Disclaimer: all of the chara is belong to Masashi Kishimoto, I just simply borrow them

Main Cast : Sasuke

Genre: family/tragedy, maybe angst also?

Dedicated to: luvninosama, yang gara-gara request isengnya bikin saya jadi kepikiran bikin cerita ini. Happy birthday btw, heheheh, gomen telat (banget) *nyengir kuda

Warning: buat calon pembaca yang mengharapkan cerita BL, silakan kuciwa, hehehe...

Summary: Sasuke pikir mimpi buruknya telah usai ketika usianya menginjak 6 tahun, tapi mimpi buruk yang sesungguhnya baru dimulai ketika ulang tahunnya yang ke-10 menjelang...

...

Jam dinding di keluarga itu retak ketika jarum jamnya tiba di angka 6. Pelan-pelan, sang pemilik membetulkannya sedikit demi sedikit. Namun, ketika akhirnya ia mengira benda itu mulai bisa berdetak kembali dengan teratur, jamnya benar-benar rusak di angka 10 dan memunculkan mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

-o-o-o-o-o-

Worst Nightmare

Kesunyian di pemakaman keluarga Uchiha hanya dipecahkan oleh suara isakan kecil teredam dari putra bungsu keluarga Uchiha. Yang dapat Itachi lakukan untuk meredakan tangis adiknya hanyalah dengan mendekapnya erat-erat. Seluruh pelayat yang hadir satu persatu pun mulai meninggalkan tanah pemakaman. Tiap orang yang akan pulang berlalu di dekat kedua bersaudara Uchiha sambil membisikkan kata-kata penghiburan dan tepukan di bahu.

Hingga hari menjelang sore, pengunjung yang tersisa di depan kedua nisan batu abu-abu dingin hanyalah kedua Uchiha bersaudara. Sasuke kecil masih terisak, dan Itachi masih memandang kosong kepada nisan kedua orangtuanya.

Hari itu, semestinya merupakan hari yang berbahagia bagi keluarga Uchiha, terutama untuk si kecil Sasuke yang berulang tahun ke-6.

Tapi takdir berkata lain.

Di saat Sasuke kecil tak sabar menerima panggilan telepon dari kedua orangtuanya yang sedang bekerja di luar kota, kabar yang diterima di pagi hari saat hari yang berbahagia itu justru malah kabar duka.

Pesawat yang ditumpangi oleh orangtuanya mengalami kecelakaan. Sebagian besar penumpang tidak berhasil diselamatkan, termasuk kedua orang Uchiha yang ada di dalamnya.

Sejak saat itu, hari-hari Sasuke seperti mimpi buruk. Terlalu berat baginya di usia yang sedini itu untuk mengalami kehilangan besar. Tak ada lagi yang menyambutnya pulang sambil mengomel karena bermain hingga berlumur lumpur, tak ada lagi yang bersekongkol dengannya untuk mengusili sang ibu ketika ia berulang tahun, tak ada lagi acara piknik keluarga tiap hari-hari besar.

Namun, meski perlahan, manusia pada akhirnya dapat menyesuaikan diri bukan?

Pelan-pelan, senyum kembali muncul di wajah Sasuke kecil. Ia mulai bisa menerima keadaannya sekarang. Karena tak ada sanak saudara lain, maka ia dan Itachi hanya tinggal berdua di kediaman Uchiha. Sepi, tapi mereka menjadi semakin kompak dan saling menjaga satu sama lain. Bergotong royong mengurus rumah, bergantian mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Pelan-pelan, semuanya mulai kembali terasa normal.

Atau begitu yang Sasuke kira.

Meski di luarannya Itachi terlihat tegar, tapi Sasuke merasa kalau apa yang ditampilkan oleh kakaknya bukanlah perasaannya yang sesungguhnya. Pada mulanya, Sasuke merasa kalau ia hanya salah lihat, tapi sudah beberapa kali ia memergoki Itachi memandang menerawang dengan pandangan hampa. Dan bila Sasuke mendekati Itachi, kakaknya itu akan memasang senyuman tipis dan berlaku seolah tidak terjadi apa-apa.

Sasuke pikir, kakaknya hanya masih sulit beradaptasi.

Tapi dari waktu ke waktu, kelakuan Itachi semakin aneh.

