FALL FOOLISHLY

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

Pair : SasuNaru

Warning : AU, saya jamin OOC, Slash, Boy's Love, MxM, Possibly Typo's, Non-formal

Summary : Menghabiskan waktu bersama si setan kecil ternyata tidak begitu buruk. SasuNaru fanfiction. Seq. Silly Meet. 2Shoot.

Note : Sekali tembak, baik dibaca setelah Silly Meet.

BGM : Bruno Mars – Runaway Baby

Chapter 1 : A Dumb Day With You

Happy reading !


Sepanjang jalan Sasuke tak henti-hentinya cengengesan.

Jujur saja 2 jam yang lalu mukanya di tekuk sedalam-dalamnya paska mendengar perintah dari si setan merah. Menjemput adiknya, helo? Dipikir dirinya supir pribadi keluarga Namikaze apa.

Kyuubi beralasan bahwa dirinya harus mengatur segala urusan kemahasiswaan karena sebentar lagi akan dibuka penerimaan mahasiswa baru selaku tahun ajaran yang sebentar lagi berganti, maka Kyuubi akan rapat dengan anggota dewan lainnya dalam pembuatan proposal yang belum kelar-kelar.

Selepas si dekil adik si setan –yang diketahui bernama Naruto menelpon, Kyuubi langsung ngegas marah-marah dan Sasuke yang jadi korban amukannya.

"Kenapa kau tidak bilang padanya bahwa aku tidak bisa! Kau pikir urusanku hanya sebatas antar-jemput seperti mahasiswa-mahasiswa pengangguran yang bebas kemana-mana!" Sumpah Sasuke tersindir dengan omongan Kyuubi yang satu itu.

Sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusnya, Kyuubi tergolong sibuk untuk melaksanakan program kerja tahunan yang kali ini dibawahi olehnya. Beda dengan Sasuke yang tergolong tidak minat mengikuti apapun unit kegiatan mahasiswa di kampus, Sasuke tergolong pemalas. Paling tidak urusilah tugas perkuliahan yang menggunung dulu daripada ikut kegiatan-kegiatan yang pastinya menguras pikiran dan tenaga, pikirnya.

"Pokoknya aku tidak mau tahu urusannya!" Dengan acuh Kyuubi berjalan terlebih dahulu meninggalkan Sasuke. "Aku tidak mengiyakan permintaan Naruto."

"Kau yakin tidak mau menjemputnya?" Sasuke berjalan menyejajari Kyuubi. "Well, Adikmu itu mengatakan bahwa kau akan dibelikan komik seri kesukaanmu, katanya The Amazing Spiderman sudah re-"

"SPIDERMAN?!" Hampir saja Sasuke tuli mendadak.

Sudah berapa kali sehari ini Kyuubi berteriak di telinganya? Sasuke menggeram samar.

Kyuubi berhenti melangkah dengan mata bersinar-sinar. Ternyata Naruto tau juga sogokan ampuh buat Kyuubi.

"Damn Kyuu! Berhentilah berteriak-teriak!" Sasuke mengusap daun telinganya.

"Sasuke, aku minta sekali ini karena kau pengangguran. Kau harus menjemput Naruto, dengar?" Sasuke merasa menyesal menyebut-nyebut Spiderman di hadapan Kyuubi.

Kyuubi menggenggam tangannya erat-erat. Demi apa, Sasuke risih sekali dengan pose dirinya dan Kyuubi saat ini. Ibarat pasangan yang mohon-mohon supaya kekasihnya tidak pergi meninggalkannya, atau pasangan yang minta dinikahin?

Satu tangan dilepas. Menyusul tangan-tangan lainnya.

"Tidak mau." Sasuke mengalihkan pandangan angkuh. "Kau sudah secara langsung mengataiku pengangguran," cibirnya.

"AYOLAH!" Kyuubi menepukkan kedua tangannya berisik.

Menatap Sasuke seakan dirinya mempunyai tawaran yang tidak akan bisa ditolak Sasuke. Kyuubi menampilkan seringainya. "Oh, kau mau melewatkan kesempatan mengendarai mobilku yang jauh hari yang lalu kau mohon-mohon padaku ingin mengendarainya."

Sasuke mengangkat salah satu alisnya, tertarik dengan penawaran Kyuubi. "Oke, fine!"

Kunci mobil terlempar, Sasuke menangkapnya dengan kecepatan di luar biasanya.

