Cage
Disclaimer : Shinozaki Hitoyo dan Kousaka Tohru
Warn : fic hasil galau, almost PWP, bahasa kacau sok puitis, rate M for safe
mommiji aki
2012
Jari-jariku terhenti begitu menyentuh kaca bening yang menampakkan langit luas. Terlihat sangat biru dan cerah, seakan mengejek diriku yang hanya bisa melihatnya tanpa 'menyentuh' sama sekali.
Mungkin langit memang mengejekku. Seorang yang cukup bodoh sehingga bisa ditipu oleh sepupunya sendiri dan dijual begitu saja untuk para pria tua bangka yang hanya menginginkan kenikmatan semata dari orang-orang macam diriku yang tidak mempunyai pilihan. Tapi mungkin aku beruntung, karena pria satu itu yang akhirnya membeliku…
…benarkah?
Bahkan pada kaca transparan yang menampilankan penampilan luar pun aku bisa melihat bayanganku sendiri. Satu-persatu kancing yang dijahit sempurna pada piyama yang terlihat terlalu besar untukku kulepas.
Lihatlah apa yang tercetak pada kulit pucat ini. Bekas kemerahan dimana-mana. Benarkah serendah itu diriku? Apa benar aku seberuntung itu hanya karena pria itu yang memilikiku? Bukankah pada akhirnya sama saja perbuatannya dengan para tua bangka itu?
Sex.
Diriku saat ini tidak lebih baik dibandingkan para pelacur di luar sana. Hanya berbeda pada hasilnya saja. Mereka harus bersusah payah mencari pelanggan dan belum tentu dibayar dengan pantas. Sementara aku? Hanya butuh satu pria dan semuanya terlihat begitu mudah untukku.
Bukankah pada akhirnya aku hanya burung hias dalam sangkar emas? Yang dipenuhi kemewahan tetapi tidak memiliki kebebasannya sendiri. Yang setiap perkataan dan perbuatannya selalu terawasi dan terkontrol. Yang disodori makanan tanpa perlu usaha. Semuanya diberikan agar aku bisa memberikan kenikmatan di atas tempat tidur untuknya.
Dan itu semua bahkan bukan atas kemauanku sendiri. Dan dengan bodohnya masih kuanggap sepupuku itu sebagai keluarga. Akukah gambaran penuh dari seorang idiot? Yang mengeluhkan keadaan saat ini bahkan ketika diri sendiri tidak berani menyalahkan siapapun, bahkan menyalahkan garisan takdir yang terjadi padaku?
Pengecut yang pada akhirnya menikmati keadaan dalam sangkar emasnya. Yang tidak dapat membenci perbuatan yang pria itu lakukan tubuhnya. Yang tidak bisa menentukan perasaan apa yang ia miliki.
Sekali lagi kuperhatikan bayangan samar yang terpantul sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali mengancingkan piyamaku—piyama pria itu. Dan sebaiknya aku bersiap membuatkannya makan malam karena sebentar lagi dia pasti pulang.
Dan bukan tidak mungkin tanda kemerahan yang mulai memudar akan kembali memerah.
.
End
.
Serius deh, ini hasil kegalauan. Jadi kalau gaje yah, emang begitu. Hahaha.
dan cerita dengan sudut pandang orang pertama memang selalu lebih sukses saya kerjakan dengan lancar. KENAPAAAAA?! *teriak di pinggir tebing*
dan soal rating. ehm, saya gak yakin juga sih soal ratingnya harus ditaruh di T atau M. Tapi akhirnya saya putuskan untuk meletakkannya di M hanya untuk jaga-jaga saja jika memang ada kata-kata yang terdengar... eh, bagaimana bilangnya ya? Yah, begitu deh.
oke, saya gamau banyak omong deh.
Review?