Itachi mulai makin sering melamun. Ia sering terlihat duduk di teras samping rumah, memandangi jajaran pot bunga mawar ibunya tanpa kedip. Sekali waktu Itachi melamun ketika di meja makan. Ketika ditanya, ia hanya menjawab kalau ia sedang memikirkan tugas sekolahnya yang sulit. Tapi Sasuke tahu kalau Itachi sedang berbohong. Tugas sekolah di tingkat SMP tak akan membuat raut wajah seseorang menjadi sehampa puing tembok tua.

Sasuke pikir, saat itu Itachi hanya sedang teringat kedua orangtua mereka dan bersedih.

Kemudian, Itachi mulai sering pulang malam.

Karena ia tidak pulang terlalu larut, Sasuke pikir, Itachi hanya sedang belajar dan mengerjakan tugas di rumah temannya karena saat itu sedang masa-masa ujian.

Kemudian, Itachi mulai jarang ada di rumah. Ia jadi sering pergi sebelum Sasuke bangun dan pulang ketika Sasuke ketiduran di meja makan menunggu Itachi untuk makan bersama.

Sasuke tahu kalau Itachi saat itu diam-diam kerja sambilan karena warisan dari orang tuanya tidak sebanyak itu hingga dapat membuat mereka hidup tanpa memikirkan uang dengan santai selama beberapa tahun. Tapi, ia jadi meragukan kegiatan Itachi ketika suatu hari ia pergi ke toko buku tempat Itachi bekerja dan mendapati kakaknya tidak lagi ada di sana. Manajer tokonya berkata kalau Itachi sudah lama tidak muncul.

Maka pada hari itu, Sasuke bertekad tidak akan tidur sampai Itachi tiba di rumah. Kali ini, ia ingin mendengar jawaban yang jujur dari kakaknya.

Sasuke yang duduk terkantuk-kantuk bergegas bangkit dari sofa ruang keluarga begitu mendengar suara kunci diputar. Ia segera menghadang Itachi di pintu depan dan membuka mulut. Namun suaranya tak kunjung keluar. Sasuke tak jadi dan tak pernah bertanya.

Selama sesaat Sasuke hanya bisa terperangah melihat kondisi Itachi. Ada lingkaran hitam di bawah matanya. Tampangnya sama lusuhnya dengan mantel yang Itachi pakai. Entah sudah berapa hari tidak dicuci. Dan hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama rambut Itachi bersentuhan dengan air.

Sasuke belum pernah melihat Itachi seperti itu. Ia semakin khawatir.

"Sasuke, kau belum tidur? Tidurlah. Sudah kubilang 'kan tak perlu menungguku kalau aku pulang terlambat?" Itachi bersuara setelah berhasil mengatasi kekagetannya dengan kehadiran Sasuke di pintu depan. Ia sama sekali tak menyangka adiknya masih terjaga.

"Aku..ng...tadi mau ke toilet. Terus aku dengar suara kunci, jadi..."

Itachi menerima jawaban Sasuke tanpa prasangka apapun, tanpa terlalu memedulikan perkataannya yang menggantung.

"Kalau begitu masuklah ke kamar. Aku tak mau kalau besok terpaksa harus menemanimu mencari apel yang bagus dan besar sebagai permintaan maaf karena datang terlambat untuk wali kelasmu," kelakar Itachi.

Sasuke tertawa kecil lalu menuruti perkataan Itachi, namun di dalam kamar ia tidak benar-benar tidur. Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan mengenai kegiatan Itachi. Ia sempat terpikir kalau jangan-jangan Itachi berhenti sekolah sama seperti ia mendadak berhenti kerja sambilan. Sasuke tidak tahu bagaimana Itachi di sekolah karena sekolah mereka berada di lokasi yang berbeda.

Keesokan harinya, sepulang sekolah, Sasuke berlari ke sekolah Itachi yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya. Kelelahan Sasuke setelah berlari jauh langsung lenyap ketika kekhawatirannya itu ternyata tidak terbukti.

Itachi masih bersekolah di sana.

Hanya saja, menurut pengakuan wali kelas Itachi, kakaknya itu akhir-akhir ini sering tertidur di kelas. Masalahnya adalah, tidur di kelas bukanlah gayanya Itachi.