Ujung-ujungnya tugas menjemput Adiknya diserahkan pada Sasuke yang menggerutu tidak jelas. Hanya saja tawaran menggunakan mobil merah kesayangan Kyuubi tidak bisa begitu saja diabaikan. Hitung-hitung latihan jika tiba-tiba Ayahnya insyaf dan membelikannya mobil impiannya. Hell, Itachi saja kemana-mana sudah bawa mobil, sementara dirinya harus berbagi keringat dengan penumpang bus.

Anak tertua memang selalu beruntung.

"Dengar, kau harus kembali kesini setelah mengantarkan Naruto! Aku akan menelponmu ketika aku selesai," ucap Kyuubi, Sasuke mengangguk.

"Bawa kembali Spiderman, mobil dan Naruto dengan utuh," titahnya mutlak.

Kakak macam apa yang menaruh Adiknya sebagai prioritas terakhir yang harus dibawa dengan utuh. Caranya berbicara seolah Naruto itu barang yang disamakan dengan komik dan mobil. Sasuke yakin Itachi pasti sebelas-dua belas dengan Kyuubi –yang membicarakan tentang Naruto- jika membicarakan tentangnya, dimana-mana Kakak laki-laki itu sama saja.

Dibalas lambaian tangan Sasuke, "Uh-huh!"

Sasuke menatap spion mobil, memperhatikan Kyuubi yang dari jauh mengamatinya –mobilnya.

Setelah berbelok di tikungan jalan kampus Sasuke menyeringai.

"Wohoo!"

Dengan hebohnya Sasuke menyetel musik keras-keras, kacamata hitam yang tadinya berada dalam kemeja biru dongker miliknya sekarang beralih ke tempat seharusnya, matanya. Sasuke tidak tau saja Kyuubi yang sedang ketar-ketir di tempatnya berdoa demi keselamatan mobil kesayangannya.

Sesekali kepalanya mengangguk-angguk sesuai alunan musik dalam tape milik Kyuubi atau uluran tangannya jelalatan melewati kap mobil yang terbuka. Angin memberi efek dramatis pada rambut raven miliknya yang ditata berantakan.

Pemandangan yang sungguh tampan.

Puas keliling jalan di Konoha Sasuke melirik arloji kecilnya, waktunya menjemput si dekil. Ekspresi apa yang akan ditunjukan Naruto ketika tau dirinya yang menjemputnya?

Memasuki Konoha Plaza, dia langsung berjalan menuju lantai 8 tempat dimana Comic Store yang memang berada di dalam plaza terbesar di Konoha tersebut. Sasuke celingukan di depan pintu Comic Store. Ah, ngomong-ngomong karena sudah disini Sasuke jadi kepikiran sesuatu. Dia kan harusnya melengkapi koleksi One Piece miliknya, sepertinya minggu ini telah release.

Sasuke keliling Comic Store yang besarnya hampir setara dengan GOR basket kampusnya. Bedanya disini banyak lemari yang tinggi menjulang berisi beragam komik dari yang keluaran terbaru sampai komik lama yang sekarang sudah sulit ditemukan di toko komik biasa. Selain sebagai toko komik terbesar di Jepang, Comic Store sendiri juga merupakan pusatnya penerbitan komik. Tiap enam bulan sekali akan dijumpai stan komik dengan 10 penjualan terbaik yang dicetak kembali dengan dua kali jumlah pencetakan sebelumnya. Denga kata lain, apabila komik disini sold out, maka seluruh toko komik di luar sana pasti sudah sold out terlebih dulu.

Langsung saja Sasuke berjalan menuju tempat biasanya komik One Piece dipajang.

Kosong.

Sasuke tidak menemukan satupun komik berjudul One Piece yang tersisa. Mencolek pegawai wanita yang kebetulan lewat sambil membawa setumpuk komik, kelihatannya hendak ditambahkan ke dalam salah satu rak. "Apa komik One Piece-nya belum terbit?"

Petugas wanita itu melirik ke rak komik One Piece biasanya dipajang. "Sayang sekali, sudah sold out. Silahkan menunggu enam bulan berikutnya," senyumnya ramah.

Sial sekali. Sasuke memutuskan mencari Naruto, tujuan utamanya. Rambut pirangnya yang mencolok itu pasti mudah dikenali, apalagi gaya berpakaiannya yang awut-awutan.

