"My lady, Tarian apakah yang ingin anda lakukan dengan saya?"

Wanita itu sesaat terdiam, dan akhirnya mulai menngucapkan sesuatu dari bibirnya

" Aku mau dansa Tango, dengan iringan lagu Santa Maria."

" Sesuai yang anda kehendaki, Milady."

Perlahan, kedua musisi mulai memainkan alat musiknya. Dan pria dengan pakaian serba putihnya itu dengan lincahnya mengajak tubuh wanita itu untuk berlekuk bersamaan dengan tubuhnya, mengikuti sentakan gitar dan biola pelan dari dua rekannya.
Dimulai dari putaran pelan, dengan dengan step yang tegas namun elegan, perlahan menahan tubuh sang wanita yang mulai berlekuk lekuk mengikuti arahan dari lengan Tsurumaru yang menopangnya.

Wajah wanita yang berdansa dengannya seakan mabuk dengan tepuk tangan dan pujian yang dilontarkan dari bibir para penonton yang bertepuk tangan sembari bersiul meriah memuji tiap sentakan dan tarian yang dilakukan oleh Tsuru dan wanita ini.

Sentakan gitar latin dan gesekan biola makin mempercepat nadanya, menandakan sebentar lagi, tarian harus segera selesai. Tsuru mengelus pinggang kebawah tubuhnya dengan sedikit erotis, namun bergairah. Wanita itu juga, mengelus pipi tsuru, kemudian menarik tangannya untuk menopang tubuhnya untuk melakukan gerakan terakhir dalam dansa tango itu.

Tsuru memutar tubuh wanita itu, dan kemudian membungkuk disaat yang bersamaan dengan wanita itu sesudah memposisikan wanita itu ke posisi tegak kembali.

Tepuk tangan meriah dan siulan meriah tak henti hentinya dilontarkan. Aku yang ikut kagum pada saat yang sama, turut memberikan tepuk tangan meriah kepada pria serba putih itu dan Marchioness itu.

Aku yang keasyikan menonton musisi itu tampil, melupakan kalau sekarang adalah tanggal yang sangat kunanti. Hari ini adalah hari dimana para nahkoda kapal IJN (Imperial Japanesse Navy) kembali dari misi pelayarannya. Langit sudah mulai gelap, dan bintang sudah meulai membentuk rasi bintang di langit hitam kejinggaan diatas.

" Ah..kamu..Anak muda disana"

"huh?"

Aku yang baru saja mengangkat kakiku untuk beranjak dari tempat itu, dipanggil oleh salah seorang dari trio musisi itu.

" apa boleh aku tahu namamu?"

Pria dengan pakaian serba putih yang tadi berdansa tango dengan wanita itu menjabat tanganku dan memberikan senyumnya yang paling lembut.

"Ah, Namaku Namazuo Toushiro. Tadi aku melihat penampilan anda. Anda sungguh luar biasa!"

"ayolaaah jangan terlalu formil begitu ahahahahaha~"

Tak kusangka, pria dengan pakaian serba putih itu lumayan ramah…

"Sembari aku berdansa tadi, aku terus mengamatimu. Kamu punya rambut yang aneh ya? Kok bias ada antennanya kayak gini?"

" I—ini bukan antenna …"

"oh ya? Kalau gitu ini apa? Kok mirip sama kumis kecoak?"

Pria ini terus menerus memainkan Ahoge milikku. Dan kutarik kata-kataku tadi. Pria ini menyebalkan dan terus menerus mengejek rambutku.

"kamu mirip lele deh. Ada kumisnya kayak gini. Boleh kupanggil lele?"

"namaku Na-ma-zu-o!"

" oke oke terserah. Senang berjumpa denganmu, Lele. Namaku Tsurumaru Kuninaga. Daaaaaan~ seperti yang kamu lihat. Aku adalah seorang dancer."

Pria ini terus menerus mengamati wajahku. Layaknya mencari sesuatu dari kepalaku, dai terus menerus mengamatiku dari berbagai sudut.

"a—apa ada yang salah dengan wajahku ini?"

" hmm..tidak? aku hanya penasaran dengan dirimu"

"hah?"

" oh iya, kamu mau pulang kan? Kusarankan jangan lewat jalan dekat sector 3."

"Eh? Aku nggak tau jalan lain selain lewat sector 3!"

