SUMMARY :

Baekhyun itu sinting. Kelakuannya tidak pernah ada yang benar dan selalu tampak konyol di mata teman-temannya. Apalagi jika itu berhubungan dengan Chanyeol, crushnya sejak kelas satu SMP. Kelakuan sinting itulah yang membuat Chanyeol gemas setengah mati ingin menonjok hidungnya. "Astaga, bagaimana dia bisa setampan itu? Sialan!" –Baekhyun. "Ya! Menjauh dariku, dasar sinting!" –Chanyeol.

.

FOOLISH CRUSH

.

Chanyeol. Baekhyun. EXO

.

Baekhyunee : 'Selamat tidur, mimpi indah~'

Baekhyunee : 'Selamat pagi, semoga harimu menyenangkan~'

Baekhyunee : 'Bagaimana tugasmu? Sudah selesai?'

Baekhyunee : 'Aku tadi menyapamu. Kau tidak melihatku?'

Baekhyunee : 'Kau lebih suka strawberry atau vanilla?'

Baekhyunee : 'Kau putus? Hahaha. Jangan terlalu dipikirkan.'

Baekhyunee : 'Jangan lupa makan siangmu~'

Baekhyunee : 'Kau memiliki kekasih lagi? Daebak!'

Itu hanyalah beberapa pesan chat yang dikirim Baekhyun pada pujaan hatinya. Yang terkadang di balas, kadang juga tidak. Ia tak pernah protes kalau pun tidak dibalas. Toh dia memang suka mengiriminya pesan. Baekhyun pikir itu romantis. Jadi, meskipun beberapa kali nomornya di blokir, ia tetap menemukan cara lain untuk mengirimi pesan manis itu untuk orang yang disukainya.

Ia bukannya naif. Bodoh? Mungkin sih, sedikit. Ia tahu betul kalau sosok yang disukainya tidak pernah membalas perasaannya. Tapi masa bodoh. Memangnya cinta harus selalu di balas? Begini pun ia masih senang—

Chanyeol Park : 'Berhenti menggangguku!'

—apalagi kalau pujaan hatinya tidak pernah lagi memblokir nomornya.

"HIYAAAA! LUHAN, DIA MEMBALASKUUUU!"

e)(o—

"Baek, hoi! Mie hitammu mengembang—"

"Hei, Lu—" Luhan mengernyitkan dahi melihat Baekhyun berpangku tangan sembari menatap penuh kekaguman pada seseorang yang duduk di pojok kantin. "Bukankah Chanyeol terlihat tampan hari ini? Dia terlihat lebih bersinar dari biasanya. Oh coba lihat hidungnya yang mancung—" Helaan frustasi keluar dari belah bibir Luhan. Terlalu sering mendengar kalimat pemujaan Baekhyun pada sosok tinggi teman sekelas mereka. "Astaga, bagaimana dia bisa setampan itu? Sialan!"

Park Chanyeol, taksiran Baekhyun sejak mereka kelas satu SMP. Anggap saja, first lovenya. Yang digilainya selama kurang lebih 4 tahun lamanya.

Awalnya sih Luhan menanggapinya dengan antusias. Well, sahabatnya jatuh cinta. Ia senang mendengarnya. Tapi lama-lama, Luhan merasa frustasi juga. Bagaimana tidak? Jika biasanya orang yang jatuh cinta itu selalu jaim, tapi Baekhyun justru berkelakuan konyol di depan Chanyeol. Kalau tidak menari bodoh di depan Chanyeol ketika pemuda itu memenangkan sesuatu, memberikan sebuket bunga atau yang paling konyol adalah mencium Chanyeol pada saat upacara bendera saat kelas dua SMP dulu dan berakhir dengan keduanya berdiri di depan tiang berdera sampai jam istirahat.

Ketika Luhan memarahinya, bukannya takut, Baekhyun justru tersenyum lebar dan berkata— Ah, ciuman pertamaku di dapatkan Chanyeol.

Dan hal yang paling membuat Luhan frustasi adalah sikap Chanyeol pada Baekhyun. Pemuda itu tak pernah bersikap baik pada sahabatnya, karena itulah Luhan tak pernah suka pada sosok Chanyeol.

"Dasar sinting!" Hanya itu yang bisa Luhan katakan.

