Yang aku inginkan darimu hanyalah cinta dan waktu kebersamaan. Aku tidak membutuhkan uang, bunga, ataupun hadiah. Cukup bersamaku saja.
.
.
.
Konnichiwa, minna-san. Saya Ringo Akira author baru dari fandom KnB. Mungkin asing ya nama Ringo Akira ditelinga kalian. Tapi bagaimana kalau Rinko Seo? Yup… ini saya Rinko Seo. Kenapa saya membuat yang baru? Karena saya kepengen fandom sebelah sama fandom KnB tidak dicampur. Akun ini hanya untuk KnB dan yang lainnya selain Bleach saja. Hehehe
Untuk cerita dari fic ini, saya terinspirasi dari sebuah lagu yang –mungkin- kalian semua sudah tahu. Pernah denger Keep Being You dari Isyana Sarasvati? Ya .. lagu itu yang menginspirasi saya untuk membuat fic ini. Untuk Chara, saya memilih Kise x Oc dan Akashi x Oc sebagai pairing awal dari fandom ini. Entah kenapa saya suka si blonde ganteng satu itu. Kawai soalnya. Xd
oh ya ini fic campuran ide dari kak Azalea yang dengan bahagianya malem-malem memberikan ide serta men-teror saya untuk publish. Ini Cuma aku jadian 2 chap lho kak. Jangan protes lho ya.. wkwkwk
Seperti biasa saya menyerahkan review kepada minna. Saya orangnya nyantai kok. Tenang aja. Here you go
Being You
By : Ringo Akira
Kuroko No Basuke by Tadatoshi Fujimaki (Yoroshiku, Fujimaki-san ^_^)
Warning : Typo, AU, OOC, Gajeness, don't like don't read.
Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua...
Hitungan angka itu terus tergumam di mulut seorang gadis cantik yang tengah berdiri di halte dekat sebuah sekolah. Entah sudah beapa kali ia menyebutan angka dengan menghitung mundur. Mungkin ini sudah sampai kelima kalinya dia menghitung.
Tangannya meraih ponsel yang ada di tangannya. Jam 10.50. sudah 1 jam ia duduk berdiam diri di halte tempat ia membuat janji dengan seseorang hari ini. Orang yang sudah membuat janji dengannya bilang bahwa ia harus menunggu disini pukul 09.30. tapi nyatanya orang itu yang mengingkari janjinya.
"Terlambat lagi." Gerutunya sambil menengok kanan-kiri melihat siapa tahu orang itu terlihat.
Sudah berulang kali ia katakan agar tepat waktu jika membuat janji dengannya. Tapi nyatanya, molor 1 jam sudah menjadi kebiasaan yang –mungkin- lumrah bagi orang itu.
"Menunggu lama, Sei-chan."
Tangan kekar orang itu melingkar di pinggang gadis itu dari belakang. Gadis itu –Seira Kirisaki- menghela nafas panjang. Benar-benar jahat laki-laki ini. Sudah terlambat tapi masih saja bisa bersikap santa seperti ini. Apa laki-laki ini tahu jika sudah 1 jam ia menunggunya sampai pegal di halte ini?
"Seperti biasa terlambat lagi, Ryouta-kun." Seira melepas rangkulan tangan Kise dari pinggangnya.
"Coba kudengar, kali ini apa alasanmu terlambat dengan janjimu sendiri? Latihan? Atau... menggoda perempuan yang selalu ada disekitarm?" Tanganya bersedekap dada dengan tatapan agak sebal meminta jawaban apa yang akan diberikan oleh pria dihadapannya ini.
Kise menggaruk belakang lehernya kikuk. "Ano, etto.. Akacchi mengajakku latihan dengan Midorimacchi. Itupun juga mendadak. Tapi, tapi, untuk menggoda itu tidak benar. Yaaa, walaupun banyak gadis yang menggodaku." Senyumnya canggung menyebutkan alasan terakhirnya tadi.
"Ah begitu rupanya, nanti akan kutanyakan pada Seijuro-kun tentang alasan mu yang terakhir. Jika itu bohong, maka aku akan meminta Seijuro-kun untuk mencukur habis rambut pirangmu." Ujar Seira dengan senyum manis dibibirnya.
