"Hoaamm..."

Seorang namja menguap kecil dan mengubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk. Ia masih mencoba mengumpulkan kesadarannya setelah beberapa jam menyelami mimpinya. Tubuhnya terasa lelah entah kenapa.

Ia mengusak rambutnya yang acak-acakan, tidak peduli dengan baju piyamanya yang berantakkan. Ketika ia ingin menyeret tubuhnya ke tepi tempat tidur queen size, tangan cantiknya memegang sesuatu disebelahnya. Kepala namja bernama Byun Baekhyun itu langsung menoleh ke sisi tempat tidur lainnya.

Seorang namja disebelahnya, dengan mata tertutup. Rambut ikalnya yang berwarna coklat keemasan terlihat halus dan mengundang siapapun untuk menyentuhnya. Rahang yang tegas, wajah tampan terlihat damai ketika kepala itu menyatu bersama bantal putih empuk milik Baekhyun. Sangat mempesona.

Sebentar.

Ada yang aneh.

Baekhyun mengernyit.

Sejak kapan ia memiliki teman tidur di ranjangnya?

.

.

.

.

Kesadaran Baekhyun pulih. Mata sipitnya yang awalnya terlihat ogah-ogahan untuk terbuka kini melebar sempurna.

"YAAAAAACH! Kenapa kau tidur bersamaku brengsek!"

Teriakan toa itu menggema di dalam ruang kamar ini. Teriakan dari seorang Byun Baekhyun berhasil membangunkan namja tampan yang seharusnya masih tertidur nyenyak.

"Engg?" namja itu membuka matanya perlahan dengan wajah suntuk, terganggu dengan suara Baekhyun. Masih setengah sadar, ia menatap Baekhyun. Lalu mendengus sebal. "Mengganggu saja kau, cebol."

Ada apa dengan kedua namja ini? Kenapa mereka saling memaki? Mereka saling kenal? Kenapa mereka bisa tidur bersama?

Inilah awalnya.

.

.

.

O-FEL

© thelight of delight

Disclaimer : Fic ini sepenuhnya milik saya. Karakter dan segala isinya bukan milik saya.

ChanBaek Fiction

Cast : Park Chanyeol – Byun Baekhyun – and other.

Warning! : BoysLove. Yaoi. Typo's. Adegan kekerasan fisik. Jangan ditiru. Kata kasar. Dll.

No bash, plagiat, or copas, please.

.

Chapter 1

.

Old Friend, Enemy, and Love
–it's O-FEL.

.

Enjoy!

.

Seoul Godeunghakgyo, sebuah sekolah terelit yang ada di Korea Selatan. Berisi siswa-siswi yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Gedung sekolah yang besar dengan fasilitasnya lengkap, dan merupakan sekolah terfavorit di kota tersebut.

Di sekolah yang terlihat mewah bagi orang luar itu tentu saja memiliki rahasia kecil, dimana diantara banyaknya siswa-siswi cerdas terdapat beberapa berandalan disana. Sering melakukan perkelahian antar sekolah, namun hebatnya dengan cepat pula pihak sekolah menutupi dan melenyapkan desas-desus perkelahian tersebut agar tidak terdengar oleh pihak luar. Para siswa dan siswi mereka juga tidak pernah menceritakan reputasi buruk di sekolah mereka, tidak peduli jika sekolah sempurna ini terdapat tiga berandalan kaya yang tampan itu.

Seorang namja turun dari Lamborghini yang berhenti didepan gerbang sekolah luas tersebut. Ia menatap seorang supir pribadi yang mengantarkannya ke sekolah ini. Yang ditatap ikut menatap balik.

"Ada masalah, Tuan Muda?" tanya namja yang menyupir tersebut.

"Aniyo, Eunhyuk-sshi." Namja yang mengenakan seragam sekolah itu tersenyum kecil. "Terima kasih sudah mengantarkanku."

Namja yang menyupir itu membalas senyumnya. "Ini tugasku, Tuan Muda." Ucapnya. "Selamat bersenang-senang di sekolah baru anda, Tuan Muda."

