Naruto © Masashi Kishimoto
Song of a Cherry Blossom © Diana-san
Indonesian Ver. © Yuki Kanashii
Chapter 1— Miss Saki
Haruno Sakura bersenandung sambil menyisir rambut merah mudanya yang kusut dengan jari ramping miliknya. Sakura menatap bayangannya di cermin sambil meletakkan tangannya di atas pangkuannya. Tsunade, make-up artist Sakura untuk identitasnya yang lain, baru saja selesai menerapkan semua make-up yang diperlukan di wajah cherry blossom-nya. Sakura meletakkan salah satu jarinya di bibir dan memeriksa warna kemerahan dari lip gloss pada bibirnya. Keterangan yang ada di tabung lip gloss yang ia baca menuliskan bahwa lip gloss itu akan membuat setiap bibir pemakainya terlihat lembut dan lezat.
Sakura menghela napas. Entah bagaimana hal itu tidak berlaku untuk bibirnya. Aku berharap mereka tidak harus memaksaku untuk memakai make-up. Aku terlihat seperti Barbie plastik murahan.
Ketukan terdengar dari pintu dan Sakura menoleh dengan cepat. Pintu terbuka dan sebuah kepala muncul ke dalam. Senyum iblis terpasang di bibir pria itu tapi kekecewaan muncul ketika ia melihat orang yang ia harap kehadirannya di sana ternyata tidak ada di dalam ruangan.
Sakura mencoba menahan tawanya saat melihat senyum pria berambut putih itu berubah menjadi cemberut penuh kecewa. "Maaf Jiraiya-sama, Tsunade-sama pergi beberapa saat yang lalu."
Pria berambut putih itu tertawa gugup saat niatnya ketahuan. "Tsunade? Aku tidak mencari dia," katanya.
Sakura memutar matanya. "Lalu apa yang kau lakukan di sini?"
"Yah, kau akan ada di atas panggung dalam beberapa menit jadi lebih baik kau bersiap-siap," Jiraiya menjelaskan.
"Baiklah," Sakura menjawab dengan monoton. Jiraiya mengamati pandangan di sekitar ruangan sebelum menghilang di balik pintu.
Sakura mengambil wig pirang madu yang tergeletak di atas meja rias. Ia memakainya dengan hati-hati dan memastikan rambut merah mudanya tersembunyi di balik wig pirang. Wig pirang itu panjangnya sampai ke bawah dada, sedangkan panjang rambut merah muda miliknya hanya melewati bahu. Ia mengatur poninya dengan gaya strategis agar menutupi dahinya. Sakura selalu sadar diri bagian wajahnya yang berukuran raksasa ada di sudut itu.
Sakura menatap pantulan di cermin lagi. Mengejutkan melihat berapa banyak perubahan penampilannya dari hanya sekedar mengganti warna rambut. Ia tertawa pelan. "Ini masih mengejutkanku meskipun aku sudah melakukannya selama tiga minggu," renungnya pada diri sendiri.
Sakura berpikir kembali pada saat ia pertama kali datang ke tempat ini. Sebuah klub malam populer di mana banyak murid sekolah atas dan mahasiswa datang untuk menghilangkan stres di sekolah. Ketika pertama kali datang, tanda 'Help Wanted' menarik perhatiannya. Sejak kematian orangtuanya beberapa bulan yang lalu, Sakura hidup sendiri. Ia harus menjual rumahnya untuk pindah ke sebuah apartemen kecil yang lebih terjangkau. Namun, ia harus pindah sekolah karena terlalu jauh untuk pulang-pergi setiap pagi.
