I am a Shinobi

Naruto Masashi Kishimoto

High School DxD Ichie Ishibumi

Warning : AU, OOC, OC, TYPO, Semi Canon, dan Lain – lain

humanNaru, SmartNaru

Summary : Naruto Uzumaki, sang Uzukage muda secara mendadak dan misterius muncul di kota Kuoh sehari setelah pengangkatannya. Frustasi tak menemukan jalan pulang ke Uzushiogakure, Uzukage itu memutuskan untuk membangun perguruan ninja di kota tersebut.

Chapter 1

" Berhasil ! Namikaze Naruto, finalis terakhir kita berhasil mencapai Mount Midoriyama dengan memecahkan catatan waktu tercepat yang pernah ada, hanya dalam 15 detik. Luar biasa ! " seorang pembawa acara dengan penampilan heboh menyampaikan kekagumannya dengan heboh pula yang sukses mempengaruhi para penonton di sekitar tersebut juga bertepuk tangan ria sambil meneriakkan nama sang jagoan yang baru saja memecahkan rekor baru lagi.

" Namikaze Naruto ! " pembawa acara itu memanggil pemuda bersurai merah yang baru saja datang mendekatinya. Pemuda yang memiliki tinggi 180 cm itu hanya tersenyum lebar ketika lengan sang pembawa acara melingkari bahunya, sebuah tindakan yang menunjukkan bagaimana acara ini berhasil menggandeng keakraban antara peserta dan panitia.

" Bagaimana rasanya setelah berhasil meraih Midoriyama bahkan memecahkan catatan waktu yang paling cepat yang pernah ada ?! " Tanya pembawa acara heboh, seluruh pencahayaan dan kamera sekarang tertuju pada pemuda bersurai merah tersebut.

" Hanya satu kata, menyenangkan ! " jawab pemuda itu tersenyum lebar dengan deretan gigi putih yang rapi yang makin membuat para penonton yang didominansi kaum wanita berteriak terpesona akan ketampanan sang jawara tersebut.

" Sebagai kilas balik, Namikaze Naruto ini merupakan salah satu peserta termuda yang pernah mendaftarkan diri dalam acara Sasuke Ninja Warrior ini. Dalam perjalanannya menuju babak grand final ini, Naruto selalu berhasil menembus catatan waktu tercepat dari yang pernah dicapai sebelumnya dan sekarang ia berhasil meraih gelar juara termuda selama acara ini berlangsung. Selamat Namikaze Naruto ! "

" Terima kasih, ini semua tak lepas dari dukungan para peserta lain, penonton, dan panitia. " respon Naruto merendah. Seorang pemuda berjas pun kini maju mendekati Naruto dengan membawa sebuah tropi dan juga papan gabus yang bertuliskan nominal uang yang berhasil Naruto peroleh.

2 juta yen. Naruto menyeringai melihat nominal tersebut, dengan uang sebanyak itu, ia yakin dapat bertahan lebih lama di dunia ini dan mencari cara lain untuk kembali ke Uzushiogakure.

Ah, ia menghela nafas panjang. Seingatnya beberapa bulan lalu, ia masih duduk di kursi kebesarannya menghadap 10 dewan Uzumaki dan membicarakan masalah – masalah politik yang berkaitan dengan negara khusus para Uzumaki tersebut dan tiba – tiba di detik berikutnya ia duduk di sebuah rumah makan bergaya elit lengkap dengan makanan dan minuman berkelas tinggi. Tentu saja, Naruto harus menggunakan teknik ninjanya untuk menghindari pembayaran sebab perbedaan mata uang dari negaranya dengan tempatnya sekarang.

Berhari – hari menggunakan klon untuk mencari informasi di sekitar, ia sadar telah ditransfer paksa ke dunia yang jauh berbeda dengan dunia sebelumnya. Seluruh pengetahuannya mengenai fuinjutsu sama sekali tak membantu, sudah banyak teknik ruang dan waktu yang ia gunakan untuk dapat kembali, namun hasil nihil. Untuk dapat bertahan hidup, Naruto bekerja apa saja dengan memanfaatkan skillnya sebagai ninja dan begitu mendengar sebuah acara yang mengkompetisikan kekuatan, kecepatan, ketenangan dan keahlian – keahlian ninja lainnya, pemuda bersurai merah itu sangat tertarik dan tanpa membaca terlebih dahulu persyaratan lainnya segera mendaftar. Jujur saja, seluruh rintangan atau obstacle yang mereka sediakan sama sekali tak berarti bagi ninja sekelas kage sepertinya, baginya rintangan itu lebih pantas untuk ninja sekelas genin atau low chunin, tapi tak mengapa ia melakukan ini dengan dua alasan, pertama memperoleh uang dan kedua menunjukkan bahwa eksistensi ninja itu benar – benar ada dan mengerikan.

