Nosferatu

Author: Rin

Chapter: 1/?

Disclaimer: All casts is belong to theirselves.

Rated: T

Pair: YeKyu/KyuSung, ZhouRy, slight KiWook, KangTeuk, dll.

Genre: Fantasy – Romance

.

Warning: AU, VampFic, Crack Pair, YAOI, OOC untuk keperluan cerita.

Ket: italic for flashback

.

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

Suasana gelap dan sepi di hampir setiap sudut jalanan Seoul. Awan hitam menutupi bulan yang beberapa jam yang lalu masih bersinar cukup terang. Angin dingin berhembus, menembus kulit dan membuat bulu kuduk seketika berdiri. Musim dingin masih melanda Seoul, dan orang-orang tidak cukup bodoh untuk berkeliaran di tengah suhu yang menusuk kulit ini.

Jalanan lengang, hanya ada beberapa mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi. Sebagian manusia yang lalu lalang jelas bukan dalam keadaan sadar—hampir semuanya di bawah pengaruh minuman keras.

"Aaaakkkhhh!"

Brukk.

Sesosok tubuh yeoja jatuh di antara tumpukan kardus yang menumpuk di sudut jalan. Tak bergerak, dengan sebuah luka di bagian lehernya. Jalanan yang itu benar-benar sepi, tidak seorang pun yang memiliki keinginan untuk melaluinya—seolah terdapat pelindung yang membuat orang-orang tidak bisa melewatinya.

"Darahnya tidak enak..."

Seorang namja berambut kemerahan berdiri sambil bersandar pada tiang listrik. Iris kemerahannya menatap liar sekitarnya. Tatapannya beralih pada salah satu tangannya yang berlumuran cairan berwarna merah pekat. Ia mengendikkan bahunya, sambil menjilati darah yang masih menempel di setiap jarinya.

Tap.

"Gege bilang begitu, tapi tetap menghisap darahnya sampai yeoja ini kehabisan darah... tch..."

Seorang namja lain—sedikit lebih pendek darinya tapi memiliki kulit yang sama pucat seperti dirinya—berjongkok di dekat yeoja yang kini teronggok tak bernyawa. Lehernya hampir putus, sementara sisa darahnya mengalir dari luka besar di lehernya.

"Langsung mati, eoh~?"

Namja dengan tubuh yang lebih kecil itu berdiri, melangkahkan kakinya mendekati namja berambut kemerahan yang masih bertahan dalam posisinya yang bersandar—kali ini di tembok.

"Gui Xian-ge pasti marah lagi kalau gege main-main seperti ini terus..."

"Aku tidak peduli~ Kita sudah mencari di seluruh penjuru Seoul dan orang itu tidak juga kita temukan, jadi sedikit main-main tidak masalah kan~" Namja berambut kemerahan itu menariknya ke dalam sebuah pelukan, mengabaikan fakta kalau ini sebenarnya masih di tempat umum—yang sangat sepi sih. Ia menciumi kepalanya, sambil mempererat pelukan di pinggangnya.

"Ngh... Mimi-gege~"

Namja yang dipanggil Mimi-gege itu—atau Zhou Mi—hanya diam, walau gerakan tangannya, yang awalnya diam, semakin liar. Bukan hanya memeluk, tapi juga mulai mengelus beberapa bagian tubuhnya. Punggung, leher, lalu naik menuju pipinya. Henry—namja yang ada dalam pelukannya—hanya memejamkan kedua matanya, menikmati setiap sentuhan namja yang jauh lebih tua darinya itu.

Henry mengangkat kedua lengannya, beralih memeluk leher Zhou Mi—atau lebih tepatnya menelusnya perlahan. "Gege~ Yeoja itu menyentuhmu di bagian mana saja~?"

"Wae? Ingin menghilangkan bekasnya, eoh~?"

Zhou Mi kini mengalihkan perhatiannya kepada leher putih milik Henry, lalu menciumnya perlahan. Sedikit menghisapnya, ia mulai membuat beberapa kissmark samar di beberapa bagian lehernya.

"Ngh... jelas, untuk apa gege menanyakannya lagi~?"

Namja bertubuh tinggi itu hanya menyeringai—well, malam penuh kenikmatan mungkin akan ia ciptakan lagi kali ini.

.

.

.