'Glek'
Oh oke, ini bukan sebuah lelucon lagi. Rumor bahwa Seira adalah gadis cantik dengan sifat yanderenya memang bukan hanya sekedar rumor belaka. Walaupun Seira memiliki sikap yang feminim dan wajah yang cantik serta manis, tetapi jika ia marah maka Akashi dengan guntingnya sebagai eksekutor akan membabat habis rambut orang yang sudah membuatnya marah. Dulu ketika ada seseorang yang mencoba menggoda Seira di lapangan dekat para Kiseki No Sedai latihan, maka siap-siap Akashi datang dan gunting merahnya yang akan mengeksekusi para pengganggu itu. Kise bahkan yang mendengar cerita itu seteah kejadian, bergidik ngeri.
Ah ngomong-ngomong soal kenapa ia bisa memanggil Akashi dengan nama depannya karena mereka berdua memiiki kesamaan sifat dan watak yang sama. Pertama kali mereka bertemu saja mereka sudah saling akrab karena mengerti sikap yandere mereka masing-masing. Sebenarnya bukan hanya dengan Akashi saja ia dekat. Dengan yang lain juga. Seira adalah gadis yang mudah akrab dengan orang lain. Itu dia kenapa banyak orang yang menyukainya.
"Ne Ryouta, bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan yang baru dibuka 3 hari yang lalu. Aku penasaran sekali." ujar Seira seraya menarik tangan Kise untuk mengajaknya ke tempat favoritnya itu. Sudah lama kan Seira tidak pergi kesana. Dan inipun juga sekalian pergi bersama Kise.
Kise terkekeh pelan."Baik, baik."
Mendengar tanggapan 'ya' dari Kise, Seira berteriak senang dan segera menarik kekasih berambut pirangnya itu ke taman hiburan dekat sini..Bahkan dengan sikapnya yang begini manja dan kekanak-kanakan, siapa yang sangka gadis ini memiliki sifat yang sama dengan Akashi.
.
..
.
"Hey Seira, kau tidak lelah? Kita beristirahat sebentar ya?" Kise terengah-engah pelan mencoba membujuk kekasih mungilnya ini untuk beristirahat barang sebentar saja.
2 jam sudah Kise diajak untuk berkeliling taman hiburan ini. Dan 2 jam itu juga Seira mengajak Kise untuk menaiki Roller Coster sebanyak 4 kali.
"Oh ayolah, Ryouta-kun. Aku masih sanggup berjalan. Sekarang aku ingin naik kora-kora itu." Pinta manja gadis berambut hitam itu. Ia sangat ingin menaiki permainan itu. Dan sudah lama juga kan ia tidak pergi ke taman hiburan seperti ini.
Lutut Kise serasa lemas mendengar keinginan Seira yang –mungkin- sudah kesekian kalinya ia mengatakan untuk naik ini dan itu.
"Ne Seira, bagaimana kalau kubelikan minuman dan menunggumu disini sementara kau bermain itu. Kau mau?" Kise kembali membujuk Seira yang kedua kalinya. Jujur ia benar-benar lelah sekarang.
Seira terdiam berfikir. Benar juga kata Kise. Setelah 2 jam ia bermain, Ia mulai terasa haus juga.
" Wakatta, kau tunggu disini ya. Oh ya, belikan aku cola saja."
Kise hanya mengangguk dan setelahnya Seira berlari menuju ke permainan selanjutnya. Astaga, jujur ini benar-benar lebih melelahkan daripada ia harus latihan basket bersama anggota kiseki no sedai. Dan mau tidak mau dia sekarang harus membelikan Seira minuman cola yang sudah ia pesankan tadi.
"Ryouta, sedang apa kau disini?"
Jantung Kise hampir copot ketika seseorang dari belakang menepuk pundaknya agak keras. Kise menoleh melihat siapa yang telah menyapanya hingga sedemikian kagetnya Ia.
Pria berambut merah yang tadi sudah menyapanya, sekarang terdiam menatapnya datar dengan 2 minuman ditangannya. Kise mengerjapkan kedua matanya menatap orang dihadapannya.
"K-kau sedang apa disini, Akashicchi?" suara Kise terdengar gugup melihat keberadaan seorang Akashi Seijuro di wahana hiburan ini. Seingatnya Akashi bilang jika ia aka nada rencana setelah latihan. Inikah rencananya?
