—Like A Dream—
Author: RiN
Chapter: 1/3
Disclaimer: All casts is belong to themselves.
Rated: T
Pair: YeKyu (Yesung – Kyuhyun), KaiBaek (Kai – Baekhyun), ZhouRy (Zhou Mi – Henry)
.
Warning: AU, YAOI, OOC, Crack Pair, typos, mpreg, dll. ._.
.
Genre: Romance – Family
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
For : Rachigekusa~ ._.
.
Setting saya ambil setelah ff saya yg Trust You. Anggap aja ini sekuel setelah YeKyu nikah. xD Mau dibaca atau nggak ya terserah~
.
.
Suara benturan alat-alat dapur terdengar samar dari dalam rumah bercat putih di sudut jalan. Rutin terdengar, setiap pagi di waktu yang sama. Rumah yang dihuni oleh tiga orang itu selalu terdengar sepi di saat seperti ini—kecuali beberapa menit setelahnya.
Yesung—si pemilik rumah—memfokuskan perhatiannya pada masakan yang ada di hadapannya. Ia tidak terlalu jago dalam melakukan hal ini sebenarnya. Kemampuan namja berambut hitam ini dalam hal memasak mungkin lumayan standar—setidaknya ia tidak akan membuat orang lain yang memakannya keracunan.
Harusnya yang melakukan hal rutin ini setiap pagi bukan dirinya—harusnya. Yah, hanya saja ia tidak ingin istrinya yang melakukan hal ini. Tidak akan pernah membiarkan namja berambut ikal kecoklatan itu untuk sekedar mendekati tempat ini.
Yesung mengerutkan alisnya. Tumben sepi?
Ia melongokkan kepalanya ke arah tangga. Masih belum terdengar apapun. Ia mengendikkan bahunya, menganggap bahwa ketidakbiasaan yang berujung sepi ini patut untuk disyukuri—
BRAKK! DUAGH!
—atau tidak.
Yesung menghela nafasnya. Baiklah, mustahil sepi. Rumah ini—terutama di kala pagi—tidak mungkin sepi. Apalagi kalau sang istri dan anaknya melakukan sesuatu di atas sana. Setidaknya suara barusan tidak terlalu ribut dibandingkan biasanya. Ia memasang earphone yang sejak tadi menggantung di lehernya—sekedar persiapan kalau suara barusan mulai terdengar. Namja berambut hitam itu kembali melanjutkan kegiatan memasaknya, menganggap bahwa suara berisik itu tak lebih penting dibandingkan dengan apa yang tengah dilakukannya.
"Yaaakkk! Kim Baekhyun~!"
Namja bersuara emas itu kembali menghela nafasnya. Bahkan sengaja ia tutup telinganya sekalipun tetap saja suara istrinya itu masih terdengar. Entah suara istrinya yang memang keras atau telinganya yang kelewat sensitif. Yesung menyelesaikan kegiatan masaknya. Lalu beranjak menuju lantai atas.
Alisnya berkerut, melihat Kyuhyun—istrinya—tengah menggedor pintu kamar anaknya. Masih belum selesai juga?
"Yaaaaakk! Buka pintunya, atau umma akan mendobrak pintu kamarmu ini, Kim Baekhyun~!"
Dobrak? Ya Tuhan…
Yesung berjalan menghampiri Kyuhyun, memandangi wajah istrinya. "Wae?"
Kyuhyun mempoutkan bibirnya. Dia sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun tapi kebiasaannya mempoutkan bibir saat sedang kesal masih belum berubah juga. Dan yang anehnya adalah, meski usianya sudah kepala tiga, Kyuhyun masih terlihat manis.
"Baekkie tidak mau keluar padahal aku kan mau menanyakan sesuatu padanya…"
Alis Yesung kembali berkerut. "Sesuatu?"
Cklek.
Suara pintu terbuka. Kepala sang anak—yang wajahnya jauh lebih mirip dengan Yesung—menyembul keluar. "Aku tidak akan mengatakan apapun soal itu. Umma pasti akan melarangku nantinya. Pokoknya aku tidak mau. Titik!"