"Yeah, aku harap tidak ada namja brengsek di sekolah ini."

Eunhyuk hanya tersenyum menanggapi. Namja itu menutup pintu mobil Lamborghini lalu berjalan memasuki sekolah terelit itu. Kedatangannya menyita perhatian siswa-siswi yang berada di sekitar sekolah itu.

"Siapa dia?"

"Murid baru?"

"Manis sekali."

Namja bernama Byun Baekhyun itu tersenyum canggung. Penampilannya sekarang sama dengan siswa lainnya. Kemeja putih yang dilapisi blazer biru gelap dengan dasi yang sama dengan warna blazernya. Celana berwarna cream yang membalut bagian bawahnya. Sepatu kets sebagai alas kakinya dan tas punggung yang tersampir dibahu kanannya. Namja itu memiliki wajah yang cantik sebagai seorang namja, hidung mancung, kulit putih bersih, bibir tipis, dan rambut coklat caramel.

Byun Baekhyun, anak dari keluarga kaya. Ayahnya—Byun Hangeng, seorang pemimpin di perusahaan keluarganya dan Ibunya—Byun Heechul bekerja sebagai sekretaris di perusahaan lain. Awalnya Baekhyun tinggal bersama kakeknya di Jepang saat SMP, tetapi ibunya memaksanya untuk pindah ke Korea Selatan. Akhirnya ia pindah sekarang, disaat dirinya menduduki kelas 2 SMA. Ia baru sampai di rumah tadi malam, dan besoknya malah langsung disuruh sekolah. Ini adalah hari pertama kali ia bersekolah di Seoul.

"Dimana ruangan kepala sekolahnya ya?" Ia menoleh kesana-sini, bingung ingin pergi ke arah mana dengan gedung sekolah yang besar.

"Eh, murid baru?" tiba-tiba seorang namja datang menghampirinya. Baekhyun merasa namja didepannya ini akan menjadi penyelamatnya untuk menemukan ruangan kepala sekolah.

Baekhyun mengangguk. "Namaku Byun Baekhyun, salam kenal." Lalu tersenyum manis. Namja didepannya terkesima melihat senyumnya.

"Baekhyun ya..." ucapnya sedikit menyeringai—yang terlihat mesum. Baekhyun menaikkan sebelah alisnya heran. "Cantiknya, seperti yeoja."

Baekhyun mendengus pelan. Banyak orang yang sering memujinya dengan kata-kata 'cantik', meski ia adalah seorang namja. Ia terkadang iri kepada namja lain yang selalu dipuji 'tampan'. Tetapi namja Byun itu tidak bisa marah kepada siapapun, karena memang jika dilihat wajahnya terlihat cantik. Baekhyun harusnya bangga dengan itu.

Namja asing didepannya ini semakin memperpendek jarak antara dirinya dan Baekhyun, membuat Baekhyun sedikit terkejut. Ia mundur selangkah.

"Kau mau apa?" Baekhyun bertanya dengan waspada. Namja didepannya malah mencengkram lengannya supaya tidak melarikan diri. Kemudian tangan namja itu menyentuh pipinya dan mendekatkan wajahnya kepada Baekhyun. Aksi tersebut membuat Baekhyun bertindak.

BUGH!

"Akh!" Namja itu terhuyung kebelakang sambil memegangi pipinya. Lalu menatap marah kepada Baekhyun yang menyapu lengan yang habis dicengkram tersebut, seakan lengannya yang habis dicengkram itu kotor. "Beraninya kau!"

Baekhyun meliriknya santai lalu tersenyum jijik. "Aku tidak suka disentuh bajingan seperti kau."

"Apa kau bilang?!" tidak terima dibilang bajingan, namja tersebut melayangkan tinjunya kepada Baekhyun. Baekhyun dengan sigap mengelak dan menendang perut namja yang tanpa perlindungan itu.

"Argh!" namja itu bersimpuh sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Baekhyun menatapnya datar.