Baru juga dipikirin, si rambut kuning langsung memunculkan diri duduk diantara tumpukan komik, sedang membaca sampel komik yang telah dibuka.

Klek. Klek.

Risih mendengar bunyi-bunyian Naruto mendongak, memperhatikan sebuah kunci berada di hadapan matanya.

"Nii-san kenap-" omongan Naruto langsung berhenti ketika tau siapa orang di depannya, matanya menyipit penuh kecurigaan."Kenapa kunci mobil Kyuubi Nii-san bisa ada padamu?"

"Oh, selain mencuri kalung ternyata kau gemar mencuri mobil?" sindir Naruto sinis mengandung fitnah keji.

Cerocosan seenaknya Naruto membuat Sasuke keki.

"Jadi kau tidak mau di jemput. Baiklah." Sasuke melenggang dengan tenang, berbalik hendak meninggalkan Naruto.

"Tunggu!" Naruto berteriak heboh, membuat orang-orang yang berjalan di sekeliling mereka mendelik sewot tertubruk Naruto. "Jangan-jangan kau Sasuke-Sasuke itu yang sering membuat Nii-san marah-marah di telepon?"

Sasuke mengernyit.

Pasang muka tembok. "Jadi kau yang bertugas sebagai supirku hari ini?"

Sasuke ngeloyor pergi.

Dasar. Apa Kyuubi tidak pernah mengajarkan sopan santun pada adiknya. Dilihat-lihat Naruto ini sembarangan. Penampilannya sembarangan, wajahnya sembarangan –manisnya, omongannya lebih-lebih sembarangan. Sasuke mengira-ngira apa yang akan terjadi jika Kyuubi dan Naruto bertengkar? Dia jadi rindu pertengkarannya dengan Itachi –baka Aniki satu itu.

Tarikan pada kemejanya.

"Aku bercanda begitu saja marah, hehehe…"

Sasuke terpaku-

Naruto nyengir.

-pada komik di tangan Naruto.

Sasuke melirik komik di genggaman Naruto. One Piece, The Amazing Spiderman, Conan, Kindaichi dan apakah itu Boku no Pico? Hmpf, Sasuke menahan tawanya.

"Tunggu, One Piece?" Sasuke mengernyit bingung. Katanya sold out! Jangan-jangan-

"Hebat kan? Ini yang terakhir loh untuk minggu ini. Hahaha…" Naruto tersenyum bangga pada dirinya sendiri karena berhasil mendapatkan komik tersebut.

Diam-diam Sasuke menyeringai.

"Sepertinya hari ini keberuntunganku." Sasuke langsung merampas komik One Piece dalam genggaman Naruto, mengakibatkan keempat komik lainnya jatuh berserakan di lantai.

Naruto menggeram bak induk singa hendak menyelamatkan anaknya. Bedanya Naruto lebih mirip anak kucing daripada induk singa, jadi tidak ada pengaruhnya bagi Sasuke. Ajang tarik menarik komik pun terjadi, Naruto bahkan mengabaikan komik-komik lainnya yang berjatuhan di bawah kakinya.

"Kembalikan!" Naruto merajuk, hampir sesenggukan.

"Tidak mau, aku sudah menanti edisi terbaru komik ini!" Giliran Sasuke menjulurkan lidah. Pembalasan kelakuan Naruto di halte tadi. Sasuke pikir hal kekanak-kanakkan seperti ini tidak akan pernah dilakukan seumur hidupnya, bagaimanapun Sasuke hampir kepala dua dan tindakan menjulurkan lidah itu sangat kekanak-kanakkan!

"Cepat kembalikan beserta kalungku juga!"

Nah, kalung juga diungkit-ungkit. Sasuke melempar tinggi kalung milik Naruto seperti melempar koin dalam adu jankenpon berharap Naruto akan mengalihkan perhatiannya pada kalungnya dan melepaskan genggamannya pada komik itu.

"Karena kalungnya telah kukembalikan, berarti komik ini milikku," jawab Sasuke datar

"Enak saja! Keduanya milikku! Berhentilah mencuri barang-barang punyaku!"

"Aku tidak mencuri, dengar? Aku akan membayarnya. Kau pikir aku tidak sanggup membayar komik ini apa? Kurang ajar sekali kau!"

Rebutan komik pun berlangsung berisik, beberapa delikan dan pelototan diabaikan oleh kedua orang ini.