BRAKK!
"Wow…" Yesung sedikit terpana, terutama ketika pintu itu tertutup dengan keras. Ia bahkan tidak sempat mengeluarkan tanggapan apa-apa—dan anaknya langsung membanting pintu kamarnya. Tidak sopan memang, tapi ada hal lain yang menarik perhatiannya…
"Yaakk!" Kyuhyun kembali berteriak, menggedor pintu tak bersalah itu lagi.
"Chagiya~"
"Ne?"
"Anak itu kenapa?"
.
.
.
"Jadi...?"
Yesung duduk di kursi, sementara Kyuhyun di kursi lain yang tepat berhadapan dengannya. Baekhyun? Entahlah, setelah ia membanting pintu itu—membanting dalam artian ditutup dengan keras bukan dibanting seperti dalam bela diri—ia tidak mau keluar. Bahkan hanya untuk bertemu dengan salah satu dari mereka pun tidak. Well, bukan masalah besar sih, setidaknya jatah sarapan anak itu bisa ia makan—
—ng… baiklah, ia tidak setega itu. Walau sebenarnya ia bisa juga benar-benar melakukannya.
"Ng… " Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, kebiasaannya ketika ragu hendak mengatakan sesuatu atau sedang gugup—atau juga sedang berusaha bertingkan aegyo padanya terutama kalau ada sesuatu yang ia inginkan. Tipikal istri yang sulit untuk ditolak sebenarnya.
"Ya?"
"Aku…"
"Kyuhyunnie~ Kau tahu kalau aku bukan orang yang bisa membaca pikiran—sebenarnya memang tidak ada manusia yang bisa melakukannya sih—jadi cepat katakan apa yang terjadi jadi aku bisa bicara dengan Baekkie setelah ini…"
"Baekkie pacaran dengan seseorang…"
Yesung mengerjapkan kedua matanya. Butuh waktu beberapa menit untuknya mencerna kalimat yang diucapkan Kyuhyun dengan cepat itu. "Apa?"
Kyuhyun mendesis kesal. Ia tidak mau mengatakan kalimat itu, sebenarnya. "Kim Baekhyun, anakmu yang tidak berbeda denganmu terutama kalau masalah yang berhubungan dengan kata seenaknya, sekarang sudah punya pacar dan ia tidak memberi tahu kita sedikit pun soal itu."
"Mwo? Bisa ceritakan dengan jelas?"
"Aish… pabbomu itu masih belum berubah juga hyung. Maksudku, anak itu pacaran—dengan namja kalau perlu kutambahkan—dan anak itu tidak bilang apapun soal itu pada kita. Aku bahkan mengetahuinya dari tetangga sebelah."
"Oh, lalu?"
Kyuhyun menatap suaminya sweatdrop. "Yaak! Aku kan cuma khawatir, bagaimana kalau dia punya kekasih yang ternyata tidak mencintainya sama sekali dan hanya memanfaatkan Baekie yang masih polos itu—"
Aku bahkan ragu kalau anak itu masih polos... Batin Yesung—facepalm.
"—lalu bagaimana kalau ternyata anak itu pada akhirnya malah diperkosa!? Kau mau tanggung jawab kalau hal itu sampai benar-benar terjadi!?"
Yesung membelalakkan kedua matanya, mengerjap beberapa kali. Tidakkah pemikiran istrinya itu terlalu... berlebihan? Ayolah, anak itu bahkan baru menginjak usia enam belas tahun dan ia yakin orang yang—katanya—menjadi kekasih anaknya itu usianya tidak akan terlalu jauh perbedaannya.
"Kyuhyunnie~ Bisa kau tenangkan dirimu dulu?"
"Ng..." Kyuhyun diam, sepasang iris gelapnya menatap suaminya yang masih diam, balas menatapnya yang malah menunjukkan gesture agak ragu. Detik berikutnya Kyuhyun menganggukkan kepalanya.
"Good~ Nah, dengarkan aku... aku tahu kau hanya khawatir padanya lagipula dia juga anak tunggal yang kita miliki, tapi kurasa kalau terlalu protektif seperti ini bukan hal yang bagus..."