Benak Sasuke kembali dipenuhi berbagai pertanyaan yang seharusnya tidak diemban oleh anak SD seusianya. Ia sangat ingin bertanya langsung pada kakaknya. Tapi besok dan besoknya lagi, Sasuke tak menemukan keberanian untuk bertanya pada kakaknya. Ia takut mendengar jawabannya.

Dan Sasuke juga tak tega untuk bertanya karena sebenarnya ia cukup paham dengan beban yang dipikul oleh Itachi. Ditambah lagi ketika ia mendapati tampang Itachi yang lusuh saat Sasuike mengintip dari pintu kamar di malam hari. Sasuke makin tak bisa bersuara.

Karenanya, hingga beberapa bulan kemudian, meski Itachi masih melanjutkan kebiasaannya hanya-sekedar-menumpang-tidur-di-rumah, Sasuke tidak pernah mengatakan apa-apa dan berpura-pura tidak tahu mengenai agenda kakaknya.

Yang kemudian ia sesali bertahun-tahun kemudian.

-o-o-o-o-o-

Dari sudut pandang Sasuke, segala sesuatunya mulai terasa normal selama beberapa bulan terkahir ini. Bagaimana tidak, Itachi mulai sering ada di rumah ketika Sasuke di rumah. Kakaknya itu juga tidak sering melamun lagi. Itachi juga beberapa kali ini meluangkan waktu untuk menemani Sasuke bermain dan belajar. Meski belum sepenuhnya, kakaknya kembali menjadi Itachi yang dulu.

Sasuke pikir, semuanya akan baik-baik saja. Meski demikian, entah kenapa ia sempat merasa Itachi agak menjaga jarak darinya. Entah kenapa, Sasuke sempat merasa kalau senyum yang Itachi tampilkan itu...berkesan sedih.

Dan setiap kali berpikiran begitu, Sasuke selalu menggelengkan kepala kuat-kuat, lalu menepuk pipinya sendiri keras-keras.

'Aku tak boleh berpikir macam-macam!' batin Sasuke tiap kali pikiran aneh mampir di benaknya. 'Nii-san cuma...kecapean. Ya, pasti karena kecapean.'

-o-o-o-o-o-

Hari ini Sasuke sedang senang.

Iruka Sensei, wali kelasnya di sekolah, memuji dirinya karena Sasuke berhasil meraih nilai tertinggi untuk semua mata pelajaran di ujian tempo hari. Kemudian, salah seorang temannya yang bernama Chouji berulang tahun dan merayakannya di sebuah restoran pizza. Seluruh teman sekelas Chouji diundang, termasuk Sasuke. Chouji bahkan mengizinkan Sasuke memesan satu loyang pizza ukuran sedang untuk dibawa pulang.

Dan sebagai pelengkap, ketika ia hendak pulang sore harinya, Sasuke menolong seorang wanita muda di pinggir jalan. Kantung belanja wanita itu robek hingga seluruh barang yang ada di dalamnya berceceran ke mana-mana. Sasuke bahkan harus mengejar jeruk-jeruk yang menggelinding ke jalanan. Wanita muda yang ternyata adalah pemilik dari sebuah toko kue terkenal di kota Konoha itu akhirnya mengajak Sasuke ke tokonya dan menyuguhkan kue terbaik buatan tokonya. Wanita itu bahkan membungkuskan beberapa potong kue cokelat untuk oleh-oleh. Gara-gara itu, Sasuke jadi kemalaman.

Di sepanjang perjalan pulang, Sasuke tak henti-hentinya tersenyum. Bayangan Itachi yang menyambutnya pulang sambil marah-marah karena Sasuke pulang lewat dari pukul 7 pun tak mampu menyurutkan suasana hatinya yang sedang senang. Sasuke yakin, amarah Itachi akan mereda begitu melihat makanan sogokan yang dibawa Sasuke.

Senyum Sasuke makin terkembang ketika teringat kalau tiga hari lagi ulang tahunnya yang ke-10 tiba. Ia berniat mentraktir Itachi di Ichiraku Ramen. Setahu Sasuke, kakaknya itu belum pernah makan di sana. Pasti akan menyenangkan melihat Itachi ditantang untuk menghabiskan porsi jumbo ramen ekstra pedas. Sasuke mengingatkan dirinya untuk membawa kamera nanti.