SREK.

Komik pun sobek menjadi dua bagian.

Naruto hampir mewek sementara Sasuke melongo.

Mereka berada di samping kasir. Mendengar ceramah panjang bapak-bapak penjaga kasir.

"-kan masalah mengganti atau bagaimana! Komik ini termasuk buku dan kalian malah merusaknya! Apa kalian tidak tau bagaimana perjuangan komik ini untuk menjadi komik layak baca seperti ini!? Kasihan mangakanya jika kerja kerasnya malah dibuang-buang oleh kalian karena menyobeknya."

Berujung dengan jumlah uang yang terbuang sia-sia. Tinta, kertas, percetakan dan kerja keras. Sekalian saja mengungkit-ungkit jumlah pegawai dan editor! Sasuke ingin menguap, tapi jelas tidak sopan.

Sasuke miris mengingat umur segini dan masih saja dimarahi. Sasuke tadi hendak mengeluarkan dompetnya, ganti rugi atas komik yang disobeknya, tapi apa daya omelan Bapak penjaga kasir lebih dulu menggelegar.

Kalau saja penjaga kasirnya wanita mungkin lebih mudah bagi Sasuke untuk mengeluarkan jurus rayuannya, siapa coba yang bisa menolak pesona Sasuke? Atau bisa dengan mudah termakan jurus mata kucing milik Naruto yang daritadi berkaca-kaca meratapi nasib komik yang hendak dibawanya pulang. Apa daya si rambut pantat ayam ini malah merebutnya dan berakhir –sobek.

Pegawai-pegawai wanita di sekitar sana cekikikan. Menatap dua laki-laki yang sedang diberi teguran.

"Lagian kau kan sudah besar, kenapa tidak mengalah pada Adik ini?" Naruto mengangguk lugu. Cih. Kemana sifat brutalnya itu?

"Hn."

"Kasihan sekali kau, besok jika komiknya release lagi akan kuberitahu," tutup penjaga kasir tadi mengusap kepala Naruto seakan Naruto adalah anak lelakinya. Naruto diam saja.

Sasuke langsung menggeretnya setelah berhasil keluar dari tempat itu. Yang kini harus dihadapinya adalah Naruto ngambek tidak mau pulang ke rumah. Sungguh seharian ini dirinya berasa mengurus balita. Bawah lima belas tahun.

"Nar –siapa namamu? Heck whatava, aku pun tidak sengaja. Sama sepertimu aku juga sedih tidak berhasil mendapatkan komik incaranku itu. Tetapi kita harus pulang. Kyuubi sudah menitipkanmu padaku untuk kuantar pulang. Jadi, pulang sekarang."

"Tidak mau!" Naruto berkacak pinggang dengan kedua tangan di samping kiri dan kananya, pandangannya nyari ribut.

Sasuke tidak mau kalah. "Kita harus pulang sekarang!"

"Tidak mau. Kau saja sendiri."

Great, pulang sendiri dan dirinya habis dimangsa Kyuubi.

"Pulang sekarang!" Ngotot.

Wajah Naruto melengos dari hadapan Sasuke, dagunya ditarik tinggi arrogant.

"Fine, apa maumu bocah dekil?" Sasuke menghentakkan kakinya tidak sabar.

"Om harus mengantarkanku kemanapun aku mau pergi." Huh? Om? Om katanya! Seumur-umur belum pernah dirinya dipanggil Om. "Aku tidak pernah menikah dengan Bibimu. Jadi jangan panggil aku Om!"

"Jadi bagaimana? Deal?" Naruto mengabaikan gerutuan Sasuke. "Orrh, terserah."

"Asiikk!" Naruto melonjak kegirangan. Mengeluarkan album foto dari dalam ranselnya.

"Sekarang temani aku ke timezone."

Sasuke tersedak akan isi di dalam album foto tersebut, ternyata terdapat puluhan card dengan puluhan jenis permainan di dalamnya. Sasuke berdecak.

Naruto menghabiskan permainan di timezone sendiri, sementara Sasuke duduk di salah satu bangku panjang yang berada di dekat tempat penukaran poin, memandangi Naruto yang aktif bermain kesana kemari. Tembak-tembakan, mobil-mobilan, street basketball dan juga Pump It Up.