Setelah mendaftar ke beberapa sekolah dan ditolak karena ia sudah melewatkan seluruh trimester, Sakura mulai kehilangan harapan. Sampai suatu hari, Sakura menerima surat penerimaan Konoha Academy yang menawarkan beasiswa musik penuh padanya. Konoha Academy adalah sekolah bergengsi yang bahkan tidak ia pertimbangkan sampai sekolah itu menjadi pilihan terakhir dan satu-satunya. Di samping reputasi Konoha Academy sebagai sekolah tinggi anak-anak elit, ia tidak bisa melewatkan beasiswa yang akan menjamin biaya kuliah mahal yang harus ia bayar. Sulit untuk membayangkan bagaimana sebuah sekolah swasta elit memutuskan untuk memilihnya, seorang gadis tanpa uang atau status, tapi Sakura tidak ingin mendebatkannya.
Sakura masih perlu mencari pekerjaan untuk membantu bayaran sewa dan biaya makan. Ia punya pekerjaan paruh waktu sebagai pelayan di sebuah restoran kecil tapi bayarannya tidak cukup. Belum lagi tips yang buruk dan staf yang biasa-biasa saja. Tapi ia tidak bisa mengatakan semua itu buruk karena justru hal itu yang membawanya ke klub Icha Icha. Atau lebih tepatnya, Jiraiya yang menemukan dirinya.
Sakura menutup restoran malam itu dan memutuskan untuk memutar mesin jukebox karena ia sendirian malam itu. Saat melantunkan hits terbaru dari tahun 90-an, ia tidak menyadari bahwa Jiraiya tertidur di balik bilik. Entah bagaimana, satu hal mengarah ke yang lain dan ia berakhir dengan kejutan penuh ketakutan dan diberi kartu bisnis Icha Icha. Sakura segera mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai penyanyi di klub dan mampu menutupi bayaran sewa bulanannya. Setelah mengetahui situasi Sakura, Tsunade juga mempekerjakannya sebagai pelayan paruh waktu untuk menutupi sisa biaya makan dan tagihan.
Sakura bersandar kembali ke kursi lembut mewahnya. Semua orang yang bekerja di klub itu benar-benar baik padanya dan mereka seperti keluarga Sakura sendiri. Rasanya bagus untuk memiliki perasaan seperti itu lagi. Ia masih berusaha untuk mengatasi rasa kehilangan orang tuanya. Tapi ia berterima kasih atas dukungan yang ia dapat dari semua orang di tempat kerja. Meskipun Jiraiya selalu memandang penuh cinta setiap wanita di perguruan tinggi, selalu ada Tsunade yang terus mengecek Jiraiya. Lalu ada Morino Idate, setahun lebih tua dari Sakura, menjadi bartender di klub. Dia selalu bercanda dengan Sakura dan mereka selalu mengobrol setelah berkerja.
Ketukan datang dari pintu lagi dan Sakura berbalik untuk melihat siapa itu. Sebuah kepala seorang wanita muda muncul. Mitarashi Anko memberi isyarat padanya bahwa tiba giliran Sakura dan ia mengangguk. Kepala ungu gelap itu menghilang di belakang pintu dan pintu tertutup.
Sakura mengambil kacamata hitam di atas meja dan memakainya. Lalu ia berjalan keluar dari ruang ganti sampai ia berada di belakang panggung. Tirai yang ditarik kembali melindunginya dari pandangan penonton. Dari posisinya, ia bisa melihat sekilas dengan jelas lantai dansa di depan panggung saat ia mengintip di balik tirai.
Musik dimainkan dengan keras sementara kerumunan remaja menari sepanjang malam. Sakura tersenyum. Tentu saja, ini adalah hari Jumat setelah semua hari padat berlalu.
Sakura menghela napas. Ia tidak gugup berada di atas panggung, tapi ia gelisah karena mulai sekolah minggu depan. Terutama karena ia akan memulai semester kedua di kelas yang sudah mengenal baik satu sama lain. Ia mengintip dari tirai lagi untuk melihat siswa tahun kedua atau tahun ketiga yang mungkin ada di sana. Aku ingin tahu apakah salah satu dari mereka akan menjadi teman sekelasku yang baru.
Musik mulai mereda dan beberapa penari yang lelah pergi untuk duduk. Jiraiya berjalan keluar dari sisi lain panggung dan berjalan ke mikrofon yang berada di tengah. Jiraiya mulai berbicara beberapa kata sebelum mulai memperkenalkan Sakura.