"Bukannya sudah kubilang, aku tidak mau disentuh bajingan seperti kau." Ulang Baekhyun. "Dengan dirimu yang lancang menyentuh pipi seseorang dan ingin menciumku dengan seringai mesum itu, itu pelecehan. Kau pikir aku terima?"

Baekhyun langsung melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi. Namja itu menggeram kesal dan merintih kesakitan. Siswa-siswi lain yang sedari tadi menonton itu saling berbisik, membicarakan Byun Baekhyun yang berani melakukan hal seperti itu. Padahal orang yang ia lawan itu termasuk salah satu siswa yang sedikit disegani di sekolah ini.

Baekhyun melangkah tanpa peduli dengan apa yang terjadi dengan namja yang menyerang dan diserangnya tadi. Ia menggerutu kesal.

"Kupikir dia penyelamat yang akan mengantarkanku ke ruang Kepala sekolah. Tapi apa? Ternyata ia hanyalah bocah mesum! Sialan!"

Baekhyun menggerutu dan berjalan tanpa arah. Sadar karena terlalu terlarut pada rasa kekesalannya, Baekhyun berhenti berjalan. Ia menarik nafas lalu melepaskannya. Ia harus berpikir jernih sekarang. Baekhyun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan raut tak mengerti.

"Jadi, dimana ruangan itu?"

.

.

.

"Wow, kau tadi luar biasa Byun Baekhyun!" komentar namja manly yang duduk disampingnya. Baekhyun menoleh kepada teman barunya.

Baekhyun baru saja memperkenalkan diri di depan kelas. Setelah berkeliling mencari ruang kepala sekolah, Baekhyun akhirnya bisa bernafas lega saat melihat ruang kepala sekolah. Ia lalu dibimbing untuk memasuki kelas barunya, dan memperkenalkan diri dengan seluruh pandangan mata yang menatapnya takjub dan takut. Mungkin karena mereka melihat insiden ditepi lapangan saat ia menendang dan meninju seorang siswa cabul.

"Maksudmu?" Baekhyun tidak mengerti kemana arah pembicaraan namja bernama Xi Luhan tersebut.

"Kejadian kau melawan namja itu tadi!" seru Luhan setengah berbisik, takut didengar oleh guru yang sedang mengajar di kelas mereka.

"Oh? Bocah cabul itu?" tanya Baekhyun memastikan. Luhan mengangguk. "Aku hanya tidak menyukai tingkah sok nya. Dia pikir aku apa, langsung main cium begitu. Bahkan aku tak mengenalnya." Baekhyun kembali meluapkan kekesalannya. Beberapa siswa tersenyum geli mendengar suaranya.

"Tapi itu merupakan prestasi. Dia itu memang maniak yeoja cantik. Tapi kau berani melawan anak kepala sekolah bernama Wooyoung itu." Ucap Luhan.

"Oh, maaf. Tapi aku namja. Kurasa dia buta." Baekhyun mencibir. "Tapi apa kau bilang tadi—Anak kepala sekolah? Kepala sekolah yang baik begitu?" Baekhyun kembali membayangkan perilaku cabul anaknya dan sikap Kepala Sekolah yang ramah dan sopan. Sangat jauh perbedaannya. "Aku kasihan dengan Kepala sekolah yang memiliki anak tak berguna seperti itu."

"Dia pernah menjuarai olimpiade matematika asal kau tahu." Luhan kembali tertawa geli ketika melihat Baekhyun membulatkan matanya lucu. "Itu masih belum seberapa. Yang penting kau tidak terlibat saja dengan tiga berandalan penguasa sekolah ini. Mereka sangat ditakuti."

"Masih ada?" Baekhyun mendesah lelah. "Aku tidak tahu jika sekolah ini memiliki namja berandalan, ukh." Celotehnya. "Apa yang membuat kalian takut? Mereka juga manusia, Luhan~"

"Kau kan masih baru, jadi tidak tahu." Luhan mencibir. "Mereka itu sering terlibat perkelahian. Mereka juga kasar, menurutku. Aku hanya tidak mau bermasalah dengan mereka, daripada nanti aku malah dikeluarkan. Mereka penguasa, ingat? Dan lagi, mereka itu emm... tampan, yeah. Apalagi dia." Luhan berbisik malu, membuat Baekhyun menyadari sesuatu.