Dengan keringat mengucur dari pelipisnya dia mendekat ke arah Sasuke berada. "Aku hebat kan? Haha.. kau mana bisa mendapatkan poin ditukar dengan ini!" ejeknya.

"Aku tidak merasa bangga sama sekali," sahut Sasuke.

Naruto memamerkan lima buah susu kotak beraneka rasa dan tiga bungkus roti kasur, kemudian duduk di samping Sasuke. "Aku tidak akan membagimu," gerutunya kekanak-kanakkan. Sasuke diam tersenyum memandangi bagaimana Naruto menghisap susu kotak ukuran besar beraneka rasa. Bocah ini datang baru satu hari dalam hidupnya tetapi sudah memberikan hari yang berwarna baginya. Seperti kembang api, meledak-ledak.

Naruto menoleh, "Apa? Aku tidak akan memberikan ini kepadamu!" Sasuke merasa déjà vu.

Merasa aneh akan pandangan Sasuke yang tidak bisa berhenti menatapnya, Naruto mengalah. Dia menyodorkan salah satu kotak susunya pada Sasuke. "Baiklah aku menyerah. Sepertinya kau sangat menginginkannya. Tapi aku tidak biasa berbagi loh."

Dengan kecepatan kilat, Naruto menusukan sedotan pada kotak susu yang dia sodorkan pada Sasuke dan meminumnya hingga kira-kira tinggal separuh, baru kemudian memberikannya pada Sasuke. "Nih." Sasuke tertawa keras.

"Ya sudah, batas waktu menerimanya habis. Aku berubah pikiran." Kembali menghabiskan sisa susu yang tadi disodorkan pada Sasuke. Sasuke sendiri masih tertawa dengan lepas hingga mengambil alih perhatian orang-orang yang berseliweran di dalam plaza.

"Temani aku membeli sesuatu!" Naruto menarik Sasuke agar berdiri.

Dua jam kemudian Sasuke meringis, yang dimaksud Naruto membeli sesuatu Sasuke pikir memang sudah diniati terlebih dahulu apa-apa saja yang hendak dibeli, bagaimana bisa dia berjalan kesana-kemari tanpa tujuan. Mulai pasrah akan tarikan Naruto kesana kemari di dalam plaza, naik turun eskalator hanya demi memenuhi hasrat seorang bocah yang pemikirannya di bawah rata-rata dan senang sekali merengek. Sasuke pikir Naruto belum mengalami masa pubernya. Hahaha..

"Sebenarnya apa yang mau kau beli? Mainan? Pakaian? DVD?" Sasuke jengah juga.

"Jangan bilang mainan, aku tidak sekekanakan itu!" omelnya pada Sasuke yang menampilkan ekspresi -ngomong sana sama kaca-

"Lihat, aku tampan sekali kan?" Naruto menyembul di kumpulan toko perlengkapan musim dingin dengan topi rajut, sebuah syal warna merah tua pudar dan earmuff berbentuk kelinci. Bagaimana bisa kyuubi mempunyai Adik manis seperti ini? Kemudian Naruto melepas semua barang yang dipakainya dan melenggang masuk ke toko furniture. Duduk di seperangkat meja dan kursi dapur yang dipajang di etalase sambil berlagak minum teh, selonjoran di sofa dan berguling-guling di atas springbed. Sasuke mengutuk tingkah Naruto, berharap pegawai-pegawai di sana tidak mengusir mereka berdua. Naruto benar-benar menganggap plaza ini adalah salah satu bagian dari rumahnya.

"Sedari tadi kau hanya masuk toko-melihat barang-mencoba barang-kemudian keluar tanpa membeli apapun- jangan membuat malu! Shopkeeper di toko berkali-kali melotot pada kita."

"Shopkeeper di toko hanya melotot padamu. Mana mungkin dia melotot pada bocah polos sepertiku." See, mana ada orang yang tidak kekanakan mengakui dirinya sendiri bocah.

"Sasuke. Model di sana cantik sekali. Aku ingin difoto." Naruto melenggang bebas mirip balita yang baru belajar berjalan, mendekati sosok cantik di bawah sebuah motor sport berwarna putih keluaran terbaru yang sedang dipamerkan. Tidak hanya Naruto memang yang sedang minta foto, puluhan orang mengerubungi si model tersebut yang terus berganti-ganti pose tiap jepretan kamera diarahkan kepadanya. Model bersepatu boot setinggi lutut tersebut membuat Sasuke menguk ludahnya, tampaknya dia senang sekali akan kehadiran Naruto yang jadi partner fotonya. Cantik dengan penampilan jeans ketat di atas lutut dan jaket kulit cokelat. Make up tebalnya tertangkap kamera smartphone Sasuke. Sasuke diam-diam mengambil beberapa foto Naruto sendirian yang sedang menjulurkan lidahnya.