"Bukankah jika ada orang yang bertanya padamu pertama kali, maka kau harus menjawabnya dulu Ryouta?" Ucap Akashi tegas dengan tatapan tajam yang siap mengancam siapapun.
"A-ano etto, se-sebenarnya aku tengah menemani Seira disini. Y-ya sekedar jalan-jalan." Jawab Kise terbata-bata tidak berani menatap mata Akashi. Hufftt… mengerikan sekali melihat matanya yang memiliki beda warna itu tengah menatap tajam seperti itu.
"Oh begitu. Akupun juga sama. Menemani Yuki jalan-jalan."
"Be-benarkah? Hahaha."
Oh Tuhan melihat Akashi yang merubah tatapannya dari yang menakutkan menjadi kalem, benar-benar melegakkan hati Kise. Tadi itu walaupun hanya tatapan mata juga tampak menakutkan. Apalagi kalau gunting yang keluar. Tentu itu lebih mengerikan lagi.
"Seijuro-kun~"
Seira berlari pelan melambaikan tangan dan berteriak kencang dari kejauhan melihat keberadaan Akashi yang hanya diam di tempat. Sementara Seira berlari kegirangan, yang ditarik dibelakangnya hanya berpasrah ketika dirinya ditarik seperti ini.
"Chotto Seira, kau terlalu cepat berlarinya." Yuki mengeluh karena ulah Seira yang sejak bertemu tadi sudah seenaknya menarik dirinya
"Tidak apa, tidak apa. Lihat, Seijuro menunggumu kan?" Ujar Seira santai seraya masih menarik tangan gadis manis berambut coklat itu.
Yuki menghela nafas pelan. Ya beginilah sifat Seira jika bertemu dengannya. Manja dan seperti anak kecil. Berbanding terbalik dengan sikap yanderenya? Memang. Kenapa? Karena hanya Yuki lah yang sudah membuatnya seperti ini sejak awal pertemanan mereka sejak SMP. Seira jadi jauh lebih jinak(?) dibanding awal masuk SMP.
"Sudah selesai kah kalian?" Akashi memberikan sekaleng jus jeruk dingin kepada Yuki.
"Ehm begitulah. Lelah juga berkeliling selama setengah hari disini." Ujar Yuki seraya duduk dibangku dekat mereka berdiri.
Mulut Kise menganga lebar mendengar kata 'setengah hari' yang diucapkan oleh Yuki. Apa? Setengah hari? 8 jam lebih? Setengah hari mereka berkeliling dan mereka tidak merasa lelah?
"Benarkah itu, Seijuro-kun? Kalian sudah disini selama 10 jam?"
"Ya begitulah. Yuki bilang dia ingin pergi ke taman hiburan bersamaku. Jadi, aku putuskan untuk menemaninya." Akashi menjawab santai seraya ikut duduk disamping Yuki.
Kise menggeleng-gelengkan kepalanya. Jadi alasan kenapa Akashi tadi sempat izin seteah 10 menit latihan karena alasan ia menemani Yuki pergi ke taman bermain.
Seira menatap iri sahabatnya Yuki. Enaknya memiliki kekasih seperti Akashi. Selain Akashi mampu meluangkan waktu untuk Yuki, Akashi juga tipe laki-laki yang selalu tepat waktu. Ya walaupun banyak yang takut dengan Akashi karena sifatnya, tapi toh jika untuk kekasihnya waktu luang bisa ia berikan untuk Yuki.
Tidak seperti Kise. Kise terkesan selalu mengingkari janjinya. Padahal dia sendiri yang membuatnya. Bukan hanya itu, susah sekali jika Seira meminta Kise untuk meluangkan waktunya hanya untuk sekedar berkencan di waktu senggang. Bahkan jika Kise tidak bisa datang menemuinya selama seminggu lebih, Kise hanya mengiriminya bunga atau hadiah sebagai permintaan maafnya selama seminggu. Seira tertunduk sedih. Sebenarnya apa hubungannya ini hanya dihargai oleh bunga, hadiah, atau kata maaf saja?
.
.