Setelah beberapa saat, Jiraiya mengulurkan lengannya dan menunjuk ke arah sisi kiri panggung di mana Sakura berdiri di belakang tirai. "Dan sekarang, saat yang kalian tunggu.. Bakat suara indah Nona Saki disertai dengan band-nya."
Tepuk tangan terdengar dari penonton sementara Sakura tersenyum. Saki adalah nama panggung yang Jiraiya buat untuknya karena Sakura tidak ingin menggunakan nama aslinya. Gadis merah muda yang sekarang pirang itu melangkah keluar dan menjadi sorotan. Tepuk tangan terdengar saat ia berjalan ke mikrofon. Meskipun ia bukan penyanyi terkenal, ia yang paling populer di klub dan kebanyakan orang datang untuk mendengarnya bernyanyi. Sakura melirik band dan mengangguk pada mereka. Drummer mengangkat stik drum dan memulai beat-nya. Musik mulai mengalir sementara lampu meredup menjadi biru.
Sakura baru mengenal band dengan waktu yang singkat, tapi ia merasa seperti mengenal mereka dalam waktu yang lama karena mereka selalu berlatih saat larut malam dan pagi. Band ini terdiri dari tiga anggota dengan Dosu Kinuta sebagai bass, Kin Tsuchi bermain gitar, dan Zaku Abumi bermain drum.
Selagi musik pembuka dimainkan, sorotan lampu bersinar ke tengah di mana Sakura berdiri. Dengan percaya diri, ia meraih mikrofon di depannya dan menatap ke penonton. Senyum terlihat di wajahnya saat ia membuka mulutnya dan membiarkan lirik-lirik dari lagu tersebut mengalir melalui dirinya. Ia tidak pernah merasa lebih di 'rumah' daripada saat sekarang ketika berada di atas panggung.
Sakura mengambil mikrofon dari holder-nya dan melangkah mundur saat bagian chorus lagu dimulai. Kerumunan orang di sana mulai terasa lebih hidup dan mereka menari sesuai irama lagu sambil melambaikan tangan mereka di udara. Sakura tersenyum sambil bernyanyi. Ia telah menemukan 'rumah' barunya.
—Song of a Cherry Blossom—
Uchiha Sasuke bersandar di sofa kulit mewah yang ia duduki. Dia berada di klub malam lokal Icha Icha karena pacarnya di minggu ini menyeretnya ke sini dan mengoceh tentang bagaimana penyanyi di sana benar-benar berbakat. Ia kecewa dengan desain interior klub dan meratapi bagaimana seluruh tempat itu tidak dibersihkan. Tempat ini memang turun standar dari klub yang biasa ia datangi. Ia terkejut, bagaimana antusiasme klub ketika penyanyi muncul ke panggung. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya karena sebagian besar klub yang ia kunjungi tidak memiliki perilaku yang baik. Atau mungkin ia hanya memegang standar yang lebih tinggi.
Sasuke terpesona oleh kehadiran penyanyi itu. Dia tampak tidak menarik di luar tetapi memiliki pesona khusus yang Sasuke tidak bisa jelaskan dengan tepat. Suaranya halus dan mempesona sehingga Sasuke merasa seolah-olah penyanyi itu menariknya. Agak menjengkelkan bahwa seorang gadis yang belum pernah ia temui sudah menarik perhatiannya sebelum Sasuke bisa menarik perhatian gadis itu.
Sasuke mengamati gaun wanita muda itu. Gaun dengan gambar bunga sederhana yang dikenakan di atas celana jins pudar. Tali gaun yang seperti spaghetti menunjukkan kulit putih porselen halus milik wanita ramping itu. Sasuke tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tersembunyi di balik kacamata hitam tapi ada aura bersinar yang ia pancarkan dari kehadirannya di atas panggung.