"…Ambil jalan lain. Pertama kamu jalan kearah Gereja, dan kemudian ambil jalan pintas kecil disebelah toko kue milik Horikawa.:

Pria dengan tattoo naga yang melingkar di tangan kirinya melirik kearahku sambil memasukan gitar latin miliknya kedalam sarungnya.

"me-memangnya ada apa sih? "

Tsuru dan kuri sesaat saling melirik satu sama lain.

" Jadi begini Le, jalan Sector 3 ada pembangunan bangunan baru, jadi jalan sekitar sana ditutup sementara."

…..oke, kali ini alasannya lumayan logis.

"baiklah, makasih atas masukannya. Senang berkenalan dengan kalian, Tsurumaru-san, Ookurikara-san"

" Mau kuantar Le?"

" Ah nggak usah. Makasih tawarannya, Tsurumaru-san"

"yaaah sayang banget. Dadah Leee! Ati ati yaaa~~"

Entah berapa usia pria ini, tapi yang jelas sifatnya dibilang terlalu kekanak kanakan buat dirinya yang sudah dewasa.


[ SECTOR 2 – ST. MICHAEL'S FOUNTAIN ]

napasku terengah-engah saat menyelusuri jalan yang berliku liku. Jujur, aku baru pertama kali berjalan melewati Sektor 2 perkotaan ini, jadi aku takut tersesat nantinya.
Hanya berbekal info dari Ookurikara-san barusan, aku lebih mirip seorang turis tersesat daripada penduduk dikota ini.

"toko kue Horikawa…toko kue Horikawa…"

mataku masih mencari sebuah bangunan tua yang sudah menjadi usaha jual roti dan aneka kue didalamnya. Sesekali aku melirik kea rah jam tanganku.
Penduduk sekitar sector 2 mungkin sudah tertidur, jalanan disini terlalu sepi, tidak ada pejalan kaki sama sekali.

"kemana…"

"kemanaaaaaaaa"

sambil terus "menyasarkan diri", aku terus mencari toko kue Horikawa. Aku sama sekali tidak emenmukan arahan dimana toko kue itu berada. Sudah kira-kira sejam aku berjalan menyusuri sector dua ini dan hasilnya masih nihil.

kakiku akhirnya mengantarkanku ke pertengahan sector dua. Adalah sebuah taman, dengan Air mancur dengan patung St. Michael ditengahnya.

" aaaah….ini dimana pulaaaa…"

Aku sudah kelelahan, dan kakiku yang masih menggunakan sepatu kulit sekolahku merasa butuh banyak istirahat. Pegal dan nyeri bercampur menjadi satu di kakiku.
Aku berjalan menuju sebuah bench dekat air mancur itu dan duduk sebentar disana.

"fuuuuh…..kemana lagi aku harus pergi…sebelah sana sudah, lalu sebelah sini juga sudah…"

"bagaimana kalau arah utara? Apa kamu sudah mengecek arah utara?"

"Utara? Kurasa bel-"

Seketika aku melompat dari posisiku. Rasa kaget memenuhi tubuhku ketika mengetahui sebelahku mendadak ada seorang wanita dengan topi besar ala bangsawan Inggris wanita duduk disebelahku.

" SI—SIAPAAAA!?"

" fufufufu~ jangan takut anak muda~ aku bukan iblis kok~"

" te—terus! Ka—kamu datang dari manaaaa!?"

" Ara? Aku nggak sopan ya, sepertinya aku belum memperkenalkan diri"

Wanita itu membuka parasol miliknya, sambil menutupi wajahnya, dia membungkuk memberi salam kepadaku sambil mengangkat dress miliknya.

"namaku Jiroutachi. Aku adalah seorang Duchess dari sector 2 ini. Salam kenal anak muda~"

".(.du..Duchess?)"

" Namamu?"

" A—uh..AAH! Namaku Namazuo Toushiro, salam kenal Lady Jirou !"

"Ara~ Manisnya~ kalau misalnya kamu tersesat, kamu boleh kok mampir ke Mansionku disebelah sana. Tapi sayangnya kamu sepertinya mencari sesuatu…?"

" uhm..mungkin ini agak tidak sopan tadi, apa anda tahu dimana Toko Kue Horikawa? Aku sudah mencari kesana kemari, tapi tidak menemukannya.."

"Toko kue Horikawa ya…Sudah lama sekali toko kue itu dibongkar…kira kira 100 tahun yang lalu~"

"….HAH!?"