Dan benarkan apa yang Seira pikirkan. Setelah acara jalan-jalan mereka bersama-sama sekitar 2 minggu yang lalu, Seira sudah jarang bertemu dengannya meskipun hanya untuk sekedar mengobrol saja. Bahkan ketika ia datang ke tempat latihan dan melihat teman-temannya sesama anggota kiseki no sedai tengah latihan, Kise tampak tidak hadir dengan alasan izin untuk pekerjaannya sebagai model. Saat Seira mencoba untuk menyusul Kise pun jawabannya pasti 'Tidak usah cemas. Aku baik-baik saja kok. Aku merindukanmu.'
Merindukan? Merindukan dirinya katanya? Apakah ia paham arti dari 'merindukan'?
"Ryouta bodoh. Tidak memiliki perasaan. Otak udang. Dasar bodoh"
"Sekesal itukah kau dengan Ryouta, Seira?"
Seira terlonjak kaget dari tempat duduknya. "Seijuro-kun. Kau mengagetkanku." Mata kelabunya menatap Akashi yang tengah meminum air mineral dengan sebal. Siapa juga yang menyuruh Akashi untuk tiba-tiba berdiri dibelakangnya.
"Kau kesal karena Ryouta sudah 2 minggu ini tidak menemuimu?" Akashi duduk disebelah Seira seraya menyandarkan kepalanya dikursi.
Seira menggembungkan pipinya kesal."Tentu saja kan. Gadis mana yang tidak marah karena sudah seminggu lebih tidak pernah bertemu dengan kekasinya? Apalagi Ryouta hanya selalu mengirimiku bunga –ah sekarang berganti boneka- atau hadiah saja." Kesal Seira mencoba mengutarakan kemarahannya kepada teman sesama kepribadiannya ini.
"Mau kuhubungi Ryouta untuk datang kesini? Kebetulan aku juga ingin memberikan ancaman kepadanya karena ia sudah terlalu lama menunda jadwal latihannya."
"kau bisa?"
Dengan hanya senyuman kecilnya, Akashi segera menekan dial untuk menghubungi perfect copy dari kiseki no sedai itu. Dan lihat, Kise segera mengangkat telepon dari Akashi bukan?
'Ada apa, Akashicchi?'
"Ryouta, kau sudah paham bukan dengan batas cuti latihanmu?"
'I-iya aku paham. Be-besok aku aka nada disana tepat waktu. Aku janji..'
"Baiklah. Jam 10 kau sudah harus ada disini. Kau pasti sudah tahu hukumannya bukan jika kau melanggar?"
"E-ehm aku paham. Tenang saja."
Akashi segera menutup teleponnya tanpa perlu berkata-kata lagi. Seira menepuk-nepuk pelan bahu Akashi kagum.
"Wah~ kau hebat ya, Seijuro-kun. Bahkan hanya mengatakan ancaman kecil seperti itu saja, Ryouta sudah ketakutan. Apa aku harus seperti itu juga padanya?"
"Tidak usah, Seira. Kau harus tetap berwibawa dan anggun dalam bersikap. Bukankah kau nona muda keluarga Kirisaki?" Akashi mengacak pelan rambut Seira "Meskipun aku juga dari keluarga terpandang, tetapi karena aku laki-laki jadi bukan masalah. Kau kan perempuan."
Seira terkikik geli "Kau benar, Seijuro-kun. Arigatou." Ujar Seira tersenyum lega seraya merentangkan kedua tangannya ke udara.
Dan tanpa mereka sadari, mata biru Yuki menatap Akashi sengit dari ujung lapangan. Sepertinya akan menjadi masalah sendiri untuk Akashi selanjutnya.
.
.
.
Keesokan harinya seperti biasa anggota kiseki no sedai sudah bersiap untuk memulai latihan. Dan tidak seperti dua minggu yang lalu, Kise sudah ikut berpartisipasi akibat ancaman dari Akashi.
"Yo, Kise. Kau bilang masih ada pekerjaan yang harus kau lakukan? Kenapa kembali?" Aomine menyapa Kise terlebih dahulu.
"Kau jahat, Aominecchi. Kau sudah tahu kan jika Akashicchi pasti akan mengancamku?"
"Itu kan salahmu sendiri, Kise. Kau sudah tahu jika Akashi marah kan?" Midorima menanggapi pernyataan Kise seraya berancang-ancang melakukan shoot.
"Midorima-kun benar. Sebaiknya kau patuhi saja kata-kata Akashi-kun jika kau ingin selamat, Kise-kun." Kali ini Kuroko turut menceramahi teman satu timnya itu saat di Teiko.
