Setiap orang pasti memiliki mimpi, dan menginginkan mimpi itu terwujud. Naruto Uzumaki, sesosok iblis mimpi. Ia akan memberikan sebuah kristal mimpi, dengan itu mimpi kita akan terwujud. Tapi jika sudah terikat dengan kontrak, saat kita meninggal nanti, tidak ada yang akan... mengingat, mengenang, mengenal, bahkan menanggap kita pernah ada~ / "Dari pada disebut iblis, Naruto-kun lebih cocok disebut malaikat" /

::

Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

::

Eternal Dream © Hikaru-Ryuu Hitachiin

::

Hinata Hyuuga & Naruto Uzumaki

::

Fantasy & Romance

::

OOC, Typo(s), abal, gaje, alur kecepetan, banyak dialog dan keburukan lainnya yang bersemayam di tempat ini. Silakan berpendapat sendiri~

::

T

::

Ini dia! Fic terbaruku dengan pairingNaruHina~! Seperti yang diberitahu di fic daku yang sebelumnya 'You'. Mudah-mudahan saja banyak yang suka dengan karyaku yang satu ini. Fic ini awalnya akan menceritakan kisah tentang NaruHina, tapi seterusnya mereka akan bekerja sama untuk mewujudkan mimpi abadi orang lainnya.

Diriku tidak tahu kisah NaruHinaakan sampai chapter berapa, tapi kemungkinan tiga atau empat chapter. Seterusnya adalah kisah orang lain, tapi tetap NaruHina lah pair sebenarnya. Mereka juga akan muncul di setiap chapter~

Aku tidak akan banyak bicara lagi, jadi langsung saja turun ke bawah untuk membacanya.

::

~ Happy Reading ~

::

::

::

Malam itu, adalah malam yang berbeda dari malam biasanya. Bulan tampak berbeda, tampak bewarna merah gelap seperti warna darah. Itu tanpak menyeramkan bagiku, aku berjalan pulang ke rumah dengan perasaan sedikit takut. Aku merasakan akan ada sebuah kejadian buruk yang akan terjadi padaku. Perasaan yang mengatakan, kalau sampai aku melihat sesuatu dianggap tidak ada. Aku akan di lupakan~

Lariku terhenti, mataku terpaku. Saat melihat sesosok hitam dengan poros yang begitu memikat, bagaikan iblis yang naik ke bumi. Mata bewarna biru seakan ada langit di dalam matanya, dengan rambut pirang bagaikan seorang pangeran. Sangat keren~ Aku seakan terhanyut dalam angan-angan kekerenannya, membuatku selalu ingin melihatnya~

Malam berikutnya, kembali aku melewati tempat itu. Dengan keadaan yang sama, saat itu bulan masih saja terlihat sangat menyeramkan. Sesuatu yang ingin kulihat, tidak ada disana. Bagai sesuatu yang menghilang di telan oleh bumi~ Beberapa hari ini, aku selalu melewati tempat itu. Sampai aku menganggap tempat itu sangat berarti bagiku, tapi tetap saja sosok itu tidak terlihat di mataku. Selama seminggu ini, aku tidak pernah melihatnya lagi~

Apa yang kulihat hanya mimpi belaka?

Paginya, aku kembali ke tempat itu. Aku beristirahat di bangku taman, karena barusan aku baru saja olahraga pagi dan membutuhkan istirahat walau cuma sebentar. Tempat itu, tempat dimana pertama kali aku melihat sosok bagaikan pangeran itu. Aku begitu kaget, karena dia tiba-tiba lewat di depan mataku-dihadapanku. Ternyata yang kulihat hanya sekali itu benaran ada! Ini bukanlah mimpi biasa, melainkan sebuah mimpi abadi~

::

::

::

»•« Eternal Dream »•«

::

::

::

"Kamu" Hinata begitu kaget, dengan apa yang dilihatnya sekarang. Seorang yang mirip sekali dengan sosok hitam yang di lihatnya beberapa hari yang lalu, saat malam hari. Tapi yang dilihatnya sekarang bukan hanya mirip, tapi dia memang yang di lihatnya malam itu.