"Kau... menyukai namja?"

Luhan tersentak dengan wajahnya memerah malu. "Eh... emm, yaa..."

"Wow," respon Baekhyun dengan senyuman jahil. "Kau tadi mengatakan dia. Jangan bilang si dia itu salah satu dari berandalan tersebut?"

Luhan memanas. Ia reflek menaikkan volume suaranya saking gugupnya. "TIDAK!"

"Apanya yang tidak, Luhan-sshi?" Guru Kim menatapnya tajam. Luhan tersadar bahwa guru Kim masih berada di kelas. Ia terdiam dan meringis.

"Anu..." Luhan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia mendelik kepada Baekhyun yang sedang menahan tawanya. Ia berpikir untuk mencari alasan. "Aku hanya berpikir tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Guru Kim."

"Termasuk aku menghukummu untuk membersihkan seluruh gedung sekolah beserta halamannya?"

Luhan membulatkan matanya. Ia mengangguk. "Itu sangat bisa terjadi, Guru Kim. Tapi jangan hukum aku..." Luhan memelas, takut dihukum dengan sanksi yang sangat melelahkan itu. Membersihkan satu kelas saja terkadang ia tidak bisa, apalagi seluruh gedung sekolah beserta halaman yang luas? Ugh, ini karena ulah namja Byun disampingnya yang membuatnya secara reflek meningkatkan volume suaranya karena godaan jahil Baekhyun. Dan kenapa pula ia merespon sampai kaget begitu? Aish.

"Jadi perhatikan pelajaranku. Kau ulangi sikapmu tadi sekali lagi, aku akan benar-benar menyuruhmu untuk melakukan itu."

Luhan mengangguk berkali-kali, seakan-akan lehernya bisa patah kapan saja saking banyaknya ia mengangguk. Ia lalu diam-diam mendeathglare Baekhyun yang mengulum senyumannya sambil memamerkan kedua jari jempolnya. Luhan dapat mengetahui maksudnya, Baekhyun sedang mengoloknya sekarang.

"Awas kau nanti." Bisik Luhan dengan senyum jenaka. Baekhyun menjulurkan lidahnya, mengejek. Lalu kedua namja itu sama-sama tersenyum kecil.

.

.

.

Park Chanyeol, seorang namja dengan tubuh tinggi, wajah tampan, mata bulat yang tajam, dan rambut ikal berwarna coklat keemasan. Sikapnya dingin, dan sarkastik ditambah dirinya yang merupakan salah satu berandalan penguasa di sekolah itu membuat siapapun takut untuk mendekatinya. Tidak ada yang berani membantahnya, tidak ada yang berani melawannya, karena Ayahnya pemegang saham sekolah elit ini.

Chanyeol adalah anak dari seorang CEO di perusahaan industri dengan bisnis yang sukses. Ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Karena takut anaknya menjadi sasaran penculikkan, Park Yunho—ayahnya segera memberikan Chanyeol ilmu beladiri saat ia masih sekolah dasar kelas 6 sebagai bekal untuk melindungi dirinya dari segala macam bahaya. Namun sayangnya ilmu tersebut disalahgunakan oleh Chanyeol dimasa SMP kelas 2.

Chanyeol menjadi berandalan karena pengaruh teman-temannya. Ia senang saat energinya terlepas dan memberikan rasa sakit kepada korbannya, ia lega saat emosi didalam tubuhnya melayang meski tangannya sedikit nyeri. Ia menyukai sensasi didalam tubuhnya, dan Chanyeol melanjutkan hal itu hingga ia memasuki SMA.