" Selamat sekali lagi Naruto ! dengan ini kau bisa kembali melanjutkan aktivitasmu sebagai pelajar. Orang tua, teman – teman dan gurumu pasti bangga akan prestasimu ini " Naruto tersentak dari pikirannya setelah menerima kembali ucapan selamat dari produser, ia mengangguk kembali dengan senyum terkembang lebar.

Sang pembawa acara kembali mendekati sang jawara setelah memberikan pertanyaan kepada 2 juara lainnya mengenai apa yang akan mereka lakukan pada uang hadiah tersebut. Dan kini tibalah saatnya Naruto menjawab pertanyaan tersebut.

" Nah, Naruto … dengan uang yang bernominal wow tersebut. Kami sangat penasaran akan apa yang akan kau lakukan dengan uang tersebut ? " beberapa penonton mengangguk antusias, 2 juta yen bukanlah nominal yang kecil dan lagi yang memperolehnya adalah seorang pemuda yang masih berusia 16 tahun.

" Untuk sekarang aku berniat untuk membangun perguruan ninja – "

" Perguruan ninja ? Seperti gym begitu ? " pembawa acara itu tanpa sadar memotong jawaban Naruto ketika mendengar jawaban yang unik ini.

" Tidak, bukan seperti itu " jelas Naruto sedikit cemberut mendengar penjelasannya dipotong. Ia menghela nafas dan melanjutkan dengan pandangan berbinar " Aku ingin membangun perguruan ninja, seperti yang pernah Jepang memiliki di masa lalu, aku ingin kembali membangkitkan kejayaan kaum ninja ! "

" … "

Hening.

Hanya satu yang berada dalam pikiran setiap orang di sana, ' Pasti ada yang salah dengan otak pemuda ini '

Sang produser yang pertama kali sadar dari keterkejutannya. Ia mengeluarkan kekehan pelan sambil menepuk juara muda tersebut, bibirnya tersenyum seperti terhibur akan ucapan Naruto.

" Selera humor yang bagus nak. Begitulah seharusnya seorang pemuda, mereka harus memiliki mimpi yang besar untuk diraih. Namun, apakah mimpimu ini bisa kau realisasikan mengingat kau harus menyelesaikan studimu terlebih dahulu … ah aku jadi teringat di dalam formulirmu kau tidak melampirkan izin dari sekolah untuk mengikuti acara ini "

" Eh ? Apakah itu dibutuhkan ? " Tanya Naruto dengan nada berbisik

" Tentu saja, Naruto. Bisa kau perlihatkan pada kami nanti saat pencairan hadiah ini " bisik produser pada Naruto karena tidak ingin ini terdengar di khalayak ramai mengingat acara ini diliput secara langsung di televisi

" Ah … " Naruto menggaruk pipinya, ia sama sekali tak mempersiapkan keadaan ini. Dengan ragu – ragu, ia berbisik kembali kepada produser " Sebenarnya pak, saya tidak bersekolah … "

Produser tersebut membatu mendengar jawaban Naruto. Irisnya melebar sebelum akhirnya ia memberikan isyarat kepada pembawa acara untuk melanjutkan acaranya, ia berbisik kembali kepada jawara muda tersebut " Temui aku setelah ini secara privat. " Produser itu tersenyum lebar sambil menyalami satu persatu para juara sebelum meninggalkan tempat acara tersebut.

.

" Apa maksud anda dengan saya harus bersekolah ?! " Naruto menyampaikan pertanyaan itu dengan nada tinggi. Di hadapannya sang produser hanya dapat memijit pelipisnya memberikan tatapan sesal pada pemuda bersurai merah itu " Dengar Naruto ! Pendidikan 12 tahun merupakan program wajib pemerintah Jepang. Jika mereka menangkap kami mengizinkanmu menjadi peserta tanpa mendapat izin dari institusi pendidikan, maka kami akan menerima sanksi dari pemerintah … dan itu berarti hadiah 2 juta yen untukmu akan dibatalkan dan mereka akan memaksamu untuk sekolah pula "

Naruto mendecih pelan mendengar ini, dalam hati ia merutuki kecerobohannya untuk saja hal ini tak terjadi dalam pengambilan keputusan sebagai Uzukage. Setelah memijit pelipisnya, ia mengangguk sekali isyarat mengerti akan kondisinya saat ini. Melihat itu, produser itu melanjutkan.