"Dasar pasangan pervert... tch..."

Seorang namja berkulit pucat tengah berdiri di atas salah satu atap gedung yang tidak jauh dari tempat Zhou Mi dan Henry. Ia berdecak, helaian coklatnya berkibar tertiup angin. Sorot matanya yang datar kini beralih menatap Seoul yang masih dihiasi oleh cahaya lampu dari segala penjuru.

"Yesung-hyung sebenarnya kau ada di mana?"

.

.

.

"Kasus pembunuhan lagi?"

Iris gelapnya terbelalak, dengan alis yang bertautan. Ia baru saja bangun tidur, menyiapkan sarapan, lalu mengambil koran yang ada di kotak pos depan rumahnya dan mendapati berita mengenai sebuah kasus pembunuhan seorang yeoja menjadi headline utama. Ia menyimpan kembali koran itu di atas meja, tidak mempedulikan mengenai hal itu lagi. Untuk apa dipedulikan, toh yang dibunuh juga hanya seorang yeoja yang... kau tahulah, yang seperti itu.

Hanya satu yang sedikit menarik perhatiannya. Mati kehabisan darah, tapi tidak ada jejak darah dimanapun, seolah darah yeoja itu dihisap habis lalu dibuang entah kemana.

Namja berambut pirang itu mendongakkan kepalanya, mata sipitnya kembali terbelalak, kali ini dikarenakan waktu yang ditunjukkan oleh jam yang menggantung tepat di hadapannya. "Ya Tuhan, aku hampir terlambat!"

Dan detik berikutnya suara-suara berisik seperti pintu yang dibanting, benda-benda yang terjatuh dan lain sebagainya terdengar jelas dari rumah yang ditinggalinya seorang diri itu.

.

.

.

Ini hari yang membosankan bagi seorang Kim Jongwoon, namja berambut pirang yang merupakan mahasiswa jurusan sejarah itu. Ia hampir terlambat tadi pagi—hampir karena ia tiba di kelasnya satu menit sebelum sonsaengnim yang mengajar mata kuliah hari itu masuk kelas. Lalu berikutnya mendengarkan ceramah mengenai materi yang baginya lebih cocok disebut sebagai senandung pengantar tidur.

Memang gila sebenarnya. Karena ia lebih memilih untuk masuk jurusan yang dikatakan oleh hampir seluruh penghuni universitas ini sebagai jurusan paling membosankan. Hanya saja yah... ia memang tertarik dengan subjek itu—sama tertariknya ia dengan musik. Tapi mendengarkan seperti ini sangat membosankan, masih lebih mending kalau ia membacanya dari buku-buku yang ada di perpustakaan.

"Hhh..."

Ia menatap keluar jendela. Langit mendung. Lagi, padahal ini bukan musim hujan. Ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu, tapi hujan selalu urung untuk jatuh. Hanya mendung—yang mengganggu baginya. Entahlah, rasanya firasatnya agak buruk tiap kali melihat langit yang selalu saja dihiasi oleh awan kelabu itu.

"Jongwoon-ssi, kalau kau tidak ingin kukeluarkan dari kelas ini, tolong perhatikan apa yang sedang kujelaskan."

Jongwoon tersentak, ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan—sedikit tersipu ketika perhatian kelas seluruhnya tertuju padanya. "A-ah, mianhae..."

Ia menundukkan kembali kepalanya, menatap textbook yang terbuka di meja. Tidak menyadari ketika sang sonsaengnim sedikit menyeringai ke arahnya.

Suaranya mirip dengan orang itu, atau jangan-jangan namja bernama Kim Jongwoon ini memang orang itu? Yah, terserahlah, lagipula bagaimana pun juga ini pasti akan menjadi sesuatu yang menarik.

.

.

.

Namja berkulit pucat itu sesekali menguap—walau ia tidak benar-benar tertidur. Maksudnya, ia memang tidak akan pernah bisa tertidur. Hanya saja, penjelasan panjang lebar di depan kelasnya benar-benar membuatnya bosan—dan sedikit mengantuk.

Ia mengusap helaian coklatnya perlahan, membiarkannya sedikit acak-acakan. Sekalian juga membuat namja yang duduk di sebelahnya terganggu.

"Gui Xian-ge, kau sudah melakukan hal itu sejak tiga puluh menit yang lalu, bisakah kau diam?"