Dulu, ketika mengetahui bahwa Chanyeol pulang dengan wajah penuh lebam, pertama kalinya Ayahnya murka. Perkelahian antar siswa yang didengar guru sekolah Chanyeol itu membuat Ayahnya kecewa. Tetapi Chanyeol membantah bahwa ia sedang melindungi dirinya, agar ayahnya kembali percaya dan tidak mengekangnya. Awalnya Ayahnya percaya, namun lama kelamaan Ayahnya mengetahui perkelahian yang sering ia lakukan dan berakhir dengan menghukumnya. Bukan hukuman fisik, melainkan hukuman material seperti membatasi fasilitas Chanyeol, selalu diantar jemput oleh pelayan pribadi, dijaga ketat oleh seorang bodyguard beberapa hari dan hal lainnya yang tidak terlalu tegas untuk Chanyeol.

Sikap tak tegas ayahnya ini malah membuat Chanyeol tidak jera. Mungkin karena ayahnya sangat menyayanginya, maka tidak tega untuk menghukumnya dengan berat. Ditambah Ayahnya adalah pemegang saham sekolahnya sekarang, membuatnya bisa bertingkah seenaknya.

Park Chanyeol muncul di kantin sekolah dengan kedua temannya. Mereka berjalan dan melihat suasana kantin yang sangat ramai dan tempat duduk yang penuh. Mata Chanyeol bergerak mencari tempat duduk yang ia sukai lalu menghampiri meja tersebut. Sehun dan Kai mengekorinya. Beberapa siswa terdiam ketika melihat ketiga namja itu. Ada yang pura-pura tidak melihat, ada juga yang takut-takut melihat siapa sasaran ketiga namja itu, ada juga yang menunduk karena takut menjadi sasaran ketiga berandalan itu.

"Pergi kalian." Usirnya dengan stay cool dan dingin ketika ia menemukan tempat yang ideal menurutnya. Kedua matanya menatap tajam dua namja yang tadi sedang asyik berbincang. Salah satu dari namja tersebut baru saja akan memasukkan ramyun lezat kedalam mulutnya itu terhenti dan mendelik kepada namja tersebut.

"Apa?" tanyanya dan meletakkan kembali ramyunnya. Namja lain yang bersamanya terlihat memperingati namja yang membalas ucapannya dengan menantang itu.

"Kau tidak dengar? Dia meminta kalian pergi." Kai memperjelas ucapan Chanyeol.

"Baekhyun, ayo pergi..." cicit namja berwajah cantik sekaligus tampan itu—Luhan. Ia sempat merona ketika melirik namja albino yang terlihat cuek itu. Sedangkan yang dipanggil 'Baekhyun' itu menatap temannya kesal.

"Pergi? Aku bahkan belum memakan makanan pesananku." Ucapnya menolak permintaan temannya.

"Kau membantah?" ucapan dingin Chanyeol membuatnya kembali diperhatikan. Suasana kantin yang tadinya ricuh sedikit senyap karena kembali mendapatkan tontonan menarik yang jarang terjadi lagi di SMA elit dengan keburukan tersembunyi ini.

Baekhyun yang ingin melanjutkan acara makannya itu menghela nafas. "Membantah apa? Kau bukan raja disini. Kalau kau ingin duduk disini, tunggulah aku hingga selesai atau cari tempat lain. Pergi sana," usir Baekhyun. Chanyeol tak suka karena perintahnya ditolak. Ia menarik kerah baju Baekhyun, membuat Baekhyun kaget.

"Apa-apaan—"

"Aku tidak suka menunggu dan dibantah." Chanyeol berdesis. Ia menarik kerah Baekhyun dan melemparnya keluar dari meja tersebut. Melihat temannya sudah diseret paksa keluar, Luhan segera pergi dari meja itu dan menghampiri Baekhyun yang terjatuh di lantai kantin.

"B-baek, lebih baik kita—"

"Aku tidak terima ini." Baekhyun berdesis tajam. Ia bangkit dan merapikan kerah bajunya yang kusut. Ia langsung mendorong Chanyeol yang baru saja ingin duduk di meja tersebut. Namja yang terdorong itu kaget karena serangan kejutan disaat tubuhnya tidak sigap. Chanyeol terdorong hingga menghantam meja disamping meja Baekhyun dan Luhan tadi.