" Yaaap~ Toko roti itu dulu adalah favorit keluargaku yang dulu~ sekarang toko roti itu sudah menjadi Fountain ini"

" ja..jadi…selama ini..yang aku cari…udah nggak ada…?"

" Kalau aku boleh tahu, apa alasanmu mencari Toko Kue Horikawa?"

" Kudengar dari seseorang..dekat toko kue Horikawa ada jalan menuju Sector 4. Aku entah kenapa dilarang melewati Sektor 3 oleh mereka"

"…..Sektor 3.."

"Duchess Jirou?

" Ah~ Tidak ada apa-apa. Aku kurang tahu soal jalan pintas menuju sector 4, tapi aku tahu jalan kecil yang mengantarkanmu ke Sektor 1. Dari sector 1 kamu bisa berjalan kaki sebentar sekitar 15 menit kearah sector 4."

" BENARKAH!?"

" Araa~ semangat sekali~ Aku suka sekali dengan tipe tipe sepertimu~ sayang kamu tidak lebih gagah dari kakakku~"

" Kakakku?"

" Duke Taroutachi, saat ini dialah tuan tanah sector 2. Sekaligus, akulah adiknya beliau."

"….e..eh?"

" Nah~ kita sudahi dulu perkenalan kita. Ayo ikut aku anak muda. Biar kuantarkan."

Aku mengikuti "wanita" itu berjalan. Pertama, kami melewati gang sempit. Kedua, jalan dengan reruntuhan bangunan yang rusak parah. Lebih terlihat seperti "ruin" daripada komplek residensial.

Jiroutachi berhenti pada sebuah reruntuhan, dan mendorong pelan sebuah meja usang hanya dengan satu tangannya.

" UUUURGHHHHHH!"

" nah, masuklah kebawah sini. Ikuti jalannya, dan kamu akan menemukan tunnel menuju sector dua. Ini, kuberikan obor agar kamu bisa melihat sekeliling."

" a..aku harus lewat tempat ini?"

" yaaap~ kalau kamu mau pulang, mau tidak mau kamu harus lewat sini."

Dalam hati, sejujurnya aku takut masuk ke Tunnel seperti ini. Apalagi sendirian. Lengkap sudah….

" Nah, Ayo~ Tunggu apa lagi? Ayo segera jalan!"

" te—terima kasih banyak…du—duchess Jiroutachi…"

Jiroutachi tersenyum, lalu perlahan menutup lubang masuk ke Tunnel rahasia ini.

"semoga takdir mempertemukan kita lagi, anak muda."

Dengan ditutupnya lubang Tunnel ini, sekarang aku hanya bisa kembali mengandalkan diriku sendiri.

" Yosh..Namazuo…ayo kita pulang…"


[ SECTOR 4 – TOUSHIRO MANSION ]

"kak Honebami, kak Namazuo belum pulang juga?"

aku yang duduk di sofa, sembari membaca buku puisi latin milikku perlahan menutup bukuku dan melepas kacamataku, membiarkan Akita, adikku yang paling kecil duduk di pangkuanku.

" Belum. Sebentar lagi dia pasti pulang."

" hari ini juga, kita bisa tahu kabar kak Ichi kan?"

" Ichi-nii ya? Ya, sebentar lagi telegram dari kakak akan datang. Sabar ya, Akita"

Aku mengelus rambut Akita. Rasa kantuk lebih dahulu menjemput Akita daripada diriku, jadi dalam beberapa saat Akita sudah terlelap dalam pangkuanku.

" ….Namazuo…dimana dia?"

Sudah 30 menit aku duduk disofa ini sembari mengelus rambut Akita yang terlelap dalam pangkuanku. Namun tanda-tanda Namazuo pulang sama sekali tidak kelihatan.
Jam kuno dirumahku sudah menunjukan pukul 10 malam. Aku khawatir dengan keberadaan Namazuo saat ini.

Tak lama aku berpikir aku akan menjemput Namazuo, pintu Rumahku diketuk oleh seseorang.

"Se—sebentar!"

Perlahan aku meletakan kepala Akita diatas bantal empuk, dan berjalan menuju pintu depan Rumahku. Perlahan aku membuka pintu Rumahku dan mendapati sesosok pria tegap dan berotot, dengan janggut halus dan rambut hitam- kekuningan.

" Selamat malam. Nama saya adalah Nagasone Kotetsu. Saya berada dalam divisi pelayaran yang sama dengan Ichigo Hitofuri. Apa benar ini kediaman keluarga Toushiro?"