"Tapi..." Kyuhyun ingin membantah, tapi kalimat yang ingin diucapkannya seolah tertahan di tenggorokannya.
Yesung menghela nafasnya. Ia mengerti kenapa Kyuhyun bisa seperti ini. Mereka sudah lama menikah, diawali dari berpacaran sejak mereka masih menjadi seorang siswa SMA, dimana saat itu keduanya adalah siswa yang paling jarang berinteraksi dengan siswa lainnya. Hingga kini dimana Kyuhyun—ajaibnya—sudah memiliki anak lelaki.
Yah, walau setelah ini Kyuhyun tidak akan mungkin punya anak lagi...
Tidak ada yang salah, Kyuhyun tidak salah dengan sikapnya yang terlalu over protektif pada Baekhyun. Kalau ia ada di posisi Kyuhyun, mungkin ia juga akan bersikap sama. Tapi... oh ayolah, bahkan anak itu sudah bukan anak kecil yang dulu biasa bermanja-manja pada mereka. Baekhyun bahkan pernah menonton film yadong dengannya—ng, baiklah untuk yang ini jangan sampai Kyuhyun tahu atau ia akan kehilangan jatahnya menyentuh Kyuhyun selama satu bulan.
"Arraseo... biar aku yang bicara padanya..."
"Eh?" Kyuhyun menatap Yesung yang kini beranjak dari tempatnya duduk, berjalan menaiki tangga dan-mungkin-menuju kamar Baekhyun.
.
.
.
"Baekie..." Yesung mengetuk pintu kamar anak satu-satunya itu. Ketukan itu berubah menjadi agak keras ketika tak ada respon apapun yang diberikan Baekhyun. "Yaak! Kim Baekhyun, cepat buka pintunya!"
Ya Tuhan, sekarang ia malah jadi seperti Kyuhyun... -_-
Cklek.
"Aish, appa... bisakah kau pelankan suaramu? Kau mau membuatku tuli apa?"
Baekhyun membuka pintu kamarnya. Ia menyembulkan kepalanya dari balik pintu, sementara kedua matanya menyapu sekitarnya-berjaga-jaga kalau ummanya ada di sekitar situ ia akan langsung menutup pintu kamarnya.
"Umma-mu ada di bawah. Boleh appa masuk?"
Baekhyun terlihat ragu. "Appa mau janji tidak akan marah-marah seperti umma kan?"
Yesung menghela nafasnya, hanya itu tidak akan menjadi masalah kan? "Baiklah..."
"Appa juga janji tidak akan menyita semua gameku kan?"
Perjanjian macam apa itu? Lagipula sejak kapan anak ini jadi gamer? Batin Yesung. "Arraseo, appa janji..."
"Appa juga janji mau membelikanku game terbaru~?"
"Baik—Mwo? Yaak! Kim Baekhyun!"
BRAKK!
Dan pintu kembali tertutup, meninggalkan Yesung yang hanya bisa facepalm tanpa sempat melakukan apapun terhadap putra semata wayangnya—bahkan bicara pun tidak.
Sejak kapan anak ini menuruni sifat asli ummanya? Batin Yesung—agak frustasi.
.
.
.
Baekhyun duduk di salah satu meja yang terletak di sudut cafe pinggir jalan. Matanya tak henti menyapu keadaan sekelilingnya, ke jendela, pintu masuk, hingga hal yang amat sangat tidak penting seperti daftar menu—itu penting sebenarnya, setidaknya kalau ia ingin memesan sesuatu lagi. Menunggu memang bukan kegiatan yang menyenangkan, terutama jika waktu yang harus ia habiskan hampir tiga puluh menit.
Bukan salah orang yang ia tunggu sebenarnya, karena nyatanya waktu perjanjian mereka adalah tiga puluh menit lagi—artinya ia datang satu jam terlalu cepat.
Namja manis itu menumpukan kepalanya di atas meja, menghela nafas sambil memainkan papan menu yang berdiri di atas meja. "Eottokhae...?"