" Aku senang kau mengerti ini, tapi aku masih memiliki informasi lainnya. Untuk saat ini, aku telah mendaftarkanmu ke Akademi Kuoh, dahulunya itu akademi khusus putri namun beberapa tahun belakangan berubah status menjadi regular sehingga membuatku mudah mengaturmu agar menjadi siswa dari akademi tersebut. "

Naruto mengerti sekarang, produser ini sedang bernegosiasi dengannya. Uzukage muda itu meyakini produser ini telah menyuap pihak sekolah untuk memberikan bukti bahwa Naruto merupakan siswa dari akademi tersebut sehingga tidak merusak citra dari Sasuke Ninja Warrior sebagai suatu acara kompetisi yang memiliki rating tinggi. Hal ini juga menguntungkan Naruto, sebab ia masih memperoleh haknya atas hadiah kemenangannya … setidaknya itulah yang ia pikirkan sekarang.

" Tapi berita buruknya kami memotong hadiahmu hingga hanya tersisa 100 ribu yen saja. Kau tentunya tahu bahwa kami harus menyuap para dewan sekolah, wartawan dan bahkan penonton yang hadir agar berita ini tak tersebar ke berbagai pihak. "

Produser itu menyeringai kecil dalam hati melihat wajah Naruto memucat seketika " Aku tidak terima akan hal ini ! Bagaimana bisa hasil kerja kerasku dipotong begitu saja ! "

" Kau masih mau protes setelah kekacauan yang kau buat ?! " produser balas membentak namun ia terheran melihat Naruto sama sekali tak terintimidasi. Iris biru pemuda itu menatap tepat ke dalam matanya. " Aku akan menerima jika hadiahku dipotong hingga sedikit itu dengan beberapa syarat. Pertama, kalian harus mengatur apartemen tempatku tinggal lengkap dengan furniture – furniture nya; kedua, kalian juga harus mengatur perlengkapan sekolahku; dan terakhir aku mengingikan kalian mengurus administrasi kependudukanku di negara ini "

Produser itu terlonjak mendengar persyaratan terakhir, tentunya ia tak akan menerima semua syarat Naruto yang akan sangat merugikan agensinya. Ia menggelengkan kepalanya keras, ekspresi keras telah berada di sana " Jangan besar kepala nak ! – "

" Patuhi syaratku ! atau aku tak akan ragu – ragu menyampaikan info ini ke media, berikut dengan pengakuanmu mengenai aksi penyuapanmu kepada pihak akademi. " potong Naruto yang mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemejanya menunjukkan ponsel pintar itu sedari awal merekam pembicaraan mereka.

" Ti – tidak mungkin kau melakukannya. Kau hanya menggertakku bukan ?! " produser ini telah bangkit dari kursinya, wajahnya kini memucat melihat seringai di wajah pemuda tersebut.

" Jangan pikir aku ini polos pak produser … politik seperti ini telah menjadi asupanku sedari kecil. Dan lagi, aku yakin kau sudah sangat berpengalaman untuk melihat apakah seseorang itu serius atau tidak ? " jawab Naruto sakratis, dengan santainya ia memasukkan kembali ponsel pintarnya ke dalam saku. Iris biru nya yang biasanya cerah kini meredup memberikan pandangan mengerikan pada produser tersebut.

" Si – siapa kau sebenarnya ?! " Tanya produser itu bergetar. Pria tambun itu tanpa sadar melangkah ke belakang begitu melihat Naruto berdiri dan mulai berjalan melewati meja yang menjadi pemisah antara dirinya dengan Naruto.

" Kau manusia pertama di dunia ini yang pertama kali akan mendengarnya …. Perkenalkan aku adalah Uzukage dari Uzushiogakure, Naruto Uzumaki … dan kau akan mematuhi ucapanku ! " Produser itu meneguk ludahnya sendiri, irisnya dapat menangkap Naruto mengeluarkan gulungan kertas dan ketika gulungan kertas itu dibuka, dunianya memudar bersama dengan ingatannya akan malam ini.