" ya..be-benar.."

….Firasatku semakin buruk…tolong…jangan itu..selain..itu…apa saja…selama bukan itu….

"Maafkan kami…kami sudah mencari semalaman suntuk. Dan sudah mencoba mencari bangkai kapalnya..tapi…"

….S..Sudah kuduga
apa yang paling aku takuti. Kini menjadi kenyataan.

" Ichi-nii…tewas?"

"Menurut laporan dari Naval Base, Kapal yang ditumpangi oleh saudara Ichigo Hitofuri, Heavy cruiser Atago sudah tenggelam akibat tembakan armada musuh…."

Seakan Tuhan mengambil kemampuanku untuk berbicara, aku tidak bisa mengucapkan apa – apa. Air mata sudah tidak mau mengalir keluar, seakan Air mata dalam tubuhku mongering layaknya sebuah Gurun pasir . Dalam pikiranku, aku memikirkan perasaan Namazuo yang sudah pasti akan hancur mendengar kabar ini.

" A—apa kalian tidak menemukan sesuatu yang berharga milik Ichi-nii?"

" hanya ini. Kami menemukan ini terdampar di pantai, dan topi milik Laksamana Ichigo Hitofuri.."

Nagasone menyerahkan sebuah Pocket watch dan Topi komando Laksamana miliknya yang sudah setengah terbakar. Dari kondisi yang kulihat dari dua benda ini….

Ichi-nii sudah pasti tidak terselamatkan sama sekali….

Sama sekali ….

"maaf…Kami dari IJN mengucapkan turut berduka sedalam –dalamnya…Kami tak pernah akan menyangka Ichigo akan pergi secepat ini.."

Aku yang sudah tidak bisa menahan emosiku, Meninju wajah Nagasone tepat di pipinya.

" Ka..kalau saja..Ichi-nii tidak bergegas menuju pangkalan laut.."

"seandainya dia tidak ikut dan turut menyaksikan lahirnya adik kami yang paling kecil, Akita…"

" Pergi. Aku muak melihat orang dari armada…"

Nagasone kembali memakai jas hujannya, dan meletakan sebuah buket bunga didepan pintu rumahnya. Memberikan sebuah Salute terakhir dari dirinya.

" Saya, Marshall Admiral Nagasone Kotetsu, Memberikan Hormat terakhir kepada Admiral Ichigo Hitofuri. Terima kasih atas jasa dan pengorbananmu kepada Kekaisaran Jepang!"

" ugh…..Ichi..ni…"

Honebami menyender ke pintu, perlahan terjatuh diatas lututnya, sembari memeluk dua benda milik kakaknya yang kini menjadi saksi bisu kesedihan Honebami atas meninggalnya sang kakak ditengah ganasnya Tirta sang Lautan.

" Ayo, kita kembali ke pangkalan, tapi sebelumnya..
Honebami, aku sudah berjanji dengan kakakmu. Kini keluarga kalian menjadi tanggungan dari pihak militer Jepang. Kalian tidak perlu khawatir…"

"…aku mengerti. Agak sulit mengungkapkan sesuatu dalam kondisi seperti ini. Saya akan mengundurkan diri dulu…"

"….tunggu…"

Nagasone menoleh kearah belakang, dan mendapati sosok tengah basah kuyup, dengan tangan memegang obor yang padam.

"Aku yakin anda adalah Namazuo Toushiro"

" kalian dari Pangkalan Laut Jepang kan? Ichi-nii sekarang sudah waktunya pulang kan?"

Honebami tidak tega melihat Namazuo sama sekali. Dia hanya terus mengalihkan pandangannya ke lantai yang dingin

" he—hei..katakan sesuatu..Ichi-nii pulang kan?"

" …kurasa anda bisa bertanya pada Honebami. Saya permisi dulu"

Nagasone berjalan melewati Namazuo, menembus hujan yang semakin deras membasahi tubuh mereka berdua.

"….."

" Ho..Honebami…?"

" I..ichi-ni…p..pulang kan ya?"

" Bami..?"

" Na..Namazuo..Ichi-nii…Tenggelam bersama Atago…."

" ….ka..kamu serius…?"

" JANGAN BERCANDA BAMI! AKU SERIUUUS!"