"Apanya yang bagaimana, Hyunnie~?"
"Eh?"
Brukk.
Baekhyun mendongakkan kepalanya, mendapati seorang namja berkulit tan—dan tentu saja lebih tinggi dibandingkan dirinya (baiklah, ia benci mengakui hal itu sebenarnya), duduk tepat di kursi yang menghadap dirinya. "Hhh... bukan apa-apa..."
Namja itu mengerutkan alisnya. Jelas ada apa-apa, kalau tidak kenapa namja yang lebih tua darinya itu sedari tadi—sejak ia menghampirinya—terlihat seperti orang galau yang sedang patah hati?
"Jinjja?" Namja itu memajukan tubuhnya, sedikit berdiri sambil merutuk dalam hati gara-gara meja di depannya ini sangat menghalangi usahanya untuk lebih dekat dengan kekasih manisnya ini.
"Apa yang sedang kau lakukan, Kai-ah?" Baekhyun mengerutkan alisnya, mendapati posisi mereka yang terlihat agak berbahaya. Bukan apa-apa, masalahnya ini tempat umum dan dekat dengan perusahaan tempat appanya bekerja—siapa tahu kan kalau appanya itu secara kebetulan malah makan siang di tempat ini.
"Ng... mengkhawatirkanmu?" Jawab Kai, sambil memasang wajah yang innocent tapi gagal.
Mendengar hal itu, namja manis bertubuh kecil itu hanya bisa memasang ekspresi facepalm—ditambah ekspresi wajah kekasihnya yang failed innocent face itu. Jawaban macam apa itu yang malah balik bertanya padanya?
"Baekkie?"
Deg.
Apa hari ini Tuhan sedang berniat untuk mengerjainya?
Itu suara appanya. Satu-satunya namja bersuara baritone rendah yang pernah ia kenal hanya milik appanya. Dan orang itu ada di sini?
Baekhyun—dan juga Kai—mendongakkan kepalanya, mendapati seorang namja bertubuh sedang dengan pakaian agak berantakan—kemejanya sedikit kusut ditambah dengan kedua lengannya yang digulung hingga mencapai siku. Wajahnya hampir mirip dengan Baekhyun—kecuali kenyataan kalau Baekhyun jauh lebih terlihat manis. Kedua tangannya membawa sebuah nampan yang diyakini berisi makan siangnya.
"Aku tidak tahu kalau kau makan di sini juga. Ah…" Yesung mengalihkan perhatiannya pada namja yang duduk tepat di hadapan anaknya itu, "lalu… dia…?"
Kai tersentak. Namja berkulit tan itu sedikit membungkukkan badannya. "A-annyeong…"
'Baekkie pacaran dengan seseorang…'
Kalimat yang diucapkan Kyuhyun tadi pagi kembali terngiang dalam otaknya. Namja bersurai hitam itu menatap keduanya bergantian. Baekhyun yang terlihat panik dan namja satunya—yang ia asumsikan adalah orang yang dimaksud oleh Kyuhyun—yang terlihat bingung. Seulas seringai terlihat di wajahnya—tipis, hampir tidak terlihat malah.
Yesung berjalan mendekati Baekhyun. "Kau berhutang penjelasan pada appa dan umma, Kim Baekhyun~"
"Lalu…" Ia menoleh ke arah Kai—yang menatapnya agak gugup. Bagaimana tidak gugup kalau ia mendadak bertemu dengan salah satu orang tua kekasihnya tanpa persiapan sama sekali? Apalagi tatapan tajam namja ini seolah sedang menelanjanginya saat itu juga. Yah, ia tidak tahu saja kalau itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan tatapan yang akan diterima olehnya kalau ia bertemu dengan Kyuhyun. -_-
"Ah… Kim Jongin imnida…"
"Jongin-ah… maukah kau datang ke rumah besok malam?"
"Eh?"
"Mwo? Appa, kau mau kalau anakmu ini dibunuh ummanya sendiri!?" Baekhyun langsung menatap horror ke arah Yesung yang hanya mengendikkan bahunya, bersikap seolah tidak peduli.