Bukannya tidak ingin mendukung Baekhyun. Tapi, sahabatnya itu semakin hari semakin gila saja. Baekhyun bahkan tidak peduli jika Chanyeol memiliki kekasih. Ia tidak peduli jika kekasih-kekasih atau mungkin mantan kekasih Chanyeol mendatanginya dan memberikan tamparan keras di pipinya, menumpahkan jus di rambutnya atau bahkan membuatnya di hukum guru. Katanya sih— Biar saja. Yang penting Chanyeol melihatku.

"Ugh, gadis itu lagi." Baekhyun berdecih jijik. Luhan pun mengalihkan perhatiannya dan melihat gadis cantik dari kelas sebelah duduk di samping Chanyeol setelah mengecup pipi pemuda tinggi itu. Chanyeol membalasnya dengan senyuman yang mana membuat asap keluar dari lubang telinga dan hidung sahabatnya. "Aku akan kesana—" Belum sempat Baekhyun beranjak, Luhan mencekal lengannya.

"Jangan bodoh."

"Aku hanya kesana untuk mencakar wajahnya dan akan selesai dalam lima menit."

"Tidak. Duduk." putus Luhan final. Sahabatnya cemberut dan akhirnya duduk di sampingnya lagi dengan ogah-ogahan. Pemuda manis itu mencampur aduk mienya tanpa berniat untuk memakannya. Pasti ia merajuk lagi, pikir Luhan. "Chanyeol tidak akan peduli bahkan jika kau mencekik kekasih barunya itu. Kau tidak lihat seringaiannya seminggu yang lalu? Ugh, menyebalkan. Jangan jadi idiot lagi di depannya, mengerti!" ancamnya layaknya seorang ibu. "Lagipula apa sih bagusnya si playboy itu."

"Cerewet sekali." cibir Baekhyun. "Dari segi mana pun dia itu sempurna!" belanya. Matanya berbinar ketika menatap kearah Chanyeol. Seolah ada ribuan bintang tercipta di maniknya dan itu membuat Luhan mual.

"Terserah."

e)(o—

"Park Chanyeol!" Chanyeol tak perlu menoleh hanya untuk menebak siapa gerangan yang memanggilnya sok akrab. Siapa lagi kalau bukan cecunguk kecil yang membuntutinya sejak mereka masih ingusan. Dengan langkah ringan, ia melewati sosok itu tanpa menoleh sedikit pun. Ditariknya tali ranselnya dan mendengus ketika langkahnya disamai oleh kaki pendek pemuda manis itu. "Pulang bareng ya?"

"…."

"Tidakkah kau pikir tugas Pak Kim tadi terlalu susah?"

"…."

"Chanyeol, aku ingin ice cream! Ayo mampir ke kedai depan sekolah?"

"Tidak." Baekhyun cemberut. Namun hanya beberapa detik sebelum akhirnya ia kembali tersenyum lebar. Dengan kurang ajar ia berjinjit dan mencium pipi Chanyeol membuat pemuda itu terkesiap dan menghentikan langkahnya. Ia melirik keadaan sekitar dan melihat banyak pasang mata menatap kearah mereka. "Apa yang kau lakukan?!" desisnya tidak terima. Bukannya merasa bersalah, Baekhyun hanya nyengir.

"Memberimu hadiah." jawabnya sembari menggedik bahu. "Ayo temani aku~" rengeknya dengan wajah dibuat seimut mungkin.

"Tidak!"

Baekhyun sedikit melompat lalu membentangkan tangannya di depan Chanyeol untuk menghentikan langkah pemuda tinggi itu. Menatapnya dengan wajah semelas mungkin.

"Chanyeol, please~"

"Menyingkir dariku!"

Bibir Baekhyun kembali melengkung ke bawah. Lengannya jatuh dengan tak bersemangat. Chanyeol memilih untuk menyingkir segera mungkin dan melanjutkan langkahnya. Ia ingin segera pulang dan tidur. Namun, langkahnya semakin melambat ketika tak ada langkah lain menyamainya. Kemana si cecunguk itu?