Honebami melempar Pocket watch milik Ichigo kearah Namazuo.
Namazuo melihat sekilas, Pocket Watch miliknya sudah rusak, dengan kaca yang sudah pecah, jarum detik yang hilang dan foto keluarga yang sebagian terbakar.
Jam yang terakhir ditunjukan ialah jam 12.00

"…. Ugh…*sobs*"

Namazuo memeluk Honebami, menyembunyikan air matanya yang perlahan menetes melepas duka akan kepergian kakaknya di Guadalkanal.


Eternal Rest

Requiem Æternam

Eternal rest grant unto them, O Lord,

Réquiem ætérnam dona eis, Dómine,

and let perpetual light shine upon them.
et lux perpétua lúceat eis.

May they rest in peace. Amen.

Requiéscant in pace. Amen.

Namazuo berdiri di sebuah pantai, Langit terasa begitu cerah seakan tidak peduli akan hilangnya seseorang yang amat sangat berharga dimata Namazuo.

Lautan juga jauh lebih tenang, padahal biasanya pada malam seperti ini, Lautan akan menunjukan sosok aslinya yang pemarah, dan selalu mengombang ambingkan dirinya dengan luar biasa.

Tapi kali ini Laut membisu, seakan menunggu untuk mendengar apa yang ingin Namazuo ucapkan.

Namazuo menggenggam buket bunga bakung ditangannya. Diselipkanlah foto keluarga kecil kedalam buket tersebut.
Namazuo mengucapkan beberapa doa singkat, dan dia mundur perlahan, mengambil ancang-ancang untuk melempar buket tersebut.

" Sei ancora quello della pietra e della fionda

(You are still the one with the stone and the sling,)

Uomo del mio tempo. Eri nella carlinga,
(Man of my time. You were in the cockpit,)

Con le ali maligne, le meridiane di morte,

(With the malevolent wings, the meridians of death,)

-T'ho visto-dentro il carro di fuoco, alle forche,

(I have seen you - in the chariot of fire, at the gallows,)

Alle ruote di tortura. T'ho visto: eri tu,

(At the wheels of torture. I have seen you: it was you,)

Con la tua scienza esatta persuasa allo sterminio,
(With your exact science set on extermination,)

Senza amore, senza Cristo. Hai ucciso ancora,

(Without love, without Christ. You have killed again,)

Come sempre, come uccisero i padri, come uccisero

(As always, as your fathers killed,)

Gli animali che ti videro per la prima volta.

(as the animals killed that saw you for the first time.)

E questo sangue odora come nel giorno

(And this blood smells as on the day)

Quando il fratello disse all'altro fratello:

(When one brother told the other brother)

"Andiamo ai campi." E quell'eco fredda, tenace.

("Let us go into the fields." And that echo, chill, tenacious,)"

" Siapa disana!?"

Namazuo menoleh kearah belakangnya, dan mendapati sesosok pria, dengan tinggi kurang lebih 180 cm, dengan pakaian Tailcoat rapih dengan bunga mawar disematkan didadanya, serta eyepatch yang menutup sebelah matanya plus sebuah topi layaknya bangsawan Inggris terduduk disebuah batuan karang sambil membuka sebuah buku.

" Bagaimana? Lantunan puisi Italia memang paling cocok kan? Tadi itu adalah sebagian puisi mengenai peperangan, Dilantunkan oleh Salvatore Quasimodo, untuk memperingati para tentara pada peperangan di Italia."

Pria itu melompat turun dari batuan karang yang lumayan tinggi itu, dan seketika menepuk bahuku.

" Kau tahu? Kakakmu di lautan sana tidak dapat beristirahat dengan tenang."

" apa maksudmu?"

" Aku bisa melihatnya. Dia berdiri nan jauh disana. Mengamati lurus kearahmu dengan tatapan khawatir"

" ….a-apaan sih? Aku nggak ngerti apa maksudmu!"

Pria itu tersenyum, dan membisikan sesuatu ditelingaku.

"Aku bukanlah seorang musisi jalanan biasa yang kamu temui hari ini. Namaku Mitsutada. Aku adalah seorang "Angelus Mortis". Dan tugasku adalah menjemput mereka yang terikat kuat dengan dunia karena suatu hal kembali ke "Dunia yang seharusnya"

"…..kamu….kamu bercanda ya? Apa perlu kupanggilkan polisi?"

" kamu memanggil polisi pun percuma, hanya mereka, yang memiliki ikatan kuat dengan jiwa yang terikat di bumi ini yang dapat melihatku."