"KYAAAAA!" siswi yang duduk di meja itu kaget karena Chanyeol yang mengacaukan acara makan mereka dengan tubuhnya yang jatuh dimeja dan menggeser meja akibat dorongan kuat. Kai dan Sehun membelalakkan matanya melihat fenomena langka tersebut.

Disebut langka karena sudah lama tidak ada siswa atau siswi dari SMA ini yang mencari masalah dengan Chanyeol. Bahkan siswa baru sebelumnya tidak pernah melawan saking takutnya dengan aura menyeramkan dari Chanyeol itu.

Chanyeol menatap kosong sesaat lalu memberi pandangan mematikan kepada Baekhyun yang menatapnya sinis. "Apa-apaan ini." Komentarnya tak percaya dan kembali berdiri tegap.

Baekhyun mendengus. "Jika kau tidak suka menunggu dan dibantah, maka aku tidak suka melihat orang tak sopan dan tak memiliki tata krama sepertimu. Seharusnya kau tidak mengganggu ketenangan orang lain—"

BUAGH!

Luhan tersentak kaget bersama seluruh penghuni kantin. Kai dan Sehun hanya menonton dan tidak ingin ikut campur ketika melihat Chanyeol bertindak sendiri. Baekhyun terbelalak kaget ketika dirinya yang tak sempat menahan tinjuan dipipi kirinya karena terlalu sibuk berbicara.

Aura menyeramkan keluar dari tubuh Chanyeol. "Aku benci caramu mendorongku, Cebol." Ungkap Chanyeol masih bertahan dengan posisinya, merasakan pipinya yang terasa berdenyut karena dihantam tangan bodoh namja tinggi itu. Lalu apa katanya tadi?

Cebol

Baekhyun mengepalkan tangannya kuat, menahan gejolak emosi yang menghampirinya. Rahangnya mengeras, semakin tidak terima dengan perbuatan Chanyeol. Chanyeol yang mengganggu acara makannya, yang tidak membiarkannya mengisi perutnya, yang memaksanya keluar dari mejanya, yang menjatuhkannya ke lantai, lalu dengan sekali dorongan untuk membalas semua yang ia lakukan malah dibalas dengan tinjuan dipipinya dan dikatai cebol oleh namja yang mentang-mentang lebih tinggi darinya itu?

Brengsek.

Ini penghinaan!

Baekhyun menyiapkan jurus beladiri yang pernah ia menangkan pada masa SMPnya di Jepang. Baekhyun memang mempelajari beladiri untuk melindungi dirinya sendiri ataupun orang lain. Alasan utamanya untuk menjaga diri karena dirinya hampir dilecehkan oleh orang asing bahkan teman sekolahnya pun pernah, karena dirinya terlalu mungil saat itu. Tapi siapa sangka, ia malah mendapat juara dua saat mengikuti olimpiade olahraga beladiri dan dinyatakan sebagai siswa yang kuat di sekolah Jepang.

Baekhyun menyerang Chanyeol, dan melayangkan tinjuannya. Namun pemuda itu membacanya dan mengelak pukulan yang ditujukan pada wajahnya itu. Sesuai perkiraan, Chanyeol bergeser kearah kanan dan Baekhyun langsung memutarkan kakinya dengan cepat sehingga menyandung kaki namja tersebut.

Chanyeol yang tak sempat berpindah karena baru saja mengelak dari pukulan Baekhyun itu langsung terjatuh kebelakang dan lagi-lagi menghantam meja dan meja tersebut miring. Seluruh benda yang ada disana jatuh dan pecah. Para siswi menjerit karena perkelahian tersebut.

Tak ingin memberi kesempatan, Baekhyun langsung menghantam pipi Chanyeol dengan kepalan tangan sekuat tenaganya.

Bugh!

"Ukh!" Chanyeol merasakan mulutnya mengeluarkan darah, mungkin bagian dalam mulutnya tergesek oleh giginya. Ia bahkan tidak bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang menghantam pipi kirinya. Namun dirinya tetap sigap ketika Baekhyun kembali melayangkan pukulan dengan cepat. Chanyeol langsung menendangnya membuat Baekhyun tersungkur. Kali ini Chanyeol membalas balik. Ia menarik kerah Baekhyun cukup kuat, membuat Baekhyun sedikit kesulitan bernapas.

