Title : The Dawn in Magnolia

Author : Vinn Ino

Disclaimer : Yamashiro Aoba

Warning : AU, Semi-OOC, Semi-Gaje, Typos, etc.

Happy reading... ^^


Magnolia, kota besar yang dihuni oleh jutaan jiwa. Tanah yang subur dan kaya akan alamnya menjadikan kota ini sebagai kota idaman seluruh penjuru dunia. Pemandangan hijau masih sangat terjaga kealamiannya di kota ini. Akan tetapi, kekayaan alam Magnolia justru membawa manusia penghuninya ke dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Puluhan raga tanpa nyawa menjadi hal tabu yang ditemukan setiap pagi. Pertumpahan darah setiap hari tak dapat dihindari. Ada apa sebenarnya?

Ya, tentu saja karena Magnolia sangat diincar untuk menambahkan kekuasaan suatu kerajaan. Oleh karena itu, kerajaan di sekitarnya berupaya untuk melakukan apa saja demi mendapatkan Magnolia yang saat ini dikuasai oleh kerajaan Fairy Tail. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja berusia lanjut yang bernama Makarov. Makarov dibantu oleh menteri-menterinya yang kuat dan juga oleh seorang putrinya yang bernama Erza. Meskipun seorang putri raja, Erza memiliki kekuatan yang tidak kalah dari menteri-menteri ayahnya.

Adapun kerajaan yang berupaya merebut magnolia dari kekuasaan Fairy Tail adalah kerajaan Fernandes, kerajaan yang berpusat di sebelah utara Magnolia. Pada awalnya, kerajaan Fairy Tail dan kerajaan Fernandes hidup sebagai kerajaan yang berdampingan dengan wilayah Utara dikuasai oleh kerajaan Fernandes dan di wilayah selatan dikuasai oleh kerajaan Fairy tail. Akan tetapi, semenjak Raja Fernandes meninggal dan digantikan oleh putra mahkotanya yang bernama Jellal Fernandes, kerajaan Fernandes terus memperluas daerahnya dengan merebut seluruh wilayah kerajaan Fairy tail, kecuali Magnolia. Meskipun telah berhasil merebut hampir seluruh wilayah Fairy tail, Raja Jellal masih belum puas sebelum ia berhasil mendapatkan Magnolia. Berkali-kali serbuan dilakukan oleh pasukan kerajaan Fernandes untuk merebut Magnolia, namun selama itu juga mereka mengalami kegagalan.

"Jellal-sama, saya rasa kita perlu membuat strategi baru," kata seorang pria tua, tetua kerajaan Fernandes. "Fairy Tail masih terlalu kuat untuk kita. Meskipun kita telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah kekuasaan mereka, tetapi untuk Magnolia, mereka benar-benar mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk mempertahankan satu-satunya sisa wilayah mereka tersebut."

Pemuda di depannya itu hanya menaikkan alisnya. Mata onyx-nya menatap tajam kearah pria tua di depannya itu. Dialah Jellal Fernandes, raja yang memerintah kerajaan Fernandes saat ini.

"Maksudmu?" tanya pemuda berambut biru itu datar.

"Ya, kita bisa membuat sedikit strategi yang bisa menghancurkan mereka dengan mudah," pria tua itu tersenyum miring. "Kita bisa... menculik putri Raja Makarov dan menjadikannya sebagai sandera kita."

THE DAWN IN MAGNOLIA

Chapter 1

Ribuan bintang menghiasi langit Magnolia malam ini. Indah... kesan yang timbul pertama kali bagi siapa pun yang melihatnya dari negeri yang suram itu. Angin malam berhembus pelan, memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang ditiupnya. Begitu juga dengan Erza, gadis yang sangat menyukai hembusan angin malam. Baginya angin malam itu memberikan kesejukan dan ketenangan yang tidak akan pernah didapatkan sampai kapan pun. Angin malam juga dapat membuatnya melupakan kejadian-kejadian di siang hari, di mana kejadian-kejadian itu bagaikan mimpi buruk bagi Fairy Tail.

"Huuh..." gadis itu menghembuskan napas panjang. "Kapan semua ini akan berakhir?"

Gadis itu bertanya pada dirinya sendiri. Tatapannya masih belum beralih dari langit yang dihiasi ribuan bintang. Ia mematung di depan jendela besar kamarnya, sampai terdengar ketukan pintu dari luar sana yang membuyarkan pikirannya.

"Siapa? Masuklah!" sahut Erza dari ruangan pribadinya itu.

Pintu dibuka oleh seseorang dari luar, menimbulkan bunyi berdenyit dari padanya.

"Ini saya, Erza-sama," balas seorang pemuda berambut hitam sambil berjalan memasuki ruang yang cukup luas itu.

Erza membalikkan tubuhnya, menatap pemuda di depannya dengan tatapan bertanya.

"Ada apa, Gray?"

"Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, Erza-sama," kata pemuda yang dipanggil Gray itu sambil sedikit membungkuk. "Sebenarnya saya diperintahkan untuk memanggil Anda agar segera menghadap Makarov-sama di ruangan beliau."

"Ada urusan apa tiba-tiba Ayah memanggilku malam-malam begini?"

"Maaf Tuan Putri, saya juga kurang tahu itu."

Erza membalikkan punggungnya, kembali menatap langit yang bertaburan bintang. "Baiklah, aku akan segera ke sana."

"Kalau begitu, saya pergi dulu."

Erza dapat mendengar langkah Gray yang semakin menjauh sampai akhirnya terdengar suara pintu yang menutup. Erza menarik napas dalam setelah itu.