"Ha? Ngapain kamu melihatku seperti itu?" tanya orang itu, ia heran karena di bilang 'kamu' dan di tatap dengan tatapan seperti itu. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?

"Ano..." dengan sedikit gelagapan, Hinata mau mulai berbicara. Ia ingin bicara bahwa sebelumnya mereka pernah bertemu, walau hanya tatap menatap sesaat dan setelah itu tidak. Tapi sebelum mau berbicara, orang di depannya itu sudah terlebih dahulu berbicara.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Yap! Memang itu yang mau di bilang Hinata. Karena Hinata mau lebih kenal dengan orang yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Iya" jawab Hinata, dirinya masih merasa canggung karena belum terlalu kenal. Pasti setelah ini Hinata akan bisa lebih dekat dengan orang itu dan tidak akan ada rasa canggung seperti saat ini.

"Pantas saja aku merasa mukamu itu tidak asing" memang tidak asing, karena baru beberapa hari yang lalu melihat wajahnya. Walau hanya beberapa detik, tapi bisa saja kan mengingatnya. Lalu selang beberapa detik, setelah itu hilang entah kemana~

"Ya" sekarang yang menguasai pembicaraan adalah orang itu, sedangkan Hinata yang memulai pembicaraan hanya bisa menjawab dengan singkat setiap pertanyaan-pertanyaan yang ada.

"Tapi kapan kita pernah bertemu ya?" orang tersebut sekarang berpikir, menaruh telunjuk tangan kanannya di jidat sebelah kanannya.

"Di itu" segali orang tersebut berpikir, Hinata berusaha memberitahu dimana tempat mereka bertemu. Walau lagi-lagi orang itu yang menjawabnya terlebih dahulu.

"Oh~ Aku ingat! Di taman itu, kan? Yang waktu malam itu? Walau hanya tatap menatap sesaat, tapi itu sama saja disebut bertemu ya?" sekarang di ucapannya itu banyak pertanyaan yang sama artinya dengan jawaban. Hinata mengangguk seakan mengatakan 'iya' atas pertanyaan orang yang di lihatnya itu.

Sesudah kalimat itu berakhir, terjadilah keheningan yang melanda di antara mereka berdua. Sampai orang tersebut memulai pembicaraan, ia akan memperkenalkan dirinya. "Aku Naruto Uzumaki, panggil saja Naruto. Atau kalau mau ditambah embel-embel juga boleh kok" oke, sekarang Hinata sudah tahu nama yang disukainya itu.

"Sekarang aku tebak ya, namamu Hyuuga, kan? Hyuuga Hinata?" Hinata kaget ke sekian kalinya karena orang yang bernama Naruto itu. Kenapa ia bisa mengetahui namanya? Itulah yang ditanyakan oleh Hinata, padahal kan Hinata tidak pernah menyebutkan nama itu sama sekali. Tapi Naruto jawab, itu bukanlah masalah yang besar. Jawaban itu malah membuat Hinata menjadi penasaran akannya.

"Kamu~ Kenapa suka sekali melihat taman ini? Kulihat dirimu selalu berhenti sesaat dan menatap taman ini untuk beberapa menit" Naruto bertanya, tapi kenapa Naruto tahu kalau Hinata sering melihat taman itu? Tapi Hinata juga penasaran, karena sekarang Hinata jadi suka ke taman ini. Padahal dulu-dulu Hinata tidak pernah singgah sama sekali di tempat itu.

Tapi, Hinata sudah menemukan jawabannya. "Karena, baru-baru ini aku menyadari bahwa taman ini sangat indah" memang bukan jawaban yang benar, tapi sudah dianggap benar oleh Naruto. Karena kalau di lihat dari kondisi dan keadaan, taman itu memang setara dengan apa yang di ucapkan oleh Hinata. Sepertinya mereka sudah mulai akrab, mereka saling berbicara satu sama lain. Walau banyakan Naruto yang memulainya, dari pada hening terus menerus.