"Tidak."

Namja berpipi chubby itu mendengus. Jawaban singkat yang diberikan orang di sebelahnya itu membuatnya benar-benar ingin menggeplak kepalanya—kalau saja ia tidak ingat kalau namja bertubuh tinggi ini jauh lebih tua dibandingkan dirinya, juga lebih kuat.

Kan dia sendiri yang masuk universitas ini hanya untuk mencari orang itu, kenapa malah jadi dia sendiri yang malah merasa bosan? Dasar plin-plan...

Gui Xian—atau Kyuhyun—memandang keluar jendela. Teringat lagi akan alasannya masuk ke tempat ini, termasuk jurusan musik juga. Orang itu menyukai musik, dan kemungkinan dia berada di sini itu besar. Itu berdasarkan intuisinya, walau semua hyungnya tentu saja melarang keras tindakannya ini.

Berada di lautan manusia, ditambah lagi Kyuhyun sulit untuk mengendalikan nafsunya, jelas semua hyungnya melarang keras. Tapi yah, setidaknya Henry yang menemaninya sedikit lebih baik dibandingkan dirinya dalam mengendalikan diri.

Dia di sini.

Itu yang selalu diucapkannya. Seseorang—sama seperti dirinya walau ia tidak tahu apakah orang itu namja atau yeoja karena penampilannya yang sangat tertutup—yang sangat ia cintai. Yah, ia memang tidak tahu bagaimana wujud orang itu, bagaimana suaranya dan sebagainya. Orang itu selalu diam, tak pernah mengeluarkan suaranya ataupun menunjukkan wajahnya. Hanya setiap tindakannya yang ia tunjukkan kalau orang itu mencintainya juga.

Kyuhyun hanya tahu namanya. Selebihnya apapun mengenai orang itu blur. Sama misteriusnya dengan bagaimana kemampuan orang itu—sama-sama vampire seperti dirinya dan juga semua hyung yang lainnya, tapi ia benar-benar tidak tahu apapun mengenai orang itu.

Orang itu kuat—dan sadis kalau perlu ditambahkan. Ketika semua hyungnya hanya membunuh manusia ketika situasi benar-benar sangat mendesak untuk melakukan itu, ditambah juga berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan jejaknya, maka orang ini akan dengan sengaja membuat korbannya mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan—sekaligus juga menjijikkan.

Dan sisi itulah yang membuatnya tertarik padanya, hingga akhirnya ia malah jatuh cinta pada namja yang bahkan tidak ia ketahui bagaimana wujudnya.

Masalahnya sekarang adalah...

Orang itu menghilang. Tanpa jejak. Bahkan auranya pun tidak bisa ia rasakan. Seolah ia hilang jadi debu.

Dan mencarinya kini adalah hal yang ia lakukan, bersama dengan keluarganya yang lain—walau dengan tidak rela juga. Oh ayolah, mana ada orang yang mau mencari seseorang yang tidak mereka ketahui bagaimana wujudnya, kecuali dirinya...

"Huft..."

Ia hanya punya waktu satu minggu, itu batas waktu yang diberikan semua hyungnya. Lewat dari itu maka ia harus menyerah.

.

.

.

"Salah satu kemungkinannya adalah ia menyamar menjadi manusia, lalu menghilangkan jejak keberadaannya hingga tidak ada satu orang pun dari kita bisa melacaknya. Hal itu tidak sulit untuk dilakukan oleh orang sepertinya..."

Namja berkulit putih itu menatap hyung tertuanya yang balas menatapnya datar. Namanya Kim Kibum, dan berhadapan dengan Park Jungsoo yang tengah memasang raut wajah seperti itu benar-benar membuat perasaannya tidak enak.

"Aish... apa tujuannya?"

Kibum diam, walau sebenarnya ia sedikit penasaran juga. Apa tujuan orang aneh itu dengan menghilang dan membuat salah satu dongsaeng kesayangannya—yang merupakan pasangan vampire aneh itu—sedikit tertekan?

Ia akui kalau dirinya mungkin satu tipe dengannya, sama-sama tidak bisa ditebak. Tapi orang ini... jauh lebih tidak bisa ditebak.