Langkah riang Sasuke berhenti mendadak ketika melihat sebuah bangunan yang gelap di ujung jalan. Seketika, anak laki-laki memacu langkahnya. Jantungnya berdegup dengan kencang seiring derap langkahnya.

Rumahnya gelap!

Lampu rumahnya selalu dinyalakan menjelang malam dan ia tahu listriknya tidak mungkin diputus karena Sasuke sendiri yang membayarnya ke agen perusahaan listrik minggu lalu.

Ada yang tidak beres.

Berbagai pikiran buruk menerpa kepala Sasuke. Bagaimana kalau ada pencuri masuk rumah? Bagaimana kalau Itachi belum pulang dan ia harus menghadapinya seorang diri? Bagaimana kalau ternyata Itachi ada di rumah dan kenapa-kenapa?

Sasuke berlari melewati pagar rumahnya lalu berhenti di pintu masuk. Ia letakkan berbagai bawaannya di teras, lalu mengambil payung besar yang bersandar di dekat pintu yang lupa ia masukkan tadi pagi. Ia mencoba menenangkan napasnya yang memburu, namun jantungnya makin berdegup kencang ketika menyadari bahwa pintunya tidak dikunci.

Pintunya dibuka perlahan, lalu Sasuke melangkah takut-takut ke dalam kegelapan ruangan.

Sunyi.

Sasuke menyeret kakinya selangkah demi selangkah. Diangkatnya tinggi-tinggi payung besar yang dibawanya. Sasuke lalu merutuki kenapa tongkat baseballnya malah berada di kamarnya saat ini.

Sasuke merayap ke tempat saklar terdekat. Ia gerakkan jarinya dan seketika ruangan di depannya terang benderang.

Payung di tangan Sasuke langsung jatuh. Anak laki-laki itu tak percaya pada apa yang dilihatnya.

Ruang keluarganya kosong melompong! Tak satupun perabot yang ada, bahkan foto keluarganya pun tidak ada.

"Nii-san?" panggil Sasuke pelan.

Tak ada jawaban.

"NII-SAN?" teriak Sasuke kemudian, yang kembali dibalas oleh kesunyian ruangan.

Sasuke lalu berlari ke kamar orang tuanya. Ia dapati kamar itu sama kosongnya dengan ruang tamu. Begitu juga dengan dapur, lemari-lemari dan ruang kerja ayahnya. Semuanya hanya menyisakan debu dan...kosong.

Sasuke berlari ke lantai dua. Ia banting pintu kamarnya yang terdekat dari tangga. Mata Sasuke melebar begitu melihat kamarnya kosong. Hanya ranjang dan meja belajarnya yang tersisa. Buku, pakaian, lampu belajar, semuanya raib.

Anak laki-laki itu terpaku di tempatnya. Itachi belum pulang dan ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada kakaknya nanti.

Setetes lalu setetes dan setetes lagi air mata mengalir di pipinya. Ini semua salahnya. Kalau saja ia pulang lebih cepat, pasti semua ini tidak akan terjadi. Ia mungkin memang tak bisa berlaku banyak, tapi setidaknya ia bisa menelepon polisi atau kakaknya. Itachi pasti bisa melakukan sesuatu dan...

Tangisan Sasuke berhenti ketika telinganya menangkap suatu bunyi lirih seperti nada lagu. Bulu kuduk anak itu langsung merinding.

Ia...hanya sendirian di sini kan?

Sasuke baru akan melesat keluar dari kamarnya ketika nada itu kembali terdengar. Kali ini sedikit lebih keras dan berasal dari kamar kakaknya yang berada di ujung lorong. Mata Sasuke kembali melebar ketika menyadari dan mengenali nada-nada yang dilantunkan oleh si pemilik suara rendah di ujung sana.

Itu adalah lagu nina bobo yang dulu sering dinyanyikan oleh ibu mereka ketika Sasuke kecil susah tidur.

Dan hanya ada satu orang lagi selain Sasuke yang mengetahui lagu karangan sendiri ibu mereka.

Itachi.

Dengan dada berdegup kencang, Sasuke melangkah menuju kamar Itachi. Suara nyanyian itu langsung berhenti begitu Sasuke tiba di depan pintu kamar Itachi. Awalnya tangan Sasuke ragu-ragu mendorong pintu kamar yang sedikit terbuka di depannya. Kemudian, dengan sekali dorongan, pintu kamar Itachi terbuka lebar.