"Ada satu lagi alasan aku ke sini, aku merasa taman ini adalah salah satu tempat yang penting untukku" Hinata berbicara itu dengan posisi tertunduk, ia bingung mau bicara seperti apa. Tapi mungkin posisi seperti itulah yang paling pas untuk membicarakan hal itu. Tapi mungkin ini adalah waktu yang pas bagi Hinata untuk mengutarakan perasaannya, tapi tidak mungkin.

Sedangkan Naruto terdiam menatap Hinata yang menunduk itu, ia mau tahu apa kelanjutan dari kata-kata nona di depannya itu. "Entah sejak kapan, aku merasakan tempat ini adalah tempat yang membuatku merasa tenang di saat aku sedih" Hinata melanjutkan pembicaraannya, dan Naruto masih saja diam melihat Hinata yang seperti itu. Mungkinkah ada lanjutan dari kata-kata itu?

"Samar-samar aku mulai menyukai taman ini, dan ada satu lagi yang membuatku selalu datang kesini" lanjut Hinata, dan perkataan itu sukses membuat Naruto bicara.

"Apa itu?" tanyanya, itu bagaikan sebuah pertanyaan yang jawabannya sangat ingin di ketahui oleh Naruto. Lalu, banyak sekali alasan Hinata menyukai taman itu.

"Ada sesuatu yang membuatku terpesona" jawab Hinata, dan itu malah membuat Naruto bertanya dan bertanya lagi.

"Sesuatu? Apa itu?" benar, kan? Naruto bertanya lagi. Kenapa gadis di depannya ini malah membuat dirinya penasaran sih? Baru kali ini ia penasaran dengan ucapan seseorang yang mungkin tidak terlalu penting baginya.

"Itu adalah..." Hinata mulai menjawab, tapi ia ragu-ragu makanya berhenti berbicara. Ia bingung harus bicara seperti apa. Kalau ia bicara yang sebenarnya, bisa saja dirinya malah dijauhi oleh Naruto. Hinata tidak menginginkan hal itu~

Naruto kembali diam dan menunggu apa yang akan Hinata jawab. Walau dirinya yakin Hinata tidak akan menjawabnya, maka dari itu tugas Naruto sebentar lagi akan di mulai. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja~

"Tidak ada kok" jawab Hinata, ia menjawab hal tersebut dengan bersenandung ria. Itu malah membuat Naruto kesal karena Hinata tidak jadi memberi tahu apa yang membuatnya jadi suka dengan taman itu.

"Aku pulang dulu ya" kini Hinata berpamitan, ia akan pulang karena suasana mulai tidak mendukung. Ini sudah malam, dan waktunya bagi Hinata untuk pulang ke rumahnya.

Ternyata Hinata bisa betah berbicara dengan Naruto dari pagi hingga malam di tempat yang sama. Walau ada hening beberapa saat, tapi itu tidak ada artinya karena Naruto selalu bisa mengatasi hal itu. Perlahan sosok Hinata menghilang dari hadapannya, Naruto melihat kalungnya yang diangkat biar setara dengan langit, menatapnya datar.

"Sudah waktunya~ Hinata, kamu memang memerlukan sebuah Dream Crystal"

::

::

::

'Kenapa ya? Kenapa aku tidak bisa mengatakan itu pada Naruto-kun? Aku tahu ini bukan waktu yang pas, karena baru satu hari kami saling mengenal satu sama lain. Tapi... perasaan ini tidak bisa di bohongi' isak Hinata dalam hatinya, sekarang ia sedang bersantai pada ranjangnya. Ia tidak bisa tidur karena kajadian hari ini, itu membuat hatinya selalu berdetak, selalu membuatnya kepikiran.