Perhatiannya terputus ketika pacarnya, Yamanaka Ino, mulai menempel ke lengannya. "Bukankah klub ini yang terbaik?" Ino menjerit. Sasuke memutar matanya melihat perilaku Ino yang dramatis. Dia seperti gadis-gadis lainnya yang Sasuke kencani. Menempel dan manipulatif. Sasuke menghela napas. Sejak tahun pertamanya di SMA, setiap gadis tampaknya menyukainya. Sasuke tidak bisa berjalan menyusuri lorong sekolah tanpa setidaknya satu gadis merona di hadapannya atau memberinya pengakuan. Sekarang ia memasuki tahun keduanya di SMA minggu depan, ia berharap menemukan timbunan siswi perempuan baru mengejarnya. Ia tersenyum puas ketika berpikir tentang itu.
Sasuke mendesah gembira. Ia memiliki kehidupan yang tumbuh dengan indah. Ia adalah putra dari seorang ayah multi-miliarder dan satu-satunya pewaris bisnis sejak kakaknya memutuskan untuk pergi menikahi seorang gadis yang tidak disetujui orang tua mereka.
Ino menarik-narik lengan kemeja biru navy Sasuke dan membuat perhatian Sasuke kembali. Minuman mereka sudah tiba dan pelayan menempatkan nampan berisi empat minuman di atas meja. Dia meletakkan setiap minuman di depan masing-masing orang. Sasuke melirik dua orang lainnya yang Ino undang. Salah satunya adalah Hyuuga Neji yang juga berasal dari keluarga kaya. Dia adalah satu-satunya pewaris kekayaan keluarga Hyuuga dan meskipun Sasuke berteman dengan Neji, mereka juga saingan karena mereka bersaing satu sama lain dalam segala sesuatu yang memungkinkan mereka untuk bersaing. Yang duduk di samping Neji adalah pacarnya, Tenten, memiliki rambut berwarna cokelat dengan cepol dua di atas kepalanya. Gadis cokelat itu meringkuk manja pada Neji dan meneguk minumannya.
Sasuke menatap kekasihnya sendiri yang meletakkan kepalanya di lengannya. Rambut pirang panjang Ino dikuncir satu ekor kuda dan untaian poni longgar menggantung di atas matanya. Dia perlahan-lahan meneguk minumannya dan Sasuke mengulurkan tangan untuk mengambil minumannya di meja. Ia menyisir rambut gelapnya yang kusut yang menutupi matanya.
Lagu yang dinyanyikan gadis di atas panggung itu mulai berakhir dan musik mereda lagi, banyak orang yang berdiri di depan mulai bertepuk tangan dan berteriak meminta pengulangan. Pria dengan kepala putih yang memiliki klub malam ini berjalan ke panggung dan membisikkan sesuatu ke telinga si penyanyi. Sasuke menyaksikan untuk melihat hiburan apa yang gadis itu akan lakukan selanjutnya. Sasuke melihat dia mengangguk dan kemudianmemberikan band tanda yang menunjukkan lagu apa yang akan ia nyanyikan. Band menanggapi dan memulai lagu. Gadis pirang itu mulai bernyanyi dan sekali lagi, suara yang indah terdengar. Kerumunan bersorak dan beberapa orang bangkit dari meja untuk pergi ke lantai dansa.
"Gadis itu pasti baik, bukan?" Tenten berkomentar. Neji mengangguk setuju saat ia meletakkan minumannya.
"Aku yakin dia akan menjadi penyanyi besar suatu hari. Suara indahnya harus ditemukan," seru Ino.
Neji melipat tangannya. "Industri Musik adalah bisnis yang sulit untuk dimasuki. Dia perlu memiliki keuletan agar bisa menerobos masuk."
Tenten tertawa sambil bercanda menekan lengan Neji. "Berhenti menjadi downer seperti itu. Aku akan membeli CD miliknya jika dia merilisnya."
Ino menghela napas bahagia dan meringkuk pada Sasuke. "Aku harap aku seorang selebriti."
Sasuke tertawa. "Jadi, kau ingin jadi bintang?"