" Yah, padahal aku tak berniat main kotor. Tapi mau bagaimana lagi … " gumam Naruto menatap bosan pada pria tambun yang hanya telah duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Pemuda bersurai merah itu membuat sebuah surat resmi dari komputer produser tersebut, dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangannya sendiri di sana.

Naruto mengangguk puas melihat kontrak perjanjian yang berisi semua persyaratan yang ia ucapkan sebelumnya bersama dengan hadiahnya secara full akan dibayarkan telah resmi berkat tanda tangan sang produser. Ia hanya harus menyerahkan kontrak ini kepada bagian administrasi dari agensinya dan akhirnya ia memenangkan politik singkat ini. Lagipula, dengan bersekolah Naruto akan mendapat pengalaman dan pengetahuan lebih untuk membangun perguruan ninjanya.

" Terima kasih atas kerja samanya " teriak Naruto riang meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah santai. Senyuman lebar tak pernah luntur dari pemuda merah itu sejak keluar dari ruangan produser, karena ini merupakan langkah awal untuk rencananya, membangkitkan kembali eksistensi dari Shinobi.

XoX

Kuoh Academy, Student Council Room

" Kaichou – sama … " seorang gadis bersurai hitam semampai memanggil seorang gadis bertubuh mungil yang masih dengan betahnya duduk di kursi kerjanya walaupun waktu telah menunjukkan hampir tengah malam.

" Kaichou – sama .. " gadis itu memanggil kembali, kali ini terlihat sedikit raut kekhawatiran di wajahnya mendapati gadis yang sedari tadi ia panggil sama sekali tidak menyahut. Ia dapat melihat iris violet indah gadis mungil itu terus terpaku pada satu map dokumen yang semenjak sore tadi mereka peroleh.

Bukan sebuah map special, map itu hanya berisikan data – data regular mengenai seorang siswa baru yang akan memasuki Kuoh Akademi, para dewan sekolah menyerahkan dokumen itu kepada OSIS untuk pendataan dan perintah tersirat untuk membantu jika murid baru itu kesulitan pada hari pertamanya yang kemungkinan akan jatuh pada esok hari.

" Kaichou – sama … "

" Ada apa Tsubaki ? "

Gadis bersurai hitam semampai yang dikenal dengan nama Tsubaki itu mengeluarkan nafas lega ketika pada panggilan ketiga akhirnya gadis mungil itu memberikan respon.

" Bukan hal yang penting, hanya saja saya sedikit bingung melihat anda memperhatikan dokumen tersebut hampir 3 jam …. Apakah ada yang salah dengan siswa baru ini ? "

" Begitu ya …. " gadis mungil itu bergumam sebentar pada dirinya sendiri. Fokusnya masih pada dokumen tersebut sejak respon pertamanya. Dokumen ini … biasa, sebenarnya jika dibaca kembali tidak ada yang aneh dari data – data siswa baru tersebut. Ia merupakan pemuda berusia 17 tahun yang pindah ke akademi ini karena telah dikeluarkan dari sekolah sebelumnya sebab tak meminta izin untuk mengikuti sebuah ajang kompetisi yang di mana pada dokumen ini tidak terlalu dijelaskan.

" Tsubaki … " panggil gadis itu yang kini benar – benar menatap lawan bicaranya. Tangan kanan mungilnya menyerahkan satu map dokumen tersebut setelah merapikan beberapa lembar yang ia baca sebelumnya. Gadis yang menjadi lawan bicaranya tanpa berkata meraih dokumen tersebut membukanya satu persatu.

Alisnya tertaut setelah membaca cepat bagian – bagian penting dari data siswa pindahan ini dan kembali kebingungan melandanya … apa yang membuat Kaichou – nya ini tertarik membaca data siswa ini begitu lama.

" Maaf Kaichou – sama, tapi aku sama sekali tak mengerti mengapa anda menginginkan aku memeriksa dokumen ini "

" Apa kau tidak merasa ada yang aneh pada dokumen perpindahan ini ? " Tanya gadis mungil itu kalem, ekspresinya sama sekali tak berubah walaupun mendapat gelengan kepala polos dari lawan bicaranya.

' Mungkin hanya perasaanku saja ' batin gadis tersebut.