Eternal dream adalah sebuah mimpi abadi yang pasti di miliki oleh setiap orang. Lalu, Dream Crystal adalah sebuah kristal mimpi yang akan di berikan oleh Naruto pada orang yang membutuhkan. Naruto Uzumaki adalah sesosok iblis mimpi yang abadi dalam kehidupan, dia menggunakan kalung berbentuk kristal yang berfungsi untuk mengetahui siapa saja yang membutuhkan kristal mimpi.

Dengan kristal mimpi, mimpi abadi kita akan menjadi kenyataan. Tapi kalau sudah terikat dengan kontrak dan mimpi mereka sudah terkabul, saat meninggal nanti, orang-orang di sekitar yang pernah mengenal kita tidak akan mengingat, mengenang, mengenal, bahkan menanggap kita pernah ada, dilupakan untuk selamanya.

"Naruto" ucapnya di sela-sela melamun menatap atap-atap rumah kamarnya. Tapi lamunannya di buyarkan karena ada sesuatu yang seperti sedang membuka jendelanya kamarnya. Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan langsung berlari ke arah jendela. Di bukanya gorden yang menutupi jendela tersebut, dan muncullah sosok hitam yang mulai masuk ke dalam kamar tersebut.

"Hinata" kaget lagi, Hinata langsung berlari menjauhi sosok hitam itu. Mengambil bantalnya dan mulai melempari bantal itu ke sosok hitam yang mungkin sedikit mengerikan itu. Tapi kalau di lihat lebih teliti, sosok itu sama seperti yang di lihatnya waktu malam itu. Mungkinkah sebenarnya yang di lihatnya bukan Naruto? Tapi kalau bukan Naruto, kenapa Naruto bisa tahu kejadian itu?

"Siapa kamu!?" teriak Hinata bertanya, ia merasa ketakutan. Karena sosok bertopeng itu, tidak memperbolehkan Hinata untuk melihat wajahnya. Tapi dari warna rambut, rambut tersebut sama seperti dengan warna rambut Naruto. Tapi dari segi mata beda, sangat beda dengan punya Naruto. Mata Naruto bewarna biru sebiru langit, sedangkan yang ada di hadapannya adalah mata bewarna merah semerah darah yang bercahaya.

"Kamu tidak perlu takut, aku datang ke sini hanya untuk melakukan tugasku saja" katanya, ia mendekati Hinata dan duduk di ranjang Hinata. Karena penasaran dengan tugas itu, Hinata berhenti berteriak dan mendengarkan apa tugasnya. Mungkin tidak ada niat buruk, itu perkiraan Hinata.

"Aku datang ke sini untuk menawarkanmu sebuah Dream Crystal" katanya, menawarkan sesuatu yang mungkin bisa disebut dengan aneh. Tapi Hinata sangat penasaran dengan apa yang namanya Dream Crystal itu.

"Apa itu Dream Crystal?" Hinata penasaran, apa yang dimaksud sosok di hadapannya itu? Apakah ada sesuatu yang belum di ketahui Hinata sehingga membuatnya penasaran seperti itu? Tapi ia memang penasaran, ia belum mengetahui sisi lain dari dunia ini.

"Dream Crystal adalah sebuah kristal mimpi, dengan itu mimpi abadimu akan terwujud dengan mudahnya" apa yang di katakan sosok itu benar? Mana mungkin mimpi kita bisa terwujud dengan mudahnya tanpa adanya sebuah usaha?

"Apa itu bisa membuat aku melakukan sesuatu yang kuinginkan?" sebuah pertanyaan muncul kembali dari mulut Hinata. Sepertinya ada mimpi yang mau di wujudkan oleh Hinata, walau bukan mimpi yang besar atau pun kecil.

"Tentu saja" jawab sosok itu tersenyum tipis. Walau wajahnya tidak terlihat karena di tutup oleh topeng, tapi Hinata yakin sosok itu sedang tersenyum. Karena matanya tertutup saat mengucapkan itu.