"Lihat, seperti pasangan serasi kan?" Sasuke mendengus. Serasi apanya, Sasuke bahkan seperti melihat seorang bocah yang berfoto dengan adik Ibunya.

"Daritadi kita tidak bertujuan seperti ini, mana hasil kau membeli sesuatu?" sindir Sasuke.

Naruto melirik arloji mungilnya, "Ngg, sepertinya filmnya sudah mulai. Ayo nonton!"

"Wha-Apa? Jadi kau mondar-mandir menarikku kesana kemari hingga kakiku rasanya mau patah hanya gara-gara menunggu waktu untuk menonton film, huh?" Muncul urat di pelipis kanannya.

"Iya, memangnya aku tipe orang yang suka belanja?" mata bulat-berkaca bak kucing diarahkan pada Sasuke yang langsung luluh menatapnya. "Ayo cepat sebelum tiketnya habis!"

Naruto menyuruh Sasuke berbaris di antrean film DC-18. "Aku sudah lama ingin menontonnya, tapi karena Nii-san kuajak tidak mau, jadi aku belum sempat menontonnya."

Duduk dengan tenang, Sasuke hanya menatap bosan tingkah detektif di hadapannya dan malah fokus memerhatikan wajah Naruto yang berseri-seri dengan ceria kadang tertawa lepas. Ketika Naruto tertawa lepas, Sasuke tersenyum. Entah, rasanya ketika melihat bocah itu tertawa hatinya terasa bahagia. Persis seperti mendapat score A di semua mata kuliahnya. Tidak –tidak, itu terlalu sederhana. Seperti jatuh ci- -huh?

Sasuke menampar keras pemikirannya sendiri.

Naruto sibuk mengoceh tentang bagaimana kerennya detektif di film ke-18 Conan tersebut. Sasuke celingak-celinguk menatap bioskop yang beranjak sepi.

"Seberapa sering kau berjalan-jalan bak anjing lepas di plaza ini?"

"Anjing lepas? Kejam sekali pengandaiannya!"

"Jawab saja pertanyaanku."

"Aku baru pertama kalinya."

"Pasti kau sering sekali jalan-jalan di mall seperti ini mengingat banyak sekali card yang kau miliki di albummu."

"Kalau ke timezone atau ke Comic Store memang hampir setiap minggunya, tetapi ini kali pertamanya aku jalan-jalan di luar kedua tempat tersebut bersama seseorang, aku tidak pernah berani berkeliling sendiri."

"Kyuubi sering menemanimu?"

"Tidak pernah kubilang! Ngeyel sekali jadi orang! Mana mau Kyuubi mengantarku kesana kemari seperti ini. Dia Nii-san yang buruk. Sasuke orang pertama. Ini pertama kalinya ada orang yang mau menemaniku seharian ini keliling plaza." Rasa-rasanya lebih romantis kalau dua kata terakhir dicoret saja, batin Sasuke. Walaupun begitu perkataan Naruto membuat Sasuke berdebar. Orang pertama huh?

"Sudah malam. Sekarang kita pulang!" Sebelum Naruto sempat membuka mulut untuk menyanggah perkataan Sasuke dengan alasan-alasan labilnya, Sasuke keburu membopong si bocah masuk dalam mobil, menetralisir jantungnya yang balapan dengan potongan gambar Naruto yang sedang tersenyum di memorinya.

"Teme, padahal aku lapar sekali! Aku belum makan siang dan sebentar lagi waktu makan malam. Jahat sekali kau, aku kan hanya ingin makan. Aku belum makan dari pagi, kau tidak kasihan padaku yang kelaparan ini?" Sasuke melotot mendengar bagaimana Naruto mengatainya Teme –ini pasti ajaran Kyuubi, Sasuke jamin.

Jalan-jalan dengan Naruto membuat Sasuke lupa waktu hingga melupakan makan siangnya.

"Kapan-kapan aku janji akan mentraktirmu makan. Tapi kali ini tidak bisa, ponselku terus-terusan berdering selama kau nonton film tadi. Dan Kyuubi pasti akan membunuhku, lagipula apa orang tuamu tidak mengkhawatirkanmu!"