"Oh, hai," kata seseorang yang berpakaian hitam dari atas sampai bawah. Orang itu berdiri dengan posisi menyamping di tengah-tengah kamar Itachi yang juga kosong seperti kamar Sasuke.

"Nii...san?" tanya Sasuke tak percaya. "Dari tadi Nii-san ada di sini? Lalu kenapa Nii-san berpakaian seperti maling begitu?"

"Wah, kau mengenaliku meski separuh wajahku tertutup begini? Kau memang benar-benar adik yang hebat," kata Itachi sambil menurunkan syal hitam yang menutupi bagian bawah wajahnya. Ia lalu menoleh pada Sasuke.

Sasuke mundur selangkah. Tatapan yang Itachi tujukan padanya itu bisa dikategorikan sebagai sadis.

"Takut?" Itachi tersenyum meremehkan.

Kalau dulu Itachi mengejeknya seperti itu, Sasuke pasti akan menyerbu Itachi. Tapi Itachi yang berdiri di hadapannya kini bukan seperti Itachi yang Sasuke kenal.

Menyeramkan.

Hanya satu kata itu yang mampu dipikirkan oleh otak Sasuke.

"Kau tahu," kata Itachi kemudian. Tangan kanannya memainkan suatu benda berkilau yang lalu Sasuke kenali sebagai liontin kesayangan almarhum ibunya. Benda itu merupakan pemberian mendiang neneknya dulu. "Benda ini cukup mahal. Berlian biru sebesar ini lumayan langka di pasaran. Harganya pasti bisa dua kali lipat di pasar gelap."

"Nii-san ngomong apa sih?" tanya Sasuke dengan suara bergetar. "Pasar gelap? Dan kenapa Nii-san malah tenang-tenang saja padahal rumah habis kerampokan? Seolah...seolah..."

"Ya?"

"Seolah..." Suara Sasuke kering di tengah jalan. Pemahaman yang muncul di kepalanya sulit ia terima, tapi mau dipikir seperti apapun juga, tak ada alasan lain yang lebih logis yang dapat menjelaskan ketenangan Itachi sekarang.

Pertanyaannya adalah, mengapa?

"Seolah aku sendiri yang merampok seisi rumah?" Itachi menyelesaikan kalimat Sasuke. Sulung dari Uchiha bersaudara itu lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, kau salah adik kecil. Aku tidak merampok."

Tanpa sadar, Sasuke menghembuskan napas lega. "Jadi..."

"Aku hanya menjual semua yang ada di sini," Itachi merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. "Merampok dan menjual itu beda tahu? Aku kan tidak mengambil barang orang lain. Masa' kau tidak dapat membedakan merampok dan menjual?"

Kedua mata Sasuke buram oleh air mata. Ia sama sekali tak percaya pada apa yang dilihatnya di depannya. Orang yang tertawa seperti iblis di hadapannya ini pasti bukan kakaknya.

"Kenapa? Kenapa Nii-san jadi begini?"

Itachi berhenti tertawa. "Memangnya masih belum jelas? Tentu saja karena aku butuh uang kan? Aku muak hidup susah seperti ini. Dan aku muak terbebani olehmu. Lebih baik aku mencari tempat tinggal baru. Jauh dari sini."

Sasuke merasa kedua kakinya tidak memijak lantai sama sekali.

"Nii-san...cuma bercanda 'kan? Ya, Nii-san pasti cuma bercanda. Nii-san yang kukenal kan tidak seperti ini."

Itachi mendengus mendengar itu. Ia lalu mundur, bersandar pada meja belajarnya yang kosong di belakangnya. "Nii-san yang kau kenal? Nii-san yang kau kenal ini sejak dulu tak pernah ada. Selama ini aku hanya menjadi sosok yang kau inginkan. Tak kurang, tak lebih."

"Bohong!"

"Selama ini..." Itachi melanjutkan seolah tak mendengar seruan Sasuke, "Aku hanya ingin mengukurmu. Aku ingin tahu sejauh mana kau bisa 'hidup'. Dan kesimpulanku, kau jauh di bawah ekspektasiku."

"Bohong!"