Jungsoo menatap keluar jendela ruangannya, langit masih sama mendungnya dengan beberapa minggu yang lalu. Dan itu bukan sesuatu yang baik, ia tahu itu.

"Huft... ya sudahlah, cari dia lagi..."

"Tapi, hyung... apa tidak apa-apa...?"

"Apanya?" Jungsoo kini menatap Kibum yang memasang raut wajah bingung—berbeda sekali dengan dirinya yang biasa selalu memasang wajah dingin. Kalau bisa sampai seperti itu, artinya apa yang dikhawatirkan oleh Kibum adalah sesuatu yang sangat penting.

"Di tempat Kyuhyunnie kuliah itu... ada beberapa orang yang merupakan vampire hunter..."

"Eh? Jinjja?"

Kibum menganggukkan kepalanya. Fakta itu baru diketahuinya kemarin, ketika ia sedang berkeliling di tempat itu—sambil mengawasi Kyuhyun juga. Dan jumlahnya... bukan jumlah yang diinginkan oleh vampire manapun, terlalu banyak dan sebagian dari mereka sangat kuat.

Jungsoo menatap salah satu dongsaeng termudanya itu dengan tatapan tidak percaya. Itu serius? Kalau begitu, menyuruh Kyuhyun untuk pergi dari sana adalah hal yang tepat. Kalau Kyuhyun mau...

Ia tidak ingin mencari masalah dengan para vampire hunter—karena itu artinya sama saja dengan membuat seluruh dongsaengnya dalam bahaya. Memiliki sepuluh dongsaeng—termasuk Kyuhyun dan Kim Yesung—jelas membuatnya tidak mungkin menempatkan mereka dalam posisi yang berbahaya. Walau mereka semua dianugerahi kemampuan khusus, tapi tetap saja, usia tidak bisa menjamin apa yang akan mereka lakukan nantinya. Kalau disamakan dengan manusia, seluruh dongsaengnya itu mirip remaja yang masih labil—walau usia mereka sudah ratusan tahun.

"Aish... lalu sekarang bagaimana?"

.

.

.

Jongwoon berjalan menyusuri jalanan sepi menuju rumahnya. Hari sudah gelap dan ia terlambat pulang gara-gara harus mendengarkan ceramah tambahan dari sonsaengnim hanya karena ia melamun—lagi—di kelas.

Itu menyebalkan, padahal setelah kelas itu tadinya ia berniat untuk segera berlari pulang menuju rumah, mandi lalu tidur hingga tengah malah nanti. Dan rencananya hancur berantakan gara-gara ceramah tidak jelas selama hampir satu jam di ruangan sonsaengnim yang—kalau tidak salah—bernama Choi Siwon itu.

"Ng?"

Ia tersentak, menyadari kalau jalanan saat ini sangat sepi. Bukan sesuatu yang normal, biasanya walau sepi setidaknya masih ada orang yang lewat—atau mobil yang lewat. Tapi sekarang... sepi dalam artian hanya ia sendiri yang berada di jalan itu.

Jongwoon menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Kosong, tapi ia yakin kalau ada seseorang yang mengikutinya—sejak tadi kalau perlu ia tambahkan. Tapi ia mengabaikannya, karena waktu itu jalanan ramai jadinya ia mengira kalau itu mungkin hanyalah orang yang memiliki arah yang sama dengannya.

"Siapa...?"

"AAAAAAAAAAAKKKKKKHHH!"

"Eh?"

.

To Be Continued—

.

a/n ini baru chapter satu yang saya buat dengan alur yang cepat, sengaja sih... ^^ ff ini direquest sama salah seorang temen saya yang seorang YeKyu Shipper. Saya bikin sebelas member dari lima belas member SJ jadi vampire, sisanya vampire-hunter. Siapa aja? Yah liat nanti aja. xD Yang baru dikeluarkan enam orang. Dan siapa Siwon di sini? Vampire atau vampire-hunter, itu rahasia~

Oke, sekian dari saya... lagi males banyak ngomong, mana ini ngetik pake minjem laptop orang pula... xD Saya bakal update ini nanti lagi ya, barengan ff lainnya, bisa minggu depan atau malah abis lebaran~ *digeplak

Sedikit pertanyaan? Mending rate-T atau rate-M? ._.

So... See You~ :D

.

BEST REGARDS

-RiN—

.