"Kalau begitu aku boleh minta satu?" Hei, Hinata~ Mana bisa minta? Dari awal sosok itu bilang bahwa dia menawarkan sesuatu. Kalau ada penawaran, pasti itu ada hubungannya dengan penjualan.

"Minta? Dream Crystal-ku ini tidak gratis" benar, kan? Mana ada di dunia ini yang gratis, kecuali kalau ada orang yang berbaik hati dan memberikan sesuatu secara gratis.

"Kau mau uang?" tanya Hinata polos. Ya~ Kalau beli sesuatu mesti ada uang, kan? Makanya Hinata berpikir untuk membelinya memakai uang. Tapi uang sebanyak apa pun, tidak akan setara dengan mimpi abadi yang terwujud. Harus lebih dari itu~

"Tidak" yah~ Memang bukan memakai uang, Dream Crystal akan lunas dengan sendirinya saat kita meninggal nanti. Tidak dengan uang, tidak dengan benda berharga milik kita. Tapi sebuah yang lebih penting dari pada uang atau pun benda berharga.

"Kamu tidak perlu membayar apa pun untuk saat ini, Dream Crystal akan lunas dengan sendirinya saat kamu meninggal nanti. Dream Crystal lunas oleh kenangan orang-orang tentang dirimu. Orang-orang di sekitarmu akan melupakanmu untuk selamanya, bahkan menganggap kamu tidak pernah ada" perkataan itu malah membuat Hinata terdiam. Orang-orang yang pernah mengenalnya tidak akan ada yang mengingat bahkan menganggap kita pernah ada kalau sudah meninggal nanti. Itu sangat menyakitkan~ Tapi kalau untuk mewujudkan mimpi abadi kita, apa salahnya dicoba?

"Apa jawabanmu?" tanya sosok itu, ia sudah mulai bosan menunggu jawaban dari Hinata. Ia sudah menjelaskan begitu banyak informasi, dan apakah Hinata mau mengambilnya? Kalau tidak, dengan terpaksa sosok itu akan menghapus ingatan Hinata tentang itu.

"Aku mau" jawaban yang bagus, itulah yang dari tadi di tunggu-tunggu oleh sosok itu. Sekarang waktunya untuk membuat lambang kontrak, tanda bahwa Hinata menyetujui kesepakatan itu.

"Aku akan membuat lambang kontrak punggungmu" sosok itu tiba-tiba mengeluarkan cakar dari jari-jarinya, itu malah membuat Hinata takut. Karena cakar-cakar itu terlihat tajam, dan kalau tersentuh saja mungkin bisa membuat sampai berdarah.

"Jangan takut, ini tidak akan membuatmu berdarah. Asap yang keluar dari cakar ini tidak panas, saat sudah terbentuk di tubuhmu, lambang kontrak itu akan melekat. Warna awalnya memang putih, tapi kalau sudah memakai Dream Crystal, maka warnanya akan berubah menjadi merah darah. Buka bajumu~" apa-apaan ini!? Kenapa malah di suruh buka baju segala?! Ini seperti di suruh melakukan tindakan pelecehan tanpa di sadari oleh sosok itu!?

"Tidak bisakah di tempat lain? Tangan atau kaki misalnya?" tanya Hinata ragu-ragu, mana mungkin ia menunjukkan punggungnya yang telanjang sebagian pada orang yang tidak di kenalinya? Tidak dikenalinya? Dirimu saja Hinata yang belum tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

"Tidak, di tempat itulah yang ada di undang-undang. Jangan lama-lama, aku tidak punya banyak waktu disini" Hinata semakin bingung, pasti wajahnya saat itu memerah. Mana mungkin ia melakukan itu, apalagi dengan sifatnya yang pemalu itu.

"Lama" tiba-tiba sosok itu merobek baju yang Hinata pakai, sontak Hinata berteriak 'bajuku' dan langsung mengambil bantal untuk menutup badan bagian depannya.