"Oh iya Kurocchin –krauk- ada dimana Kagamicchin –krauk-?" Murasakibara masih menikmati cemilannya sebelum latihan dimulai.
"Kalau kalian mencari Taiga, dia akan kemari bersama Riko sebentar lagi."
Mendengar suara baritone dari Akashi, membuat semua anggota kiseki no sedai itu terdiam sejenak. Ya .. jika Akashi sudah datang, ini artinya latihan harus segera dimulai. Dan tanpa disuruh lagi, mereka sudah bersiap ditempat masing-masing. Walaupun Kagami terlambat hadir, tetapi latihan tetap berjalan kan?
"Gyaaa… Kise-kun kakkoi."
"Semangat kise-kun."
"Kami disini mendukungmu selalu. Gyaaa"
"Cih.. kau membawa supporter rupanya, kise." Aomine mendecih sebal melihat Kise yang selalu mengundang supporter perempuan ke dalam lapangan.
"Hahaha.. tidak mungkin kan. Mereka yang datang sendiri kok." Tawa lepas Kise dengan tangannya yang tengah men-dribble bola dan mencoba menerobos pertahanan Aomine didepannya.
"Terserah apa katamu, Kise. Yang penting sekarang oper bola itu padaku, nannodayo." Midorima mulai berteriak kesal melihat Kise yang masih terlihat santai men-dribble bola.
Kise tersenyum menyeringai "Hee.. kau pikir akan semudah itu Aominecchi melewatiku, Midorimacchi?"
"Kheh, sombong sekali kau, Kise. Coba saja kalau bisa."
Pertarungan sengit antar Kise dan Aomine tidak terelakkan ketika Kise mencoba menerbos pertahanan Aomine. Kuroko yang tidak mau diam saja, segera mendekati Aomine dan Kise agar mendapatkan kesempatan untuk merebut bola dari Kise dan memberikannya pada Aomine untuk mencetak gol. Dan karena kesalahan sedikit dari Kise, membuat Kuroko yang bebas tanpa penjagaan dari Midorima berhasil mencuri bola.
"Hem, kau tahu Kurokocchi, kenapa aku bias disebut sebagai perfect copy kan? Kau ingat saat kau melakukan teknik misdirection? Aku juga bisa."
Dengan kecepatan kilat, Kise melewati Kuroko dengan menggunakan teknik yang pernah Kuroko pakai dan saat itu pula ia berlari menuju ring dan melakukan dunk cetakan gol pertamanya. Sorakan dari penonton menggema ke seluruh lapangan. Melihat kemajuan yang pesat dari tim nya Akashi hanya mnganggukkan kepala pelan dan sedikit tersenyum. Tadinya ia khawatir dengan kemampuan mereka yang tidak sesuai harapannya. Tapi ternyata, mereka berhasil.
"Gyaaaa… Kise-kun~ sugoiiii!"
"Ah arigatou minna."
Ah ya jangan lupakan jika Kise kemari membawa banyak suporter wanita yang begitu banyak sekali. Bahkan saat ini lapangan sudah dipenuhi oleh gadis-gadis yang sibuk meneriaki namanya dengan heboh. Dan bukan Kise namanya jika tidak melambaikan namanya untuk menyapa sorakan kagum dari para fans nya. Bahkan dengan senang hati Kise akan melayangkan senyum manisnya kepada gadis-gadis itu. Bahkan sekarang dengan berani 3 orang gadis mendatanginya diiringi tawa bahagia dan semburat merah dipipinya.
"Ne Kise-kun, kau hebat sekali. Aku benar-benar kagum sekali."
"Itu benar, Kise-kun. Kapan-kapan maukah kau pergi berkaraoke bersama kami?"
"Benar ikutlah, Kise-kun."
Kise menggaruk belakang kepalanya bingung "A-ah itu ya, baiklah akan aku pikirkan."
"Benarkah? Asyikkk" teriak ketiga gadis itu bahagia. Bahkan mungkin perkataan Kise yang akan memikirkan ajakan mereka jauh lebih membahagiakan mereka saat ini.
"Aah~ mulai lagi Kisechin." Murasakibara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku hanya berharap jika Seira tidak akan ada disini sekarang." Ujar Akashi yang masih mencoba memeriksa hasil analisa dari latihan beberapa hari ini.