"Hati-hati di jalan! Jangan lupa makan siang!" teriak pemuda manis itu tanpa tahu malu. Wajah Chanyeol memerah ketika mendengarnya. Bagaimana tidak? Seluruh sekolah menatap mereka. Ia ingin pindah sekolah saja rasanya.

e)(o—

Chanyeol melempar ranselnya di lantai sebelum akhirnya merebahkan dirinya di atas ranjang kesayangannya dengan wajah terbenam di atas bantal. Hari ini tidak terlalu banyak kegiatan tetapi ia merasa begitu lelah. Hampir saja ia menutup mata sebelum akhirnya suara chat masuk membuatnya tersentak. Dengan wajah malas ia bangun dari ranjangnya dan meraih tasnya malas-malasan. Awalnya ia mengira itu pesan dari kekasihnya, namun nyatanya itu pesan dari cecunguk kecil sialan itu.

Baekhyunee : 'Apa kau sudah sampai?'

Bunyinya.

"Ash, dia benar-benar—" dengan penuh penghayatan, ia menekan-nekan tombol untuk membalas pesan itu. Ekspresinya benar-benar seperti tengah membunuh seseorang. Ia lelah, sekarang ditambah rasa kesal. Ia mengetik beberapa kalimat umpatan namun menghapusnya dan menggantinya dengan kalimat lain. Beberapa kali ia melakukan itu hingga akhirnya ia menekan tanda send setelah memastikan kalimatnya akan cukup menyebalkan bagi Baekhyun.

Chanyeol Park : 'Hm'

Ya, hanya dua huruf itu yang ia kirim.

Baekhyunee : 'Baiklah. Jangan lupa makan siang~'

Chanyeol Park : 'Cerewet!'

Baekhyunee : 'Perhatian sekali~'

"Hah? Dasar sinting!" umpatnya sebelum membalas pesanku penuh perasaan.

Chanyeol Park : 'Thefck?!'

Baekhyunee : (read)

Chanyeol menunggu selama beberapa menit namun Baekhyun hanya membaca pesannya tanpa ada balasan. Menggerutu dalam hati, kemudian beberapa detik setelahnya, tersentak oleh rasa malu. Merasa konyol karena menunggu balasan cecunguk sialan itu, akhirnya ia memilih untuk memejamkan matanya dengan rasa kesal yang ia tak mengerti.

e)(o—

Pagi berlalu seperti biasa dan jam istirahat pun terasa datang lebih awal. Jeritan siswi perempuan karena ulah jahil tangan siswa disana, suara perut kelaparan, suara kaki berlarian di lorong, dan gelak tawa tidak jelas memenuhi lorong sekolah. Diantara kumpulan siswa-siswi itu, tersembunyi sosok Chanyeol dan kekasih barunya tengah bergandengan tangan menuju kantin. Seperti umumnya, makan bersama. Beberapa menatap mereka iri, bagaimana tidak? Chanyeol itu terkenal sangat manis pada kekasihnya.

Lalu bagaimana bisa ia menjadi playboy?

Chanyeol bukannya playboy. Hanya saja, beberapa mantan kekasihnya tidak tahan akan ulah Baekhyun. Dan sikap Chanyeol yang membiarkan tingkah Baekhyun itu, membuat mantan-mantannya semakin frustasi dan memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Jadi, intinya, Park Chanyeol itu bukanlah playboy. Julukan playboy hanya tersemat secara tidak sengaja dan merambat hingga sekarang.

"Apa kau ada waktu siang ini?"

"Ah, maaf. Aku ada les bahasa inggris sepulang sekolah, Chan." jawab gadis itu dengan wajah penuh penyesalan. Chanyeol hanya tersenyum dan mengusak rambut kecoklatannya dengan gemas.

"Tidak apa-apa. Mungkin lain kali."

Keduanya saling melempar senyum. Namun entah mengapa Chanyeol merasa ada yang salah dengan hubungan itu. Terasa… membosankan.

e)(o—

"Mereka masih bersama!" Baekhyun menusuk dagingnya dengan garpu. Tusukan yang begitu keras, seolah meretakkan piringnya sekaligus. Matanya berkilat ketika melihat Chanyeol memasuki kantin bersama kekasihnya. Bibirnya terkulum ke dalam dengan wajah yang memerah. Luhan mendengus melihatnya. "Kupikir gadis itu melihatnya, ketika aku mencium Chanyeol!"

"Kau menciumnya lagi?!" Luhan menepuk dahinya. "Baek, berhenti menjadi konyol!"

"Bukan salahku." ujarnya tidak terima. "Gadis itu merebut Chanyeolku!"

"Chanyeol yang tidak mau melihatmu!"

Baekhyun sontak terdiam.