" Baguslah kalau begitu … Tsubaki hubungi Momo dan serahkan dokumen itu padanya. Aku ingin ia memandu siswa pindahan ini besok mengingat jadwal kelasnya hampir serupa dengan Momo. "

Gadis itu mengangguk walau kebingungan akan sikap Kaichou nya masih terus berputar di kepalanya. Bahkan pertanyaan yang sebelumnya ingin ia sampaikan terlupakan karena hal ini.

Gadis mungil itu melirik dengan ekor matanya melihat kepergian Tsubaki melalui lingkaran sihir. Kini ia berada sendiri dalam ruangannya, tangannya kini menumpu kepalanya seakan kepalanya menjadi begitu berat karena banyaknya pikiran berkecambuk dalam kepala kecil tersebut.

" Namikaze Naruto … aku sepertinya pernah mendengar nama itu entah di mana ? "

XoX

Underwolrd

Phenex Estate

Phenex, satu dari 72 Pillar iblis yang berhasil selamat dan eksis setelah melewati Great War dan juga Civil War di Meikai. Pillar itu memiliki afinitas akan angin dan api selayaknya Sitri yang berafinitas air dan juga Bael yang berafinitas Power of Destruction. Selain kemahiran atas afinitasnya, pillar ini juga disegani akan kemampuan regenerasinya yang begitu tinggi hingga banyak orang menganggap bahwa mereka yang berasal dari pillar tersebut adalah Immortal, atau eksistensi abadi. Terlebih, mereka memiliki kelebihan lain yakni memproduksi air mata phoenix, sebuah elixir yang dapat memulihkan luka dengan cepat. Tak heran atas semua kelebihan itu, tempat yang mereka tinggali merupakan istana megah lengkap dengan beberapa bangunan – bangunan penunjang lainnya.

Lupakan sejenak mengenai intro tersebut, dan berfokuslah pada taman dari Pillar tersebut. Tak perlu deskripsi detail, taman itu cukup dideksripsikan dengan tiga kata : indah, asri, dan luas. Dan pada salah satu kursi di tengah taman itu terdapat dua figure, seorang pria paruh baya dan juga seorang gadis kecil yang sepertinya baru berusia 15 tahun. Keduanya hanya duduk diam sambil meminum pelan teh mereka.

" Ravel …" Pria paruh baya itu meletakkan cangkir kecilnya dan menatap gadis semata wayangnya. Mulutnya sedikit tersenyum ketika mendapati putrinya itu menatapnya dengan rasa penasaran. Iris dari pria itu menelusuri putrinya, dari cara berpakaiannya, tutur kata, hingga tata cara meminum teh … tak dapat dipungkiri lagi putrinya ini memiliki pesona dan takdir sebagai bangsawan.

" Ya, ada apa Dad ? " Tanya Ravel setelah mendapati ayahnya hanya menatapnya diam dengan senyuman.

" Bagaimana rasanya menjadi bishop dari kakakmu, Raiser, apa kau memperoleh pengalaman baru ? " Ravel cemberut mendengar pertanyaan itu, pandangannya turun pada sepasang kakinya yang melayang akibat kursi yang didudukinya cukup tinggi untuk badan mungilnya. Kakinya berayun – ayun sebentar seiring gadis itu mengkombinasikan kata – kata untuk membuat ayahnya puas walau harus dibumbui sedikit kebohongan, tak masalah bukan ? lagipula ia adalah iblis.

" Katakan saja … Dad tidak menerima kebohongan kali ini " Ravel terdiam kali ini, ayahnya telah terlebih dahulu mengetahui jalan pikirannya. Gadis itu menghela nafas dengan mengeratkan remasan pada tangannya yang bersandar di dadanya. Pandangannya lurus ke ayahnya.

" Ini tidak seperti yang kubayangkan dulu. Raiser – niisama merupakan figure yang suka berpoya – poya, dan aku selalu diminta untuk membuat strategi walaupun pada akhirnya ia akan membantah seluruh strategiku dan memilih menyerang secara brutal seorang diri … kupikir aku salah mengambil keputusan sebelumnya " Pria paruh baya itu menghela nafas panjang melihat tatapan frustasi dari putrinya.

" Jika memang begitu … bagaimana dengan membangun peeragemu sendiri ? Dad memiliki seorang calon yang pantas menjadi anggotamu " Ravel menatap ayahnya dengan pandangan tertarik, alasannya selama ini menolak menggunakan evil piecesnya sendiri adalah karena ia memang tak memiliki seseorang yang ia ingin untuk menjadi anggotanya.