"Dan kau mau juga kalau setiap hari ummamu berteriak tidak jelas di rumah, ditambah juga dengan pintu yang entah sudah berapa kali kau banting itu?"
"Ng…" Baekhyun hanya diam, ia mempoutkan bibirnya sambil mulutnya bergerak-gerak, menggumamkan beberapa kalimat tidak jelas yang intinya merutuki appanya ini. -_-
"Jadi…?"
Kai menatap Baekhyun yang memberi isyarat dengan gerakan mulutnya untuk menolak ajakan itu. Ia tidak mau kalau nantinya mereka berdua malah jadi korban amukan iblis yang hilang kendali.
"Ah, satu lagi… aku tidak menerima penolakan."
Kalau begitu buat apa kau bertanya dia mau atau tidak? Batin Baekhyun sambil menatap appanya facepalm.
"Ng… baiklah…"
"Satu hal lagi… siapa nama ayahmu?"
"Hah?"
Baekhyun mengerjap. Untuk apa Yesung menyakan hal itu?
"Ng… Zhou Mi-appa…"
"MWO!?"
.
.
.
"Kau tahu, Hyunnie… ayahmu aneh…"
Itu kalimat pertama yang diucapkan oleh Kai, tepat setelah Yesung pergi dengan alasan ia harus segera menyelesaikan makan siangnya atau ia akan terlambat kembali ke kantor. Mengindahkan pertanyaan dua namja muda itu mengenai teriakannya tadi. Satu-satunya yang bisa mereka dengar hanyalah gumaman tidak jelas yang sekilas terdengar seperti 'koala' atau 'tiang listrik' atau semacam itulah.
Baekhyun memilih untuk tidak menjawab, toh tidak perlu dijawab olehnya juga memang sudah terlihat kalau Yesung itu orang yang aneh.
Seolah teringat sesuatu, Baekhyun kembali mendongakkan kepalanya. "Err… soal besok… yakin tidak apa-apa?"
Kai mengerjapkan kedua matanya, menatap kekasihnya yang terlihat khawatir. Apa memang akan terjadi sesuatu yang buruk kalau misalnya ia datang ke rumah kekasihnya itu? Bukannya malah bagus karena itu artinya ia akan berkenalan dengan keluarganya? Lagipula selama mereka berpacaran tiga bulan ini ia sama sekali belum pernah ke rumah Baekhyun. Selalu saja ada alasan yang dibuat oleh Baekhyun untuk melarangnya sekedar menjemputnya di rumah tiap kali ia pergi ke sekolah.
"Tidak apa-apa kan? Lagipula kedua orangtuamu juga tidak akan menggigitku sampai mati kan?"
Lebih buruk dari itu, kurasa…
"Huft… yah, kurasa tidak apa-apa sih…"
Dan dalam hati, Baekhyun berharap kalau besok ummanya itu sakit jadi ia tidak perlu diinterogasi yang aneh-aneh olehnya. Dasar anak durhaka… -_-
.
—To Be Continued—
.
a/n ini ff yang saya janjikan untuk seseorang. :) harusnya oneshot dan sebenernya udah beres sejak Mei, tapi berhubung file yang lama kehapus oleh senior saya ditambah saya lupa gak bikin backupnya di tempat lain, jadi ya mesti saya ketik ulang. ^=^
Saya pecah jadi 3 chapter, karena udah terlalu males ngetik ditambah ada beberapa bagian yang saya tambahkan dari cerita originalnya. Termasuk bagian ZhouRy yang jadi orang tuanya Kai. xD Jangan timpuk saya ya~ ada latar belakangnya kok, kenapa bisa orangtuanya putih anaknya kebalikannya. '-')b
Oke, sekian dari saya. Berhubung mau puasa, saya tetep jalan kok sama ff rate M dengan beberapa situasi. Pertama, saya bikinnya kalau pas lagi gak puasa—yang artinya selama seminggu saya full bakalan publish ff rate M. Kedua, bakal saya bikin tengah malem. .-.
See You~
.
BEST REGARDS
—RiN—
.