"Karena itu, kau akan kutinggalkan di sini. Barang tak berguna sebaiknya ditinggalkan dengan barang tak berguna juga kan? Sayang sekali waktu itu kau tidak ikut mati seperti dua orang itu."

"NII-SAN! Nii-san kalau bercanda jangan kelewatan dong! Ngomongin Kaa-san dan Tou-san kayak gitu..."

"Bercanda?" Tangan Itachi yang sedari tadi bergerak melempar-lempar liontin berlian ibunya ke udara berhenti. "Buktikan kalau aku hanya bercanda."

Pandangan dan raut wajah Itachi dingin, keras dan bengis. Melihat itu, hati kecil Sasuke berkata kalau kakaknya sama sekali tidak bercanda.

Itachi menghela napas panjang. "Tadinya aku ke sini hanya untuk mengambil barang yang ketinggalan." Dilemparnya kembali liontin berlian di tangan kanannya sekali ke udara. Benda itu lalu ditangkap dengan tangkas oleh tangan kirinya. "Tapi setelah dipikir-pikir, mannerku jelek sekali kalau tidak mengucapkan selamat tinggal padamu ya."

Itachi bangkit dari posisinya bersandar, lalu maju selangkah, yang sukses membuat Sasuke mengkerut.

"Nah, jadi selamat tinggal."

Tanpa basa-basi lagi, Itachi langsung balik badan dan berjalan menuju pintu tempat ia masuk tadi, yaitu pintu beranda. Kerai tipisnya berkibar-kibar liar, seolah hendak menelan Itachi. Anak laki-laki itu melangkah mantap. Tak ada keraguan sama sekali.

Sasuke melihat satu-persatu langkah Itachi. Semuanya terasa seperti di dalam adegan lambat. Semuanya sulit dicerna. Semuanya terasa seperti mimpi.

Seperti mimpi buruk. Mimpi buruk yang paling buruk.

Sebelum sosok serba hitam itu melangkah keluar dari ambang pintu beranda, dan sebelum Sasuke menyadari apapun, kedua kakinya sudah lebih dulu bergerak. Amarah yang dipacu dengan adrenalin membuat langkah Sasuke lebih cepat dari kecepatan normal anak seumurnya. Seperti peluru kendali, Sasuke melesat menerjang Itachi sambil berteriak.

Tapi hasilnya tidak seperti yang Sasuke duga. Seolah sudah menduga reaksi seperti ini, dengan tenang Itachi berbalik tepat selangkah sebelum Sasuke berhasil menyerang Itachi. Ia mengelak sedikit ke kanan, lalu menepis tangan Sasuke yang terulur dengan mudah. Tanpa ampun, Itachi lalu mendorong Sasuke dengan kasar ke samping hingga kepala Sasuke membentur tembok. Akibatnya, Sasuke langsung roboh ke lantai.

Selama beberapa saat Itachi menatap tubuh adiknya yang sudah tak bergerak. Kemudian, Itachi memalingkan wajahnya dan bergerak menuju pintu beranda. Ia keluar dari kamarnya dengan langkah lebar-lebar tanpa keraguan sedikit pun.

Itachi sama sekali tak menyadari pandangan lemah Sasuke yang menatapi kepergiannya.

Pemandangan terakhir yang dilihat Sasuke sebelum semuanya menjadi gelap adalah siluet sosok punggung Itachi yang dilatarbelakangi oleh bulan purnama.

...

Yoshh! Beres 1 chapter.

Seperti yang mungkin sudah pada bersarang di benak masing-masing, plot cerita di chapter ini memang saya buat berdasarkan alur cerita aslinya...

Kenapa dibikin seperti ini? Karenaaa...kepikirinnya seperti ini, hehee...(alibi-_-;)

Oh iya, di sini perbedaan usia Sasuke dengan Itachi anggep aja sekitar 7 tahun.

Okkeee, saran dan kritik silakan masuk ke kotak review terdekat. Makasih buat yang udah sudi mampir, jangan bosen-bosen yaa...

Ahya, last but not least, mahafkan bila ada yang kurang berkenan, namanya juga newbie, hehehehh... Kalo ada yang merasa karakter Uchiha bersaudara di sini agak OOC, errmm, sekali lagi, mohon dimaklum *membungkuk dalam-dalam-gakbisabaliklagi...encokkk!