"Ohhh… begitu rupanya. Kau meng-iyakan ajakan mereka sedangkan untuk ajakanku, kau menolak ya Ryouta-kun?"
Yang tidak diharapkan Akashi dalam kata-katanya tadi tiba-tiba muncul dengan wajah datar dan tangan yang ia silangkan didepan dadanya. Kirisaki Seira sekarang sudah berdiri tepat dibelakang Kise Ryouta sekarang.
"Mati sudah, Kise." Midorima menaikkan kacamatanya yang sedikit kendur.
"Riwayatmu tamat, Baka Kise." Senyum seringai Aomine.
"Semoga kau selamat, Kise-kun." Kuroko menangkupkan tangannya berdoa untuk keselamatan sang perfect copy itu.
Dan yang bersangkutan, hanya terdiam mematung menyaksikan kemarahan yang begitu besar dari kekasihnya –yang walau hanya tergambar dari wajah datarnya saja-. 1 menit Seira masih diam dan tidak berbicara apapun melihat Kise yang masih saja terdiam tidak mampu berbicara. Sepertinya bukan hanya Seira dan Kise saja yang terdiam, semua yang ada di lapangan pun diam saja.
2 menit, 3 menit..
"Seijuro-kun, kuserahkan padamu."
"Tu-tunggu Sei-chan. A-aku bisa jelaskan."
Bahkan Kise yang mencoba mengejar Seira terhenti langkahnya melihat Akashi yang sudah siap siaga dengan gunting merah ditangannya. Tatapannya pun juga lebih mengerikan daripada Seira.
"Nah Ryouta karena Seira sudah menyerahkanmu padaku, aku akan memulainya. Ini juga hukumanmu karena kau sudah membolos latihan selama dua minggu." Akashi dengan gunting ditangannya sudah siap mengeksekusi rambut Kise.
"Tu-tunggu Akasshicchi. So-soal latihan, a-aku minta maaf. Nan-nanti aku akan bertanggung jawab. Ta-tapi biarkan aku pergi mengejar Seira dulu." Kise bergidik ketakutan melihat Akashi yang sepertinya sudah bukan Akashi lagi. Sepertinya sudah tidak ada harapan bagi rambut pirang Kise. Selamat tinggal, rambut.
"Sei-kun, hentikan."
Teriakan dari kejauhan itu menggema diseluruh lapangan. Aihara Yuki tampak menggertakkan giginya kesal.
"Kau… kau benar-benar, Ikut aku keluar."
Ya mendengar teriakan dari Yuki, mau tidak mau Akashi mengikuti Yuki keluar dan membiarkan Kise yang sekarang juga sudah berlari mencoba mengejar Seira.
"Astaga, drama pertengkaran tentang percintaan lagi. Lalu kita bagaimana?" Aomine duduk disembarang tempat dengan bola yang masih ia pegang.
"Kita tunggu saja sampai Akashi kembali. Percuma saja jika kita pulang sekarang." Midorima mengambil handuk yang berada dibangku. Jika mereka pulang dan Akashi mendapati mereka telah lenyap entah kemana, maka nyawa mereka juga akan habis.
"Yo semua. Kenapa kalian tidak latihan?" Kagami bersama dengan mantan kantokunya Riko Aida datang menyapa para anggota Kiseki No Sedai.
Dengan gerakan kilat, Aomine melempar bola kearah wajah Kagami.
"Kau terlambat, bodoh. Mau jam berapa kau latihan? Kau pikir jam latihan menurutimu?" teriiak kesal Aomine yang disambut lemparan bola kembali oleh Kagami.
"Ittai! Siapa yang menyuruhmu melempar bola ke wajahku, Aho?"
"Apa kau bilang? Katakan sekali lagi?"
"Aho, aho, aho ,aho…"
"Teme! Kemari kau."
Haahh/ mulai lagi pertengkaran konyol antara dua manusia berbeda warna rambut dengan sifat yang sama. Kapan pula Akashi tiba?
.
.
.
"Seira! Seira tunggu!"
Seakan tidak peduli –atau lebih tepatnya menghiraukan- Seira tetap berjalan lurus keluar dari area lapangan basket itu. Dirinya sudah terlanjur kesal sekarang untuk beradu mulut dengan pria blonde itu. Tentu saja kesal, ini bahkan sudah melebihi batas kekesalannya.