Ino menatap Sasuke dengan sinar di matanya. "Kau tidak mau? Maksudku, itu impian setiap gadis untuk jadi bintang terkenal."
Tenten membalas, "Tidak setiap gadis. Aku tidak ingin menjadi bintang terkenal. Terlalu stres."
Ino menjulurkan lidah pada Tenten. "Tentu saja kau tidak. Kau lebih suka berlari dan berkeringat." Ino mengernyitkan hidung dengan jijik membayangkan tubuh penuh keringat.
Tenten menjulurkan lidahnya pada Ino. "Apa yang salah dengan berkeringat?"
Neji tertawa. "Tentu saja, Tenten merupakan tipe gadis yang tidak keberatan berguling-guling di lumpur."
Tenten tertawa dan bersandar di lengan Neji. Ino menghela napas putus asa. "Kadang-kadang aku tidak mengerti orang-orang."
Tenten memutar matanya. "Jika kau bertanya padaku, aku tidak mengertimu Ino. Selalu terobsesi dengan majalah fashion dan menghabiskan seluruh harimu di mal."
Neji dan Sasuke saling pandang. Sasuke menyeringai saat ia tidak bisa setuju lagi dengan kata-kata Tenten. Sesuatu tentang gadis-gadis yang mereka tidak pernah bisa pahami. Tapi ia menahan lidahnya saat Ino merengut pada Tenten sebelum meneguk minumannya.
Mereka tetap diam untuk beberapa saat karena mereka mendengarkan suara penuh penjiwaan milik gadis di atas panggung itu. Sasuke menatap tajam wajah si penyanyi dan mencoba membayangkan wajahnya seperti apa tanpa kacamata. Ketika dia tidak bisa membayangkannya, dia mendesah dan berbaring kasar di sofa.
Lagu berakhir dan penonton bertepuk tangan dan berteriak meminta lebih tetapi gadis itu menolak dan membungkuk sebelum berjalan ke belakang panggung. Kepala pirang madu itu menghilang di balik tirai saat musik terdengar dari sound system.
Ino menggumamkan sesuatu tentang mencoba mendapatkan tanda tangan tapi Sasuke tenggelam dalam pikirannya untuk mendengarnya lagi. Aku ingin tahu apakah aku bisa melihatnya lagi.
Sasuke menatap langit-langit. "Beri tahu, Ino. Siapa nama gadis itu?" Ia bertanya.
Gadis pirang itu menatap Sasuke dengan mata birunya. "Maksudmu penyanyi itu?"
Laki-laki berkepala raven itu mengangguk. "Aku pikir pria tua itu menyebutnya Saki," Ino menjawab.
"Saki," bisik Sasuke sambil membiarkan dua suku kata itu terucap dari lidahnya.
Ino menatapnya. "Apa kau mengatakan sesuatu, Sasuke-kun?" ia mendengung.
Sasuke menggeleng dan beranjak pergi untuk mengambil minumannya. Dia menempatkan tepi gelas di bibirnya dan menatap panggung yang sekarang kosong.
Panggung adalah tempat sepi sampai kau datang dan menghidupkannya dengan senyum dan karisma.
Sasuke tersenyum sambil meneguk minumannya. Nona Saki. Aku harap kita bisa bertemu lagi suatu hari.
—Song of a Cherry Blossom—
A/N:
Halo minna~
Setelah vacum sekian lama dan ujung-ujungnya nggak dapet ide buat bikin fanfic baru, akhirnya Yuki memilih baca fanfic bahasa Inggris dan nemuin fanfic seru ini, karya Diana-san. Jadi, Yuki kirim PM dan minta izin buat republish fanficnya dalam bahasa Indonesia. Dan ta-da! Yuki pun berhasil translate fanfic ini walaupun mungkin masih ada beberapa kata/kalimat yang aneh Yuki harap minna suka fanfic ini yaˊ▽ˋ
Ok, see you again:3
P.S: Jangan lupa review ya:) Kalau ada yg mau ditanya silahkan review/PM ke Yuki;)