"Berhentilah mengejarnya! Jangan membuat dirimu makin terlihat bodoh!" Tatapan berkilat Baekhyun meredup. "Bukannya aku tak mau mendukungmu, Baek. Tapi ini sudah empat tahun. Kau terlihat makin menyedihkan sekarang!" Nafas Luhan terdengar berantakan. Meluapkan emosi benar-benar membuang tenaga. Namun, akhirnya pemuda itu menyadari ucapan kasarnya. Tiba-tiba tenggelam oleh rasa bersalah. Mata rusanya menatap Baekhyun takut-takut dan menemukan wajah pemuda manis itu begitu datar. Matanya kosong tanpa emosi. Menatapnya tanpa ekspresi.

Luhan tahu Baekhyun marah. Tapi tak pernah ia melihat tatapan kosong seperti itu.

Ekspresi itu bertahan selama semenit, sebelum bibir tipis Baekhyun mengulum senyuman.

"Kau seperti tidak tahu aku saja."

Setelah mengatakan itu, Baekhyun beranjak berdiri.

"Kenyangnyaaa~ aku akan kembali ke kelas duluan! Habiskan semua makananmu, Luhan!" Baekhyun benar-benar pergi setelahnya. Luhan mengigit bibirnya. Ia kehilangan selera makan. Larut dalam penyesalan. Ia hanya ingin menyadarkan sahabatnya, tetapi ia menyampaikannya terlalu kasar. Meskipun sahabatnya itu bertingkah biasa, Baekhyun pasti tersakiti oleh kata-katanya.

"Maaf—" ujarnya entah pada siapa.

e)(o—

Selama ini, Chanyeol melihatnya seperti ia adalah seekor kutu.

Tapi ia baik-baik saja.

Selama Chanyeol tidak jauh darinya, itu sudah cukup.

Jika orang pikir ia tidak lelah, maka mereka salah. Wajah ceria yang selalu ia tunjukkan hanyalah topeng belaka. Terkadang, senyumnya mengandung ribuan kesedihan tanpa ada yang menyadari. Bahkan sahabat dekatnya sekalipun. Baekhyun bukanlah tipe yang akan menunjukkan kesusahannya pada orang lain. Ia tak suka dianggap lemah, apalagi dikasihani. Lagipula setelah menangis beberapa saat, ia akan merasa lega dan melupakannya secepat mungkin.

Seperti saat ini, duduk diatas closet sembari memeluk lututnya. Lengannya berkali-kali mengusap mata basahnya. Bibirnya ia gigit untuk menyembunyikan suaranya. Selalu seperti ini. Bersembunyi ketika ia merasa lelah oleh perasaannya. Menangis sebanyak yang ia mampu hingga tak menyisakan apapun. Mungkin kali ini lebih banyak, namun ia pastikan Luhan tidak akan menyadarinya. Ia tak mau Luhan merasa bersalah.

Sadar diri, Luhan hanya mengkhawatirkannya.

Lagipula ucapan Luhan meskipun pedas adalah sebuah kebenaran yang selalu ia coba hindari.

"Haaah, bodoh!" ia mengusap lelehan di pipinya kembali. "Kenapa tidak mau berhenti sih!" gerutunya dengan terisak-isak.

Tak lama setelah, terdengar langkah kaki memasuki toilet.

"Hei, Yeol!"

Yeol?

Chanyeol?

Gawat!

Baekhyun menutup rapat mulutnya dengan telapak tangan. Suara Jongin bergema di dalam kamar mandi itu dan langkah kaki terdengar memasuki toilet. Ia yakin itu Chanyeol dan temannya, Jongin. Anak kelas sebelah yang katanya naksir berat dengan salah satu anak dari kelas favorit, Do Kyungsoo-Do Kyungsoo itu.

"Kau terlihat sibuk beberapa hari ini. Sok sekali."

"Kau tahu sendiri kekasihku tidak suka ditinggal." Chanyeol membalas dengan nada malas. "Aku bosan dengan hubunganku." Mata Baekhyun melebar ketika mendengarnya. Bibir tipisnya tanpa sadar tersenyum lebar. Jujur saja, ia senang kalau-kalau Chanyeol putus lagi. Terdengar jahat memang. Tapi, siapa peduli. "Dia bahkan tidak pernah cemburu ketika si Byun itu menggangguku. Bukankah membosankan?" —kenapa ia disebut-sebut?

"Kau ini! Kenapa tidak kencan saja dengan si Byun Baekhyun itu."