"Ne Seira, kau dengar aku? Tunggu sebentar."
Oh yes, kenapa pria itu masih terus mengikutinya. Apa dia tidak lelah? Apa dia tidak paham? Apa dia tidak peka?
"Seira! Kubilang dengarkan aku dulu." Tangan Kise meraih pergelangan tangan Seira. Dan dengan tegas pula, Seira melepaskannya dengan mudah. Matanya memandang Kise datar.
"Apa lagi? Masih ingin mencoba menjelaskan tentang perkataanmu tadi, tuan Kise?"
"Oh ayolah Sei-chan, aku benci jika kau bersikap seperti ini. Aku akan menjelaskan semuanya jika kau mau. Sebenarnya itu-"
"Tidak usah menjelaskannya. Sekarang biarkan aku memberikanmu pilihan. Pertama, kau membiarkan aku untuk berpikir selama beberapa hari tentang masalah pada dirimu dan masalah yang kita hadapi selama ini? Atau yang kedua secara sepihak, kita berdua akan putus –atau bahkan kedua pihak-? Sekarang pilihlah?" Seira masih menatap datar mata kuning milik Kise.
Kise mengusap wajahnya frustasi. Oh ini adalah asalah terbesar yang pernah ia alami tentang pacaran bersama dengan Seira. Bahkan sebelum ia berpacaran dengan Seira, ia tidak pernah merasakan hal yang serumit ini. Jika ia disuruh memilih ia harus putus dengan Seira atau tidak, maka jawabannya pastilah tidak. Baginya Seira sangat berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah ia pacari selama ini.
Kise menghirup nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya "Baiklah aku akan membiarkanmu berpikir dulu. Berjanjilah padaku untuk tidak lama-lama memikirkannya." Kise menggenggam tangan Seira erat. Dia harap Seira akan memberikan jawaban 'ya'
Bukannya menjawab pertanyaan Kise, Seira meraih ponselnya yang ada di saku dan menekan tombol dial. Setelah tersambung, orang diseberang telepon mengangkatnya.
'Moshi-moshi.'
"Ah Tetsuya-kun, ini aku Seira. Kau mau pergi berkencan bersamaku nanti sore? Aku ingin mengajakmu ke kafe dengan kue yang enak. Kau mau?"
Tidak bisa dipercaya. Seira tidak menjawab pertanyaan Kise hanya untuk menghubungi Kuroko dan mengajaknya berkencan? Apa ini sungguhan?
"Ehm baiklah. Aku tunggu kau di halte dekat sini ya. Oke, baiklah. Jaa ne."
Kise sampai terdiam tidak mampu berbicara melihat Seira yang dengan manisnya tersenyum setelah menelepon Kuroko. Bahkan wajah Seira terlihat bahagia sekali sekarang.
"Ne Ryouta, untuk sementara jangan menemuiku. Jika kau tidak mau mndengarkan perkataanku, jangan salahkan aku jika gunting Akashi yang melayang. Paham kan?" Seira tersenyum manis menatap Kise yang masih tetap terdiam.
Bahkan tanpa mendengar jawaban dari Kise, Seira sudah melenggang pergi dari tempatnya berdiri dan berjalan menuju pintu gerbang.
1 detik, 2 detik, 3 detik..
"Kurokocchiiiiii, nande?"
.
.
.
Ya gimana, bagus? Jelek? Terserah Minna lah ya. Saya Cuma nyumbang buat abang Kise aja. Saya suka si blonde soalnya. (Banzaiiii)
Seperti yang sudah saya katakan jika ini hanyalah 2 chapter. Gak sanggup saya bikin banyak-banyak. Hahaha..
Nah kak Azalea, ini sudah saya publish lho ya. Kemarin aq bilang one shoot ya. Ehhhh… kok jadi 2 chapter. Yaaa… keinginan hati gak bisa ditolak. Xixixi
Jangan khawatir, chapter 2 paling lambat sabtu atau besok. Soalnya saya mesti cari waktu yang pas dengan jadwal kuliah yang semakinnnnnnnnn puadaattt… maklum udah masuk semester tua. (malah curhat)
Okelah kalo gitu, mau tahu kisah selanjutnya kan? (kalo iya) tunggu aja yaaaa…
Jaa Ne