-o0o-

"Tuk... tuk..."

"Masuk..."

Erza melangkah memasuki ruang pribadi Raja. Hal yang pertama kali diperhatikannya adalah ayahnya yang terbaring di tempat tidurnya.

"Kemarilah!" panggil Makarov, raja Fairy Tail sekaligus ayah kandung Erza. "Maaf, aku mengganggu istirahatmu."

Erza mendekati ayahnya yang kini bangun dari posisi berbaringnya. "Tidak Ayah, aku belum tidur," sahut Erza. "Tapi, mengapa Ayah memanggilku?"

Makarov tidak langsung menjawab pertanyaan putrinya itu. Ia berjalan sekeliling ruangan, membuat Erza tambah penasaran.

"Ehm..." Makarov memberikan tanda bahwa ia akan memulai pembicaraan. "Sebenarnya, aku memanggilmu ke sini karena ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu."

"Sesuatu apa?" rasa penasaran Erza bertambah kuat.

Tiba-tiba saja Makarov menatap Erza dengan tatapan yang agak berbeda. Tampak di wajahnya terlukis perasaan cemas. "Sebenarnya... ah, sebenarnya aku hanya mencemaskanmu saja. Hahaha..."

Tiba-tiba saja Makarov tertawa, membuat alis Erza terangkat sebelah. Tapi tak lama kemudian, tatapan makarov berubah.

"Aku merasa sesuatu yang buruk akan menimpamu."

Erza tersenyum tipis. "Mungkin Ayah terlalu cemas saja. Aku baik-baik saja kok."

"Ya, mungkin kau benar. Aku memang terlalu mencemaskanmu," kata Makarov sambil mencoba tersenyum pada putrinya itu. "Tapi kau harus berhati-hati. Mungkin saja mereka..."

"Membunuhku? Atau menculikku?" potong Erza. "Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Iya, aku percaya. Tapi, kau tetap harus berhati-hati."

"Baiklah. Terima kasih karena Ayah telah mencemaskanku." Erza tersenyum, begitu juga dengan Makarov.

-o0o-

Erza melangkahi anak tangga satu persatu menuju kamarnya yang agak jauh dari kamar ayahnya. Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan suara dentingan dua kali, menunjukkan bahwa jam tepat menunjukkan pukul dua dinihari. Wajar saja kalau aku merasa ngantuk, batinnya.

Erza terus berjalan melewati sampai ke koridor di depan kamarnya. Tapi semakin lama kepalanya terasa berat.

"Ugh... k... kenapa?" erangnya. Tapi setelah itu kesadarannya menghilang sepenuhnya.

-o0o-

Erza membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa begitu berat untuk digerakkan. Tunggu! Di mana ini?

Erza terkejut saat ia menyadari keadaannya saat ini. Ia masih memakai pakaian tidur yang ia kenakan sebelumnya. Akan tetapi, saat ini kaki dan tangannya dirantai di sebuah ruang sempit dan gelap. Hanya ada satu sumber cahaya di sudut ruang itu.

"Sudah sadar?" sapaan seseorang dari luar ruangan mengalihkan perhatian Erza. Beberapa orang laki-laki berjalan memasuki ruangan di mana Erza disekap.

"Siapa kau? Dan di mana ini?" tanya Erza geram.

"Ini penjara istana kerajaan Fernandes. Kami adalah prajurit di istana ini. Kami diperintahkan oleh Yang Mulia untuk membawamu menghadapnya."

"Cih! Sial! Lepaskan aku!"

Erza berusaha memberonta saat prajurit-prajurit penjara melepaskan ikatannya. Tapi sayangnya prajurit itu terlalu banyak sehingga perbuatannya tak berarti sama sekali.

-o0o-

"Yang Mulia, kami membawa gadis ini ke sini sesuai dengan permintaan Anda."

"Kalian boleh pergi!"

"Baik yang mulia!"

Prajurit-prajurit itu meninggalkan ruangan. Tinggallah Erza yang menatap laki-laki di depannya dengan tatapan tajam.

"Selamat datang di kerajaan Fernandes, Erza-sama."

Erza menatap pemuda di depannya. Matanya memperhatikan pemuda itu dari ujung kaki hingga rambutnya. Pemuda itu memakai pakaian putih dengan jubah kebesarannya. Di pipi kanannya terdapat tato merah. Tato merah itu! Jangan-jangan dia...

"Aku Jellal Fernandes, raja kerajaan Fernandes," pemuda itu memperkenalkan dirinya sebelum Erza menebaknya.

"Jadi kau..." Erza menyahut dengan nada tinggi, bertanda bahwa ia tidak dapat menahan emosinya lagi. "Kau yang telah menghancurkan Fairy Tail!"

Pemuda itu itu tersenyum miring. "Sesuai dengan perkataanmu, akulah yang menghancurkan kerajaan Fairy Tail dan sebentar lagi... seluruh kerajaan itu akan benar-benar hancur."

TBC

Yeah... akhirnya selesai juga chapter 1 ini. Jujur ini fic dibuat sama author yang lagi suram, makanya fic ini juga suram. Pada saat author nulis fic ini, author dalam keadaan yang amat sangat menyedihkan *curhat*.

Ehm... Menurut teman-teman sekalian, gimana tanggapannya tentang fic di atas? Jelekkah? Maklum, author udah lama gak bikin fic karena author masih jadi tahanan sekolah *di-boarding maksudnya*. Ini fic kedua author di fandom ini lho!

Yup... gak perlu berlama-lama. Silahkan bagi yang mau ngasih komentar, review, flame, atau apa pun klik di bawah ini...