Ada tawa remeh keluar dari bibir Chanyeol. Meskipun tidak bisa melihatnya langsung, Baekhyun seolah bisa melihat ekspresi Chanyeol saat ini. Feeling mungkin.

"Jangan bercanda. Si konyol itu?"

"Kenapa? Dia cukup manis menurutku?"

"Lebih baik aku jomblo seumur hidup daripada kencan dengannya."

Tangan yang awalnya ia gunakan untuk menutup mulut, terkulai begitu saja. Tubuhnya bergetar oleh rasa dingin yang tiba-tiba tercipta. Pernyataan Chanyeol terdengar jelas di telinganya. Mengalun bersamaan dengan jarum di dalamnya. Masuk dan menusukinya hingga ke dalam hatinya. Mendengarnya langsung, rasanya begitu buruk.

Ia tersenyum kecut.

"Karma masih berlaku, man!" Jongin seolah tak terima dengan ucapan Chanyeol. "Tapi kulihat kau tak pernah menolak kehadirannya."

"Dia terlihat menyedihkan. Aku kasihan padanya."

Deg.

Senyum Baekhyun melebar. Namun… airmatanya tumpah semakin banyak.

Ah, Luhan benar.

Chanyeol saja bilang begitu.

Punggungnya bersandar pada closet dan bahunya turun dengan rasa lelah. Mendengarkan setiap untaian kalimat Chanyeol yang semakin lama semakin menusuk. Ia tak ingin menjadi lebih bodoh dengan keluar dalam keadaan seperti ini. Jadi, ia memilih di dalam, bersembunyi dan menyakiti dirinya lebih banyak lagi.

e)(o—

Terdengar gerutuan kesal dari bibir Chanyeol maupun Jongin kala keduanya hendak pulang ke rumah masing-masing. Tak hanya mereka saja sebenarnya, banyak murid yang juga melakukannya. Ada yang kembali ke gedung kelas mereka, namun ada juga yang memilih untuk nekat pulang. Bagaimana tidak kesal? Ketika rasa lelah menguasai dan mereka justru terjebak di sekolah karena hujan turun secara mendadak.

"Kenapa disaat aku sangat merindukan masakan ibuku?!" kesal Jongin untuk kesekian kalinya. Chanyeol di sampingnya tampak berbalas pesan dengan kekasihnya, acuh pada ucapan temannya. Setelah memastikan kekasihnya telah pulang, ia menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket. "Hei, Chanyeol-ah!" Kepala Chanyeol menoleh cepat. "Menerobos hujan sampai halte bus? Bagaimana?" Kemudian dibalas gelengan pelan.

"Aku benci basah."

Jongin berdecak.

"Dasar manja."

"Hei!"

"Baiklah, aku akan pulang duluan. Aku benar-benar lapar dan mengantuk." Pemuda berkulit tan itu menepuk lengan temannya sebelum akhirnya berlari pergi dengan ransel yang menutupi pucuk kepalanya –walau sebenarnya tidak ada gunanya sih. Setidaknya kepalanya tidak basah.

Tinggalah Chanyeol sendirian disana. Menatap rintik hujan tanpa minat.

Beberapa murid yang berada disana mulai menghilang satu persatu. Mungkin karena matahari mulai tenggelam, mereka tak ingin tinggal lebih lama di gedung sekolah. Chanyeol mengumpat kala matanya menangkap satu-satunya murid yang berdiri di sampingnya telah menghilang bersama temannya yang lain dengan berbagi payung.

Sekitar sepuluh menit menunggu dengan sia-sia, akhirnya ia memutuskan untuk nekat menerobos hujan. Namun sebelum sempat ia melakukannya, seseorang menangkap tangannya dan memberikannya payung berwarna biru muda –yang telah terbuka, kemudian seseorang itu berlari menerobos hujan tanpa mengatakan apapun padanya.

"H-Hei!" Chanyeol memanggil sembari menatap punggung seseorang bertubuh mungil itu –dengan hoodie berwarna putih yang menutupi tubuhnya. Berlari diantara derasnya hujan kemudian menghilang pula dibalik gerbang sekolah. Chanyeol menatap payung ditangannya kemudian menghela nafas. "Dasar Baekhyun sialan!" gerutunya. Namun tersenyum ketika melihat payung ditangannya. Merasa senang tanpa ia tahu sebabnya.

.

"To Be Continued—"

.