Pria paruh baya itu tersenyum kecil melihat keantusiasan putrinya. Dari dalam saku jubahnya, pria itu mengeluarkan sebuah foto fullbody dari seorang pemuda bersurai merah jabrik yang sedang tersenyum lebar dengan tangan kanan terangkat seperti gerakan menyapa.

" Pemuda ini adalah seorang ninja … dad awalnya juga meragukan kebenaran ini " sambung pria itu ketika mendapat tatapan sangsi dari putrinya. " Tapi, Dad sangat yakin bahwa pemuda ini begitu kuat, jika kau berhasil merekrutnya menjadi anggotamu, besar kemungkinan kau akan menjadi salah satu rookie yang diperhitungkan "

Ravel melebarkan matanya mendengar penjelasan ini. Jujur saja, ia masih ragu jika pemuda yang terlihat tak lebih tua dari kakaknya itu menyimpan kekuatan yang bahkan membuat ayahnya yakin akan membuat timnya menjadi sangat kuat. Akan tetapi, saran ini datang dari sang ayah dan phenex muda itu sangat tahu bahwa ayahnya tak pernah salah.

" Aku akan mencobanya … Terima kasih Dad " dengan itu Ravel bergegas kembali ke dalam istana meninggalkan sang ayah yang hanya terkekeh pelan melihat tingkah kekanak – kanan putrinya. " Ia sangat antusias sampai melupakan dimana ia harus memulai untuk mencari pemuda ini … "

Tatapannya kembali pada foto tersebut " Aku tak pernah menarik kata – kataku Namikaze Naruto, jika aku tak dapat menarikmu ke dalam Phenex, maka aku yakin putriku bisa … "

Sementara itu di kota Kuoh, tepatnya di dalam sebuah ruangan apartemen yang letaknya tak berjauhan dengan Kuoh Akademi seorang pemuda bersurai merah jabrik sedang sibuk menggosok – gosok hidungnya yang telah memerah, gumpalan – gumpalan kertas tisu bersebaran di sekelilingnya.

" Hatsshyy …. Sial, siapa yang membicarakanku ?! " umpat Naruto mengelap kembali ingus dari hidungnya menggunakan kertas tisu, ia mengumpalkan kertas tisunya dan kembali membuangnya sembarangan. Hidung telah terasa lebih baik sekarang, dan ia terlalu malas untuk bersih – bersih di tengah malam seperti ini, maka ia pun memilih untuk tidur.

" Untuk sekarang aku hanya harus terus mengumpulkan informasi … apa Uzushiogakure baik – baik saja di sana tanpa aku ? "

Tanpa disadari oleh pemuda itu, seorang gadis bersurai pirang pudar yang berada di dunia yang jauh darinya tengah menangkupkan kedua tangannya pada langit berbintang. Iris violetnya terus mengeluarkan air mata dan dalam isak tangis tersebut, ia memanjatkan doa nya yang sama sejak beberapa bulan yang lalu.

" Kami – sama … jika boleh izinkanlah aku agar dapat bersama Naruto – kun kembali … "

TBC

Uhm … ini merupakan project fic ku untuk menggantikan Longinus Balancer yang akan selesai setelah 2 chap lagi. Fokus utamaku masih pada Longinus 14 th, tapi fic yang lain akan terus diusahakan untuk update walaupun waktunya tidak menentu. Fic Wish akan kuhapus, dan kemungkinan akan kupublish sebuah cerita baru dengan judul dan summary di bawah ini

Meteor Garden : Bagaimana jadinya jika Uzumaki Naruto sang pahlawan dunia shinobi tiba – tiba terbangun menjadi seorang Raiser Phenex muda yang baru saja memperoleh evil piecesnya ? dan bagaimana jika ia harus menerima pertunangan yang tak ia inginkan demi melindungi kebebasan adik perempuannya ? Inilah sisi lain dari seorang pewaris tahta yang hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain. Cast : Naruto U. , Ravel P. , Rias G. , Zekram B.

Jika jadi, fic ini akan kupublish paling lambat seminggu lagi. Dan keterlambatan Longinus 14 th itu karena aku menemukan fakta baru yang membuatku harus merombak kembali kerangka cerita agar sesuai dengan premisku, jadi mungkin akan lebih lambat update dari biasanya.