"Ichigo Hitofuri, Lahir 23 tahun yang lalu di Jepang. Tinggi 175 dengan golongan darah O. Lulusan terbaik St. Martha School dan ikut kedalam dunia kelautan pada usia 21 tahun. Meninggal akibat ledakan mesin pada Kapal Heavy Cruiser Atago akibat serangan torpedo oleh Submarine milik Amerika. Memiliki 8 orang adik, dan saat ini menjabat sebagai kepala Keluarga Toushiro. Apa aku benar?"

"..Kau? Kau tahu dari mana?"

"sudah kubilang, aku adalah Angelus Mortis. Segala akhir hidup seseorang berada dalam catatanku. Termasuk dirimu, Namazuo. Dan alas an kemarin rekanku sengaja membuatmu harus masuk lewat Tunnel itu biar timingmu untuk mengetahui kematian kakakmu itu pas sesuai "Death Record and Announcement" milik kami"

" terdengar aneh? Terkesan bohong? Sayangnya semua ini kenyataan. Keren kan?
nah, sekarang, sebagai Angelus Mortis, aku ingin kerjasamanya darimu."

" Apa..kerjasama denganku?"

"Aku akan membawa jiwa kakakmu ke Netherworld. Daaaaan~ seperti yang kamu lihat, Ichigo masih terborgol dengan dunia ini, dan rantainya tersambung kedalam tubuhmu."

" !
SE—SEJAK KAPAN ADA RANTAI DI DADAKU?"

" Dia masih memikirkan dirimu~ dan tentunya, dia masih memikirkan keluarganya. Sungguh kakak yang baik, Meski sudah menjadi sesosok Jiwa, ia masih memikirikan dirimu dan adik-adiknya yang lain"

"…..Na..MA..zUo…"

" …Z…uO"

"Lihat~ dia bahkan berjalan kearahmu. Sepertinya dia benar benar tidak mau melepaskanmu loh Namazuo."

Namazuo seketika bergidik ketakutan. Sosok kakaknya makin lama semakin mendekat kearah dirinya. Namazuo yang ketakutan terjatuh kebelakangnya, dan gemetaran ketakutan.

" Wa—WAAAAAHHH!"

"baiklah baiklah, aku akan memberimu waktu 30 detik. Bantu Ichigo melepaskan segala belenggunya di dunia ini ya?"

Pria itu memencet tombol pada pocket watch miliknya, dan seketika, sesaat aku membuka mataku, aku berada di sebuah ruangan putih bersih, tidak ada apa-apa.
hanya aku, dan kakakku.

" Namazuo.."

" WAAAAAAH! AKU TAKUUUT WAAAAAH!"

"Namazuo, ini aku. Jangan takut.."

Perlahan sosok kakaknya memeluk tubuh Namazuo, sambil sesekali mengelus rambutnya.

"Ah…aku bersyukur aku masih diberi waktu 30 detik berharga…"

"ichi-nii..ICHI-NII! UGH..UWAAAAAA!"

" yosh yosh…nah, Namazuo, karena waktuku singkat, dengarkan aku baik baik…
Aku tidak boleh berada di dunia lagi, dan aku harus segera pindah ke tempatku yang baru, jadi..
mulai dari sekarang, aku titip semua adik adik kita ya? Honebami juga. Aku agak sedih karena kesedihanku yang terakhir, aku tidak bisa melihat sosok Akita saat itu. Tapi itu tidak apa-apa. Karena yakin, dia juga sama manisnya dengan kalian semua"

Ichi mengelus pelan rambut zuo, dan memeluknya erat

" Akita…"

" hm?"

" Akita sekarang sudah usia 3 tahun. Rambut pink miliknya semakin le—lembut *sob*
sekarang dia sudah bisa membaca tulisan. Aku dan Honebami mengajarinya menulis"

" aaah..begitu..aku ingin memeluknya sekali saja..tapi…waktuku sudah tipis…setidaknya..bisa melihat wajahnya saja sebagai kakaknya aku sudah bahagia.."

" Ichi-nii…tadi di buket bunga yang mau kulempar, kuselipkan foto keluarga kita yang baru..disana ada foto Akita..tapi aku rasa aku masih ada cadangannya…"

Zuo meronggoh kantung Blazernya, dan mengambil secarik kecil foto keluarga barunya.

" Aku mencetaknya dengan uang hasil kerja sambilanku. Ini Gotou, ini Midare, yang ini Honebami, ini Hakata, Gokotai, yagen, Atsu, Hirano, Maeda, dan yang paling lugu ini..Akita."