"Kau benar-benar ingin mati?" Chanyeol menatap menusuk pada kedua mata Baekhyun. Baekhyun diam dan malah menggigit jari jempol tangan yang mencengkram kerah bajunya yang bahkan Chanyeol tak perkirakan bisa dijangkau oleh kepala namja tersebut.

Grauk!

"Argh!" cengkraman terlepas dan Chanyeol meringis kesakitan. Seumur hidupnya berkelahi, belum pernah ia digigit dengan konyol semacam ini. Catatlah dalam buku sejarah hidup perkelahian Park Chanyeol.

Mendapat kebebasan, Baekhyun bangkit bergerak dan langsung mundur beberapa langkah. Ia ingin kembali meninju namja itu sebenarnya, tetapi dirinya terasa agak lelah. Ditambah perutnya lapar sekarang. Ia tidak punya energi yang cukup.

KRIIINNNGGGGG!

Bel masuk tiba-tiba berbunyi. Baekhyun menyunggingkan senyuman remehnya pada Chanyeol yang menatapnya dengan penuh dendam.

"Sebenarnya aku ingin melanjutkannya." Baekhyun mendengus, mulai berlagak. "Tapi waktu istirahat sudah habis. Jadi aku malas sekarang. Kali ini aku akan membiarkanmu." Baekhyun segera menghampiri Luhan, ia sempat mengelak ketika Chanyeol hendak menahannya.

"Urusan kita belum selesai, Pendek!"

Tanpa ingin melihat Chanyeol dan seluruh penghuni kantin yang menatapnya dengan pandangan berbeda-beda, Baekhyun langsung menarik Luhan yang masih membeku karena kaget dengan perkelahian teman barunya bersama Park Chanyeol yang disegani itu.

"Ayo ke kelas."

"T-tapi, bukannya kau belum makan?"

Baekhyun mendengus. "Aku sudah tidak berselera." Ucapnya sambil mengelus pipinya yang sedikit nyut-nyutan akibat pukulan Chanyeol. "Ah, sakit juga ya pukulan namja kelebihan kalsium itu."

"Eh? Kelebihan kalsium? Siapa?"

"Si brengsek itu." Baekhyun menunjuk kebelakang dengan jempolnya. Luhan mengerti dan menatapnya khawatir.

"Kalau begitu kenapa tadi kau melawannya!"

"Aku hanya memberinya pelajaran. Dia yang membuat masalah duluan, malah dia yang menonjokku. Mana mungkin aku terima?!"

Baekhyun menggerutu kesal, sedangkan Luhan mulai menceramahinya. Disisi lain, Chanyeol menatap kepergian namja tersebut dengan geram. Ia mengelus pipinya yang sempat dipukul oleh Baekhyun dengan sekuat tenaga itu lalu menyeringai kemudian.

"Lihat saja nanti. Akan kubuat dia menyesal,"

.

.

.

To be continued...

.

.

.

Muncul secerca ide sebagai pelampiasan saya setelah ditembak cowok. Ha. Meski ficnya klise atau udah biasa, tetapi biarlah. Kali ini pengen buat yang kasar-kasar tapi romantis :v

Maaf untuk orangtua mereka. Saya tidak tahu siapa yang cocok. Jika tidak suka atau merasa tidak cocok saya minta maaf, karena saya memilih secara acak. Haha.

Chanyeol dan Baekhyun disini sama-sama memiliki kekuatan beladiri. Yang satu menyalahgunakan kekuatannya, sedangkan yang satu menggunakannya dengan baik dan saat diperlakukan tidak baik. Intinya kisah cinta orang jahat, wkwkwk.

Saya ada pemikiran untuk mengubah rate. Kira-kira dijadikan rate M tidak ya? #masihpolos #hoek

Akan saya update secepatnya.

Oke.

Untuk motivasi,

Review?