"Hm, mereka juga berkali-kali menelponku," katanya seraya menunjukan jumlah panggilan tidak terjawab sebanyak 12 kali di hadapan Naruto, "Wha –kenapa kau tidak bilang dari tadi! Argh.." Sasuke ngebut, Naruto teriak-teriak kegirangan.

Mereka tiba di depan gerbang sebuah rumah megah milik keluarga Namikaze."Janji loh, kau harus mentraktirku makan!" Naruto memukul pundak Sasuke.

"Iya berisik," Sasuke siap-siap tancap gas.

"Aku tidak akan segan-segan memesan banyak makanan."

"Ha! Dasar licik!" Sasuke mendengus tersenyum mendengar niat rakus yang dilontarkan Naruto.

"Aku senang sekali hari ini. Hahaha.." Tawa Naruto membuat Sasuke tertegun lama hingga tidak menyadari Naruto sudah hilang ke dalam gerbang.

Benarkah? Benarkah Sasuke yang membuat Naruto tersenyum lebar seperti itu? Tawa tanpa beban, bukan ejekan seperti biasanya.

Sasuke tersenyum sendiri selama perjalanan ke kampus. Mengabaikan ponselnya yang berbunyi nyaring sepanjang hari ini, ia menganggap dering ponselnya adalah soundtrack pengiring lagu kasmaran yang saat ini memang tengah bersemayam dalam hatinya, padahal lagu rock berisi kemarahan tidak cocok sekali bagi orang yang sedang kasmaran. Satu hari yang absurd baginya untuk merasakan perasaan tertarik kepada seseorang. Diabaikan waktu yang terus berjalan karena seharian bersama si setan kecil –panggilan terbaru untuk adik dari setan-.. dan ini malam, ngomong-ngomong bagaimana kabar si setan besar?

Alasan Sasuke mengabaikan dering ponselnya karena, satu dia tau siapa si penelpon yang pasti nanti akan mendengung-dengung di telinganya yang mulia ini, alasan kedua karena. Baiklah, orang yang sedang bahagia tidak akan terpengaruh keadaan sekelilingnya kecuali kalau yang mengganggunya adalah objek yang membuatnya seharian ini menjadi riang gembira.

Dan Sasuke yakin Kyuubi akan berkata,

"KEMANA SAJA KAU SEHARIAN INI HUH? AKU MENUNGGUMU HINGGA MUNCUL AKAR DI KAKIKU!" Sudah sampai di halaman kampus ternyata.

Mengabaikan racauan Kyuubi, Sasuke berjalan dengan sedikit linglung. "Kyuu.."

"APA! APA KAU PIKIR AKU AKAN DENGAN MUDAH MEMA-"

"Kyuu." Senyum bodoh terlihat di wajah tampannya.

"DIAM! TIDAK USAH BERALASAN! PASTI KAU MENGAJAK WANITA JALAN-JALAN DI DALAM MOBILKU, IYA KAN? IYA KAN?"

"Kupikir-"

Kyuubi terus saja mengoceh. "LAIN KALI AKU TIDAK AKAN MAU MEMINJAMIMU MOBIL, MANA KOMIK PESANANKU? JANGAN BILANG KAU MELUPAKAN HAL PALING PENTING SATU ITU!"

Sasuke menyerahkan sebuah komik di tangan Kyuubi yang tidak henti-hentinya bicara, Sasuke bahkan tidak menyadari daritadi Kyuubi berbicara dengan nada tenor alias kenceng banget, wajah menampilkan ekspresi setengah nyawa melayang. "Aku menyukai adikmu." Sukses membungkam omelan Kyuubi.

"WHA-APA? APA KATAMU HUH?!" Satu buah makalah tebal melayang di depan muka Sasuke.


TBC.


Akhirnya dengan perjuangan yang sumpah sempet buntu karena pada dasarnya Silly Meet itu hanya sekali tembak, nggak niat ada kelanjutannya. Tapi, yah seiring dengan duduk di depan laptop terus-terusan munculah idenya. Dan jadilah fiksi multichap dengan kegajean tingkat tinggi. Tenang sih, nggak banyak-banyak kok paling cuma 2 chapter-an. Multichap panjang bukan keahlianku.

See you next chapter!