" Aaah..Akita…"

Ichigo mengelus foto tersebut, sambil sesekali meneteskan air matanya, sembari melihat foto adik adiknya yang sudah tumbuh besar selepas pengawasannya.

" Namazuo..terima kasih..dengan begini..aku sudah tenang. Aku bangga memiliki adik sepertimu. Terima kasih banyak, dan tolong jaga adik adik kita"

"E—eh..padahal aku sering nakal sama ichi-nii"

" tidak apa, sampai kapanpun, kalian tetaplah adik adikku yang manis."

Malaikat bersayap hitam itu muncul, dan mematikan Pocket watch miliknya.

"Waktumu sudah habis Ichigo. Saatnya kita berangkat ke Netherworld."

" baiklah. Aku siap berangkat ke sebelah"

" I—Ichi nii!"

Ichigo melirik kearah Namazuo, dan tersenyum lembut.

"Aku berangkat dulu ya. Maaf aku selalu meninggalkan kalian.."

" i—Ichi-Nii! Tu—tunggu dulu!
..u..uhmm..T—tolong Awasi aku dari sana! Dan juga..Awasin adik adik kitaa!"

"Pasti"

" terus..terus…Tunggu aku disana. Aku janji kita akan ketemu lagi"

" ….Namazuo…"

Namazuo memberikan pose Salute kepada Ichigo, melepaskan ichi yang perlahan berangkat bersama Mitsutada, menuju Netherworld.

Sebuah isak tangis keras dikeluarkan Namazuo, melepas sang kakak yang kini sudah tak terikat dengan dunia pergi menuju tempat barunya. Tangannya memeluk erat dirinya yang dalam hatinya masih belum bisa melepas kakaknya sepenuhnya.

"Namazuo? Kamu ngapain disini?"

Namazuo menoleh kebelakang, dan mendapati Honebami datang membawa sebuket bunga Bakung lainnya.

"Ah..Honebami."

" kamu kenapa nangis di tempat umum?"

" loh…kok aku menangis?"

" kalau mau nangis, nanti aja dirumah, kalau disini, kamu malu-maluin aku"

Honebami berbicara itu dengan muka juteknya yang biasa.

" A—Aku nggak nangis kok! Aku aja nggak tahu kenapa aku nangis kayak gini!"

"Namazuo….sesudah ini…mau temani aku beli makan malam?"

" Makan malam?"

" hari ini aku akan memasak makanan kesukaan Atsu dan Ichi-nii sekaligus.."

" …..yeah…mungkin makan malam akan semakin menyenangkan kalau ada Ichi-nii"

"kamu ngomong apa? Ichi-nii sekarang ada bersama kita kan? Selalu?"

" ….yeah..kamu benar.."

Kedua kembar Toushiro menghabiskan waktunya bersamaan di pantai, tanpa menyadari kalau ada sesosok yang mengawasi mereka dari jauh.


" Hai, Padre Hasebe. Lama tak jumpa~"

"kamu..Shokudaikiri…sejak kapan kamu disini"

pastor itu mundur beberapa langkah, menjauhi sosok Malaikat kematian yang baru saja kembali dari Netherworld.

" masih seperti biasa, tatapan sinis…kamu masih membenciku sampai sejauh ini?"

" Diam. Aku tidak mau berhubungan dengan Malaikat maut"

" Aahh…Kamu masih menyesal aku membunuh Tuanmu sebelum tanggal Kematian seharusnya ?"

" Kubilang diam atau perlu kusiram kau dengan Air Suci?"

" baiklah baiklah, Aku pergi dulu~
Lagipula, sorot mata kesalmu itu lumayan keren juga. Aku akan terus mengunjungi Gerejamu nanti untuk bisa melihat sorot matamu itu. Selamat Malam, Padre Hasebe~"

Malaikat maut itu terbang, meninggalkan sang Padre sendirian dibalik bangunan tua dekat pantai itu.

"…aku akan melenyapkan semua malaikat maut..lihat saja…"

- To Be Continued -


A/n: MAAFKAN AKU KALAU GARING DAN SINETRON SANGAAAAT
ini ngetiknya smabil dengerin lagu Latin di youtube, sama buka buku Travel ama poetry demi Fanfic ini :"))
Akhir kata terima kasih sudah membaca Cerita ini, dan sampai jumpah di Chapter kedua :"))))