"Hadap kesana, aku akan mulai mengukir" tanpa merespon suruhan sosok itu, Hinata membelakangi sosok itu sesuai dengan perintahnya.

Lalu akan dimulailah pengukiran lambang kontrak, sosok itu menyingkirkan rambut yang menutupi punggung Hinata. Wajahnya memerah saat merasakan sentuhan cakar dengan punggungnya Hinata. 'Putih dan mulus' hilangkan pikiran yang menyimpang itu. Ia mengukir dengan lambang kontrak dengan bentuk seperti obat nyamuk bakar. Bulat dan melingkar, bentuk lambang kontrak ini di bentuk dari lambang klan Uzumaki.

"Sudah selesai" sosok itu langsung berpindah tempat dari kamar Hinata menjadi di luar kamar Hinata.

"Silakan pakai kembali bajumu" Hinata yang menyadari itu sudah selesai langsung membuka matanya, ia melihat sosok itu telah tiada di kamarnya.

Sosok itu masih saja berwajah merah karena mengingat apa yang dilakukannya tadi. Ia berbatin dengan dirinya sendiri, 'Kenapa harus di punggung sih? Seperti tidak ada tempat yang lain saja. Kenapa di undang-undang mengatakan seperti itu? Aku sangat tidak suka~ Maafkan aku Hinata, karena melakukan hal yang tidak pantas seperti itu'.

Dengan cepat Hinata langsung berlari ke arah lemari pakaiannya, ia langsung mengambil bajunya dan memakainya. Setelah selesai, ia langsung bilang 'sudah' dan sosok itu kembali muncul di hadapanya.

"Lambang kontrak sudah terpasang, dengan begini selesai sudah. Satu lagi, namamu akan terpasang di buku yang berada di duniaku saat kamu meninggal nanti. Itu tandanya, hutangmu sudah lunas. Oke! Ini Dream Crystal yang kamu minta" sosok itu memberikan Dream Crystal pada Hinata, dan diterima langsung oleh Hinata.

Bentuknya lumayan kecil, lebih kecil dari jari kelingking. Tapi benda sekecil itu bisa mewujudkan mimpi abadi kita, itu sunggul luar biasa. Tapi dengan perlahan Dream Crystal itu bercahaya dan bergerak dengan sendirinya. Hinata bingung apa yang terjadi, jadi ia menanyakan hal itu pada sosok tersebut.

"Nanti kamu akan tahu" jawaban yang tidak memuaskan, semoga saja tidak akan terjadi hal buruk yang terjadi.

Dream Crystal itu perlahan masuk ke dalam tubuh Hinata! Tepat bersinggah di punggung Hinata, Tepat di lambang kontrak itu.

"Dream Crystal itu akan muncul kembali saat kamu ingin menggunakannya. Selama Dream Crystal itu berada dalam tubuhmu, lambang kontrak itu akan tetap bewarna putih. Tapi saat kamu sudah meminta sesuatu, Dream Crystal akan menghilang dari tubuhmu dan lambang kontrak itu akan berubah warna seperti yang sudah di beri tahu tadi" semua sudah di beritahukan oleh sosok itu, tapi ada satu lagi yang belum Hinata tahu. Siapa sosok itu sebenarnya~

"Siapa kamu?" sukses sudah sebuah pertanyaan yang membuat Hinata penasaran terlontar. Sisa menunggu sosok itu menjawabnya dan menghilangkan rasa penasaran Hinata.

"Aku? Aku adalah iblis mimpi yang akan selalu abadi dalam kehidupan ini"

::

::

::

To Be Continue

Yahaaa~ Chapter satu akhirnya selesai juga. Bagaimana? Aneh kah? Gaje kah? Silakan memberikan kritikkan kalian melalui review. Mungkin chapter pertama ini masih pendek, tapi nanti akan aku usahakan agar chapter yang berikut-berikutnya akan lebih panjang dari chapter yang ini.

Oke! Sekian dariku~

Jaa~